UNTUK MAHASISWA
Penyusun :
TIM KEDOKTERAN GIGI KLINIK V
1.3 PRASYARAT
Blok kedokteran gigi klinik V ditujukan bagi mahasiswa Kedokteran Gigi tahun ke 3, semester 6
yang telah menempuh blok kedokteran gigi klinik II dengan minimal skor C.
SKENARIO 2
Seorang pasien wanita usia 35 tahun datang ke klinik dokter gigi dengan keluhan gigi kanan
bawah belakangnya sudah banyak yang hilang sehingga tidak nyaman untuk digunakan makan.
Pada pemeriksaan ekstraoral sendi temporomandibular, hidung, mata, dan bibir normal. Pada
pemeriksaan intraoral didapatkan : Gigi 18,17,25,33,35,43,45: Periodontitis apikalis kronis e.c
gangren radix, Gigi 16 : Periodontitis apikalis kronis e.c gangren pulpa, Gigi 24 : Karies media,
Gigi 37,38,47,48: Edentulous ridge, dan Gigi anterior rahang bawah berdesakan disertai
gingivitis marginalis kronis. Pasien ingin dibuatkan gigi tiruan sebagian lepasan yang harganya
ekonomis dan mudah dibersihkan.
SKENARIO 3
Seorang penderita wanita berusia 25 tahun datang ke RSGM dengan keluhan gigi depan bawah
terasa goyang dan banyak karang gigi. Keluhan tersebut berlangsung sejak 6 bulan yang lalu.
Gigi 46 dan 36 telah dicabut 3 bulan yang lalu karena goyang. Penderita belum pernah
membersihkan karang gigi. Skor OHI menunjukkan 2.5. Pada pemeriksaan klinis pada gigi 43 42
41 31 32 33 didapatkan kemerahan (+), BOP (+), kegoyangan derajat 2 pada gigi 33 dikarenakan
adanya mahkota tiruan berbahan porselen yang oklusinya buruk dan ditandai dengan spot tebal
pada saat cek oklusi, poket sedalam 4 mm. pada pemeriksaan radiografik tampak adanya
penurunan puncak alveolar crest, terputusnya lamina dura dan pelebaran periodontal space pada
regio tersebut. Pemeriksaan darah lengkap dan gula darah acak menunjukkan nilai normal.
Dokter gigi yang merawat menetapkan fase perawatan periodontalnya sesuai dengan kelainan
yang terjadi.
SKENARIO 4
Seorang penderita wanita berusia 55 tahun datang ke RSGM dengan keluhan seluruh gusinya
membesar. Penderita mengaku memiliki riwayat penyakit hipertensi dan secara rutin minum obat
amlodipine sejak 1 tahun yang lalu. Pemeriksaan tanda vital menunjukkan normal. Penderita
merasakan gusinya membesar sejak menderita hipertensi dan mengkonsumsi obat tersebut. Pada
pemeriksaan klinis tampak adanya warna gingiva yang normal pada attached gingiva dan sedikit
kemerahan pada margin gingiva, tampak adanya kalkulus sub gingiva, pembesaran gingiva pada
semua regio dengan kedalaman poket 5 mm. pada pemeriksaan penunjang foto panoramik tidak
tampak adanya kerusakan tulang alveolar. Pemeriksaan darah lengkap menunjukkan normal,
pemeriksaan gula darah acak menunjukkan normal. Dokter gigi yang merawat menetapkan fase
perawatan periodontal sesuai dengan kelainan yang terjadi.
MATERI
ORTODONSIA
Etiologi Maloklusi
1. Faktor Ekstrinsik
a. Keturunan (herediter)
b. Kelainan bawaan (kongenital) Pengaruh lingkungan
c. Predisposisi ganguan metabolisme dan penyakit
d. Kekurangan nutrisi atau gisi
e. Kebiasaan jelek (bad habit) dan kelainan atau penyimpangan fungsi.
f. Posture tubuh
g. Trauma dan kecelakaan
2. Faktor Intrinsik :
a. Kelainan jumlah gigi (supernumerary teeth, anodonsia, hipodonsia)
b. Kelainan ukuran gigi (macrodonsia, microdonsia)
c. Kelainan bentuk (fusi, germinasi, dll)
d. Kelainan frenulum labii
e. Tanggal prematur gigi sulung
f. Kelambatan erupsi gigi permanen
g. Kelainan jalannya erupsi gigi
Ankilosis
h. Karies gigi
i. Restorasi gigi yang tidak baik
Pergerakan Gigi
Bila kekuatan dikenakan pada gigi, maka akan timbul daerah yang tertekan (diresopsi)
dan daerah yang tertarik (diaposisi). Daerah yang tertekan akan terjadi sesuai dengan arah
kekuatan yang dikenakan, kekuatan akan menekan gigi ke dinding tulang alveolus dan
membrana periodontalis akan terjepit diantara gigi dan dinding alveolus, dalam waktu singkat
akan terjadi resorpsi tulang di daerah itu. Daerah yang berlawanan, gigi akan menjauhi dinding
alveolus. Melebarnya ruang membrana periodontalis akan menimbulkan tarikan di daerah itu dan
terjadi aposisi tulang. Proses remodeling tulang dirangsang oleh pemberian kekuatan pada gigi,
menyebabkan gigi bergerak dan integritas tulang alveolus tetap
terpelihara. Gigi akan bergerak dalam dua tahap :
1. Segera setelah pemberian kekuatan, gigi akan bergerak baik oleh karena penekanan pada
membrana periodontalis maupun oleh karena elastisitas tulang yang akan membengkok
sedikit oleh tekanan.
2. Setelah periode diam, selanjutnya gigi akan bergerak searah pemberian tekanan oleh
karena adanya resorpsi tulang alveolus.
a. Tipping.
b. Bodily movement.
c. Intrusion.
d. Extrusion.
e. Rotation.
f. Torquing.
g. Uprighting.
2. Komponen retentif
Merupakan tahanan terhadap perubahan posisi alat lepasan
Retensi didapatkan pada undercut gigi
Dikatakan : komponen retentif utama pada alat lepasan modern adalah cangkolan adams
Retensi yang cukup merupakan kebutuhan pokok alat lepasan
Macam-macam retensi :
a. Cangkolan adams
b. Cangkolan ball ended
c. Cangkolan duyzings
d. Cangkolan adams modifikasi
e. Cangkolan shouthend
f. Cangkolan c
g. Cangkolan jackson
3. Plat akrilik
4. Penjangkaran
2. Kerugian :
a. Alat ortodonti lepasan tidak dapat digunakan untuk merawat kelainan posisi gigi
yang sulit.
b. Keberhasilan perawatan dengan alat ini sangat tergantung dari sikap kooperatif
pasien. Apabila pasien malah memakainya , waktu perawatan akan menjadi lama
atau bahkan tidak berhasil.
c. Proses mencapai posisi gigi yang baik lebih lama disbanding dengan menggunakan
alat cekat.
d. Timbul perasaan tidak nyaman pada saat-saat awal pemakaian karena langit-langit
dan dasar mulut tertutup oleh pelat dasar yang merupakan benda asing bagi mulut.
Mulut akan terasa penuh karena produksi air liur/ ludah berlebihan. Selain itu pasien
akan merasa kesulitan dalam berbicara. Namun, perasaan itu akan hilang setelah
beberapa hari pemakaian karena rongga mulut pasien sudah dapat menyesuaikan diri
(1-2 hari pemakaian)
PROSTODONSIA
GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN
1. Definisi GTSL
Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) adalah gigi tiruan yang menggantikan satu atau
lebih, tetapi tidak semua gigi serta jaringan sekitarnya dan didukung oleh gigi dan atau
jaringan di bawahnya, serta dapat dipasang dalam mulut dan dikeluarkan sendiri oleh
pemakainya. Penggunaan gigi tiruan ini dimaksudkan untuk mencegah perubahan degeneratif
yang timbul sebagai akibat hilangnya gigi dan karenanya kesehatan mulut yang optimal
termasuk fungsi geliginya dapat dipertahankan
2. Indikasi GTSL
a. Pasien Kooperatif
b. Adanya kehilangan seluruh gigi karena dicabut atau tanggal, atau masih mempunyai
beberapa gigi yang harus dicabut karena kerusakan gigi yang tidak mungkin diperbaiki
c. Keadaan processus alveolaris masih baik
d. Kondisi mulut pasien baik
e. Keadaan umum pasien baik
f. Pasien bersedia dibuatkan gigi tiruan lengkap
3. Kontraindikasi GTSL
a. Ada Alternatif perawatan lain
b. Kelainan mental/fisikal yang menyebabkan gangguan kemampuan pasien untuk
kooperatif selama pembuatan gigi tiruan dan selama penggunaan gigi tiruan
c. Pasien hipersensitif terhadap material gigi tiruan
4. Komponen GTSL
4.1 Basis
4.2 Sadel
Fungsi saddle/basis:
a) Support:
b) Retention:
c) Bracing:
4.2.1 Macam – macam saddle/basis:
a) Bounded saddle
b) Free end saddle
4.2.2 Saddle outline:
a) Pada kasus free end harus seluas mungkin
b) Pada kasus bounded saddle hanya menutup defek
c) Bebas dari gingival margin
d) Kontak dengan bagian proksimal gigi dengan merelief gingival margin atau/dan block
out
e) Untuk rahang atas hingga tubermaksilla
f) Untuk rahang bawah hingga retromolar pad
g) Untuk gigi anterior atas dapat dibuat tanpa sayap
4.3 Anasir Gigi Tiruan
Bagian dari gigi tiruan yang merupakan bantuk gigi tiruan dari gigi asli yang hilang.
4.4 Konektor
4.4.1 Konektor Mayor
Bagian GTSL yang menghubungkan sadel yang satu dengan sadel atau bagian yang lain.
Perbedaan sifat pendukung GTSL (tooth/mucosa/kombinasi) akan mempengaruhi disain
konektor mayor.
4.4.2 Konektor Minor
Bagian GTSL yang menghubungkan direct/indirect retainer dengan bagian yang lain
4.5 Retainer
4.5.1 Direct Retainer
Direct retainer merupakan bagian dari GTSL yang melingkari gigi penyangga yang
memberikan retensi atau bracing sehingga mencegah terlepasnya GTSL. Direct retainer harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Support
b. Bracing
c. Retention
Macam direct retainer dapat berupa:
a. Intracoronal direct retainer : Precisional attachment
b. Extracoronal direct retainer
- Klamer tuang
1. Klamer Akers (Akers’ clasp)
2. Klamer cincin terbuka ( Ring clasp)
3. Klamer cincin terbuka untuk caninus
4. Klamer Back-Action
5. Klamer Half and Half
- Klamer kawat
Tooth Borne :Klammer Half Jackson dan Klammer 3 Jari
Mucosa Borne : Klammer Gillet dan Klamer 2 jari
Tooth mucosa borne : Klammer 2 Jari Rest mesial
1. Klasifikasi hendaknya dibuat setelah semua pencabutan gigi selesai dilaksanakan atau
gigi yang diindikasikan untuk dicabut selesai dicabut
2. Bila gigi M3 hilang dan tidak akan diganti, gigi ini tidak termasuk dalam klasifikasi.
3. Bila gigi M3 masih ada dan akan digunakan sebagai pengganti, gigi ini dimasukkan
klasifikasi
4. M2 hilang tidak akan diganti jika antagonisnya sudah hilang.
5. Bagian tidak bergigi paling posterior menentukan Klas utama dalam klasifikasi.
6. Daerah tidak bergigi lain daripada yang sudah ditetapkan dalam klasifikasi masuk dalam
modifikasi dan disebut sesuai dengan jumlah daerah atau ruangannya.
7. Banyaknya modifikasi ditentukan oleh banyaknya ruangan yang tidak bergigi.
8. Tidak ada modifikasi pada klasifikasi Kennedy Klas IV.
RENCANA PERAWATAN
FASE
EMERGENSI
FASE I
FASE IV
FASE II FASE III
PROGNOSA
Prediksi tentang sumber, durasi dan hasil suatu penyakit berdasarkan patogenesis dan keberadaan
faktor resiko. Dipengaruhi juga oleh pengalaman sebelumnya tentang hasil perawatan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi:
1. OVERALL CLINICAL FACTORS
a. Usia: level perlekatan klinis dan sisa tulang alveolar yang ada sama : tua > muda
b. Keparahan penyakit: poket depth, level perlekatan, derajat kehilangan tulang, tipe
kerusakan tulang
c. Kontrol plak: kontrol plak setiap hari penting untuk keberhasilan perawatan dan
prognosis
d. Kooperative: sikap, keinginan, kemauan dan kemampuan px
2. SYSTEMIC / ENVIRONMENTAL FACTORS
a. Merokok
Periodontitis ringan – moderate : fair - poor prognosis
Periodontitis parah : poor – hopeless
b. Penyakit sistemik
Tergantung kepedulian pasien terhadap kondisi sistemik dan dentalnya
c. Faktor genetik
d. Stress
3. LOCAL FACTORS
a. Plak dan Kalkulus
b. Restorasi subgingiva : gigi dengan restorasi subgingiva yang tidak sesuai prognosis lebih
jelek
c. Kegoyangan gigi
d. Faktor anatomis
Akar pendek, pipih, mahkota besar: prognosis jelek
Root concavities: meningkatkan daerah perlekatan dan lebih resisten terhadap daya tetapi
sulit dijangkau (developmental grooves, root proximity dan furcation involvement
sulit dijangkau sehingga prognosis lebih jelek)
4. PROSTHETIC & RESTORATIVE FACTORS
a. Overall prognosis membutuhkan pertimbangan level tulang dan perlekatan
b. Overall prognosis tumpang tindih dg individual
c. Gigi karies, non vital dan resorbsi akar
– Perlu dipertimbangkan sebelum melakukan perawatan perio
– Resorbsi akar membahayakan stabilitas gigi dan mengganggu respon terhadap
perawatan perio
– Prognosis gigi vital tidak berbeda dg gigi non
Macam prognosa periodonsia:
GOOD PROGNOSIS
FAIR PROGNOSIS
POOR PROGNOSIS
QUISTIONABLE PROGNOSIS
HOPELESS PROGNOSIS