Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN KASUS MODUL LESI ORAL

COATED TOUNGE

I. Identitas Pasien
Nama : Isnaini Rahma Hidayah
No RM : 036982
Usia : 22 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Magelang

II. Problem
Pasien perempuan berusia 22 tahun datang ke RSGM UMY atas motivasi
operator mengeluhkan pada lidah pasien berwarna putih kekuningan sejak 4 bulan yang lalu.
Pasien mengaku menyikat gigi 2x sehari dengan cara yang tepat namun gigi lidah tidak ikut
dibersihkan. Tidak ada gangguan kehilangan rasa pengecapan. Pasien tidak dicurigai menderita
penyakit sistemik.

III. Pemeriksaan Obyektif


Terdapat plak berwarna putih kekuningan pada dorsum lidah, apabila dikerok tidak
meninggalkan area eritematous.
Index tounge coating = 2
Coating tipis pada 2/3 atau tebal pada 1/3 dorsum lidah.

IV. Gambaran Klinis


V. Hipotesis
DD coated tongue : Candidiasis
Hairy tounge
Oral hairy leukoplakia

Treatment Planning

Telah dilakukan KIE mengenai


Coated tongue merupakan kondisi lidah yang kotor dikarenakan sisa makanan yang terjebak,
kondisi ini bisa diatasi dengan cara rutin membersihkan lidah dengan penyikatan lidah, menjaga
kebersihan rongga mulut, menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makan makanan
yang bergizi dan minum vitamin.
- Observasi
- Kontrol dan evaluasi

Learning Issue

Definisi Coated Tongue

Coated tongue adalah suatu keadaan dimana permukaan lidah terlihat berwarna putih atau
berwarna lain yang merupakan tumpukan dari debris, sisa-sisa makanan dan mikroorganisme
yang terdapat pada permukaan dorsal lidah.

Coated tongue atau lidah berselaput, yaitu penampilan klinis pada dorsum lidah yang seperti
tertutup oleh suatu lapisan biasanya berwarna putih atau terwarnai oleh jenis makanan atau
minuman yang dikonsumsi. Selaput ini terdiri dari papilla filiformis yang memanjang sehingga
memberikan gambaran seperti selaput tebal pada lidah dan akan menahan debris serta pigmen
yang berasal dari makanan, minuman, rokok, dan permen. Kemungkinan terjadinya selaput pada
lidah ini meningkat dengan penggunaan obat-obatan lokal maupun sistemik yang menyebabkan
perubahan mikroflora normal mulut. Kondisi ini juga dapat terjadi pada penderita dehidrasi,
penyakit infeksi, penyakit kronis dan penyakit sistemik dimana lidah tampak berselaput tebal dan
berwarna putih.
Coated tongue merupakan suatu kelainan lidah yang umum sekali terjadi, biasanya lebih banyak
terjadi pada orang dewasa karena adanya kumpulan epitel, makanan, dan debris microbial
(Scully, 2001). Selaput putih tersebut terjadi akibat debris makanan maupun lapisan mukosa,
bakteria, dan partikel lainnya. Coated tongue atau juga dikenal dengan istilah ‘furred tongue,
Coated tongue akan menyebabkan terjadinya penumpukan bakteri, bau mulut, dan sensasi rasa
pada lidah kurang peka (Quirynen et al, 2004).

Etiologi Coated Tongue

Etiologi coated tongue bersifat idiopatik, denga faktor predisposisi adanya lidah yang kurang
bergerak, cairan saliva yang dihasilkan kurang, individe yang memakan makanan yang lembut
dan kurang abrasif seperti pada pemakaian gigi tiruan, penggunaan obat-obatan antibiotik dan
agen-agen pengoksida yang terdapat pada obat kumur, pasien yang mengalami dehidrasi, oral
hygiene yang buruk, demam, lemah akibat penyakit sistemik, dan sakit parah juga sering
mengalami kondisi ini (AAOMP, 2009; Greenberg & Glick, 2003, laskaris, 2006).

Coated tongue adalah lapisan berwarna putih, kuning, atau kecoklatan di atas permukaan lidah,
yang disebabkan oleh adanya akumulasi dari bakteri, debris makanan, lekosit dari poket
periodontal, dan deskuamasi sel epitel. Pasien yang lebih tua memiliki prevalensi yang lebih
sering untuk coated tongue dari pada pasien yang lebih muda. Perubahan pola diet,
ketidakmampuan fisik untuk menjaga oral hygiene dengan baik, dan penurunan jumlah aliran
saliva akan menyebabkan akumulasi dari debris oral. Selain itu dikatakan pula bahwa ketebalan
coated tongue akan semakin bertambah pada pasien penderita penyakit periodontal. Leukosit
meningkat pada saliva pasien dengan penyakit periodontal, dan lekosit akan terakumulasi pada
permukaan lidah (Danser et al, 2003).

Beberapa metode yang telah digunakan untuk menggolongkan coated tongue untuk mengetahui
etiologi dan tingkat keparahannya, meliputi:

1.Boys, dkk menggolongkan coated tongue pada estimasi ketebalan selaput pada bagian dorsal
lidah melalui pemeriksaan visual yaitu : berat, sedang, ringan atau tidak ada.

2.Miyazaki, dkk menggolongkan coated tongue berdasarkan distribusi daerah yang tertutupi
selaput, meliputi : skor 0, tidak terlihat; 1, kurang dari sepertiga permukaan dorsum lidah; 2,
kurang dari dua pertiga permukaan dorsum lidah; 3, Lebih dari dua pertiga permukaan dorsal
lidah.

3.Chen menggolongkan coated tongue berdasarkan warna, yaitu: putih, kuning, abu-abu dan
hitam.

3.4 Patofisiologi Coated Tongue

Minuman yang panas dan makanan yang kasar membuat lidah mengalami iritasi, karena pada
dasarnya permukaan lidah merupakan daearah yang rentan iritasi. Hal tersebut menyebab bagian
permukaan lidah membentuk perlindungan berupa lapisan dari keratin yang telah mati. Dalam
keadaan normal jumlah keratin yang diproduksi sama dengan keratin yang mengelupas (telah
mati). Pada keadaan tidak normal keseimbangan tersebut terganggu sehingga menyebabkan
coated tongue. Coated tongue juga dapat disebabkan oleh diet makanan lunak yang
menyebabkan keratin tidak terangsang untuk mengelupas (AOMP, 2005).

Iritasi lokal pada lidah secara terus menerus akan mengakibatkan tubuh untuk melakukan
pertahanan terhadap iritan tersebut dengan cara memanjangkan papilla terutama papilla
filiformosis pada bagian dorsal lidah, sehingga lidah tampak seperti berambut. Kondisi lidah
seperti ini akan sangat menguntungkan bagi bakteri dan jamur untuk berkolonisasi.

Pada kondisi normal, keratin mengalami deskuamasi dan tertarik oleh makanan berserat,
sehingga produksi keratin yang diproduksi seimbang dengan keratin yang dibuang (filiform).
Pada kasus tidak normal, contoh seorang yang diet makanan lunak, keratin yang harus nya
terdeskuamasi justru membuat retensi untuk makanan lunak tersebut karena makanan lunak tidak
mendorong keratin yang mati dan hanya menggantinya dengan yang baru. Sehingga papila
terlihat lebih panjang karena ketidaksimbangan keratin yang diproduksi dan yang dibuang.

Gambaran Klinis Coated Tongue

Wagers pada tahun 2011, Secara klinis gambaran umum coated tongue berupa lidah yang dilapisi
oleh lapisan putih terang pada permukaan lidah. Lapisan putih ini terbentuk akibat retensi keratin
pada dorsal lidah. Kadang gambaran ini dapat berupa pewarnaan putih kekuningan maupun
kecoklatan. Ini merupakan gambaran dimana akumulasi bakteri juga menyertai retensi keratin
pada permukaan lidah tersebut. Bakteri memiliki pigmen berwarna kuning atau coklat yang ikut
mewarnai keratin lidah. Bakteri ini tidak menimbulkan manifestasi kearah yang berbahaya pada
penderitanya.

Gambaran coated tongue secara klinis berupa selaput (lesi plak) yang menutupi bagian
permukaan atas lidah. Selaput ini dapat berwarna putih kekuningan sampai berwarna coklat.
Selaput terdiri dari akumulasi bakteri, debris makanan, lekosit dari poket periodontal, dan
deskuamasi sel epitel. Selaput ini dapat hilang pada pengerokan tanpa meninggalkan daerah
eritem. Coated tongue dapat muncul dan hilang dalam waktu yang singkat (Danser et al 2003;
Laskaris, 2006; Scully, 2001).

Diagnosis Banding

Diagnosis banding dari coated tongue diantaranya adalah Candidiasis (Greenberg dan Glick,
2003). Candidiasis merupakan infeksi oportunistik yang disebabkan oleh pertumbuhan berlebih
dari Candida albicans. Pertumbuhan candidiasis berlebih dapat disebabkan oleh iritasi kronis,
kebersihan mulut yang jelek, dan xerostomia. Lesi ini tampak sebagai plak mukosa berwarna
putih, difus, dan bergumpal yang dapat dikerok namun meninggalkan permukaan eritem, kasar,
atau berdarah. Pada kondisi candidiasis Daerah rongga mulut yang biasanya terkena adalah
dorsum lidah, palatum, dan sudut bibir (Langlais dan Miller, 1994).

Candida albican Merupakan flora yang secara normal terdapat pada permukaan rongga mulut.
Lesi akibat Candida sering ditemui pada lidah, mukosa pipi dan palatum. Penyakit pada mukosa
mulut yang diakibatkan oleh jamur berhubungan dengan mekanisme pertahanan tubuh. Pada host
yang immunocompromised, keberadaan jamur meningkat drastis. Coated tongue akibat jamur
dapat terjadi karena berbagai faktor seperti pada pasien dengan kelainan sistemik yang harus
mengkonsumsi antibiotik dalam jangka waktu lama, infeksi, terapi radiasi, perokok berat,
kebersihan mulut yang buruk, dan genetik . mengontrol pertumbuhan jamur dan mikroba
berbahaya lainnya pada saluran pencernaan.

Derajat coated tongue juga memainkan peranan penting pada infeksi mulut akibat Candida sp.
Selaput pada lidah tersebut terdiri dari komponen darah, nutrient dan sel epitel yang telah
berdeskuamasi yang dapat menimbulkan penyakit infeksi pada rongga mulut akibat jamur dan
berkembangnya halitosis. Namun, memiliki coated tongue belum tentu terinfeksi oleh jamur.
Coated tongue biasanya tidak menimbulkan keluhan bagi penderitanya, tetapi bila sudah
terinvasi Candida sp. kelainan ini dapat menimbulkan beberapa gejala klinis yang mengurangi
kenyamanan penderitanya seperti sensasi rasa kecap yang terganggu, rasa pedih, rasa sakit dan
rasa seperti terbakar pada lidah yang akan mengakibatkan kekurangan nutrisi.

Obat-obatan seperti turunan sulfa, kemoterapi, kortikosteroid, antibiotik, antihipertensi,


analgesik, antasida berkontribusi dalam perkembangan jamur yang berlebihan. Obat turunan
sulfa dan kemoterapi dapat mematikan mikroflora normal dalam rongga mulut karena sifatnya
yang toksik, dan hal ini dapat memicu perkembangan jamur. Obat-obatan kortikosteroid akan
mempengaruhi sistem imun yang akan menimbulkan infeksi opurtunistik seperti jamur. Antasida
berkontribusi pada pertumbuhan jamur karena asam hidroklorik pada lambung membantu
Candida sp. biasanya disebut sebagai agen infeksius oportunistik yang jika ada kesempatan dapat
berkembang biak dengan cepat sehingga dapat menyebabkan kerusakan jaringan.

Terapi Coated Tongue

Membersihkan mulut secara rutin telah dilaporkan menjadi metode pencegahan yang paling
utama dalam mencegah timbulnya lesi pada mukosa. Oral hygiene tidak hanya dilakukan pada
gigi atau jaringan keras rongga mulut namun juga jaringan lunak mulut, salah satunya lidah.

Peningkatan kebersihan rongga mulut dan melakukan pembersihan lidah dengan sikat gigi atau
tongue scrapper dapat mengurangi ketebalan lapisan selaput. Apabila coated tongue disebabkan
oleh oleh penyakit sistemik, maka dengan mengobati penyakit sistemik tersebut, selaput padah
pun akan berkurang. Apabila akibat penggunann antibiotik atau kemoterapi, maka tidak
diperlukan tindakan karena akan sembuh dengan sendirinya saat penggunaan obat-obat tersebut
dihentikan. Apabila akibat rokok/alkohol, kebiasaan harus dihilangkan. Minum banyak air putih
dan makan buah-buahan seperti apel, dan sayur-sayuran seperti brokoli juga dapat membantu
melepaskan debris putih dari lidah. Berkumur dengan asam askorbat, mungkin akan membantu,
terutama jika dikombinasikan dengan menyikat lidah (Field & longman, 2003).

Instrumen untuk membersihkan lidah terdiri dari potongan plastik atau metal seperti tali yang
digenggam dengan satu tangan dan menggores secara berseberangan pada permukaan lidah,
pisau plastik seperti alat pencukur atau penggaruk untuk menggores permukaan lidah atau sikat
kecil, hingga alat berbentuk bundar dengan sebuah pegangan untuk menggaruk permukaan lidah.
Debris terletak di bagian dorsal posterior dari lidah dan cukup untuk menyebabkan terjadinya
bau mulut yang signifikan serta berbagai penyakit rongga mulut lainnya. Pembersihan lidah
menyingkirkan organisme dan debris dari lidah. Kemungkinan dapat mengurangi penyakit gigi
dan periodontal.

Penggunaan sikat gigi juga dapat mereduksi bakteri yang ada pada lidah, namun efektifitas
penurunan bakteri tidak sama di bandingkan dengan penggunaan tongue scraper. Hal ini
disebabkan oleh ukuran permukaan sikat gigi yang lebih kecil, sehingga kurang efektif
mengurangi debris pada lidah Penggunaan sikat gigi untuk pembersihan lidah dapat
menyebabkan pendarahan kecil dan kerusakan pada bagian permukaan dorsal lidah.
Direkomendasikan untuk menggunakan tongue scraper dari pada penggunaan sikat gigi dalam
membersihkan lidah.

Sikat lidah tersebut tidak pernah diamati menyebabkan microbleeding (bahkan perdarahan yang
tidak terlihat dengan menggunakan mata telanjang) dengan kurang dari 30 gerakan, gaya sebesar
100-150g . Diasumsikan bahwa sebanyak pada gerakan rata-rata yang kurang dari 30 dibutuhkan
untuk membersihkan lidah.

Tongue scraper dapat membantu membersihkan semua bakteri dan kuman pada lidah. Lidah
sehat mempunyai warna merah muda, sementara lidah yang tidak sehat adalah tumpul atau
mempunyai bercak keputihan. Bagian paling dorsal dari permukaan lidah biasanya dapat
diperhatikan secara signifikan memiliki banyak debris. Makanan-makanan berminyak dan
berlemak yang banyak berkontribusi dalam menggemukkan badan juga berkontribusi secara
signifikan dalam mengakumulasikan debris lidah.

Cara penggunaan tongue scraper

Adanya penelitian klinis mengenai penuntun yang direkomendasikan dalam suatu metode dan
frekuensi dalam membersihkan lidah, anjuran dibawah ini tampak sangat logis, yakni:

1.Sikatlah gigi sebelum membersihkan lidah. Pastikan juga menyikat di bagian belakang gigi
untuk mengurangi akumulasi bakteri.

2.Arahkan spoon dari tongue scraper menjangkau bagian paling posterior dari lidah, dan
sepanjang permukaan lidah.
3.Gunakan bentuk tongue scraper sesuai ukuran dari mulut anda.

4.Gunakan tongue scraper timbal balik, scraper berlekuk atau menggunakan pegangan untuk
membersihkan lidah. Menjangkau sejauh mungkin dalam mulut dan pembersih dari belakang ke
depan dengan tekanan ringan.

5.Bilas tongue scraper dan pastikan mencuci bersih semua bakteri dan saliva yang terakumulasi
pada tongue scraper. Lakukan pembersihan lidah paling tidak dua sampai tiga kali setiap
pembersihan.

6.Cuci mulut dengan obat kumur pembunuhan bakteri setelah membersihkan lidah.

7.Gunakan tekanan yang ringan ketika menggunakan tongue scraper, jangan menekan terlalu
keras karena dapat mengiritasi lidah.

Debris yang ada pada bagian posterior dorsal dari lidah bertanggung jawab secara signifikan
terhadap terjadinya bau mulut.

Yogyakarta, Desember 2018

Operator, Pembimbing,

Rinanda Yulia Ikha Putri, S.KG Dr. drg. Erlina Sih M, M.Kes
LAPORAN KEPANITERAAN KLINIK
MODUL LESI ORAL
COATED TOUNGE

Nama Pasien : Isnaini Rahma Hidayah


No. RM : 036982
Operator : Rinanda Yulia Ikha Putri, S.KG
NIM : 20110340080
Pembimbing : Dr. drg. Erlina Sih M, M.Kes

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2018

Anda mungkin juga menyukai