Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN KASUS

LCE II KURETASE
MODUL PERIODONTAL DISEASES

Disusun Oleh :
Rinanda Yulia Ikha Putri
20110340080

Dosen Pembimbing :
drg. Hartanti, Sp.Perio

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2019
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Siti Isbani
No. RM : 50333
Usia : 37 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Yogyakarta

II. PERAWATAN
Kunjungan 1 (Selasa, 6 Agustus 2019)
a. Pemeriksaan Subyekif
Pasien perempuan datang ke RSGM mengeluhkan gusi di bagian gigi
geraham kiri atas bagian dekat pipi dan langit-langit terasa bengkak dan kurang
enak. Pasien merasa kurang nyaman dengan kondisi ini. Keluhan sudah
dirasakan pasien kira-kira satu bulan ini. Pasien belum melakukan perawatan
apapun untuk mengatasi keluhan tersebut. Pasien sudah penah melakukan
pembersihan karang gigi sebelumnya di RSGM satu tahun yang lalu. Pasien
menyikat gigi dua kali sehari, pagi saat mandi dan malam sebelum tidur, tetapi
untuk yang malam hari kadang-kadang dilakukan pasien.

b. Pemeriksaan Obyektif
 Terdapat kalkulus pada supra dan subgingiva pada area gigi 25, 26, dan
27.
 Terdapat area kemerahan pada margin gingiva berwarna kemerahan
tekstur unstipling, konsistensi lunak, interdental membulat pada region
25, 26, dan 27.
PI : 60,06 %
OHI : 6,17 (buruk)
Resesi
Elemen CAL PD (mm)
Sisi BOP Luksasi
Gigi (mm)
Bukal Palatal
Mesial Mid Distal (mm) (mm)
Bukal 7 3,5 3,5 3,5 Derajat
25 + 3,5 4
Palatal 7,5 3,5 0,5 3,5 1
Bukal 5,5 3,5 3,5 3,5 + Derajat
26 2 5,5
Palatal 11 3,5 5,5 3,5 2
Bukal 5,5 3,5 3,5 3,5 + Derajat
27 2 3
Palatal 6,5 3,5 3,5 3,5 1

Interpretasi Rontgen

 Gambaran gigi 25 :
Terdapat penurunan tulang pada alveolar crest secara vertikal ± 3 mm pada
sisi distal dan mesial
 Gambaran gigi 26 :
Terdapat penurunan tulang pada alveolar crest secara horizontal ± 3 mm pada
sisi distal dan mesial
 Gambaran gigi 27 :
Terdapat penurunan tulang pada alveolar crest secara horizontal ± 3 mm pada
sisi distal dan mesial

Assesment
Dx : Periodontitis Kronis
Prognosis : Baik
Treatment
1. KIE
2. Scalling USS dan root planning
3. Kuretase
4. Kontrol

Foto Klinis

Sebelum Scaling & Kuret

Saat Kuretase

Setelah Kuretase
Kunjungan 2 (Senin, 9 September 2019)
a. Pemeriksaan Subyekif
Pasien datang ke RSGM UMY untuk melakukan kontrol kondisi giginya
pasca dilakukan perawatan kuretase. Kontrol ini dilakukan pasca satu bulan
tindakan kuretase pada gigi geraham kiri rahang atas. Pasien merasa lebih
nyaman pasca dilakukan tindakan kuretase. Pasien tidak ada keluhan.
b. Pemeriksaan Obyektif
 Terdapat debris pada beberapa sela - sela gigi
 Terdapat gingiva berwarna pink coral dengan tekstur stipling, namun
interdental masih membulat, dengan konsistensi kenyal.
 Terdapat perbaikan jaringan gingiva pada region posterior atas kiri pasca
dilakukan kuretase.
 PI : 34,12 %
 OHI : 2 (baik)

Resesi
Elemen CAL PD (mm)
Sisi BOP Luksasi
Gigi (mm)
Bukal Palatal
Mesial Mid Distal (mm) (mm)
Bukal 4 1 0,5 2
25 - 2 3 -
Palatal 5 2 0,5 1
Bukal 3 0,5 0,5 2 - Derajat
26 1 5
Palatal 8 3 3 2 1
Bukal 3 2 2 0,5 - -
27 1 2
Palatal 5 3 2 0,5

Assesment
Dx : Periodontitis membaik
Prognosa : Baik, oral higine pasien meningkat, pasien sudah merubah
kebiasaan sikat gigi setelah sarapan dan malam sebelum
tidur, dan pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik
Treatment
1. KIE
2. Brushing
3. Kontrol kuretase

Foto Klinis
III. PEMBAHASAN
Periodontitis adalah suatu penyaki peradangan jaringan pendukung
gigi yang disebabkan oleh kelompok mikroorganisme tertentu, yang
mengakibatkan penghancuran progesif ligamentum periodontal dan tulang
alveolar, dengan membentuk poket, resesi atau keduanya. Spesies bakteri
terutama bakteri batang gram-negatif terutama Actinobacillus
actinomycetemcomitans, Porphyromonas ginggivalis dan Bacteroides
forsythus merupakan yang paling sering dikaitkan dengan periodontitis.
Menurut AAP International Workshop for Classification of Periodontal
Diseases 1999, periodontitis diklasifikasikan dalam :
1. Periodontitis kronis
2. Periodontitis agresif
3. Periodontitis manifestasi penyakit sistemik
Periodontitis kronis adalah tipe periodontitis yang paling banyak terjadi dari
tipe periodontitis. Menurut Fedi dkk. (2012) periodontitis kronis terjadi pada
orang dewasa diatas usia 35 tahun, namun menurut Carranza (2012) walaupun
periodontitis kronis dengan prevalensi paling banyak terjadi pada orang
dewasa, namun pada beberapa kasus terjadi pada anak-anak, oleh sebab itu
ciri-ciri usia diatas 35 tahun disangkal. Pada kasus ini pasien merupakan
seorang perempuan berusia 34 tahun.
Periodontitis kronis berhubungan dengan akumulasi plak dan kalkulus
(subgingiva dan supragingiva) yang menyebabkan terjadinya kehilangan tulang
alveolar yang didominasi oleh bentuk horizontal (Fedi, et al., 2012). Pasien
dengan kondisi oral hygiene yang buruk gingiva biasanya akan terlihat
membengkak dari ukuran kecil hingga sedang (enlargement gingiva) disertai
perubahan warna, dari warna merah pucat hingga merah magenta. Selain itu
pada periodontitis kronis juga akan mengalami kehilangan gingiva stipling dan
perubahan bentuk gingiva yaitu gingiva akan terlihat tumpul serta terdapan
lubang dibagian papilla interdental. Etiologi utama dari penyakit ini adalah
bakteri gram negatif dan pada umumnya penyakit ini memiliki perkembangan
yang lambat hingga sedang, namun perkembangan yang lebih cepat bisa saja
terjadi. Faktor yang mempengaruhi perkembangan dari penyakit ini terbagi
menjadi tiga, yaitu faktor lokal, sistemik, dan lingkungan yang mungkin
mempengaruhi interaksi dengan flora normal rongga mulut (Carranza, 2012).
Periodontitis kronis dapat didiagnosa melalui pemeriksaan klinis
berdasarkan ditemukanya inflamasi kronis yang merubah bentuk marginal
gingiva, terbentuknya poket periodontal, dan kehilangan perlekatan gingiva.
Berdasarkan pemeriksaan radiografis didiagnosa berupa adanya kehilangan
tulang alveolar, hal ini mungkin sama dengan periodontitis agresif namun yang
membedakan yaitu usia pasien, tingkat keparahan, perkembangan penyakit,
riwayat keluarga akan periodontitis agresif, dan tidak ditemukanya faktor lokal
seperti pada periodontitis kronis yaitu plak dan kalkulus yang berlimpah
(Carranza, 2012).
Menurut Caranzza, poket periodontal adalah kedalaman sulkus
gingiva yang tidak normal yang merupakan tanda klinis dari penyakit
periodontal. Poket dibedakan menjadi pseudo poket yaitu akibat pergerakan
margin gingiva kea rah korona, dan true poket karena pergerakan junctional
epithelioum ke arah apical. Pendalaman sulkus terjadi akibat gerakan margin
gingiva ke arah korona, perpindahan gingiva attachment ke apikal atau
kombinasi (Diyanti, 2016). Scaling dan root planning bukan merupakan suatu
prosedur yang terpisah. Setelah dilakukan perawatan ini terjadi perubahan
dalam mikrobiota yang disertai dengan berkurangnya atau hilangnya
peradangan klinis. Apabila setelah dilakukan perawatan awal masih ditemukan
adanya inflamasi, edema, dan poket dengan kedalaman 3-5 mm pada gingiva,
maka dapat dilakukan perawatan lanjutan yaitu kuretase.
Prosedur kuretase adalah operasi tertutup dengan tujuan untuk
mereduksi poket, mengeliminasi, memperbaiki perlekatan atau membuat
perlekatan baru. Tujuan dari kuretase secara umum adalah untuk membuat
perlekatan baru terutama pada infrabony poket, mengeliminasi gingival poket,
memperbaiki warna, kontur, konsistensi dan terkstur permukaan gingiva
(Diyanti, 2016). Alasan dilakukan kuretase adalah untuk menghentikan
keadaan peradangan kronis dan penyingkiran jaringan granulasi yang terbentuk
di dinding lateral poket periodontal. Jaringan granulasi ini terdiri atas
fibroblastik dan ploriferasi angioblastik, potongan kalkulus dan koloni bakteri,
koloni bakteri ini yang menyebabkan kondisi patologis jaringan dan
menghambat penyembuhan. Jaringan granulasi ini dilapisi oleh epitel yang
berpenetrasi kedalam jaringan, sehingga menjadi penghalang untuk
pembentukan perlekatan serat-serat gingiva dan ligament periodontal yang
baru ke permukaan sementum pada area tersebut.
Indikasi dilakukan prosedur kuretase
1. Terdapat edema dan meradang, poket dangkal, poket suprabony
2. Sebagai perawatan nondefinitig (perawatan alternative) bagi pasien yang
karena alasan medis atau usia tidak mungkin dilakukan teknik bedah flap
Kontraindikasi kuretase adalah bentuk poket yang berliku-liku (tortuous),
poket berada di area yang sulit misalnya pada molar, dinding poket fibrotic
(contohnya kasus hyperplasia karena dilantin).
Prosedur kuretase pada kasus ini menggunakan teknik tertutup
dilakukan dibawah anastesi local yaitu septocaine dengan cytoject. Kuretase
bertujuan untuk mengurangi dan menghilangkan poket, memperbaiki
perlekatan atau membentuk perlekatan baru. Instrument yang dipakai adalah
gracey curretes no #7-8 dan #9-10. Instrumen dimasukan ke lapisan dalam
dinding poket kemudian dilakukan pengerokan sepanjang jaringan lunak
dengan gerakan stroke horizontal. Dinding poket didukung oleh tekanan jari
lembut pada permukaan eksternal. Kuret ditempatkan di bawah tepi potongan
epitel junctional untuk merusaknya. Irigasi dilakukan untuk mengairi daerah
agar menghilangkan kotoran dan dan tekan jaringan pada permukaan gigi
untuk adaptasi jaringan lunak pada permukaan akar. Dalam beberapa kasus
prosedur ini dilakukan penjahitan apabila papilla terpisah kemudian dilakukan
aplikasi periodontal pack.
Restorasi dan epitelisasi dari sulkus umumnya dimulai sekitar 2-3
haru setelah kuretase dan selesei antara 7-10 hari setelah tindakan. Perubahan
klinis dari jaringan setelah kuretase adalah gingival marginal tampak merah
dan darah koagulum pada margin. Hari ke-2 tampak warna merah kebruan
pada margin, hari ke-4 ginggiva berwarna merah, edema dengan intensitas
yang makin berkurang, hari ke-6 area kemerahan dan edema semakin
berkurang, hari ke-7 jaringan gingiva berwarna merah muda disertai
pengkerutan dan resesi gingiva. Pada kasus ini dilakukan kontrol 2 minggu
pasca tindakan kuretase. Terlihan adanya penurunan angka CAL, PD dan
resesi gingiva. Gambaran klinis paska kuret ditemukan gingiva berwarna pink
coral dengan tekstur stipling dengan konsistensi kenyal, namun interdental
masih membulat. Terdapat perbaikan jaringan gingiva pada region anterior
bawah pasca dilakukan kuretase. Oral higine pasien meningkat menjadi baik,
dan PI meningkat.
III. KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan subyektif dan obyektif yang telah dilakukan serta


pemeriksaan penunjang maka pada kasus ini pasien mengalami periodontitis kronis
sehingga dilakukan tindakan scaling dan root planning serta kuretase. Setelah satu bulan
dilakukan kontrol terlihat adanya penyembuhan pada jaringan periodontal. Untuk
prognosis pasien ini tergolong baik dikarenakan oral higine pasien membaik, pasien dapat
merubah kebiasaan menyikat gigi, dan pasien tidak memiliki penyakit sistemik.

Yogyakarta, 9 September 2019


Mengetahui,
Operator Dosen Pembimbing

(Rinanda Yulia Ikha Putri, S.KG) (drg. Hartanti, Sp.Perio)


DAFTAR PUSTAKA

Diyanti Maisaroh. Kuretase; 2016; Ginggiva Sebagai Perawatan Poket Periodontal;


Makassar Dent J 2016; 5(2): 58-64.

Carranzza; Newman; Takei; Klokkevoid; Clinical Periodontology 12th edition.

Anda mungkin juga menyukai