PENDAHULUAN
Rongga mulut merupakan salah satu bagian terkecil dari seluruh tubuh
yang sempurna serta kesehatan yang optimal. Penyakit rongga mulut dapat
menyerang segala usia termasuk pada anak. Contoh kelainan di rongga mulut
Angular cheilitis adalah kondisi peradangan yang terjadi pada salah satu
atau kedua sudut mulut yang ditandai dengan adanya eritema, fissure, deskuamasi
dan rasa nyeri. Candida dan Staphylococcus adalah koinfeksi yang menyebabkan
lesi ini sering terjadi (Nugraha, 2014). Penyakit ini disebabkan oleh berbagai
macam faktor seperti defisiensi nutrisi, trauma mekanik, infeksi, dan alergi.
Insidensi angular cheilitis meningkat pada anak-anak, terutama pada anak yang
mengalami defisiensi nutrisi, yaitu defisiensi riboflavin, defisiensi zat besi, asam
folat, zinc, pyridoxine, biotin dan defisiensi protein (Sriwahyuni dkk, 2015).
angular cheilitis, namun lesi ini dapat juga dipicu oleh kebiasaan bernafas melalui
penyakit mulut dan radiologi. Kunjungan ini dilakukan untuk diagnosis berbagai
secara klinis untuk lesi mukosa mulut. Hasilnya menunjukkan lesi mukosa 41,2%
2
dari populasi diantaranya angular cheilitis sebanyak 0,58%, penyakit ini terjadi
lebih sering pada populasi wanita (Mathew dkk, 2008). Siswa di Duzce, Turki
sebanyak 993 anak-anak yang berusia antara 13-16 tahun dilakukan pemeriksaan
bahwa 26,2% menderita lesi oral dan 9% menderita angular cheilitis (Parlak dkk,
2006).
pada tahun 2006 terhadap 200 anak umur 6-12 tahun di enam panti asuhan kota
cheilitis cenderung terisolasi dan tidak ingin bergaul karena merasa berbeda
dengan teman-teman sebaya dan sangat berdampak pada kepercayaan diri seorang
Desember 2005 pada anak-anak 5-11 tahun menderita angular cheilitis sebanyak
89,2% (Sriwahyuni dkk, 2017). Dari data diatas maka didapatkan banyak penyakit
angular cheilitis diusia 5-12 tahun, dimana usia tersebut pada umumnya
merupakan anak sekolah dasar. Anak sekolah dasar memerlukan untuk menjaga
pemeriksaan dan perawatan kesehatan gigi mulut, oleh orang tua, sekolah dan
instansi pemerintah terkait. Kesehatan gigi dan mulut dapat berpengaruh terhadap
sehingga kelainan pada gigi dan mulut jika tidak dirawat dapat mengganggu
sekolah dasar, salah satunya termasuk sekolah dasar Santo Petrus dengan jumlah
KM2 dengan garis pantai sepanjang 1.402,66 KM2. 13 Kepulauan 6.011,35 KM2
dengan garis pantai sepanjang 1.402,66 KM. Kepulauan Mentawai terdiri atas
lebih dari pulau besar dan pulau kecil yang yang dikelilingi oleh Lautan Hindia
menjadi pulau utama yaitu Siberut (merupakan pulau yang paling luas), Sipora,
Pagai Utara, dan Pagai Selatan, selain empat pulau besar tersebut terdapat lebih
dari 90 pulau kecil dengan 10 kecamatan, 43 desa dan 341 dusun. (Malayanti,
2016).
antara dataran, sungai dan dimana rata-rata ketinggian daerah seluruh Ibukota
Ibukota di Tuapejat yang terletak di Kecamatan Sipora Utara dengan jarak tempuh
ke kota Padang sepanjang 153 KM. Untuk mencapai Propinsi Sumatera Barat ini
harus ditempuh melalui jalan laut. (Pokja sanitari Kepulauan Mentawai, 2014).
pencegahan.
2. Sebagai informasi bagi pelayanan kesehatan gigi dan mulut dalam upaya
dengan penelitian.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Cheilitis
pada kulit perioral (kulit di sekitar mulut), perbatasan vermilion, atau mukosa
berwarna lebih merah dibanding area lain dan ditutupi oleh epitel skuamous yang
a. Angular Cheilitis
Angular cheilitis adalah suatu keadaan inflamasi yang akut atau kronik dari
klinis kelainan ini dapat terbagi menjadi dua yaitu unilateral dan bilateral.
Penyakit ini ditandai dengan adanya fisur-fisur, retak-retak pada sudut bibir,
berwarna kemerahan, mengalami ulserasi disertai rasa terbakar, nyeri dan rasa
b. Cheilitis actinic
Cheilitis actinic adalah lesi pra ganas pada tepi vermilion bibir bawah yang
disebabkan oleh paparan sinar matahari. Tahap awal lesi ini, bibir bawah
berwarna merah dan atrofik dengan noda samar di sela-sela daerah yang pucat dan
tepi vermilion bibir yang hilang. Dengan bertambahnya paparan sinar matahari,
daerah yang bersisik yang tidak teratur akan bertambah, menebal, dan
Gambar 2. Cheilitis Actinic (Laskaris, G. 2014. Atlas Saku Penyakit Mulut. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC)
8
c. Cheilitis glandularis
pada kelenjar saliva minor, terutama terdapat pada bibir bawah. Penyakit
(Laskaris, 2016)
d. Cheilitis Granulomatosa
dari satu atau kedua bibir. Secara klasik, peradangan granulomatosa non-
e. Allergic Cheilitis
dengan zat-zat tertentu dan 24-72 jam setelah terpapar antigen. Zat-zat itu,
Gambar 5. Allergic Cheilitis (Laskaris, G. 2014. Atlas Saku Penyakit Mulut. Jakarta :
Buku Kedokteran EGC)
10
f. Exfoliative cheilitis
kronis pada permukaan bibir yang ditandai dengan terbentuknya sisik yang
berupa fisura tunggal di bagian tengah bibir dan dapat menyebar (Nayaf,
2014).
Gambar 6. Cheilitis Exfoliative (Langlais RP, Miller CS, Gerig, JN., 2016. Atlas
Berwarna Lesi Mulut Yang Sering Ditemukan..Jakarta : Buku
Kedokteran EGC)
g. Cheilocandidosis
oleh Candida albicans atau infeksi jamur dan kebiasaan menjilat bibir.
Ciri dari lesi ini oragnisme Candida mendapatkan akses dan menyerang
Penyakit ini membentuk fisura atau retakan pada epitelium permukaan dan
terjadi sisik keputihan halus yang terdiri atas mukus saliva yang kering
(Langlais, 2016).
11
stomatitis angular merupakan suatu lesi yang ditandai dengan adanya fissure,
pecah-pecah dan kemerahan pada sudut mulut disertai rasa sakit, kering, rasa
terbakar dan terkadang disertai rasa gatal (Sriwahyuni dkk, 2017). Penyakit ini
terkadang terjadi inflamasi pada commisura labial dan juga disertai inflamasi baik
yang terjadi unilateral maupun bilateral, dengan nyeri atau tanpa adanya gejala
(Yusran dkk, 2011). Angular cheilitis termasuk lesi rongga mulut yang kompleks,
berbagai macam faktor dapat menyebabkan penyakit ini. Beberapa faktor (infeksi,
mekanik, atau nutrisi) dapat menjadi satu-satunya faktor penyebab namun dapat
Penyakit ini muncul di sudut bibir sebagai erosi berwarna merah dengan
granulomatosa yang kecoklatan dapat terjadi disepanjang tepi perifer. Rasa tidak
nyaman yang disebabkan oleh gerak membuka mulut menjadi terbatas (Langlais,
2016).
12
Penyakit ini terjadi lebih banyak pada anak-anak dan ini disebabkan oleh
jangka panjang. Ini disebabkan oleh berbagai macam faktor seperti defisensi
nutrisi, trauma mekanik, infeksi, dan alergi. Penyakit ini juga bisa disebabkan
oleh kekurangan vitamin B kompleks, defisiensi zat besi, sariawan, gigi tiruan dan
faktor lain seperti bernapas melalui mulut, membasahi bibir dengan lidah, dan
lokal dan sistemik yang terlibat dalam inisiasi dan persistensi dari lesi. Faktor
fisura, retakan di sudut bibir, kemerahan, ulserasi disertai sensasi terbakar, nyeri
dan kekeringan di sudut mulut. Dalam kasus yang parah, retakan ini dapat
mengeluarkan darah saat membuka mulut dan menyebabkan ulkus dangkal atau
krusta (Fajriani, 2017). Biasanya juga muncul disudut bibir sebagai erosi
berwarna merah dengan fisura sentral yang mungkin mengalami ulserasi. Eritema,
kerak dan nodula granulomatosa yang kecoklatan dapat terjadi di sepanjang tepi
a. Herpes labialis
pada oral dan atau perioral, kebanyakan mengenai anak-anak umur 1-5
tahun. Gejala prodromal berupa demam, sakit kepala, malaise, dan muntah
disertai rasa tidak nyaman di mulut. Satu sampai dua hari setelah gejala
cepat pecah, meninggalkan ulkus dangkal dan bulat yang nyeri disekitar
b. Cheilitis eksfoliatif
dan menggigit bibir, serta alergen kontak, adalah etiologinya. Ini juga
Gambar 10. Cheilitis Eksfoliatif (Langlais RP, Miller CS, Gerig, JN., 2016. Atlas
Berwarna Lesi Mulut Yang Sering Ditemukan..Jakarta : Buku Kedokteran
EGC.
15
Perawatan angular cheilitis pada anak tidak berbeda dengan orang dewasa.
Perawatan tergantung pada etiologi, jika etiologi spesifik tetap tidak ditemukan,
lesi ini bisa sulit disembuhkan dan bisa bertahan hingga beberapa tahun. Harus
diingat bahwa infeksi adalah etiologi sekunder. Penyebab utamanya tidak diobati,
lainnya, jika disebabkan oleh penyakit sistemik, pengobatan lokal tidak akan
vertikal, steroid topikal, dan salep anti jamur seperti ketokenezol (Laskaris, 2016).
yang mendasarinya penyakit harus diobati, jika Candida terlibat, sebuah salep
2% gel diterapkan topikal empat kali sehari selama 2 minggu sangat efektif
pilihan pengobatan. Zat-zat ini harus diterapkan ke area yang terkena, apabila
bekerja secara efektif. Ini bisa diterapkan ke sudut mulut (Shahzad dkk, 2014).
kembali lingkungan mulut, yang paling penting adalah menjaga tubuh yang sehat
jadi bahwa sistem kekebalan dipertahankan dan tidak rentan terhadap penyakit,
dan memakan makanan yang ada nutrisi seimbang dan dibutuhkan oleh tubuh.
16
Cheilitis
Klasifikasi
Keterangan :
METODE PENELITIAN
3.3.2 Ekslusi
Angular cheilitis.
19
No Variabel Defenisi
1 Angular cheilitis Keadaan dengan sudut bibir dengan gejala dan
gambaran klinis seperti, retakan, robekan, atau garis
yang dalam berwarna putih atau merah, dapat terjadi
pada satu sisi maupun kedua sisi (Oza dan Doshi,
2017)
Baiturrahmah.
a. Lokasi penelitian
b. Waktu Penelitian
1. Memeriksa rongga mulut anak yang terdiri dari laki–laki dan perempuan
SD Santo Petrus.
2. Melakukan pencatatan dari data yang diperoleh dari data yang diperoleh
dari pemeriksaan.
Analisis data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan menggunakan komputer
Langlais RP, Miller CS, Gerig, JN., 2016. Atlas Berwarna Lesi Mulut Yang Sering
Ditemukan..Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Mathew, AL, Pai, KM, Sholaprkar, AA, Vengal M., 2008. ‘The Prevalence of
Oral Mucosal Lesions in Patient’. vol. 19. no. 2 : 99-103.
Nugraha, A.P., Djamhari KM, Endah PA., Soebadi, B, Triyono, EA. Prasetyo, A,
Budi, S. 2015. Profil Angular Cheilitis pada penderita HIV / AIDS di
UPIPI RSUD Dr . Soetomo Surabaya 2014. Majalah Kedokteran Gigi.
1(1) : 12–20.
23
Oza, N, Doshi, JJ., 2017. ‘Angular Cheilitis : A Clinical and Microbial study’.
Indian Journal of Dental Research. 28(6) : 661-665.
Parlak, A.H., Koybasi, S.,Yavuz, T., Yesildal, N., Anul, H., Aydogan, I.,
Cetinkaya, R., Kavak, A.2006. Prevalence of oral lesions in 13- to 16-
year-old students in Duzce, Turkey. Oral Diseases. 12: 553-
558.
Prestiandari, E., Hernawati, S., Dewi, LR. 2017. Daya Hambat Ekstrak Buah
Delima Merah (Punica granatum Linn) Terhadap Pertumbuhan
Porphyromonas gingivalis (The Inhibition of Red Pomegranate Fruit
Extract (Punica granatum Linn) on The Growth Porphyromonas
gingivalis. Jurnal Pustaka Kesehatan. 5(2): 192-198.
Ravitasari, Y., Radithia, D., Hadi, P. 2015. Allergic Contact Cheilitis duet
Lipstick. Dental Journal. 48(4), 173-176.
Sriwahyuni. H., Hernawati. S., Mashartini. A., 2017. Insiden dan istribusiAngular
cheilitispada Bulan Oktober-Desember Tahun 2005 di RSGM
Universitas Jember. E-Jurnal Pustaka Kesehatan. 5(1) : 120-127
Shahzad, M., Faraz, R., Sattar, A. 2014. ‘Angular Cheilitis : Case Reports
and Literature Review’, Pakistan Oral & Dental Journal, vol. 34.
no. 4 : 597-600.