Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Oral Candidiasis adalah suatu infeksi oportunistik yang banyak terjadi pada
rongga mulut yang disebabkan oleh karena jamur dari jenis Candida Albicans. Selain Candida
albicans penyebab kandidiasis oral pula dapat disebabkan oleh C. Tropicalis, C. Krusei, C.
Parapsilosis, C. Guilliermondi. Insidensi terjadinya hal tersebut tergantung dari beberapa faktor
seperti usia, status imun pasien, lingkungan kebersihan mulut, dan keberadaan dari Candida
Albicans itu sendiri. Patogenesis dari oral candidiasis masih belum jelas, beberapa faktor
predisposisi dapat menyebabkan Candida Albicans dalam rongga mulut menjadi organisme
patogen, meliputi faktor lokal seperti gigi tiruan, steroid inhalasi, steroid topikal, hiperkeratosis,
ketidakseimbangan mikroflora, kuantitas dan kualitas saliva, dan faktor sistemik lainnya.1
Oral Candidiasis juga diketahui sebagai oral candidosis, oral thrush atau
opharyngeal candidiasis, monialisis, candidal stomatitis, dan muguet. Candida Albicans
dilaporkan 45% terdapat pada neonatus, 45-65% pada anak sehat, 30-45% pada orang dewasa
sehat, 50-65% pada pemakai gigi tiruan, 9-88% pada penderita penyakit akut jangka panjang,
90% pada penderita leukemia akut dengan kemoterapi, dan 95% pada penderita HIV. Lesi
kandidiasis ini dapat berkembang di setiap rongga mulut, tetapi lokasi yang paling sering adalah
mukosa bukal, lipatan mukosa bukal, orofaring dan lidah. Oral Candidiasis ini sering menjadi
sumber dari rasa tidak nyaman, sakit, kehilangan rasa dan tidak memiliki selera makan. Oral
Candidiasis yang kronis dan tidak segera dirawat ini dapat berkembang menjadi kandidiasis
leukoplakia yang bersifat pra-ganas dan kemudian dapat menjadi karsinoma sel skuamosa.1,2,3

1.2 Tujuan penulisan


Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah
untuk menjelaskan gambaran oral candidiasis yang sering terjadi pada rongga mulut beserta
penyebab dan penanganannya.

1.3 Manfaat Penulisan

1
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai
tambahan informasi bagi penulis maupun pembaca tentang oral candidiasis, sehingga bisa
menentukan diagnosa dan melakukan perawatan pada penderita oral candidiasis nantinya.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Oral candidiasis adalah infeksi jamur dalam mulut yang sering di temukan selama
lebih dari dua dekade terakhir, merupakan suatu infeksi oportunistik yang banyak terjadi pada
rongga mulut yang diakibatkan karena jumlah spesies candida yang terlalu berlebih. Oral
candidiasis juga diketahui sebagai oral candidosis, oral thrush atau opharyngeal candidiasis,
moniliasis, candida stomatitis atau muguet.1

2.2 Etiologi
Oral candidiasis biasanya di sebabkan oleh candida albicans, dan kadang juga di
sertai infeksi spesies candida lainnya seperti : C. glabrata, C. krusei, C. tropicalis, C.
parapsilosis, C. pseudotropicalis, C. guillierimondii, C. lusitaniae, dan C. stellatoidea.1
Candida albicans merupakan spesies jamur patogen yang paling sering ditemukan
dan dapat mengakibatkan berbagai macam infeksi (candidiasis). Candida albicans ditemukan
sebanyak 50% pada kasus oral candidiasis dan bersamaan dengan C. tropicalis dan C. glabrata
ditemukan pada lebih dari 80% kasus infeksi. Beberapa obat-obatan juga dapat mengubah flora
normal rongga mulut yang dapat memicu pertumbuhan candida. Obat-obatan tersebut antara lain
penggunaan antibiotic dalam jangka panjang, steroid, dan oral kontrasepsis dengan kandungan
estrogen yang tinggi.1
Selain faktor etiologi, terdapat juga faktor predisposisi terjadinya oral candidiasis,
yaitu saat terjadi penurunan imun, pemakaian gigi tiruan, mulut kering (xerostomia), malnutrisi
atau malabsorbsi atau diet yang buruk, merokok, penyakit kelainan endokrin, dan wanita dengan
perubahan hormonal seperti saat hamil atau dibawah kontrol pil KB.1

2.3 Patogenesis
Candida albicans merupakan mikroorganisme endogen pada rongga mulut,
traktus gastrointestinal, traktus genitalia wanita dan kadang-kadang pada kulit. Secara
mikroskopis ciri-ciri C. albicans adalah yeast dimorfik yang dapat tmbuh sebagai sel yeast, sel

3
hifa atau pseudohyphae. C. albicans dapat ditemukan 40- 80 % pada manusia normal, yang dapat
sebagai mikroorganisme komensal atau patogen.4
Infeksi C. albicans pada umumnya merupakan infeksi oportunistik, dimana
penyebab infeksinya dari flora normal host ketika mengalami kondisi penurunan sistem imun
tubuh. Dua faktor penting pada infeksi oportunistik adalah adanya paparan agen penyebab dan
kesempatan terjadinya infeksi. Faktor predisposisi meliputi penurunan imunitas yang
diperantarai oleh sel, perubahan membran mukosa dan kulit serta adanya benda asing.5
Selain host mengalami kondisi penurunan imun, C. albicans juga mengandung
faktor virulensi yang dapat berkontribusi terhadap kemampuannya untuk menyebabkan infeksi.
Faktor virulensi utama meliputi; permukaan molekul yang memungkinkan adheren organisme
pada permukaan sel host, asam protease dan fosfolipase yang terlibat dalam penetrasi dan
kerusakan dinding sel, serta kemampuan untuk berubah bentuk antara sel yeast dengan sel hifa.6
Infeksi candida dapat dikelompokkan menjadi tiga meliputi; candidiasis
superfisial, candidiasis mukokutan dan candidiasis sistemik. Infeksi candidiasis superfisial dapat
mengenai mukosa, kulit dan kuku. Candidiasis mukokutan melibatkan kulit dan mukosa rongga
mulut atau mukosa vagina. Pada candidiasis sistemik dapat melibatkan traktus respirasi bawah
dan traktus urinary dengan menyebabkan candidaemia. Lokasi yang sering pada endokardium,
meninges, tulang, ginjal dan mata. Penyebaran penyakit yang tidak diterapi dapat berakibat
fatal.4

2.4 Klasifikasi dan Gambaran Klinis


Oral candidiasis diklasifikasikan menurut Lehner (1960), berdasarkan bentuk akut
dan kronis. Klasifikasi oral candidiasis, yaitu:1
1. Bentuk akut
a. Pseudomembran, merupakan tipe yang paling umum dari oral candidiasis, ditemukan
sebanyak 35% dari kasus oral candidiasis. Tipe ini dikarakteristikan sebagai
pseudomembran putih yang luas berisi sel epitel desquamasi, fibrin dan hifa jamur.
Lesi putih sering ditemukan pada permukaan mukosa labial dan bukal, palatum keras
dan lunak, lidah, jaringan periodontal dan dapat ditemukan di daerah faring.
Membrane tersebut dapat dikerok untuk melihat mukosa eritema mukosa
dibawahnya.1

4
Gambar 1. Candidiasis pseudomembran

b. Eritematosa, merupakan oral candidiasis dengan lesi berwarna merah dengan tekstur
yang kasar. Sebagai contoh denture stomatitis, angular stomatitis, median rhomboid
glossitis dan stomatitis karena antibiotik. Lesi-lesi tersebut bersifat eritematosa karena
terjadi atrofi. Keadaan ini mungkin terjadi sebelum terbentuk pseudomembran dan
akan meghilang jika membrane dihilangkan. Candidiasis eritematosa ditemukan dari
60% kasus oral candidiasis yang terjadi. Candidiasis eritematosa dapat muncul
dibagian palatum atau dorsum lidah sehubungan dengan penggunaan steroid inhaler.
Pada lidah terjadi kehilangan lidah atau disebut juga dengan depapilisasi yang
mengakibatkan permukaan lidah menjadi licin. Candidiasis eritematosa akut biasanya
muncul pada dorsul lidah dan ditemukan pada orang yang mengkonsumsi
kottikpsteroid atau antibiotik dalam waktu jangka panjang dan dapat muncul juga
beberapa hari setelah penggunaan antibiotik topikal. Hal ini disebut antibiotic sore
mouth atau sore tongue. Candidiasis eritematosa kronis biasanya berhubungan dengan
pemakaian gigi tiruan.1

5
Gambar 2. Candidiasis eritematosa

2. Bentuk kronis
a. Oral candidiasis pseudomembran dan eritematosa dapat terjadi dalam bentuk akut
maupun kronis.1
b. Hiperplastik, merupakan jenis oral candidiasis yang terlihat sebagai bentuk plak atau
nodular candidiasis. Keadaan yang paling sering terjadi pada candidiasis hiperplastik
adalah suatu lesi plak putih yang persisten dan tidak dapat dikerok. Tekstur lesi kasar
atau berbentuk nodular. Candidiasis hiperplastik merupakan suatu keadaan yang
jarang terjadi, yaitu hanya sekitar 5% dari kasus oral candidiasis. Daerah yang paling
sering terkena adalah daerah commissural di mukosa bukal, biasanya dikedua sisi
rongga mulut. Bentuk lain dari candidiasis hiperplastik adalah candida leukoplakia.
Bentuk ini secara klinis sulit dibedakan dengan true leukoplakia, tetapi pada
pemeriksaan biopsi menunjukkan adanya hifa candida.1

6
Gambar 3. Oral candidiasis tipe nodular dan plak
.
3. Lesi yang berhubungan dengan candida
a. Denture stomatitis, merupakan suatu peradangan dan eritema pada mukosa dibawah
gigi tiruan. Biasanya pada gigi tiruan rahang atas. Beberapa laporan mengatakan
bahwa 65% dari pengguna gigi tiruan memiliki kondisi tersebut dan hampir 90% dari
kasus terkait berhubungan dengan spesies candida yang disebut dengan candida-
associated denture stomatitis atau candida-associated denture induced stomatitis
(CADIS). Kondisi juga diketahui jarang sekali menimbulkan rasa sakit.1

Gambar 4. Denture stomatitis

7
b. Angular cheilitis, merupakan suatu inflamasi pada sudut mulut yang sering dikaitkan
dengan spesies candida yang biasanya juga disebut dengan monilialperleche. Spesies
candida sendiri terjadi sekitar 20% dari kasus yang ada dan infeksi campuran dari C.
albicans dan Staphylococcus auerus ditemukan sekitar 60% dari kasus. Tanda dan
gejala yang terjadi adalah adanya rasa sakit, daerah eritema (kemerahan), ditemukan
fissure pada kedua sudut mulut. Angular cheilitis juga umumnya terjadi pada orang
tua yang berhubungan dengan denture stomatitis.1

Gambar 5. Angular cheilitis

c. Median rhomboid glossitis, merupakan suatu lesi berbentuk elips atau lesi rhomboid
yang berada di tengah lidah bagian dorsal di depan dari papila circumvalata. Daerah
ini terjadi kehilangan papila, warna kemerahan dan jarang sekali sakit. Seringkali
ditemukan spesies candida di lesi ini dan terkadang bercampur dengan spesies
bakteri.1

8
Gambar 6. Median rhomboid glossitis
d. Secondary oral candidosis1
4. Manisfestasi oral karena mucocutanous candidosis sistemik
a. Familial mucocutaneous candidiasis1
b. Diffuse chronic mucocutaneous candidiasis, mengacu pada karakteristik sindrom
yang jarang terjadi karena lesi kandida kronis pada kulit, di mulut dan pada
membrane mukosa lainnya (contoh kandidiasi oral sekunder). Ini termasuk
candidiasis mukokutan lokal kronis (Granuloma Kandidia), Sindrom Kandidiasis
Endokrinopati, dan Sindrom Kandidiasis Thymoma. Hampir 90% dari orang dengan
Kandidiasi mukokutan kronis memiliki kandidiasis pada mulutnya.1
c. Chronic granulomatous disease1
d. Candidosisendocrinopathy syndrome1
e. Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) yang terjadi adalah eritema gingivitis
bisa secara lokalis atau generalis. Hal ini dapat diamati pada penderita yang terinfeksi
HIV dan disebut “Gingivitis karena HIV. Spesies Kandida terlibat, dan di beberapa
kasus, lesi bereaksi pada terapi anti jamur, sehingga bisa saja ada faktor lain
juga,dapat berpengaruh seperti kebersihan rongga mulut dan virus herpes. Kondisi ini
dapat berkembang menjadi necrotizing ulcerative periodontitis.1

2.5 Diagnosis

9
Diagnosis dari kandida sering berdasarkan gejala klinis seperti lesi putih, merah,
dan mukosa putih kemerahan. Diagnosa dapat dipastikan dengan pengerokan menggunakan
potassium hydroxide atau pewarnaan gram sebelum pemeriksaan mikroskopik atau dikulturkan,
kuantitas dan kualitas dapat dilihat dengan pemeriksaan kandida secara spesifik. Kuantitas dapat
dilihat dengan memberikan kandida Brom Cresol Gruten (BCG) pada agar, inkubasi, dan
perhitungan unit pemebentuk koloni.Kualitas didapatkan dengan menggunakan tabung
pertumbuhan bakteri (untuk albicans) dan asimilasi karbohidrat (untuk spesies lain). Spesimen
biopsy dapat diwarnai dengan PAS (Periodic acid-Schiff), karena efektif memperlihatkan
spseudomycelia dan hyphae. Angular Cheilitis dengan atau tidak dengan gejala oral (mulut),
harus selalu dikaitkan dengan kemungkinan dari kandidiasis. Di dalam mendirikan diagnosis,
faktor etiologi harus diambil sebagai pertimbangan. Bakteri dan infeksi virus dan juga penyakit
patologi imun juga harus dipertimbangkan, biasanya jika tak ada respon pada perawatan anti
jamur. Displasia epitel sering bermanifestasi menjadi warna putih, merah dan lesi putih-merah
dan harus bisa ditentukan.1

2.6 Perawatan
Perawatan untuk oral candidiasis yaitu mengetahui faktor predisposisi yang tepat.
Terapi anti jamur sangat berperan penting dalam pengobatan. Pengurangan jamur bisa dilakukan
secara fisik & kimiawi pada candidiasis rongga mulut, serta dapat dikurangi dengan kebersihan
mulut yang baik, yaitu dengan menggosok gigi dan menggunakan obat kumur anti mikroba.
Beberapa obat kumur mengandung anti jamur seperti triclosan, klorheksidin glukonat, minyak
essensial. Minyak essensial biasanya mengandung ekstrak tumbuhan alami seperti thymol,
eucalyptol, dan bioflavonoid yang secara langsung menjadi anti jamur in vitro dengan merusak
membrane sel dan menghambat pembentukan enzim. Jika dibandingkan dengan antibakteri, anti
jamur pada antibakteri sedikit lebih rendah. Karena hal tersebut ada hubungan yang signifikan
dari infeksi jamur pada manusia, dan juga bahwa organism jamur itu eukariotik dan terbagi
dalam banyak bentuk pda sel sel di mamalia, sehingga harus membuat seleksi yang tepat untuk
masalah anti jamur.1

1. Terapi Konvensional

10
Pengobatannya selama 2 minggu setelah lesi tebuka. Bila terapi topikal gagal,
maka harus dilakukan terapi sistemik karena kegagalan respon obat merupakan tanda awal
penyakit sistemik yang mendasarinya. Tindak lanjut kunjungan berikutnya yaitu setelah 3 sampai
7 hari penting untuk memeriksakan efek obat. Tujuan utama pengobatan adalah untuk
mengidentifikasi dan menghilangkan faktor yang mungkin berkontribusi, yaitu mencegah
diseminasi sistemik, menghilangkan adanya ketidaknyamanan yang terkait dan mengurangi
candida.1
a. Untuk bayi dan ibu menyusui1
Untuk seorang ibu yang sedang menyusui bayi, ibu dan bayinya lebih baik sama-
sama melakukan pengobatan. Jika tidak, kemungkinan akan menularkan infeksi berulang.
 Obat antijamur ringan untuk bayi dan krim antijamur untuk payudara ibu.
 Jika bayi menggunakan puting atau dot botol, bilas puting dan dot dalam larutan air dan
cuka dengan perbandingan yang sama setiap hari dan biarkan kering untuk mencegah
pertumbuhan jamur.
 Jika menggunakan pompa ASI, bilas bagian yang bersentuhan dengan payudara
menggunakan larutan cuka dan air.
b. Untuk orang dewasa dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah1
Pilihan pengobatan dikategorikan menjadi dua tahap, perawatan tahap primer dan tahap
sekunder. Pengobatan ini ada beberapa macam, termasuk sediaan lozenges, tablet atau cairan
yang didesis di mulut lalu ditelan.
- Tahap primer perawatan
Nistatin
Obat yang biasa digunakan sebagai perawatan primer. Tersedia dalam bentuk
krim, suspensi oral, cair, and pastiles (lozenge). Dosis cair 5 milimeter empat kali sehari selama
satu atau dua minggu; harus dihisap di seluruh permukaan mulut perlahan, selama mungkin
(misalnya beberapa menit) lalu ditelan. Satu atau dua pastilles diberikan selama empat atau lima
kali sehari selama 7 sampai 14 hari. Harus dilarutkan dalam mulut perlahan dan tidak boleh
dikunyah atau ditelan utuh. Tercatat bahwa tidak ada interaksi obat atau efek samping yang
signifikan.1

Amphotercin B

11
Obat ini tersedia sebagai Lozenge (Fungilin 10mg) dan suspensi oral 100mg / ml
yang akan diberikan 3 sampai 4 kali sehari. Amfoterisin-B menghambat adhesi kandida ke sel
epitel. Efek samping obat ini adalah nefrotoksisitas.1

Clotrimozole
Obat ini menurunkan pertumbuhan jamur dengan menghambat sintesis ergo
sterol. Hal ini tidak diindikasikan untuk infeksi sistemik. Obat ini tersedia dalam Cream dan
Lozenge 10mg. Efek samping utama dari obat ini adalah sensasi mulut yang tidak enak,
meningkatkan kadar enzim hati, mual, dan muntah.

- Tahap sekunder perawatan


Tahap sekunder perawatan digunakan untuk pasien dengan penyakit berat, terlokalisasi, dan
kekebalan tubuh lemah, dan pasien yang memiliki respon buruk terhadap perawatan primer. Obat
yang terutama digunakan pada tahap kedua pengobatan adalah:1
Ketoconazole
Obat ini menghambat sintesis ergosterol pada membran sel jamur dan diserap dari
saluran pencernaan dan dimetabolisme di hati. Dosisnya 200-400 mg tablet sekali atau dua kali
sehari selama dua minggu. Efek sampingnya adalah mual, muntah, kerusakan hati dan juga
berinteraksi dengan antikoagulan. Ketoconazole (bentuk tablet) tidak diberikan sebagai terapi
awal karena berpotensi menimbulkan keracunan pada liver.1
Flukonazole
Obat ini menghambat reduksi sitokrom p450 sterol C-14 alpha demethylation.
Obat ini digunakan untuk kandidosis opharyngial dan dosisnya adalah kapsul 50-100mg sekali
sehari selama 2-3 minggu. Efek samping utamanya adalah mual, muntah, dan sakit kepala. Obat
ini berinteraksi dengan antikoagulan dan dikontraindikasikan pada kehamilan, penyakit hati, dan
penyakit ginjal.1
Itraconazole
Ini adalah salah satu agen antijamur spektrum luas dan dikontraindikasikan pada
kehamilan dan penyakit hati. Dosis obat in i adalah100mg kapsul sekali sehari selama 2 minggu.
Efek samping utamanya adalah mual, neuropati, dan ruam.1

12
c. Perawatan untuk wanita hamil
Karena banyak obat yang digunakan untuk mengobati infeksi jamur bisa menjadi
racun bagi janin yang sedang berkembang, hanya perawatan topikal - seperti krim - yang
digunakan bila memungkinkan.

2. Pengobatan Tradisional
a. Melatih Kebiasaan oral yang baik
Menyikat gigi setidaknya dua kali sehari dan flossing setidaknya sekali dapat
mengurangi kemungkinan Anda harus menderita infeksi jamur mulut. Pastikan sering mengganti
sikat gigi sampai infeksi hilang.1
b. Pengobatan Tradisional yang Natural untuk Infeksi Jamur di Mulut
Campurkan perasa yang terdiri dari liquorice, resin mur, dan Echinacea dengan
proporsi yang sama. Gunakan satu sendok teh obat ini sebagai obat kumur setiap tiga sampai
empat jam sekali.1
c. Obat Kumur Air Garam
Tambahkan setengah sendok teh garam ke dalam satu cangkir air hangat. Setelah
garam larut, gunakan untuk kumur.1
d. Obat Mulut Tradisional Anti Jamur
Campurkan air hangat, cuka sari buah dan sedikit garam untuk membuat obat
tradisional untuk melawan jamur. Gunakan untuk berkumur, pastikan untuk mencapai semua
sudut di dalam mulut. Gunakan juga sebagai obat kumur untuk tenggorokan.1
e. Bawang Putih dan Bawang Merah
Antijamur dari bawang merah dan bawang putih dapat membantu membunuh
kandida di mulut. Tingkatkan jumlah bawang putih yang digunakan dalam makanan Anda untuk
menghilangkan infeksi jamur. Bawang merah juga membantu menyembuhkan bercak putih (lesi)
yang ditemukan di mulut.1
f. Yogurt
Masukkan yogurt kedalam makanan untuk menaikkan tingkat bakteri sehat
didalam mulut. Diamkan sebentar yogurt di mulut dan kemudian usahakan untuk tidak makan
atau minum apapun setelah itu.1
g. Pembersihan menyeluruh

13
Jika memakai gigi palsu dan memiliki oral thrush, membersihkan mulut dan gigi
palsu dalam setiap malam. Direndam semalaman kemudian sebelum dipakal dibilas dengan
baik..1

3. Pencegahan1
a. Menjaga kebersihan mulut
 berkumur setelah makan
 mengunjungi dokter gigi secara teratur untuk check-up
 mengonsumsi makanan seimbang yang sehat
 menjaga gigi tiruan agar tetap bersih
 menyikat gigi dua kali sehari dengan pasta gigi yang mengandung fluoride
 flossing secara teratur
 menggunakan obat kumur sebagai bagian dari rutinitas

b. Kebersihan gigi palsu


Jika memakai gigi palsu, bersihkanlah setiap malam sebelum tidur. Hal ini bisa
dilakukan dengan menyikatnya dengan air hangat bersabun dan digosok dengan sikat kuku di
bagian gigi tiruan yang tidak dipoles. Gigi tiruan kemudian bisa direndam dalam cairan apapun
yang biasa digunakan untuk mensterilkan botol bayi. Namun, produk yang mengandung pemutih
tidak boleh digunakan pada gigi tiruan yang mengandung logam. Jika gigi tiruan sudah tidak
sesuai disarankan untuk diperbaiki oleh dokter gigi. Hal ini juga dapat mengurangi risiko oral
thrush dan nyeri mulut di bawah gigi tiruan.1

c. Merokok
Merokok meningkantkan buih di mulut Anda dan meningkatkan kemungkinan
Anda untuk mengalami sariawan mulut.1

d. Pengobatan kortikosteroid atau pengobatan imunosupresif topikal atau sistemik


Pasien HIV / AIDS

14
Pasien dengan T limfosit CD4+ di bawah 200 sel/L, tidak menerima terapi
antirektroviral dengan sukses. Pasien-pasien ini juga berisiko tinggi mengalami kandidosis oral,
dengan potensi perluasan daerah dan diseminasi sistemik. Profilaksis antijamur diperlukan untuk
mencegah kandidiosis pada pasien ini.1

e. Pasien Asma
Gunakan kortikosteroid inhalasi sebagai bagian dari perawatan asma Anda; Anda
dapat membantu mencegah sariawan oral dengan cara:
Bilas mulut dengan air setelah menggunakan inhaler Anda. Gunakan teknik yang baik saat Anda
menghirup kortikosteroid dengan menggunakan spacer.1

15
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Ibu Menyusui dan bayi


Pemberian Air Susu Ibu yang benar merupakan praktik yang tepat serta sesuai
dengan perkembangan fisiologis bayi selama masa pra lahir dan tahun pertama kehidupan.
Pengalaman dan pengetahuan tentang bagaimana cara menyusui yang tepat menjadi salah satu
faktor penyebab kegagalan menyusui. Menurut Astutik (2014) perawatan payudara tidak hanya
dilakukan saat hamil saja yaitu sejak kehamilan 7 bulan, tetapi juga dilakukan setelah
melahirkan. Perawatan payudara hendaknya dilakukan sedini mungkin yaitu 1-2 hari setelah
bayi lahir. Kebersihan ini berperan penting terhadap penyebab oral candidiasis pada ibu yang
memberikan asi maupun bayi yang menerima asi tersebut. Jika oral candidiasis terjadi pada
seorang ibu yang sedang menyusui bayi, lebih baik jika perawatan oral candidiasis tidak hanya
dilakukan pada ibu yang menyusui saja, tapi juga dilakukan pada bayi nya. Jika tidak
dilakukan, maka akan ada kemungkinan ibu akan menularkan infeksi berulang. Oral Trush
adalah kandidiasis membran mukosa, pada mulut bayi ditandai dengan munculnya bercak-
bercak keputihan yang membentuk plak- plak berkeping dimulut, ulkus dangkal, demam dan
adanya iritasi gastro interstinal. Untuk perawatannya, obat anti jamur ringan dapat diberikan
untuk bayi dank krim anti jamur untuk payudara ibu. Jika bayi menggunakan putting untuk
menyusui/ dot botol, maka kebersihan putting atau dot botol harus diperhatikan, bisa dibilas
dengan larutan air dan cuka dengan perbandingan yang sama setiap hari dan biarkan kering
untuk mencegah terjadinya pertumbuhan jamur. Jika ibu menggunakan pompa asi, bagian
pompa yang dapat dilepas yang bersentuhan dengan payudara harus dibilas dengan larutan cuka
dan air.1,8

3.2 Penderita HIV/AIDS


AIDS merupakan penyakit sistem imun manusia yang disebabkan oleh virus HIV.
Defek imunitas seluler terkait dengan AIDS dapat menjadikan orang yang terinfeksi beresiko
terhadap berbagai infeksi oportunistik. Infeksi yang disebabkan oleh jamur Candida merupakan
infeksi yang paling umum, yaitu jamur dimorfik yang biasanya ada dalam rongga mulut dalam

16
keadaan nonpatogenik pada indivudu sehat, tetapi di bawah kondisi yang menguntungkan jamur
Candida memiliki kemampuan untuk berubah menjadi bentuk hifa patogen (yang menyebabkan
penyakit).9
Infeksi HIV mengarah pada hilangnya kompetensi imunitas, gambaran yang
paling mencolok adalah penurunan sel T CD4+. Imunosupresi biasanya didahului oleh periode
laten secara klinis yang lama. Selama infeksi fase asimptomatik, jumlah sel T CD4+ masih
mendekati normal tetapi fungsi sel T CD4+ tampaknya terganggu, seperti yang ditunjukkan oleh
kegagalan sel T CD4+ berproliferasi dalam respon untuk mengingat antigen, mitogens, dan
alloantigen HLA dan defek produksi sitokin T-helper 1 (Th1), seperti interleukin-2 (IL-2) dan
gamma interferon (IFN- ˠ).13 Hasil proses patogen ini adalah kerusakan jaringan limfoid,
menyebabkan imunosupresi berat. Ketika jumlah sel T CD4+ jatuh di bawah 200 sel µl darah- ,
AIDS dapat didiagnosis.10
Respon imun terhadap HIV dan patogen lainnya kolaps, dan pasien sangat rentan
terhadap infeksi oportunistik yang disebabkan oleh mikroorganisme yang biasanya dikendalikan
dengan baik oleh imunitas yang diperantarai sel, seperti jamur Candida. Jamur Candida adalah
organisme komensal dalam mulut dari orang sehat, ada kemungkinan bahwa mekanisme
pertahanan membatasi proliferasi pada status carrier terganggu selama proses multifase infeksi
HIV. Namun, gangguan yang tepat yang mendukung perkembangan Candida pada permukaan
mukosa pada urutan perkembangan infeksi HIV belum jelas. Meskipun dari data klinis diketahui
dengan baik faktor-faktor predisposisi yang menyebabkan oral candidiasis bahwa keseimbangan
antara C. Albicans dan host melibatkan imunitas yang diperantarai sel yang utuh, populasi sel
dan mekanisme yang terlibat dalam imunitas protektif terhadap mikroorganisme di lokasi
mukosa.11

Gambar 7. Candidiasis eritematosa pada penderita HIV

17
BAB IV
KESIMPULAN

Spesies Kandida seringkali merupakan anggota mikroba oral komensal pada manusia.
Mereka adalah Patogen yang dapat menyebabkan spektrum infeksi mulut. C. albicans adalah
spesies yang paling sering terlibat dalam kandidosis oral, walaupun spesies lainnya juga semakin
banyak ditemui. Pencegahan kandidiasis oral akan lebih efisien daripada pengobatan penyakit
mulut dan sistemik yang terjadi sebagai konsekuensi kesehatan mulut yang buruk. Pemberian
perawatan oral yang efektif dapat membuat perbedaan besar pada kesehatan, kenyamanan,
kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat. Pada sebagian besar kasus, kandidiasis oral adalah
penyebab infeksi superfisial yang dapat dengan mudah di atasi dengan menggunakan terapi
antijamur.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Lekshmi L et al. Oral Candidiasis – Rreview. International Journal of Research in

Pharmaceutical and Nano Science. 2015; 4(6):409-417

2. Hakim L, Ramdhian M.R. Kandidiasis Oral. Majority Journal. 2015; vol4(8).

3. Prayudha SAE, dkk. Kandidiasis Mulut Sebagai Indikator Ppenyakit Sistemik. Majalah

Kedokteran Gigi. 2012; 19(2):162-166

4. Laskaris G. Atlas Saku Penyakit Mulut. Edisi-2. Jakarta: EGC, 2013.

5. Samarayanake, L.P., Essential Microbiology for Dentistry, Second Edition, Edinburgh Et

Al.: Churchill Livingstone, 2002: 142-147.

6. Mclane, B.A., Timothy A.M., Microbial Pathogenesis; A Principles-Oriented Approach.

First Edition. United States Of America: Blackwell Science Inc., 2008: 421-422.

7. Hidalgo JA, Jose AV, Candidiasis, Medscape, 2010. http://emedicine.medscape.com/article /

213853-overview#a0199.

8. Akri YJ. Kondisi Mencuci Tangan dan Persiapan Sebelum Menyusui dengan Kejadian Oral

Thrush pada bayi usia 1-6 bulan di BPS. Setijoati Sengkaling Indah 1 kav 33 dau malang.

Jurnal Care. 2017; 5(2):168-176

9. Shetti A., Ishita G., and Shivyogi M.C. Oral Candidiasis: Aiding in the Diagnosis of HIV—

A Case Report. Hindawi Publishing Corporation Case Reports in Dentistry 2011.

10. Centers for Disease Control and Prevention. Revised classification system for HIV infection

and expanded surveillance case definition for AIDS among adolescents and adults. Morbid.

Mortal. Weekly Rep 1993. 41:1–19.

11. Samaranayake, L. P. 1990. Host Factors and Oral Candidiasis, p. 66–103. In L. P.

19

Anda mungkin juga menyukai