Anda di halaman 1dari 29

STUDENT PROJECT

Early Interception of Digit-Sucking Habit Using Maxillary


Expansion and a Palatal Crib – Case Report

KELOMPOK SGD 3
Pembimbing :
drg. Putri Rejeki
Disusun Oleh :
Elsa Chintia Simamora 1602551003
Luh Putu Adi Rahayu Wintari 1602551004
Made Ayu Sintha Revi Kesuma 1602551016
I Gusti Ayu Agung Anggita Dewi. H 1602551017
Syahrul Ramadhana 1602551026
Cokorda Istri Danya Laksmi Pemayun 1602551027
Henaria Mikha Teresa 1602551038
Aprilia Rizqi Humaira 1602551040
Ni Luh Nyoman Gita Astagina Yati 1602551049

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR BALI
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya

sehingga student project dengan judul “Early Interception of Digit-Sucking Habit

Using Maxillary Expansion and a Palatal Crib – Case Report” ini dapat tersusun

tepat pada waktunya. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih

atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan

baik materi maupun pikirannya.

Harapan kami semoga student project ini dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan maupun

pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam student project

ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun

dari pembaca demi kesempurnaan student project ini.

Denpasar, 9 November 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................. i

KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

BAB II LAPORAN KASUS .................................................................................... 3

BAB III KAITAN TEORI ....................................................................................... 6

3.1 Pengertian Bad Habit .................................................................................. 6

3.2 Digit Sucking .............................................................................................. 7

3.3 Jenis Terapi ................................................................................................. 8

3.4 Rapid Maxillary Expansion ........................................................................ 12

3.5 Palatal crib Appliances .............................................................................. 21

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 24

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Pada usia 0-1 tahun bayi hanya mendapat nutrisi melalui ASI yang

dilakukan dengan gerakan pengisapan menggunakan mandibula. Gerakan ini akan

memastikan rahang bayi tumbuh dan berkembang secara tepat. Ketika kebiasaan

mengisap tersebut tidak melibatkan pemberian ASI, kebiasaan tersebut disebut

non-nutritive sucking habit (NNSH) (Proffit, 2013).

Kebiasaan ini dapat terjadi dari sejak bayi masih dalam kandungan hingga

masa kanak-kanak, dan pada situasi yang ekstrim kebiasaan ini bisa berlangsung

sampai umur dewasa. Pasien yang memiliki kebiasaan ini umumnya mengisap

jari, terutama ibu jari. Meskipun penelitian yang ada menganggap kebiasaan ini

tidak berbahaya jika dilakukan pada fase gigi desidui, penelitian terbaru

menunjukkan bahwa NNSH yang muncul setelah usia 2 tahun memiliki

kemungkinan untuk terjadinya maloklusi meningkat (Góis dkk, 2008).

Maloklusi yang disebabkan oleh NNSH ditandai oleh diastema, gigi

insisivus rahang atas yang berjejal, retroklinasi gigi insisivus rahang bawah, cross

bite gigi posterior dan open bite gigi anterior (Duncan dkk, 2008; Singh dkk,

2008). Saat kebiasaan itu hilang open bite anterior akan terkoreksi dengan

sendirinya, namun hal ini tidak berlaku untuk cross bite posterior (Heimer dkk,

2010; Regina dkk, 2005; Duncan dkk, 2008).

Berdasarkan penelitian tersebut intervensi sedini mungkin pada pasien

NNSH dan atresia maxillary wajib dilakukan agar oklusi dapat berkembang

secara normal. Mengingat maloklusi ini dapat terjadi bersamaan dengan NNSH,

1
tujuan artikel ini adalah untuk menyajikan kasus klinis pasien yang memiliki

kebiasaan mengisap jari, gigi campuran, dengan cross bite posterior dan open bite

anterior. Perawatan yang dapat dilakukan adalah menggunakan modified Haas

rapid maxillary expansion yang dikombinasikan dengan palatal crib.

2
BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Laporan Kasus Klinis

Pasien wanita berusia 7 tahun dan 3 bulan, yang datang dengan keluhan

"gigi depan saya terbuka". Orang tua / wali mereka melaporkan bahwa pasien

memiliki kebiasaan mengisap jari. Riwayat medisnya tidak menunjukkan

kontraindikasi terhadap perawatan ortodontik.

Analisis menunjukkan simetri wajah dalam batas normal, pola wajah

vertikal dan profil wajah lurus. Evaluasi intraoral menunjukka bahwa pasien

dalam tahap pertumbuhan gigi campuran, memiliki maloklusi Kelas I yang terkait

dengan cross bite posterior dan open bite anterior. Penampakan depan

menunjukkan diastema median serta terdapat frenum labial yang membesar.

Setelah evaluasi klinis, faktor etiologi utama yang terkait dengan maloklusi yaitu

digit-sucking habit. Selanjutnya, karena terdapat open bite anterior, pada pasien

mulai terjadi dorongan anterior lidah saat istirahat dan menelan (Gambar 1).

Gambar 1.

Perencanaan perawatan interseptif dilakukan. Tujuan utamanya adalah

untuk mengklarifikasi hal-hal dari pasien dan wali mereka mengenai efek

3
berbahaya NNSH serta kebutuhan untuk menghentikan kebiasaan tersebut untuk

mengembalikan perkembangan oklusi normal. Alat modified Haas rapid

maxillary expansion kemudian dikombinasikan dengan fixed palatal crib.

Awalnya, alat itu ditempatkan dan dibiarkan diam selama 4 minggu untuk

menunggu efek penghambatan dari kebiasaan tersebut sementara memungkinkan

pasien untuk beradaptasi dengannya. Setelah itu, orang tua diinstruksikan untuk

mengaktifkan sekrup dengan 2/4 putaran dua kali sehari. Setelah 7 hari aktivasi,

cross bite posterior dikoreksi. Namun alat ini dipertahankan selama 6 bulan lagi

sebagai retainer untuk memastikan bahwa hasil yang telah dicapai akan

dipertahankan, serta untuk menjaga efek palatal crib dalam mengendalikan

NNSH dan dorongan lidah (Gambar 2).

Gambar 2.

Setelah masa retensi, kebiasaan itu telah dihilangkan dan hubungan gigi

transversal dan vertikal berada dalam batas normal. Pada saat itu, tercatat bahwa

karena adanya diastema median terkait dengan frenum yang membesar tidak ada

ruang yang cukup untuk erupsi fisiologis gigi-geligi insisivus lateral rahang atas

(Gambar 3). Dengan demikian, brackets dipasangkan ke gigi insisivus sentral

rahang atas untuk menutup diastema sehingga menciptakan ruang untuk erupsi

lateral (Gambar 3). Setelah 3 bulan, diastema sudah tertutup, brackets disimpan

4
untuk retensi dan janji temu berkala dijadwalkan. Tiga bulan kemudian gigi

insisivus lateral erupsi secara fisiologis, ortodontic brackets dilepaskan dan

ortodontic wire dipasangkan ke permukaan palatal dari gigi insisivus sentral

rahang atas untuk berfungsi sebagai retainer.

Gambar 3.

Delapan belas bulan setelah penyelesaian treatment (Gambar 4) hubungan

transversal dan vertikal berada dalam batas normal, dan pasien dirujuk untuk

evaluasi dari kemungkinan perawatan bedah frenum labial yang membesar. Tiga

puluh sembilan bulan setelah pelepasan brackets, lebar lengkung dan overbite gigi

insisivus stabil (Gambar 5).

Gambar 4.

Gambar 5.

BAB III

KAITAN TEORI

5
3.1 Pengertian Bad Habit

Kebiasaan yang terjadi di dalam rongga mulut (Oral habits)

diklasifikasikan menjadi dua, yaitu Oral habits fisiologis dan non fisiologis. Oral

habits fisiologis adalah kebiasaan normal manusia seperti bernafas lewat hidung,

mengunyah, berbicara, dan menelan. Sedangkan oral habit non fisiologis adalah

kebiasaan abnormal manusia yang menimbulkan tekanan dan kecenderungan yang

menetap dan diulang secara terus-menerus sehingga mempengaruhi pertumbuhan

kraniofasial dan biasanya disebut bad habit. Contoh dari bad habit adalah

mengisap jari/jempol (Digit/Thumb sucking), mengisap dot (Pacifier sucking),

pemberian susu botol (Bottle feeding), menjulurkan lidah (Tongue placing

pressure on teeth), menggigit kuku (Nail Biting), bernafas lewat mulut (Mouth

breathing) bruksisme (Bruxism) dan menggigit bibir (lip Sucking). Faktor-faktor

yang mempengaruhi potensi permasalahan yang timbul dari kebiasaan tersebut

tersebut adalah frekuensi (seberapa sering aksi kebiasaan buruk terulang per hari),

durasi (berapa lama tindakan yang telah dilakukan) dan intensitas (seberapa besar

tekanan yang anak lakukan) (Motta dkk, 2012).

Timbulnya suatu penyakit dan kebiasaan buruk pada seorang anak dapat

menimbulkan suatu gangguan pematangan fisik, psikososial dan gangguan

produktifitasnya. Jika pematangan itu terganggu, maka dapat terlihat jelas gejala

yang ditimbulkannya secara fisik, psikologis dan sosial dalam bentuk penurunan

kualitas hidup mereka. Hal tersebut merupakan masalah penting yang harus

diperhatikan dan dikelola segera mungkin (Iqbal, 2015). Mengacu pada laporan

6
kasus, jenis bad habit atau kebiasaan buruk yang dialami pasien adalah digit

sucking atau kebiasaan mengisap jari/jempol.

3.2 Digit Sucking

Salah satu kebiasaan pada rongga mulut yang paling umum adalah

kebiasaaan mengisap. Kebiasaan tersebut sejatinya merupakan reflek yang telah

ada saat lahir, meskipun kontraksi oral dan refleks mengisap lainnya telah diamati

sebelum kelahiran (Kolawole dkk, 2016). Kebiasaan mengisap dapat bersifat

nutritive (menyusui dan minum susu botol) ataupun non-nutritive sucking (NNS).

Jenis kebiasaan NNS yang paling sering terjadi yaitu mengisap jari/jempol (digit-

sucking habit) (Singh, 2008).

Gellin (1978) mendefinisikan digit-sucking sebagai penempatan ibu jari

atau satu jari atau lebih dengan kedalaman yang bervariasi ke dalam mulut.

Sedangkan Moyers menjelaskan bahwa digit-sucking merupakan kebiasaan

mengisap jempol berulang dan kuat dengan kontraksi bukal dan bibir yang kuat.

Secara praktis semua anak melakukan kebiasaan ini, tetapi akhirnya

menghentikannya secara spontan pada umur tertentu (Singh, 2008).

Cook (1958) membagi kebiasaan mengisap jari menjadi 3 kelompok yaitu :

- α Group: palatal terdorong ke arah vertikal dan hanya menampilkan

sedikit kontraksi dinding bukal (Gambar 6).

- β Group: Terlihat kontraksi dinding bukal yang kuat dan tidak ada tekanan

di rongga mulut serta terdapat cross bite posterior (Gambar 7).

- ɣ Group: Terdapat sedikit pengaruh yang terlihat pada oklusi anterior

(Singh, 2008).

7
-

Gambar 6. Penempatan Vertikal dari jari/jempol di bagian palatal hanya

menyebabkan gangguan gigi anterior

Gambar 7. Penempatan Horizontal dari jari di bagian palatal dan mengisapnya

dapat menyebabkan bilateral posterior cross bite serta adanya anterior open bite

Berdasarkan teori yang dikemukakan diatas, kondisi yang dialami oleh

pasien dalam laporan kasus tersebut merupakan jenis kebiasaan mengisap non-

nutritive sucking (NNS). Untuk jenis kebiasaan jari yang dikemukakan oleh Cook

(1958), pasien termasuk dalam β Group karena kondisi klinisnya yang paling

menyerupai.

8
3.3 Jenis Terapi

Kebiasaan buruk mengisap jari tidak memerlukan penanganan apapun jika

kebiasaan tersebut berhenti sebelum usia 5 tahun dan segera setelah dapat

dihentikan, maloklusi akan terkoreksi secara spontan (Shahraki dkk, 2012).

Kebiasaan mengisap jari umumnya akan berhenti pada usia 2 tahun atau pada

sekitar usia 4 tahun ketika anak sudah mulai melakukan interaksi dengan

temannya. Mengisap ibu jari dapat dihentikan dengan memberikan nasehat berupa

penjelasan secara halus dan bijaksana agar anak bersifat kooperatif. Dalam

memberikan penjelasan, perlu diupayakan anak sadar dan tahu betul mengapa ia

harus menghentikan kebiasaannya, misalnya tentang dampak negatif kotoran pada

sela-sela kuku yang akan masuk ke mulut dan menyebabkan sakit perut. Upaya

lain yang dapat dilakukan adalah memberikan dukungan pada anak agar anak

merasa bangga dan percaya diri, menerapkan system reward, menerapkan terapi

pengingat, dan apabila usaha di atas masih belum berhasil dapat digunakan

bantuan berupa piranti ortodonti sebagai bentuk upaya akhir.

Penanganan kebiasaan buruk mengisap jari dapat dilakukan ekstra oral

ataupun intra oral. Penanganan secara ekstra oral dapat dilakukan antara lain

dengan terapi pengingat. Keadaan ini dapat diatasi dengan memberi pelindung jari

(thumb guard atau finger guard) (Gambar 8) yang bisa terbuat dari plastik atau

dari akrilik yang diikatkan ke pergelangan tangan (Silva dan Manton, 2014).

9
Gambar 8.finger guarddan thumb guard

Apabila usia anak lebih dari 7 tahun dan masih melakukan kebiasaan ini,

sebaiknya orangtua bekerjasama dengan dokter gigi untuk menghentikan

kebiasaan buruk tersebut, terutama bila metode pendekatan psikologis tidak

berhasil. Piranti ortodonti yang dibutuhkan dalam menangani kasus ini biasanya

berupa piranti cekat ataupun piranti lepasan yang dilengkapi dengan taju-taju/crib

(Gambar 9). Taju-taju dapat berupa lup multipel, spur, maupun bentukan lain

sejenis (Singh, 2008).

Gambar 9. Taju-taju/Crib

Berbagai piranti dapat dipakai untuk menghentikan kebiasaan mengisap jari,

diantaranya penggunaan piranti Haas sebagai pengingat (reminder) untuk

mencegah kebiasaan mengisap jari. Taju-taju juga bisa diganti dengan bead

(Gambar 10). Variasi piranti dapat dibuat dari kawat stainless steel 0.9 mm yang

membentang dari band pada molar pertama permanen kanan dan kiri.Pada kawat

10
diberi bead akrilik dan saat ingin mengisap jari, pasien diminta memutar bead

dengan lidahnya (Gambar 11).

Gambar 10.bead akrilik lepasan

Gambar 11. bead akrilik cekat

Mengacu pada laporan kasus, jenis terapi appliance yang digunakan

adalah alat ekspansi modified Haas rapid maxillary yang dikombinasikan dengan

Fixed Palatal Crib. Jenis terapi ini digunakan pada kasus ini karena usia anak

sudah lebih dari 7 tahun. Apabila usia anak lebih dari 7 tahun dan masih

melakukan kebiasaan ini, sebaiknya orangtua bekerjasama dengan dokter gigi

untuk menghentikan kebiasaan buruk tersebut, terutama bila metode pendekatan

psikologis tidak berhasil.

11
3.4 Rapid Maxillary Expansion

Maxillary Expansion telah digunakan lebih dari satu abad untuk memperbaiki

defisiensi transversal maksila. Terapi ini merupakan terapi ortodontik yang relatif

sederhana dan mudah diprediksi. Koreksi transvesal biasanya membutuhkan

ekspansi palatal dengan kombinasi ortopedik dan pergerakan gigi ortodontik. Saat

ini ada tiga perawatan ekspansi yang digunakan yakni Rapid Maxillary Expansion

(RME), Slow Maxillary Expansion (SME) dan Surgically Assited Maxillary

Expansion.

A. Rapid Maxillary Expansion (RME)

Rapid Maxillary Expansion (RME) pertama kali dipopulerkan oleh Emerson

Angel pada tahun 1860 dan kemudian dipopulerkan kembali oleh Haas. Tujuan

utama dari rapid maxillary expansion adalah untuk memperbaiki sempitnya

lengkung rahang atas tetapi efeknya tidak terbatas dikarenakan dikaitkan dengan

10 tulang di wajah dan kepala. Rapid maxillary expansion dipercaya

menghasilkan gerakan gigi minimum (tipping) dan gerakan kerangka maksimum.

Alat ini bekerja dengan menekan ligamen periodontal, melengkungkan processus

alveolaris, dan secara bertahap membuka sutura midpalatal dan sutura maksila

lainnya. Perbaikan menggunakan alat ini sangat efektif dilakukan pada periode

gigi bercampur pada saat sutura palatina belum menutup dan pertumbuhan pasien

masih aktif sehingga selain lengkung gigi (lengkung koronal) melebar, maka

lengkung basal juga mengalami pelebaran (Agarwal dan Mathur, 2016).

Dalam penggunaan rapid maxillary expansion pasien atau orangtua pasien

harus diinstruksikan untuk memutar sekrup ekspansi seperempat putaran dua kali

12
sehari. Pasien harus ditinjau setiap minggu oleh dokter dan beberapa dokter

menyarankan untuk mengambil radiografi oklusal untuk memastikan bahwa

sutura midpalatal telah terpisah. Jika tidak dilakukan penting untuk menghentikan

aktivasi dikarenakan ada resiko fraktur alveolar dan atau kerusakan periodontal.

Perawatan aktif biasanya dilakukan dalam jangka waktu 2-3 minggu setelah itu

dilakukan periode retensi selama tiga bulan untuk pengisian tulang pada sutura

yang terpisah (Agarwal dan Mathur, 2016).

Adapun indikasi perawatan dengan menggunakan rapid maxillary expansion

adalah :

1. Gigitan silang anterior (anterior cross bite)

2. Gigitan silang posterior (posterior cross bite) bilateral atau unilateral

3. Defisiensi maksila dengan cross bite bilateral atau unilateral dengan

inklinasi gigi normal

4. Defisiensi maksila dengan oral breathing dan palatum yang dalam

5. Defisiensi maksila dengan tidak adanya cross bite posterior

6. Adanya space loss sebagai akibat pergeseran gigi molar permanen ke

mesial pada pencabutan gigi desidui terlalu awal

7. Adanya gigi depan yang berjejal yang ringan, dengan diskrepansi

lengkung gigi 4-6 mm

8. Celah bibir dan palatum

9. Unilateral atau bilateral cross bite posterior dengan retrusi wajah

bagian tengah

10. Cross bite secara keseluruhan

13
11. Indikasi medis lain misalnya nasal stenosis, nasal deformitas, dan

adanya nasal resistance

Kontraindikasi perawatan dengan menggunakan rapid maxillary expansion

adalah:

1. Pasien tidak kooperatif dan oral hygiene buruk

2. Asimetris maksila dan mandibula serta diskrepansi skeletal

anterioposterior yang berat sehingga akan lebih memuaskan bila

dirawat secara bedah

Rapid maxillary expansion terdiri dari :

1. Banded Rapid Maxillary Expansion

Banded dipasang pada gigi dengan band berada pada premolar

pertama dan molar pertama maksila. Banded terdiri dari 2 tipe yakni :

a. Tooth borne banded

Alat ini hanya terdiri dari band dan wire tanpa ada lapisan akrilik.

1. HYRAX Expander

Alat ini menggunakan sekrup khusus yang disebut HYRAX

(Hygenic Rapid Expander). Hyrax ekspander pada dasarnya adalah

jackscrew yang dihubungkan dengan logam ke band dan dipasangkan

pada premolar pertama dan molar pertama atau hanya molar pertama

pada kedua sisi. Keuntungan utama alat ini adalah tidak mengiritasi

mukosa palatal dan mudah dibersihkan. Alat ini mampu memberikan

pemisahan sutura 11 mm dalam periode pemakaian singkat. Setiap

aktivasi sekrup menghasilkan sekitar 0,2 mm ekspansi lateral

(Agarwal dan Mathur, 2016).

14
Gambar 12.

2. Issacson Expander

Alat ini merupakan alat yang dipusatkan pada gigi tanpa

lapisan akrilik. Alat ini menggunakan sekrup pegas yang disebut Mine

expander yanhg dihubungkan langsung ke band pada gigi premolar

dan molar pertama (Agarwal dan Mathur, 2016).

b. Tooth and tissue borne

Alat ini terdiri dari sekrup ekspansi dan akrilik yang berbatasan

dengan alvolar ridgre. Keuntungan dari alat ini adalah memberikan

pelebaran rahang yang lebih serta menciptakan lebih banyak mobilitas

rahang atas daripada gigi. Kerugian dari alat ini adalah cenderung

mengiritasi jaringan lunak.

1. Haas expander

Tipe ini diperkenalkan oleh Haas pada tahun 1961 terdiri

dari band yang dipasangkan pada premolar pertama dan molar

pertama maksila pada kedua sisi. Alat ini merupakan alat kaku

yang dirancang untuk menghasilkan ekspansi pada 10 – 14 hari. Di

15
bagian tengah terdapat Jackscrew dan menghubungkan dua bagian

akrilik yang menutupi mukosa palatal. Pada bagian bukal dan

lingual gigi posterior terdapat wire support untuk menambah

rigidity. Alat ini lebih banyak menghasilkan pergerakan gigi secara

bodily dan sedikit tipping, kelemahan alat ini sering terjadi

inflamasi pada jaringan palatal (Agarwal dan Mathur, 2016).

Gambar 13.

2. Derichsweiler expander

Band pada alat ini diletakkan pada premolar pertama dan

molar pertama maksila. Wire dihubungjkan dengan band lalu

kemudian dihubungkan dekan akrilik yang sudah ada sekrup

(Agarwal dan Mathur, 2016).

2. Bonded Rapid Maxillary Expansion

Bonded Rapid Maxillary Expansion terdiri dari band yang

dipasangkan pada premolar pertama dan molar pertama maksila pada

kedua sisi. Bagian oklusal gigi posterior ditutup dengan akrilik setebal 3

mm dengan Split Biocryl seperti posterior bite block yang dapat

16
menghalangi erupsi gigi posterior. Alat ini dapat memisahkan sutura

midpalatal dan melebarkan maksila serta mengaktivasi sistem sutura

maksila. Pada pasien yang alami pertumbuhan, pengaruh alat ini adalah

ortopedik alami. Bonded expander tidak hanya mempunyai pengaruh

dalam dimensi transversal tetapi juga terjadi perubahan arah vertikal dan

anteroposterior. Akrilik oklusal ini juga dapat membuka gigitan posterior

sehingga mengoreksi cross bite (Agarwal dan Mathur, 2016).

Gambar 14.

B. Slow Maxillary Expansion (SME)

Prosedur slow maxillary expansion menghasilkan lebih sedikit

resistensi jaringan disekitar circummaxillary yang dimana hal tersebut

meningkatkan pembentukan tulang dalam sutura intermaxillary yang secara

teori menghilangkan atau mengurangi keterbatasan dari Rapid Maxillary

Expansion (RME)

1. Coffin Aplliance

Alat ini merupakan alat yang dapat dilepas yang terdiri dari kawat

yang berbentuk omega dengan ketebalan 1,25 mm yang ditempatkan di

17
daerqah midpalatal. Ujung bebas dar kawat omega tertanam dalam akrilik

yang menutupi palatal maksila (Agarwal dan Mathur, 2016).

2. Magnets

Alat ini diperkenalkan oleh Vardemor 1987. Alat ini menghasilkan

gerakan gigi dan tulang yang tergantung pada status pasien misalnya usia,

pertumbuhan , dll. Alat ini memberikan gaya yang kontinu dan terukur

dalam periode yang lama sehingga resopsi akar eksternal berkurang

(Agarwal dan Mathur, 2016).

3. W-arch

Alat ini diperkenalkan olehg Rickerts dan rekan rekannya untuk

mengobati pasien cleft palate. Alat ini terbuat dari kawat yang

dihubungkan dengan band pada molar. Alat ini mudah disesuaikan untuk

memberikan ekspansi anterior lebih dari posterior atau sebaliknya jika

diinginkan (Agarwal dan Mathur, 2016).

Gambar 15.

18
4. Quadhelix

Alat ini adalah penggabungan emp[at heliks ke dalam W spring

yang membantu fleksibilitas dan jangkauan aktivasi. Gaya yang dihasilkan

alat ini memiliki sifat superelastik yang dapat membantu menghasilkan

lebih banyak gerakan fisiologis dengan koreksi crossbite yang lebih cepat

(Agarwal dan Mathur, 2016).

Gambar 16.
5. Spring jet

Alat ini memiliki komponen aktif berupa spring jet yang

dihubungkan dengan band pada molar. Aktivasi alat ini dilakukan dengan

cara menggerakkan sekrup kunci secara horizontal (Agarwal dan Mathur,

2016).

19
Gambar 17.
6. NiTi expander

Alat ini diperkenalkan oleh Wendell yang menghasilkan kekuatan

ekspansi yang optimal dan kosntan. Alat ini terbuat dari paduan NiTi dan

stainless steel pada bagian lainnya (Agarwal dan Mathur, 2016).

Gambar 18.

Mengacu pada laporan kasus diatas, perawatan menggunakan maxillary

expansion jenis modified has rapid expander sudah sesuai dimana alat ini

dipergunakan pada periode mix dentition yang dilakukan dalam 2 tahap yakni

tahap perawatan aktif untuk melebarkan maksila dan tahap retensi untuk

memberikan kesempatan untuk pertumbuhan tulang pada sutura yang sudah

20
terpisah akibat ekspansi yang diberikan kepada maksila. Bedanya alat ini

dimodifikasi dengan bantuan palatal crib untuk menghilangkan kebiasaan buruk.

3.5 Palatal crib Appliances

Kebiasaan mengisap jari memberikan dampak buruk pada pengembangan

oklusi normal dan jika tidak dicegah pada tahap awal perkembangan dapat

menghasilkan efek yang negatif pada skeletal dan gigi. Palatal crib adalah salah

satu alat ortodontik yang digunakan untuk mengobati kebiasaan mengisap jari.

Palatal crib telah dilaporkan sebagai metode perawatan yang sangat baik, karena

piranti ini berfungsi sebagai penahan mekanis, mencegah kebiasaan mengisap jari,

serta mencegah kebiasaan menjulurkan lidah dan mencegah interposisi di antara

gigi insisivus. Selain itu, konstruksi alat ini sederhana, dapat dengan mudah

disesuaikan, merupakan alat yang lebih murah, dan tergantung pada kepatuhan

pasien serta alat ini bisa berupa fixed atau removable palatal crib (Torres dkk,

2012).

Palatal crib dari berbagai desain telah berhasil digunakan untuk mengatasi

kebiasaan mengisap jari dan dirancang untuk mencegah posisi jari berada pada

posisi yang nyaman terhadap langit-langit mulut dan lidah yang saling

berhubungan, sehingga memungkinkan natural force dari bibir untuk mengoreksi

anterior open bite. Desain dasar dari palatal crib ini menggunakan gigi molar

pertama permanen atau gigi molar kedua primer sebagai gigi penyangga dengan

wire penghubung utama yang berukuran 0,04 inci stainless steel yang memanjang

ke depan di sepanjang langit-langit mulut. Crib adalah suatu kawat yang dibentuk

dan diletakkan pada bagian belakang gigi anterior rahang atas yaitu dari tingkat

21
kaninus rahang atas kemudian memanjang secara vertikal ke tingkat insisivus

edge dari gigi anterior bawah. Namun, piranti harus memiliki jarak yang cukup

untuk memungkinkan pergerakan lingual gigi insisivus rahang atas (Akkiela dkk,

2017).

Beberapa masalah kecil juga telah dilaporkan dalam penggunaan palatal

crib. Anak-anak yang menggunakan palatal crib mungkin awalnya akan

terganggu saat menggunakan alat tersebut dan mengalami kesulitan makan

makanan yang lengket dan keras. Selain itu, perubahan sementara dalam bicara,

seperti slurring dan lisping, dikoreksi setelah alat dilepas pada akhir perawatan,

jika tidak selama tahap perawatan aktif. Selain itu, iritasi palatal setelah

pemasangan alat telah dilaporkan pada beberapa anak. Adanya risiko karies gigi

dan kurangnya kerjasama pasien dapat menjadi kontraindikasi penggunaan terapi

alat pada beberapa anak (Akkiela dkk, 2017).

Piranti fixed palatal crib dapat digunakan secara efektif untuk

memperbaiki kebiasaan mengisap ibu jari. Piranti ini dapat berperan sebagai

reminder untuk menghentikan kebiasaan tersebut dan mengurangi waktu

pemakaian alat. Hal tersebut akan membuat dan menunjukkan peningkatan yang

baik terhadap hubungan dentoalveolar. Ketika diagnosis dan perawatan dini telah

dilakukan dengan benar, hasil yang sangat baik dapat dicapai (Akkiela dkk, 2017).

Berdasarkan kaitan dengan kasus, perawatan dengan palatal crib yang dilakukan

oleh penulis sudah sesuai karena dilakukan pada periode gigi bercampur, yang

membedakannya yaitu palatal crib dimodifikasi dengan maxillary expansion.

22
Gambar 12. Fixed palatal crib (Torres dkk, 2012).

23
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Kebiasaan mengisap jari dapat menimbulkan dampak dalam

perkembangan oklusi dan jika tidak dihindari pada tahap awal perkembangan

dapat menimbulkan efek negatif pada skeletal dan gigi. hasil dari diagnosis dan

intervensi saat tahap gigi bercampur sangat penting jika seseorang ingin mencapai

hasil klinis yang baik. Penggunaan modified haas expander yang dalam kasus ini

membuktikan bahwa alat serbaguna tersebut dapat diadaptasi untuk memperbaiki

masalah transversal serta membantu dalam perawatan interseptif kebiasaan buruk

sehingga dapat mengoreksi open bite pada gigi anterior.

4.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait penggunaan modified haas

expander yang dikombinasikan dengan fixed palatal crib dalam upaya

menghilangkan kebiasaan buruk dan mencegah sedini mungkin pengaruh negatif

dari kebiasaan mengisap jari terhadap perkembangan maloklusi. Orang tua juga

diharapkan menghentikan dan tidak membiarkan kebiasaan buruk mengisap ibu

jari pada anak usia 2 tahun untuk karena kebiasaan tersebut memiliki akibat

jangka panjang. Jika kebiasaan tersebut terus berlanjut melewati usia 2 tahun,

maka kebiasaan buruk akan sulit dihentikan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Agarwal, A. dan Mathur, R., 2016. Maxillary Expansion. International Journal of

Clinical Pediatric Dentistry, 3(December 2010), hal.139–146.

Akkiela, D.A., Natsha, R.R. Al dan Salama, F., 2017. Management of Thumb

Sucking During Early and Late Mixed Dentition Using Palatal Crib: Report

of Two Cases. International Journal Of Medical Science And Clinical

Invention, 4(2), hal.2646–2650.

Duncan, K., McNamara, C., Ireland, A.J. dan Sandy, J.R., 2008. Sucking habits in

childhood and the effects on the primary dentition: Findings of the Avon

Longitudinal Study of Pregnancy and Childhood. International Journal of

Paediatric Dentistry.

Góis, E.G.O. et al., 2008. Influence of nonnutritive sucking habits, breathing

pattern and adenoid size on the development of malocclusion. Angle

Orthodontist.

Heimer, M.V., Katz, C.R.T. dan Rosenblatt, A., 2010. Anterior open bite: A case-

control study. International Journal of Paediatric Dentistry.

Iqbal, M., 2015. Pengaruh Kebiasaan Buruk (Bad Habits) Terhadap Kualitas

Hidup Yang Terkait Dengan Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Anak Usia

Prasekolah Di Tk Aisyiyah Gonilan Kartasura, Surakarta.

Kolawole, K.A. et al., 2016. Digit sucking habit and association with dental caries

and oral hygiene status of children aged 6 months to 12 years resident in

semi-urban Nigeria. PLoS ONE.

Motta, L.J. et al., 2012. Gender as risk factor for mouth breathing and other

25
harmful oral habits in preschoolers. Brazilian Journal of Oral Sciences.

Proffit, W.R., 2013. Contemporary Orthodontics 5th editio., St. Louis.

Regina, C., Katz, T. dan Rosenblatt, A., 2005. Nonnutritive sucking habits and

anterior open bite in brazilian children: A longitudinal study. Pediatric

Dentistry.

Shahraki, N., Yassaei, S. dan Moghadam, M.G., 2012. Abnormal oral habits: A

review. Journal of Dentistry and Oral Hygiene, 4(May), hal.12–15.

Available at:

http://www.academicjournals.org/article/article1379688452_Shahraki et

al.pdf.

Silva, M. dan Manton, D., 2014. Oral habits-part 1: The dental effects and

management of nutritive and non-nutritive sucking. Journal of Dentistry for

Children.

Singh, G., 2008. Textbook of orthodontics, Jaypee Brothers Publishers.

Singh, S.P., Utreja, A. dan Chawla, H.S., 2008. Distribution of malocclusion types

among thumb suckers seeking orthodontic treatment. Journal of Indian

Society of Pedodontics and Preventive Dentistry.

Torres, F.C. et al., 2012. Dentoalveolar comparative study between removable and

fixed cribs, associated to chincup, in anterior open bite treatment. Journal of

Applied Oral Science, 20(5), hal.531–537.

26

Anda mungkin juga menyukai