Anda di halaman 1dari 48

CANDIDIASIS ORAL

Oleh
Anisa Devianda Fidiandari

Pembimbing :
dr. Buih Amartiwi, Sp.KK

SMF ILMU PENYAKIT KULIT & KELAMIN


RUMAH SAKIT SITI KHADIJAH SEPANJANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MALANG
2019
PENDAHULUAN
Kandidiasis oral merupakan infeksi oportunis
didalam rongga mulut yang dapat menimbulkan
kondisi patogen pada keadaan tertentu

Insiden infeksi jamur invasif dilaporkan semakin


meningkat di berbagai negara.

Candida merupakan genus jamur yang paling


sering menyebabkan infeksi jamur invasif
DEFINISI
Kandidiasis oral merupakan salah satu manifestasi
dari penyakit mulut berupa infeksi oportunistik
pada mukosa rongga mulut yang disebabkan oleh
pertumbuhan abnormal dari jamur genus candida.
Candida
Klasifikasi ilmiah

Kingdom: Fungi

Divisi: Ascomycota

Kelas: Saccharomycetes

Ordo: Saccharomycetales

Famili: Saccharomycetaceae

Candida
Genus:
Berkh. (1923)
EPIDEMIOLOGI
Kandidiasis oral merupakan suatu infeksi yang paling
sering dijumpai dalam rongga mulut manusia

Prevalensi 20%-75% dijumpai pada manusia sehat tanpa


gejala

Penyakit ini dapat menyerang semua usia, baik laki-laki


dan perempuan

Penyakit candidiasis ini sangat rentan terhadap orang-


orang yang memiliki sistem imun yang lemah. Pada
pasien HIV 90% didapatkan candidiasis oral.
Etiologi
 Kandidiasis oral (thrush) adalah infeksi pada
mulut dan atau kerongkongan yang umumnya
disebabkan oleh jamur Candida.
 Jenis-jenis Candida tertentu (Candida albicans,
Candida tropicalis, Candida glabrata, Candida
dublinensis)
PATOFISIOLOGI
FAKTOR PREDISPOSISI
 Penggunaan prostesa gigi
 Hygiene (OH) yang buruk.8
 Penggunaan obat-obatan seperti antibiotik spektrum luas
 Orang-orang dengan kondisi defesiensi imun (Diabetes,
Infeksi HIV, Kehamilan, Bayi, Usia Lanjut, Malnutrisi)
 Obat-obatan agen antineoplastik
 Terapi steroid
Manifestasi Klinis
Kandidiasis pseudomembranosus akut
(thrush)
 Tampak sebagai plak mukosa yang putih, difus,
bergumpal atau seperti beludru, terdiri dari sel
epitel deskuamasi, fibrin, dan hifa jamur, dapat
dihapus meninggalkan permukaan merah dan
kasar. Pada umumnya dijumpai pada mukosa pipi,
lidah, dan palatum lunak.
 Penderita kandidiasis ini dapat mengeluhkan rasa
terbakar pada mulut. Sering terjadi pada pasien dengan
sistem imun rendah, seperti HIV/AIDS, pasien yang
mengkonsumsi kortikosteroid, dan menerima kemoterapi.
Bentuk yang sering terdapat pada neonatus.
Kandidiasis Atropik Akut

 Kandidiasis jenis ini biasa disebut sebagai


antibiotic sore tongue atau kandidiasis eritematus
biasa dijumpai pada mukosa bukal, palatum, dan
bagian dorsal lidah dengan daerah permukaan
mukosa oral mengelupas dan tampak sebagai
bercak-bercak merah difus yang rata.
 Infeksi ini terjadi karena pemakaian antibiotik
spektrum luas, terutama Tetrasiklin, yang mana
obat tersebut dapat mengganggu keseimbangan
ekosistem oral antara Lactobacillus acidophilus
dan Kandida albikan. Pasien yang menderita
Kandidiasis ini akan mengeluhkan sakit seperti
terbakar.
Kandidiasis atropik kronik

 Disebut juga “denture stomatitis” atau “alergi


gigi tiruan” merupakan bentuk kandidiasis yang
paling umum ditemukan pada 24-60% pengguna
gigi tiruan.
 Mukosa palatum maupun mandibula yang tertutup
basis gigi tiruan akan menjadi merah, kondisi ini
dikategorikan sebagai bentuk dari infeksi kandida.
 Gigi tiruan yang menutup mukosa dari saliva
menyebabkan daerah tersebut mudah terinfeksi
jamur. Kandidiasis atropik ditandai dengan adanya
kemerahan difus, sering dengan mukosa yang
relatif kering.
 Area kemerahan biasanya terdapat pada mukosa
yang berada dibawah pemakaian seperti gigi
palsu.5
Tipe I : tahap awal dengan adanya pin point hiperemi
yang terlokalisir
Tipe II : tampak eritema difus pada mukosa
yang berkontak dengan gigi tiruan
Tipe III : tipe granular (inflammatory
papillary hyperplasia) yang biasanya tampak
pada bagian tengah palatum keras.
Kandidiasis Hiperplastik Kronik/Kandidiasis
Leukoplakia
 Infeksi jamur timbul pada mukosa bukal atau tepi lateral lidah
berupa bintik-bintik putih yang tepinya menimbul tegas dengan
beberapa daerah merah.
 Kondisi ini dapat berkembang menjadi displasia berat atau
keganasan, dan kadang disebut sebagai kandida leukoplakia.
Bintik-bintik putih tersebut tidak dapat dihapus, sehingga
diagnosa harus ditentukan dengan biopsi.
 Kandidiasis ini paling sering diderita oleh perokok. Kandidiasis
hiperplastik dikenal juga dengan leukoplakia kandida.
Kandidiasis hiperplastik ditandai dengan adanya plak putih yang
tidak dapat dibersihkan.
 Lesi harus disembuhkan dengan terapi antifungal secara rutin. 5
Median Rhomboid Glositis

 Median Rhomboid Glositis adalah daerah simetris kronis


yang terdapat bercak merah di anterior lidah ke papila
sirkumvalata, tepatnya terletak pada dua pertiga anterior
dan sepertiga posterior lidah.
Keilitis Angularis

 Keilitis angularis merupakan infeksi kandida albikan pada


sudut mulut, dapat bilateral maupun unilateral. Sudut
mulut yang terkena infeksi tampak merah dan pecah-
pecah, dan terasa sakit ketika membuka mulut.
 Keilitis angular ditandai dengan pecah-pecah, mengelupas
maupun ulserasi yang mengenai bagian sudut mulut.
Gejala ini biasanya disertai dengan kombinasi dari bentuk
infeksi kandidiasis lainnya, seperti tipe erimatosa.5
 Cheilitis angularis merupakan fisura yang
terinfeksi dari komisura mulut, sering dikelilingi
oleh eritema atau keretakan di sudut bibir. Lesi
ini sering terinfeksi oleh Candida dan
Staphylococcus aureus. Kulit kering dapat
mempercepat perkembangan fisura di komisura
sehingga memungkinkan invasi mikroorganisme.6
Diagnosis
 Diagnosis kandidiasis oral pada umumnya
dapat ditegakkan secara klinis.
Ditemukannya kandidiasis oral berdasarkan
gambaran membran atau plak putih dengan
dasar eritema pada mulut atau
ditemukannya filamen jamur pada kerokan
jaringan.5,6 Kandidiasis oral didiagnosis
berdasarkan tanda-tanda klinis dan
gejalanya.
Diagnosis definitif dilakukan dengan cara:

 Ditemukannya spesies Candida pada


pemeriksaan kerokan dengan larutan KOH.6
 Pemeriksaan langsung dengan KOH 10-20%.
Tampak budding yeast cell (2 spora seperti
angka 8) dengan atau tanpa pseudohifa atau
hifa. Pseudohifa (gambaran seperti untaian
sosis)/ hifa pada infeksi membrana mukosa
adalah pathognomonis. Specimen harus baru
dan segera diperiksa.
TATALAKSANA
1. Nystatin dapat diberikan sebagai obat topikal pada
perawatan kandidiasis, diberikan dengan cara
dikumurkan selama 2 menit kemudian menelannya,
setelah itu pasien dilarang untuk makan dan minum
selama 20 menit. Terapi dapat diberikan selama 7-14
hari dan dilanjutkan hingga 2-3 hari setelah tanda klinis
kandida hilang serta pemeliharaan oral hygiene.
2. Mycostatin Pastilles 1-2 butir, 4-5 x sehari selama 14 hari.
• Fluconazole dapat di berikan sebagai terapi
kandida secara sistemik dengan dosis 150 mg
sehari sekali. Untuk pasien imunokompremaise
200 mg sehari sekali.8
• Itraconazole dengan dosis 200 mg/hari selama 5-10
hari.
• Ketoconazole 200 mg sehari sekali selama 14 hari.
Edukasi
 Anjurkan pasien untuk menjaga
kesehatan mulut dengan menyikat gigi
setiap hari khususnya setelah makan.
Sebaiknya gunakan sikat gigi yang
lembut agar mencegah terjadinya
trauma di mulut.
Menasehati pasien untuk
berkumur-kumur agar sisa
makanan terangkat sebelum
menggunakan obat hisap atau
cairan.
 Pasien kandidiasis yang menggunakan
protesa sebaiknya melepaskan protesa
sebelum menggunakan obat topikal seperti
klotrimazole atau nistatin. Apabila prostesis
dilepas gunakan cairan klorhexidin untuk
membersihkannya.
 PadaBayi disarankan membilas mulut
menggunakan air putih setelah
meminum susu untuk menjaga
kebersihan mulut.
PROGNOSIS
 Prognosis
penyakit ini juga bergantung pada
beratnya penyakit infeksi yang menyertai.
 Umumnya prognosis baik pada pasien yang
telah diberikan terapi baik secara topikal
atau sistemik, akan tetapi infeksi ini bisa
mengalami kekambuhan.
 Inibergantung pada kondisi dari pasien itu
sendiri seperti berkurangnya produksi
kelenjar ludah atau pengaruh imunosupresi
yang tidak baik. 5,6,8
DIAGNOSIS BANDING

 Leukoedema
 White Sponge Nevus
Kesimpulan
 Kandidiasis oral merupakan infeksi oportunistik dari jamur
Candida yang menyerang oral. Berbagai faktor yang
mempengaruhi organisme ini untuk berkembang yaitu dari
pejamu dan juga dari lingkungan yang mendukung
terjadinya pertumbuhan dari jamur ini.
 Untuk memastikan penderita terinfeksi
kandidiasis maka dilakukan berbagai pemeriksaan
terkait gejala-gejala yang timbul pada pasien juga
dilakukan pemeriksaan penunjang. Pengobatan
pada kandidiasis ini bergantung atas penyebab
serta faktor-faktor yang mendukung terjadinya
infeksi opurtunistik ini.5
DAFTAR PUSTAKA

 1.Allanore LV., Roujeau JC. 2008. Candidiasis. In : Goldsmith LA, Katzs SI,
Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolf K, editors. Fitzpatrick’s Dermatology in
General Medicine, 8th Edition. New York: McGrawHill
 2.Taylor SC, Kelly AP, Lim Henry, Serrano AA. 2016 . Dermatology for skin of
color Second edition. United States: McGraw-Hill Education
 3.Griffith C, Backer J Burn, S. Breathnach, N. Cox,. 2016. Rook’s textbook of
dermatology ninth edition. Massachusetts: Blackwell Science
 4.James WD, et al. 2016. Andrews Diseases of The Skin Clinical Dermatology. Edisi
ke XII. Philadelphia:Elsavier.
 5.Luqmanul Hakim, M. Ricky Ramadhian. 2015. Kandidiasis Oral. Lampung:
Bagian Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
 6.Masra Lena Siregar. 2015. Kandidiasis Orofaring pada Penderita HIV AIDS.
Aceh: Departemen Ilmu Penyakit Dalam. Fakultas Kedokteran Universitas Syiah
Kuala
 7.Kemal Fariz Kalista, Lie Khie Chen, Retno Wahyuningsih, Cleopas Martin
Rumende. 2017. Clinical Characteristic and Prevalence of Invasive Candidiasis
Patient in Cipto Mangunkusumo Hospital. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RS dr. Cipto Mangunkusumo
 8. Wahyu Hidayat, Nanan Nur’aeny, Tenny Setiani Dewi, Erna Herawati, Indah
Suasani.2014. Oral candidiasis profile in oral medicine department of Dr Hasan
Sadikin Hospital (RSHS) during 2010- 2014 periode. Bandung: Staff Ilmu Penyakit
Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran
 9. Karnen Garna Baratawidjaja, Iris Rengganis. 2013. Imunologi Dasar. Jakarta:
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai