MODUL PERIODONTAL
KASUS SPLINTING FIBER
• Nama : SI
• Usia : 37 tahun
• Jenis kelamin : Perempuan
• Alamat : Yogyakarta
• No.RM : 50333
Problem
Gambaran gigi 25 :
Terdapat penurunan tulang pada
alveolar crest secara vertikal ± 3 mm pada
sisi distal dan mesial
Gambaran gigi 26 :
Terdapat penurunan tulang pada
alveolar crest secara horizontal ± 3 mm pada
sisi distal dan mesial
Gambaran gigi 27 :
Terdapat penurunan tulang pada
alveolar crest secara horizontal ± 3 mm pada
sisi distal dan mesial
Assesment
JUDUL:
Splinting and Stabilization in Periodontal Disease
Sood, K and Kaur, J.
INTRODUCTION
Kegoyangan gigi didefinisikan sebagai gambaran persepsi pergerakan gigi melebihi posisi
normal ketika tekanan ringan diberikan pada gigi tersebut (Gher 1996). Pergerakan gigi juga
merupakan indikator status fungsional dari jaringan periodonsium. Pergerakan gigi fisiologis
atau normal pada dasarnya tergantung dari:
1. Kualitas atau viscoelastik dari jaringan periodontal
2. Karakteristik anatomi seperti jumlah tulang alveolar yang mendukung dan luasnya celah
periodontal ligamen
3. Faktor lain-lain, seperti jumlah, bentuk dan panjang dari akar atau elastisitas intrinsik gigi itu
sendiri bisa menjadi pertimbangan
Peningkatan kegoyangan secara fisiologis dapat terjadi oleh akibat dari:
1. Erupsi gigi
2. Kehamilan
Fenomena Patologi Kegoyangan Gigi
Dari beberapa penyebab patologi kegoyangan gigi trauma oklusal menjadi hal yang paling luas,
secara histologis ditemukan perkembangan pergerakan gigi sebagai berikut:
1. Pelebaran ruang periodontal ligamen
2. Resopsi tulang alveolar
3. Perubahan vaskuler dan fenomena degeneratif pada membran periodontal dan
berkurangnya jumlah kolagen fiber yang ada pada sementum akar, tulang alveolar dan
puncak alveolar
Sekunder taruma: Produksi kegoyangan oleh tekanan normal pada gigi terjadi pada jaringan
pendukung yang lemah seperti pada kasus terjadinya inflamasi jaringan pendukung dan adanya
gangguan metabolisme, tekanan tersebut akan disalurkan langsung ke tulang pendukung.
Derajat Kegoyangan Gigi
Prognosis dari perawatan periodontal seringnya tergantung dari kegoyangan awal dan bisa
tidaknya dilakukan perawatan.
Menurut Miller 1950, skor 0-3:
1. Skor 1: kegoyangan lebih besar dari normal
2. Skor 2: kegoyangan hingga 1 mm ke arah bukal lingual
3. Skor 3: pergerakan lebih besar dari 1 mm ke arah bukal lingual dan ditambah bisa
ditekan ke apikal
Glickman index (1972)
1. Skor 0: normal
2. Skor 1: sedikit lebih dari normal
3. Skor 2: moderat dari normal
4. Skor 3: pergerakan parah fasial lingual dan atau mesio distal ditambah dengan vertikal
Lanjutan...
Lindhe (1997)
1. Derajat 1: prgerakan arah mahkota horizontal 0,2-1 mm
2. Derajat 2: pergerakan arah mahkota horizontal >1 mm
3. Derajat 3: pergerakan arah mahkota ditambah ke arah vertikal
Oleh karena mengurangi pergerakan gigi merupakan tujuan dari periodontal terapi, maka root
planning, kuretase,OH, dan tindakan bedah bisa dilakukan untuk menghilangkan inflamasi pada
jaringan pendukung dan juga untuk meningkatkan dukungan pada gigi yang kehilangan
pendukungnya, alat yang digunakan pada perawatan tersebut adalah SPLINT.
SPLINT
Dental splint adalah alat yang didisain untuk menahan gerakan dan stabilisasi gigi yang
kehilangan dukungan (AAP 1986 Gossary).
Klasifikasinya:
RAMFJORDS'S CLASSIFICATION (1979)
1. Sementara
a. Fixed-1 fixed external (2-6 bulan), menggunakan kawat lentur orthodonsi
b. Removable RPD: night guard, removable akrilik splint
2. Provisional
Diagnostik 8-12 bulan, digunakan dalam kasus Boarderline di mana hasil perawatan tidak
dapat diprediksi. Contoh: temporary external splint
3. Permanen
a. Fixed full crown, pin ledge type pada abutment retainer
b. Semirigid
c. Removable, telescopic crown, clasp supported partial denture
Alasan splint digunakan
1. Rest
2. Redistribution force
3. Redirection of force
4. Preservation of arch integrity
5. Restoration of arch stability
6. Psychologic well being
Splint yang ideal
1. Simple
2. Ekonomis
3. Stabil dan efisien
4. Higienis
5. Non iritatif
6. Tidak mempengaruhi perawatan
7. Estetik diterima
8. Tidak membuat penyakit iatrogenik
Biomekanis splint
Secara teoris, splint membatasi jumlah tekanan yang diterima satu gigi pada
saat oklusi dengan cara mndistribusikan tekanan oklusal ke gigi lainnya.
Pergerakan individual gigi dapat terjadi dan bergerak ke beberapa arah mesio-
distally, buccolingually dan apically. Ketika gigi splint, cenderung mengalihkan
tekanan lateral menjadi tekanan vertikal, di mana gigi mampu lebih baik
bertahan.
Kesimpulan