Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

Hipersensitivitas dentin merupakan salah satu masalah gigi yang paling

sering dijumpai. Hipersensitivitas dentin ditandai sebagai nyeri akibat dentin yang

terbuka jika diberikan stimulus termal, taktil, osmotik dan mekanis, seperti

menyikat gigi, makan makanan manis dan asam, dan minuman dingin atau panas.

Hal ini menyebabkan pasien merasa nyeri tajam yang singkat yang dikenal dengan

hipersensitivitas dentin.1

Prevalensi Hipersensitif Dentin diperkirakan mempengaruhi rata-rata 15%

dari populasi orang dewasa. Meskipun kemunculannya meningkat dengan

bertambahnya usia, mayoritas individu yang didiagnosis berusia antara 20 sampai

50 tahun, dengan puncaknya antara 30 sampai 40 tahun. Wanita lebih banyak

dipengaruhi daripada pria. Pasien yang menunjukkan penyakit periodontal

cenderung lebih sering, dengan prevalensi yang bervariasi antara 72 sampai 98%.2

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dorota TK dkk, Mayoritas

melaporkan bahwa resesi gingiva, diikuti oleh abrasi/erosi; lesi abfraksi dan

bruxisme kemungkinan besar berkontribusi terhadap Hipersensitif Dentin.3

Resesi gingiva juga dapat menyebabkan hipersensitivitas dentin akibat

terbukanya permukaan akar yang semula tertutup oleh gingiva. Permukaan akar

yang terbuka juga memudahkan terjadinya erosi maupun abrasi pada sementum

maupun dentin akibat lingkungan rongga mulut maupun akibat aktifitas menyikat

1
gigi. Kondisi ini cenderung menimbulkan rasa sakit (ngilu) jika terkena

rangsangan terutama akibat perubahan suhu. Selain itu, permukaan akar yang

terbuka menyebabkan gigi rentan terhadap karies servikal.4

Atrisi didefinisikan sebagai hilangnya lapisan keras gigi secara bertahap

dari permukaan oklusal gigi yang berkontak dengan antagonisnya atau restorasi.

Hal ini berkaitan dengan penuaan, tetapi dapat dipercepat oleh faktor ekstrinsik

seperti kebiasaan parafungsional dari bruxism, trauma oklusi pada edentulous

sebagian, dan maloklusi. Pada tahap awal, tampak faset kecil pada cusp tip atau

sedikit rata pada incisal edge, sedangkan atrisi yang parah menyebabkan dentin

terpapar, yang dapat mengakibatkan peningkatan laju keausan.5

Hipersensitivitas dentin dapat diatasi dengan produk terapeutik dengan

cara profesional atau dapat diaplikasikan sendiri.6 Pasta gigi merupakan agen

desensitisasi yang umum digunakan. Diindikasikan secara luas, terutama karena

biayanya yang rendah, mudah digunakan dan home application. Pasta gigi

menyediakan formula kompleks dengan beberapa bahan, diantaranya agen

desensitisasi seperti strontium chloride, potassium nitrate, dibasic sodium citrate,

formaldehyde, sodium fluoride, sodium monofluorophosphate dan stannous

fluoride.7

BAB II

2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hipersensitif Dentin

Hipersensitif dentin adalah rasa sakit yang akut dan singkat berasal

dari dentin yang terpapar sebagai respon terhadap rangsangan kimia, sentuhan

termal, dan sentuhan tanpa adanya kelainan atau kerusakan gigi lainnya.8

Pendeteksian hipersensitif dentin dapat dengan cara mengehembuskan air

atau udara ringan dari three way syringe dengan sentuhan ringan dan sonde.

Pada kasus hipersensitif dentin, rasa tidak nyaman segera hilang setelah

penyebab ditiadakan.9 Berdasarkan urutannya, hipersensitif dentin paling

sering didiagnosis dengan pemeriksaan gigi (48%), kemudian dengan

disemprotkan udara (26%), meraba dentin dengan alat (12%), laporan pasien

berdasarkan pertanyaan dokter gigi (6%), metode lainnya (4%), dan dengan

air dingin (2%).3

2.1.1 Etiologi Hipersensitif Dentin

Pada kondisi normal, dentin terdiri dari banyak tubuli dentin yang

terisolasi dari lingkungan luar oleh enamel atau cementum. 9 Terjadinya

hipersensitif dentin adalah adanya pergerakan tubuli dentin sehingga dentin

menjadi terpapar atau terbuka. Terbukanya dentin disebabkan hilangnya

enamel akibat dari proses atrisi, abrasi, erosi, atau abfraksi serta rangsangan

terhadap permukaan akar yang tersingkap akibat dari resesi gingiva atau

perawatan periodontal. Semua proses di atas merupakan faktor-faktor yang

3
mempengaruhi terjadinya hipersensitif dentin. Terkikisnya lapisan enamel

yang menutupi gigi dan terbukanya permukaan akar merupakan awal dari

terjadinya hipersensitif dentin. Penyebab terkikisnya lapisan enamel antara

lain erosi, abrasi, atrisi dan abfraksi.10

2.1.2 Mekanisme Terjadinya Hipersensitif Dentin

Terdapat 3 mekanisme terjadinya hipersensitif dentin yaitu :

A. Teori Direct Innervation (DI)

Rangsangan termal atau mekanik, memasuki dentin melalui pulpa

sehingga meluas ke DEJ dan rangsangan mekanis secara langsung

mentransmisikan rasa sakit.

Walaupun teori ini telah diperkuat oleh adanya serabut saraf,

namun masih dianggap teoritis dengan kurangnya bukti yang kuat untuk

mendukungnya.8

B. Teori Odontoblast Receptor (OR)

Dalam teori OR, odontoblas bertindak sebagai sel reseptor rasa

sakit dan mengirimkan sinyal ke saraf pulpa. Namun, teori mekanisme

transduser odontoblast kurang dan tidak meyakinkan. Hal ini dikarenakan

matriks seluler odontoblasts tidak mampu menggairahkan dan

memproduksi impuls saraf. Selain itu, belum ada sinopsis ditemukan

antara odontoblas dan saraf pulpa.8

C. Teori Fluid Movement/Hydrodynamic

4
Teori hidrodinamik yang diajukan oleh Brännström pada tahun

1964 Menurut teori ini, ketika permukaan dentin yang terbuka terpapar

rangsangan termal, kimia, taktil atau evaporatif, cairan aliran dalam

tubulus dentin akan meningkat. Gerakan cairan sentrifugal di dalam

tubulus dentin menyebabkan perubahan tekanan dan merangsang reseptor

saraf di ujung tubulus dentin atau di kompleks pulpa-dentin. Pada

pemeriksaan scanning electron microscopic (SEM) pada hipersensitif

permukaan dentin menunjukkan adanya tubulus dentin yang terbuka lebar

dengan demikian, jumlah dan diameter tubulus dentin dianggap

merupakan faktor penting dalam memulai rasa sakit dari hipersensif

dentin. Oleh karena itu, semakin besar jumlah dan diameter tubulus dentin

yang terbuka maka semakin intens rasa sakit yang timbul dari hipersensitif

dentin. Telah dicatat bahwa pemicunya yaitu rangsangan dingin akan

menstimulasi cairan mengalir menjauhi pulpa menciptakan respons saraf

yang lebih cepat dan ketat dari rangsangan panas, yang menyebabkan

aliran cairan agak lamban ke arah pulpa. Ini selaras dengan pengamatan

bahwa pasien hipersensitif dentin lebih sering mengeluh sakit terhadap

rangsangan dingin daripada panas. 8,11

5
2.1.3 Indikasi & Kontraindikasi Hipersensitif Dentin

Indikasi:12

1. Gigi dengan resesi gingiva miller kelas 1 dan 2

2. Gigi tanpa abrasi, abfraksi, atrisi

3. Gigi tanpa karies

4. Gigi tanpa kerusakan tulang

Kontraindikasi:12

1. Gigi dengan resesi gingiva miller kelas 3 dan 4

2. Gigi dengan adanya abrasi, abfraksi, atrisi

3. Gigi dengan karies

4. Gigi dengan adanya kerusakan tulang

2.2 Resesi Gingiva

6
Resesi gingiva adalah terbukanya permukaan akar gigi akibat migrasi

margin gingival margin dan epithelium junctional ke arah apikal. Secara

klinis ditandai dengan margin gingival berada lebih ke apikal dari cemeto-

enamel junction (CEJ). Resesi gingiva juga dapat menyebabkan

hipersensitivitas dentin akibat terbukanya permukaan akar yang semula

tertutup oleh gingiva. Permukaan akar yang terbuka juga memudahkan

terjadinya erosi maupun abrasi pada sementum maupun dentin akibat

lingkungan rongga mulut akibat aktifitas menyikat gigi. Kondisi ini

cenderung menimbulkan rasa sakit berupa ngilu jika terkena rangsangan

terutama akibat perubahan suhu.13

Resesi gingiva yang diakibatkan oleh trauma oklusi maupun trauma

akibat kesalahan menyikat gigi bersifat reversible, artinya margin gingival

dapat dikembalikan ke posisi normal dengan prosedur rekonstruksi

periodontal yang disertai dengan eliminasi penyebabnya. Namun, faktor

etiologi resesi gingiva yang berhubungan dengan penyakit periodontal

cenderung bersifat irreversible atau tidak dapat dikembalikan lagi.13

2.2.1 Klasifikasi Resesi Gingiva

Menurut Miller, resesi gingiva dibagi menjadi 4 klas :13

 Kelas I : resesi tidak meluas ke mucogingival junction dan tidak belum

disertai kehilangan tulang maupun jaringan lunak pada daerah interdental.

7
 Kelas II : resesi gingiva telah meluas sampai mucogingival junction dan

belum disertai kehilangan tulang maupun jaringan lunak pada daerah

interdental.

 Kelas III : resesi gingiva telah meluas sampai mucogingival junction dan

sudah disertai kehilangan tulang maupun jaringan lunak pada daerah

interdental, bisa disertai malposisi gigi maupun tidak.

 Kelas IV : resesi gingiva telah meluas sampai mucogingival junction,

disertai kehilangan tulang yang parah pada daerah interdental, dan atau

disertai malposisi gigi yang parah.

Gambar 3. Resesi gingiva menurut klasifikasi Miller.13

2.3 Perawatan Hipersensitif Dentin

Strategi agar perawatan hipersensitif dentin tepat diantaranya adalah:14

1. diagnosis dan rencana perawatan yang tepat dengan dilakukannya DHE

mengenai faktor etiologi

8
2. pada kasus sensitif ringan sampai sedang, DHE mengenai metode penyikatan

gigi yang benar dan pemilihan pasta gigi yang sesuai yang dapat dilakukan di

rumah (at home therapy)

3. Bila masih tetap merasa ngilu dapat dilanjutkan dengan perawatan di ruang

dokter (in office therapy) menggunakan sistem iontoforesis dengan alat khusus,

yaitu desensitron

4. Apabila cara sebelumnya belum efektif, pertimbangkan perawatan endodontik

sebagai langkah terakhir

Hipersensitif dentin terjadi karena adanya kavitas atau invasif,

memerlukan restorasi yang sesuai; semisal melapisi dengan semen ionomer

kaca, bahan adesif atau komposit. Pada kasus hipersensitif dentin tanpa

adanya kavitas atau non-invasif, berbagai bahan dan teknik dikembangkan

untuk mengatasi keluhan hipersensitif dentin, misalnya pasta gigi khusus,

radiasi laser dengan karbon dioksida, dentin adesif, agen antibakteri, aldehida,

suspensi resin, membilas dengan fluoride, varnish fluoride, kalsium fosfat,

potasium nitrat, dan oksalat.14

Perawatan non-invasif:

1. At home therapy

9
Merupakan cara lebih mudah dan dapat digunakan dalam perawatan

banyak gigi. Agen desentisasi dirumah termasuk pasta gigi, obat kumur

dan permen karet.

 Pasta gigi adalah material yang paling umum dalam desentisasi.

Saat pasta gigi desentisasi muncul pertama kali di pasaran, pasta

gigi tersebut mengandung bahan yang dapat menutup tubulus

dentin seperti strontium salt dan fluoride. Selain itu, pasta gigi

yang mengandung formaldehyde, dapat mematikan elemen vital

didalam tubulus dentin.

Saat ini, banyak pasta gigi desentisasi mengandung garam

potassium seperti, potassium chloride, potassium citrate,

potassium nitrate. Penelitian telah mengungkapkan bahwa

garam potassium berjalan sepanjang tubulus dentin, dengan

memblokir aksi aksonik dari serat saraf intra gigi mengurangi

rangsangan gigi.

Pada penelitian lain telah dilakukan pada garam potassium dan

pengaruhnya terhadap hipersensitif dentin. Berdasarkan

penelitian ini, pasta gigi yang digunakan mengandung potassium

nitrate dan fluoride memiliki efek positif dalam mengurangi

hipersensitif dentin. 8

 Obat kumur dan permen karet

Temuan menunjukan bahwa obat kumur yang mengandung

potassium nitrat dan fluoride mengurangi hipersensitif dentin.

10
Beberapa penelitian telah dilakukan pada permen karet yang

mengandung potassium chloride. Namun, hasilnya tidak dapat

diandalkan. Sekitas 2-4 minggu setelah at home therapy

dilakukan, tingkat hipesensitif dentin akan diteliti lagi. Jika rasa

sakit masih ada, pasien harus memulai terapi berikutnya, yaitu

in office therapy.8

2. In office therapy

Merupakan cara yang lebih rumit dan dapat digunakan dalam

perawatan beberapa gigi. In office therapy dari hipersensitif dentin

biasanya dilakukan untuk meredakan rasa sakit dengan segera.

 Potassium nitrate

Tersedia dalam 2 bentuk, larutan air dan gel adhesive. Ion-ion

potassium nitrat bekerja dengan cara menutup sinapsis antara

sel-sel saraf, mengurangi eksitasi saraf yang

berhubungandengan rasa sakit.8

 Fluoride

Banyak artikel yang membahas keefektifan fluoride terhadap

mengurangi hipersensitif dentin. Fluoride mengendapkan kristal

calcium fluoride didalam tubulus dentin, dengan demikian

menurunkan permeabilitas dentin. Kristal ini hampir tidak larut.

Sodium fluoride dengan 2% konsentrasi digunakan di office.

Pengendapan yang dibentuk oleh sodium fluoride dapat

dihilangkan oleh saliva dan penggosokan mekanis. Karena itu,

11
asam ditambahkan kedalam formula sehingga sodium fluoride

yang diasamkan dapat membentuk endapan jauh didalam

tubulus dentin.

Stannous fluoride juga memiliki efek yang sama dengan sodium

fluoride.8

 Kalsium fosfat

Kalsium fosfat dapat mengurangi sensitivitas dentin secara

efektif. Mampu menutup tubuli dentin in vitro dan mengurangi

permeabilitas in vitro.15,16

 Casein-phosphopeptide-amorphous calcium phosphate (CPP-

ACP)

Merupakan bahan yang terbuat dari protein kasein susu. CPP

mengandung rangkaian phosphoseryl yang dapat membantu

dalam mengikatkan dan menstabilkan ACP. CPP-ACP mampu

meremineralisasi lesi awal dari lapisan enamel dan efektif dalam

mencegah serta perawatan dari hipersensitif dentin.8

2.4 Sikat Gigi

Pengambilan atau pembersihan plak merupakan cara untuk mencegah

timbulnya penyakit karies gigi dan gingivitis. Menyikat gigi dengan bulu

sikat keras dapat membersihkan plak, namun dapat menyebabkan trauma

pada struktur gigi dan gingiva.

12
Pemillihan sikat gigi dengan tangkai yang nyaman dipegang, tidak mudah

tergelincir, tidak ada sudut yang tajam, dan ringan. Sedangkan pada kepala

sikat gigi panjangnya 25,4 sampai 31,8 mm, ujung sikat membulat, bulu

lunak atatu soft terbuat dari nilon dan bulunya elastis.

Teknik menyikat gigi

Ujung sikat ditempatkan sudut 45

menghadap tepi gusi sehingga dpt

membersihkan saku gusi (perbatasan

gigi dengan tepi gusi)

sikat gigi dengan getaran kecil

dengan gerakan horizontal sejajar

dengan lengkung gigi (kedepan

kebelakang)

selama 10-15' setiap 2-3 gigi

sikat gigi dengan getaran kecil

dengan gerakan horizontal (kedepan

kebelakang)

13
sikat gigi dipegang secara

horizontal (gerakan maju

dan mundur)

sikat gigi dipegang secara vertikal

(gerakan menarik dari dalam ke luar

14
BAB III

LAPORAN KASUS

Nama O.S. : D. R Nama Mahasiswa:

Tanggal Lahir : 14 Februari 1999 Riska Widiastuti (2018-16-137)

Jenis kelamin : Laki-laki Ruth Chantika (2018-16-140)

Pekerjaan : Mahasiswa Nama Pembimbing:

Alamat : Jalan R C Radio Dalam no 57 Veronica , drg., Sp.Perio

kec. Kebayoran baru kab. Gandaria utara

I. Anamnesis:

Pasien laki-laki berusia 20 tahun datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut

Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) dengan keluhan gigi depan atas dan

bawah terasa ngilu yang singkat dan tajam saat minum dingin sejak 1 tahun yang

lalu, namun ngilu hilang saat tidak mengkonsumsi minuman dingin dan panas.

Pasien sudah dilakukan perawatan pembersihan karang gigi pada 27 Agustus

2019. Namun pasien merasa giginya masih terasa ngilu ketika makan atau minum

panas dan dingin. Pasien menyikat gigi 2x sehari saat pagi sebelum makan dan

malam sebelum tidur. Pasien mengganti sikat giginya dengan merk formula setiap

2-3 bulan sekali. Pada saat menyikat gigi, pasien mengeluhkan gusi berdarah.

15
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik dan tidak memiliki alergi. Pasien

memiliki kebiasaan merokok dengan intensitas 12 batang/hari dan minum kopi 1

gelas/hari. Pasien datang dengan keadaan tidak sakit dan ingin dirawat.

II. Status Umum :

- Kesadaran umum : compos mentis

- Tekanan darah : 120/80 mmHg

- Denyut nadi : 82x/menit

- Pernafasan : 17x/menit

- Suhu : 36 ° C

- Riwayat Sistemik : Hipertensi (-)

Hipotensi (-) Hepatitis (-)

Penyakit jantung (-) Asma (-)

Diabetes Mellitus (-) Alergi (-)

III. Status Lokal :

1. Pemeriksaan ekstra oral:

Wajah : Simetris, tidak ada kelainan

Pipi : Tidak ada pembengkakan

16
Bibir : Kompeten, tidak ada kelainan

Limfonodi : Tidak teraba, tidak sakit

Mata : menggunakan kaca mata

Pupil: isokor, sclera: non ikterik, konjungtiva: non anemik

Kelenjar Submandibularis : Tidak teraba, lunak, tidak sakit

Kelenjar Sublingualis : Tidak teraba, lunak, tidak sakit

Foto Ekstra Oral

17
Foto Intra Oral

RA

18
RB

2. Pemeriksaan intra oral:

 Resesi gingiva : RA- gigi 12, 11, 21, klas I Miller

RB- gigi 42,41,31, 32 klas I Miller

 Palatum : Sedang

 Lain-lain : -

 Gingiva :

 RA KA : merah muda, edema(-) konsistensi kenyal, interdental

papil lancip, stipling (+), BOP (-)

19
 RA M : merah muda, edema (-), konsistensi kenyal, interdental

papil lancip, stipling (+), BOP (-)

 RA KR : merah muda, edema (-), konsistensi kenyal, interdental

papil lancip, stipling (+), BOP (-)

 RB KA : merah muda, edema (-), konsistensi kenyal, interdental

papil lancip, stipling (+), BOP (+)

 RB M : merah muda, edema (-), konsistensi kenyal, interdental

papil lancip, stipling (-), BOP (+)

 RB KR : merah muda, edema (-), konsistensi kenyal, interdental

papil lancip, stipling (+), BOP (-)

3. Keadaan gigi geligi :

a. Keadaan gigi geligi

V G O Mp M Tk K T Kr Tm At/Ab
12 + - + - - + - - - - -/-
11 + - + - - + + - - - -/-
21 + - + - - + - - - - -/-
42 + - + - - + + - - - -/-
41 + - + - - + - - - - -/-
31 + - + - - + - - - - -/-
32 + - + - - + - - - - -/-

Keterangan :

V : Vital Pd : Poket Distal K : Karang Gigi


G : Goyang O : Oklusi T : Trauma Oklusi
Pb : Poket Bukal R : Resesi
20 Kr : Karies
Pm : Poket Mesial Mp : Malposisi Tm : Tumpatan
Pp/Pl : Poket Palatal M : Migrasi At/Ab : Atrisi / Abrasi
Poket Lingual Tk : Titik Kontak MLV : Mesio Labio Versi
LV : Labio Versi
RADIOGRAFI

INTERPRETASI RA:

Gigi 12 :

-Terdapat penurunan puncak alveolar crest secara horizontal sebesar 1mm pada

bagian mesial

-Ligamen periodontal dan lamina dura normal

-Tidak terdapat lesi periapikal

Gigi 11 :

-Terdapat penurunan puncak alveolar crest secara horizontal sebesar 1 mm pada

bagian mesial dan distal

21
-Ligamen periodontal dan lamina dura normal

-Tidak terdapat lesi periapikal

-Terdapat kalkulus berupa radioopak pada bagian mesial dan distal

Gigi 21 :

-Terdapat penurunan puncak alveolar crest secara horizontal sebesar 1 mm pada

bagian mesial dan 2mm pada bagian distal.

-Ligamen periodontal dan lamina dura normal

-Tidak terdapat lesi periapikal

INTERPRETASI RB:

Gigi 42:

22
-Terdapat penurunan puncak alveolar crest secara horizontal sebesar 1 mm pada

bagian mesial dan distal

-Ligamen periodontal dan lamina dura normal

-Tidak terdapat lesi periapikal

-Terdapat kalkulus berupa radioopak pada bagian mesial

Gigi 41:

-Terdapat penurunan puncak alveolar crest secara horizontal sebesar 1 mm pada

bagian mesial dan distal

-Ligamen periodontal dan lamina dura normal

-Tidak terdapat lesi periapikal

Gigi 31 :

-Terdapat penurunan puncak alveolar crest secara horizontal sebesar 1 mm pada

bagian mesial dan distal

-Ligamen periodontal dan lamina dura normal

-Tidak terdapat lesi periapikal

Gigi 32 :

-Terdapat penurunan puncak alveolar crest secara horizontal sebesar 1 mm pada

bagian mesial dan distal

-Ligamen periodontal dan lamina dura normal

23
-Tidak terdapat lesi periapikal

Diagnosa :

gigi 12, 11 , 21, 42, 41, 31, 32 Gingivitis kronis generalis

- Etiologi Primer : Bakteri Plak

- Etiologi Sekunder :

 Lokal :

- Kalkulus

- Resesi gingiva: Kelas I Miller pada gigi 12, 11, 21,

42, 41, 31, 32

 Lain-lain: -

 Sistemik : -

IV. Etiologi :

 Etiologi Primer : Bakteri Plak

 Etiologi Sekunder :

 Resesi gingiva : Gigi 12, 11, 21, 42, 41, 31, 32 klas I miller

 Kalkulus : sedang

 Palatum : Sedang

 Lain-lain :-

24
Etiologi dari kasus pasien ini adalah kesalahan cara menyikat gigi.

Penyikatan gigi yang dilakukan terlalu keras dan menggunakan bulu sikat yang

keras sehingga menimbulkan trauma pada gigi yang mengakibatkan menyebabkan

adanya penurunan margin gingiva kearah apikal atau resesi yang menimbulkan

rasa ngilu pada gigi pasien saat terdapat rangsangan panas dan dingin.

V. Prognosis:

 Prognosis Baik: Dukungan tulang yang adequat, pemeliharaan cara

menyikat gigi, pasien kooperatif, tidak ada faktor sistemik/ lingkungan.

VI. Rencana Perawatan

 Fase Non Bedah (Fase I)

 Scalling + OHI + Polishing + DHE

 Desensitisasi untuk resesi klas I: gigi 12, 11, 21,42, 41, 31, 32

 Fase Bedah (Fase II) : -

 Fase Restoratif (Fase III) : -

 Fase Maintenance (Fase IV)

 Kontrol Periodik, kontrol plak, kalkulus

 Kondisi gingival

25
 Pemberian OHIS

 Cek perubahan patologis lainnya

Bagan Rencana Terapi

Fase I (Initial)

Scaling + OHI, polishing, DHE, Desensitisaisi gigi 12, 11, 21, 42, 41, 31, 32

Fase IV (Maintenance)
Kontrol periodik, kontrol plak, kalkulus, gingiva dan OHIS.

Fase II (Surgical) Fase III (Restoratif)


- -

VII. Rujukan :

- Bagian Radiologi : foto periapical

Prosedur Desensitisasi Dentin:

26
a. Alat

1. Lap Putih

2. Set alat diagnostik: Nierbekken, 2 buah kaca mulut no 4, sonde

halfmoon, pinset, probe periodontal

3. Brush bur + mikromotor

4. Cotton roll, cotton pallete

5. Air spray (semprotan udara)

6. Glass plate

7. Microbrush

b. Bahan

1. Disclosing agent

2. Pumish/pasta profilaksis

3. Bahan desensitisasi (5% Sodium Fluoride White Varnish)

a. Prosedur Desensitisasi:

1. Kontrol plak: pastikan permukaan gigi bersih

2. Oral profilaksis: bersihkan gigi dengan brush dan pumice atau pasta

profilaksis, bilas air hingga bersih dan keringkan permukaan gigi 12, 11,

21, 42, 41, 31, 32

3. yang hipersensitifitas dengan menggunakan sonde atau semprotan udara

4. Isolasi daerah kerja dengan cotton roll

5. Letakkan bahan desentisisasi pada glass plate

27
6. Aplikasikan bahan desensitisasi dengan microbrush pada permukaan gigi

12, 11, 21, 42, 41, 31, 32 dengan gerakan searah pada daerah yang

hipersensitif

7. Biarkan 1 menit

8. Periksa keberhasilan aplikasi dengan sonde dan semprotan udara

9. Pasien diinstruksikan untuk tidak berkumur, tidak makan dan minum

selama 1 jam

10. Instruksikan pasien cara sikat gigi yang benar

11. Kontrol setelah 1 minggu

28
KESIMPULAN

Hipersensitivitas dentin ditandai sebagai nyeri akibat dentin yang terbuka

jika diberikan stimulus termal, taktil, osmotik dan mekanis, seperti menyikat gigi,

makan makanan manis dan asam, dan minuman dingin atau panas. Hal ini

menyebabkan pasien merasa nyeri tajam yang singkat yang dikenal dengan

hipersensitivitas dentin.

Terjadinya hipersensitif dentin adalah adanya pergerakan tubuli dentin

sehingga dentin menjadi terpapar atau terbuka. Terbukanya dentin disebabkan

hilangnya enamel akibat dari proses atrisi, abrasi, erosi, atau abfraksi serta

rangsangan terhadap permukaan akar yang tersingkap akibat dari resesi gingiva

atau perawatan periodontal. Semua proses di atas merupakan faktor-faktor yang

mempengaruhi terjadinya hipersensitif dentin.

Perawatan hipersensitif dentin terdiri dari perawatan invasif dan non-

invasif. Perawatan invasif dilakukan apabila hipersensitif dentin terjadi karena

adanya kavitas, perawatan memerlukan restorasi yang sesuai; semisal melapisi

dengan semen ionomer kaca, bahan adesif atau komposit. Sedangkan perawatan

non-invasif dilakukan pada kasus tanpa adanya kavitas. Perawatan non-invasif

bisa dilakukan sendiri oleh pasien di rumah, merupakan cara lebih mudah dan

dapat digunakan dalam perawatan banyak gigi yaitu dengan pasta gigi, obat

kumur dan permen karet atau oleh dokter gigi di klinik dokter gigi merupakan

cara yang lebih rumit dan dapat digunakan dalam perawatan beberapa gigi saja.

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Shen SY, Tsai CH, Yang LC, Chang YC. Clinical Efficacy of Toothpaste

Containing Potassium Citrate in Treating Dentin Hypersensitivity. J Dent

Sci. 2009 Nov 20. 4(4): 173-177.

2. Leye BF, Niang SO, Faye B, Sarr M Seck A, Ndiaye D, Balde O, Toure B.

Treatment of Dentin Hypersensitivity: A Systematic Review of Randomized

Clinical Trials. Journal of Dentistry and Oral Care Medicine. 2016; 2(2):1-

10.

3. Dorota T, et al. Management of Dentin Hypersensitivity by National Dental

Practice-Based Research Network practitioners: results from a questionnaire

administered prior to initiation of a clinical study on this topic. BMC Oral

Health. 2017; 17(41):1-7.

4. Borges AB, Barcellos DC, Torres CRG, Borges ALS, Marsilio AL, Carvalho

CAT. Dentin Hypersensitivity-Etiology, Treatment Possibilities and Other

Related Factors: A Literature Review. World Journal of Dentistry. 2012 Jan-

Mar; 3(1): 60-67.

5. Lee A, HE LH, Lyons K, & Swain MV. Tooth Wear and Wear Investigations

in Dentistry. Journal of Oral Rehabilitation. 2011 July 26; 39: 217-225.

6. Ricarte JM, Matoses VF, Llacer VJF, Fernandez AJF, Moreno BM. Dentinal

Sensitivity: Concept and Methodology For Its Objective Evaluation. Med

Oral Patol Oral Cir Bucal. 2007 Nov 16 13(3): 201-6.

30
7. Porto ICCM, Andrade AKM, Montes MAJR. Diagnosis and Treatment of

Dentinal Hypersensitivity. Journal of Oral Science. 2009 April 15; 51(3):

323-332.

8. Dentin hypersensitivity : etiology, diagnosis and treatment a literature review.

Jdent 2013. AR davari, E Ataei, H Assarzadeh

9. Jacobsen PL, Bruce G. Clinical Dentin Hypersensitivity: Understanding The

Causes and Prescribing A Treatment. J Contemp Dent Pract. 2001;2:1–8.

10. Porto, I, Andrade A, Montes M. Diagnosis and Treatment of Dentinal Hypers

ensitivity. Journal of Science, 2009, Vol 51 (3), pg 323-332.

11. Bubteina N, Garoushi S. Dentine Hypersensitivity: A Review. Dentistry.

2015; 5(9): 1-7

12. Gillam DG, Orchardson R. Advances in The Treatment of Root Dentine

Sensitivity: Mechanisms And Treatment Principles. Endodontic Topics. 2006;

13: 13–33.

13. Krismariono, Agung Prinsip Dasar Perawatan Resesi Gingiva. dentika Dental

Journal. 2014;18(96)1: 96-100

14. Penanganan dentin hipersensitif (Management of dentin hypersensitive)Indrya

Kirana Mattulada.Makassar Dent J 2015; 4(5): 148-151

15. Frechoso SC, Menendez M, Guisasola C, Arregui I, Tejerina JM, Sicilia A.

Evauation of The Efficacy of Two Pottasium Nitrate Bioadhesive Gels (5%

and 10%) in The Treatment of Dentine Hypersensitivity: A Randomized

Clinical Trial. J Clin Periodontal. 2003; 30: 315-320.

31
16. Geiger S, Matalon S, Blasnalg J, Tung M, Eichmiller FC. The Clinical Effect

of Amorphous Calcium Phosphate (ACP) ON Root Surface Hypersensitivity.

Oper Dent. 2003; 28: 496-500.

32
LAPORAN KASUS HIPERSENSITIVITAS DENTIN

Disusun Oleh:

Riska Widiastuti (2018-16-137)

Ruth Chantika (2018-16-140)

Pembimbing :

Veronica , drg., Sp.Perio

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)

JAKARTA

2019

33

Anda mungkin juga menyukai