DISUSUN OLEH:
PEMBIMBING :
Christianie, drg., SpPerio
Referensi artikel ini disusun untuk memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik Ilmu
Penyakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret / RSUD Dr.
Moewardi Surakarta. Referensi artikel dengan judul:
Oleh:
A. DEFINISI
Glositis merupakan peradangan pada lidah yang ditandai dengan
terjadinya deskuamasi papilla filiformis sehingga menghasilkan daerah
kemerahan yang halus dan mengkilat. Glositis bisa terjadi akut atau kronis.
Penyakit ini dapat mencerminkan kondisi dari lidah itu sendiri atau merupakan
cerminan dari penyakit tubuh yang gejalanya muncul pada lidah. Keadaan ini
dapat menyerang pada semua tingkatan usia. Kelainan ini sering menyerang
pada laki- laki dibandingkan pada wanita (Byrd J.A et al, 2003).
Gambar 1. Glossitis
B. ANATOMI
Lidah terletak pada dasar mulut, sementara pembuluh darah dan urat
saraf masuk dan keluar pada akarnya. Lidah merupakan kumpulan otot lurik
yang diliputi oleh membrane mukosa (selaput lendir). Lidah sebagian besar
terdiri dari dua kelompok otot yaitu otot intrinsik dan ektrinsik. Otot intrinsic
lidah berfungsi melakukan semua gerakan lidah, sementara otot ektrinsik
mengaitkan lidah pada bagian-bagian sekitarnya serta membantu melakukan
gerakan menekan makanan pada langit-langit dan gigi, kemudian
mendorongnya masuk ke faring. Lidah posterior dan anterior berbeda dalam
anatomi dan fisiologi mereka. Serabut otot di lidah posterior didominasi tahan
lelah yang bertanggung jawab untuk aktivitas tonik berkelanjutan lama yang
diperlukan untuk mempertahankan posisi lidah dan mencegah massanya jatuh
ke dalam retroglossal airway (Bruch dan Treister, 2010).
Membran mukosa melekat erat pada otot karena jaringan penyambung
lamina propia menembus ke dalam ruang-ruang antar berkas-berkas otot.
Membran mukosa ini tampak kasar karena adanya tonjolan-tonjolan yang
disebut papila yang akhiran-akhiran saraf pengecap dan terletak pada seluruh
permukaan lidah. Saraf-saraf pengecap inilah yang dapat membedakan rasa
makanan, rasa asin, asam, pahit dan rasa manis. Tiap rasa pada zat yang masuk
ke dalam rongga mulut akan direspon oleh lidah di tempat yang berbeda-beda.
Ujung serta pinggiran lidah bersentuhan dengan gigi-gigi bawah, sementara
dorsum merupakan permukaan melengkung pada bagian atas lidah (Bruch dan
Treister, 2010).
C. ETIOLOGI
Penyebab glositis dapat bermacam-macam, baik lokal maupun sistemik
(Erriu et al., 2016).
1. Lokal
a. Infeksi (streptococcal, candidiasis, TB, HSV, EBV)
b. Trauma mekanis (luka bakar)
c. Iritasi lokal (alkohol, tembakau, makanan pedas, permen
berlebihan)
d. Mulut kering karena Sjogren syndrome
2. Sistemik
a. Malnutrisi (kurang asupan vitamin B12, niasin, riboflavin, asam
folat)
b. Anemia (kekurangan Fe)
c. Faktor hormonal
d. Penyakit kulit (lichenplanus, erythema multiforme, syphilis, lesi
apthous)
e. HIV (candidiasis, HSV, kehilangan papillae)
f. Obat lanzoprazole, amoxicillin, metronidazole.
Faktor risiko :
1. Seorang pecandu alcohol
2. Seorang perokok
3. Memiliki riwayat keluarga menderita glossitis
4. Mengunyah tembakau
5. Sebelumnya ada riwayat trauma gigi
D. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala dari glossitis ini bervariasi tergantung penyebab yang
mendasari. Tanda dasar kelainan ini adalah bahwa lidah menjadi berubah
warnanya menjadi pucat atau memerah, terasa nyeri, bengkak, permukaan lidah
terlihat halus dan dapat ditemukan beberapa ulserasi pada lidah. Pasien dengan
glossitis biasanya akan merasakan rasa terbakar pada lidah. Pasien juga
biasanya akan merasakan rasa tidak nyaman yang dirasakan pada lidah. Pada
pemeriksaan lidah akan terlihat eritema, terutama pada daerah dorsum dan
seringkali juga menyebar ke daerah lateral pada lidah. Pada daerah yang
mengalami eritema, struktur lidah normal tidak terlihat, yaitu dengan hilangnya
papil filiformis dan atrofi pada mukosa. Mengitari daerah eritema terdapat batas
yang jelas, hiperkeratosis, dengan garis serpiginous berwarna putih-kuning
tidak teratur (Dennis et. al., 2012).
E. KLASIFIKASI
1. Atrophic Glossitis (Hunter’s Glossitis)
Ditandai dengan kondisi lidah yang kehilangan rasa karena degenerasi
ujung papil. Perasaan lidah terbakar yang menyebar ke bagian mulut lain yang
biasanya dipicu oleh adanya ulserasi. Lidah terlihat licin dan mengkilat baik
seluruh bagian lidah maupun hanya sebagian kecil. Penyebab yang paling
sering biasanya adalah kekurangan zat besi. Jadi banyak didapatkan pada
penderita anemia (Erriu et al., 2016).
F. DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
penunjang Dari anamnesis, dapat ditemukan keluhan lidah bengkak, panas, dan
nyeri. Keluhan dapat juga disertai gangguan makan dan menelan. Pada
pemeriksaan ditemukan permukaan lidah terlihat halus, dapat ditemukan
ulserasi, bengkak serta adanya perubahan warna lidah, pucat pada penderita
anemia pernisiosa dan berwarna merah gelap bila penyebab glossitis adalah
kekurangan vitamin B yang lain.Penyebab glossitis secara pasti dicari melalui
pemeriksaan yang mendalam, seperti biopsi, tes untuk defisiensi B12, profil
kimia darah, kikisan KOH, kultur lesi dan smear bila terdapat indikasi (Treister
dan Bruch, 2010).
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan adalah swab/hapusan
mulut untuk melihat infeksi jamur candida, pemeriksaan darah untuk
mengidentfikasi kekurangan zat besi, vitamin B12, asam folat dan kadar
glukosa darah, dan tes alergi.
H. DIAGNOSIS BANDING
Lesi pada lidah memiliki diagnosa banding yang sangat luas yang
berkisar dari proses benigna yang idiopatik sampai infeksi, kanker dan kelainan
infiltratif. Bagaimanapun, lesi lidah yang terlokalisasi dan non-sistemik lebih
sering dijumpai. Penelitian mengenai kelainan lidah telah dilakukan di luar
negeri seperti Iran, Jordania, Israel, Hungaria, Turki, India dan Malaysia.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di negara-negara tersebut,
kelainan-kelainan lidah yang paling sering dijumpai pada pasien berupa hairy
tongue, coated tongue, fissured tongue, depapilated tongue, geographic
tongue.
J. PROGNOSIS
Dalam kebanyakan kasus, glositis hilang dengan waktu atau perawatan
dan pulih dengan penuh. Perawatan mungkin akan berhasil dengan lebih baik
jika pasien menghindari makanan yang mengiritasi lidah. Mempraktikkan
kebersihan mulut yang tepat juga dapat membantu mengurangi atau mencegah
masalah.
Dalam kasus di mana lidah sangat bengkak dan mulai menghalangi
saluran udara, seseorang harus mencari layanan medis darurat karena
pembengkakan parah dapat menunjukkan kondisi mendasar yang serius.
K. GLOSSITIS PADA PENYAKIT SISTEMIK
Gejala
Stadium awal glossitis pada pasien alkoholik adalah rasa nyeri
dan lidah yang licin namun kadang menunjukkan pembengkakan papila
fungiformis. Lambat laun, lidah terasa seperti sensasi terbakar dan
menjadi merah diikuti dengan atrofi papila fungiformis dan filiformis.
Angular cheilitis adalah hasil dari perkembangan retakan nyeri pada
sudut mulut. Sementara gingivitis muncul sebagai area nekrosis di atas
dari papila gigi (Khaimar et al., 2017).
Komplikasi
Penggunaan alkohol dan rokok yang berlebihan dapat
menyebabkan kanker jenis squamous cell carcinoma lidah. Bagian yang
terutama terkena adalah permukaan lateral lidah. Ciri klinisnya adalah
lesi noduler dan ulserasi yang terasa nyeri dan tidak nyaman (Erriu et
al., 2016).
Tatalaksana
Berhenti mengkonsumsi alkohol secara perlahan-lahan untuk
mencegah relaps. Selain itu, tingkatkan jumlah minum air putih yang
banyak terutama setiap setelah minum alkohol (Rifkind, 2011).
penyakit
malabsorbsi
celiac
atrhophic
glositis
Bai, JC., Ciacci, C., Corazza, G., Fried, M., Olano, C., Nejad, MR., et.al. Celiac
disease. Milawaukee: World Gastroenterology Organization Global
Guidelines.2016. p.1-35
Bajpai, S. and Pazare, A. (2010) ‘Oral manifestations of HIV’, Contemporary Clinical
Dentistry. Medknow, 1(1), p. 1
Bruch, J. and Treister, N. (2010). Clinical Oral Medicine and Pathology. Totowa, NJ:
Humana Press
Byrd J.A., Bruce A.J., Rogers R.S., III Glossitis and other tongue disorders. Dermatol.
Clin. 2003;21(1):123–134. doi: 10.1016/S0733-8635(02)00057-8
Cappello M, Morelle GC, Licata A. Elderly Onset Celiac Disease: A Narrative Review.
Clin Med InsightsGastroenterol. 2016;9:41–9
Casals MR. Tzioufas AG. Front J. Primary sjorgen syndrome; new clinic and
therapeutic concepts. Ann. Rheum. Dis. 2005:64;347-54
Cunha S.F., Melo D.A., Braga C.B., Vannucchi H., Cunha D.F. Papillary atrophy of
the tongue and nutritional status of hospitalized alcoholics. An. Bras.
Dermatol. 2012 ; 87 (1) : 84–89. doi: 10.1590/S0365-
05962012000100010. [PubMed] [CrossRef] [Google Scholar]
Dennis M., Bowen, W.T., Cho, L., 2012, Mechanism of Clinical Signs, Elsevier,
Australia
Erriu, M., Canargiu, F., Orrù, G., Garau, V., & Montaldo, C. (2012). Idiopathic atrophic
glossitis as the only clinical sign for celiac disease diagnosis: a case report. Journal
of medical case reports, 6, 185
Escudero-Hernandez C, Garrote JA, Arranz E. Pathogenesis of CeliacDiseas. In:
Arranz E, Fernández-Bañares F, Rosell CM, Rodrigo L, Peña AS, editors.
Advances in the Understanding of Gluten Related Pathology and the Evolution
of Gluten-Free Foods. Barcelona,Spain: OmniaScience; 2015. p.163-91
Fox RI. Sjogren’s syndrome. Lancet. 2005;366(9482):321-31
Ghom, 2005, Textbook of Oral Medicine, Jaype Medical Brothers Publisher, New
Delhi, h. 479
Gujral, N., Freeman, HJ., Thomson, AB. Celiac disease : Prevalence, diagnosis,
pathogenesis, and treatment. World J Gastroenterol. 2012;18(42) : 156-65
Hernández-Quintero M, Kuri-Harcuch W, González R, Arturo, Castro-Muñozledo F
(2006).Interleukin-6 promotes human epidermal keratinocyte proliferation and
keratin cytoskeleton reorganization in culture. Cell and Tissue Research, 325(1):
77-90
Kelly, CP., Bai, JC., Liu, E., Leffler, DA. Advances in Diagnosis and Management of
Celiac Disease. Gastroenterology. 2015;148(6):1175-86
Khairnar MR, Wadgave U, Khairnar SM (2017) Effect of Alcoholism on Oral Health:
A Review. J Alcohol Drug Depend 5: 266. doi:10.4172/2329-6488.1000266
Khan S (2019).Benign Migratory Glossitis: Case Report and Literature Review.
International Journal of Clinical Oral and Maxillofacial Surgery, 4(1): 1
Langlais RP, Miller C, Nnield-Gehrig JS. 2015. Atlas Berwarna Lesi Mulut Yang
Sering Ditemukan, edisi 4. Jakarta: EGC, hal : 4,104,109
Leslie D, Nancy WB. (2008). General and Oral Pathology for the Dental Hygienist.
Koger B, Dietz K, Bradshaw N, Aiello G, eds. Lippincotte Williams and Wilkins,
Philadelphia, PA, pp; 243-245
Maier H., Weidauer H., Zöller J., Seitz H.K., Flentje M., Mall G., Born I.A. Effect of
chronic alcohol consumption on the morphology of the oral mucosa. Alcohol.
Clin. Exp. Res. 1994 ; 18 (2) : 387–391. doi: 10.1111/j.1530-
0277.1994.tb00030.x. [PubMed] [CrossRef] [Google Scholar]
M.A. Lynch, Vernon J. Brightman, dan Martin S. Greenberg. Burket: Ilmu penyakit
mulut. Ed ke-8. Jakarta: Binarupa Aksara; 2004
Rai K., Hegde A., Kamath A., Shetty S. Dental caries and salivary alterations in type I
diabetes. Journal of Clinical Pediatric Dentistry.2011;36(2):181–184. doi:
10.17796/jcpd.36.2.x436ln878221g364
Rifkind J (2011). What should I look for when treating an alcoholic patient (current or
recovered) in my office?, J Can Dent Assoc 2011;77:b114
Stephens, Mark B., et al., editors. "Glossitis." 5-Minute Clinical Consult, 27th ed.,
Wolters Kluwer, 2019. 5minute, www.unboundmedicine.com/5minute/view/5-
Minute-Clinical-Consult/116247/all/Glossitis
Treister NS, Bruch JM. 2010. Clinical oral medicine and pathology. New York:
Humana Press. p. 149.ISBN 978-1-60327-519-4.
Valentine J.A., Scott J., West C.R., St Hill C.A. A histological analysis of the early
effects of alcohol and tobacco usage on human lingual epithelium. J. Oral
Pathol. 1985 ; 14 (8) : 654–665. doi: 10.1111/j.1600-
0714.1985.tb00543.x. [PubMed] [CrossRef] [Google Scholar]
Yuliasih. Sindrom Sjogren. Buku ajar IlmuPenyakitDalam.jilid III edisi VI. Pusat
Penerbitan IPD FKUI.2014:3160-3166