Anda di halaman 1dari 24

PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

MODUL 3: GIGI TIRUAN LONGGAR DAN PATAH

BLOK ORAL REHABILITASI 1

(BLOK 23)

Disusun Oleh:

NAMA : UMMI SALAMAH

NIM : J011201116

KELOMPOK : 12 (DUA BELAS)

Semester Akhir 2022

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR
2023

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Modul 3 berjudul Kehilangan Semua Gigi, dengan skenario “Seorang laki-laki
berusia 55 tahun datang ke RSGM UNHAS dengan keluhan sulit mengunyah
makanan karena gigi tiruan rahang atasnya longgar dan gigi tiruan bawahnya tidak
nyaman digunakan. Anamnesis : Gigi tiruan telah digunakan sejak 2 tahun yang lalu
dan tidak ingin membuat gigi tiruan yang baru. Pemeriksaan intra oral rahang atas
edentulous total dan rahang bawah gigi yang masih ada 35, 34, 33, 32, 31, 41, 42, 43,
44. Gigi 35 dan 44 sisa akar. Pemeriksaan gigitiruan : Gigi tiruan rahang atas longgar,
kotor dan kusam. Gigi tiruan rahang bawah ada cengkeram 3 jari di gigi 35 dan 44
dan terdapat retakan di bagian medial. Pemeriksaan radiologi: akar gigi 35 dan 44
tertanam di tulang alveolar sekitar 2 mm. Riwayat penyakit Sistemik Diabetes
Mellitus.”
Dari skenario tersebut terdapat sasaran pembelajaran yang harus dicapai. Oleh
karena itu, dilakukan tutorial dan diskusi kelompok yang menghasilkan beberapa
tujuan pembelajaran yang menjadi batasan topik untuk penyusunan makalah ini.
Adapun penulis menyusun makalah terkait berdasarkan hasil diskusi yang diverifikasi
melalui sumber-sumber terpercaya, seperti textbook dan jurnal. Laporan ini
diharapkan dapat memberi manfaat, baik bagi penulis maupun pembaca, khususnya
yang berkecimpung dalam dunia kesehatan

1.2 Skenario
Seorang laki-laki berusia 55 tahun datang ke RSGM UNHAS dengan
keluhan sulit mengunyah makanan karena gigi tiruan rahang atasnya longgar dan
gigi tiruan bawahnya tidak nyaman digunakan. Anamnesis : Gigi tiruan telah
digunakan sejak 2 tahun yang lalu dan tidak ingin membuat gigi tiruan yang baru.
Pemeriksaan intra oral rahang atas edentulous total dan rahang bawah gigi yang
masih ada 35, 34, 33, 32, 31, 41, 42, 43, 44. Gigi 35 dan 44 sisa akar.
Pemeriksaan gigitiruan : Gigi tiruan rahang atas longgar, kotor dan kusam. Gigi
tiruan rahang bawah ada cengkeram 3 jari di gigi 35 dan 44 dan terdapat retakan
di bagian medial. Pemeriksaan radiologi: akar gigi 35 dan 44 tertanam di tulang
alveolar sekitar 2 mm. Riwayat penyakit Sistemik Diabetes Mellitus

1.3 Kata Kunci


1. Laki-laki
2. Usia 55 tahun
3. Sulit mengunyah
4. Gigi tiruan atas longgar
5. Gigi tiruan bawah tidak nyaman digunakan
6. Gigi tiruan telah digunakan 2 tahun lalu
7. Tidak ingin buat gigi tiruan baru
8. RA Edentulous total
9. RB kehilangan gigi 35,34,33,32,31,42,42,43,44
10. Sisa akar 35 dan 44
11. Gigi tiruan atas kotor dan kusam
12. Cengkeram 3 jari di gigi 35 dan 44
13. Retakan di  medial gigi tiruan bawah
14. Gigi 35 dan 44 tertanam di tulang alveolar 2 mm
15. Riwayat sistemik DM

1.4 Pertanyaan Penting


1. Apa penyebab keluhan yang dialami pada gigi tiruan rahang atas dan bawah
pasien?
2. Apakah terdapat hubungan usia dan jenis kelamin dengan keluhan yang dialami
oleh pasien? 
3. Apakah terdapat hubungan antara kondisi sistemik dengan keluhan yang dialami
pasien?
4. Apa pemeriksaan yang perlu dilakukan untuk kasus pada skenario?
5. Apa diagnosis kasus pada skenario? 
6. Apa penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada kasus skenario? 
7. Apa tujuan relining, rebasing, dan repairing? 
8. Apa kelebihan dan kekurangan dari rebasing dan relining?
9. Apa indikasi dan kontraindikasi relining, rebasing, dan repairing?
10. Apa saja bahan yang digunakan dalam prosedur relining atau rebasing? 
11. Apa saja hal yang perlu diperhatikan pada penatalaksanaan kasus di skenario?
12. Bagaimana prosedur relining, rebasing, dan repairing? 
13. Bagaimana follow up pasca perawatan?

1.5 Tujuan Pembelajaran


1. Mahasiswa mampu menjelaskan terkait pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis
serta diagnosis kasus pada skenario
2. Mahasiswa mampu menjelaskan terkait penyebab gigi tiruan longgar dan retak
atau patah
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan tentang relining, rebasing, dan
repairing
4. Mahasiswa mampu menjelaskan terkait indikasi dan kontra indikasi dari relining,
rebasing, dan repairing
5. Mahasiswa mampu menjelaskan prosedur dari relining, rebasing, dan repairing
6. Mahasiswa mampu menjelaskan terkait instruksi pasca perawatan kasus pada
skenario
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pemeriksaan untuk Menegakkan Diagnosis serta Diagnosis Kasus pada Skenario
Ada 3 tahap pemeriksaan yang dilakukan sesuai dengan skenario1,2
1. Pemeriksaan subyektif (anamnesa)1,2
Sebelum dilakukan pemeriksaan klinis dan penunjang, perlu dilakukan anamnesis
yang merupakan proses pengambilan informasi dari pasien untuk membantu dalam
penegakan diagnosis. Hal-hal yang dapat ditanyakan pada anamnesis ialah informasi
umum mengenai identitas dan keluhan pasien.
1) Identitas pasien, diperlukan bila sewaktu-waktu dokter gigi perlu menghubungi
pasien pasca tindakan,dapat sebagai data ante mortem (dental forensic). 
Nama : - (perempuan)
Umur : 55 tahun
Pekerjaan :-
Alamat :-
2) Keluhan utama (chief complaint), berkaitan dengan apa yang dikeluhkan oleh
pasien dan alasan pasien datang ke dokter gigi. Keluhan utama pasien pada
skenario yaitu gigi tiruan lengkap rahang atas longgar dan gigi tiruan rahang
bawah patah.
3) Penyakit sekarang, yang diidentifikasi keluhan utama. Misalnya, pasien mencari
tahu kapan rasa sakit/tidak nyaman pertama kali muncul, apakah keluhan tersebut
intermiten atau terus menerus, jika intermiten seberapa sering, apakah ada faktor
pemicu.
4) Riwayat penyakit (medical history), perlu ditanyakan karena ini berhubungan
dengan diagnosis, pengobatan, dan prognosis.
 Penyakit yang pernah/sedang diderita. Dalam skenario ini,pasien memiliki
riwayat penyakit diabetes mellitus da hipertensi yang terkontrol
 Obat yang dikonsumsi
 Kebiasaan pasien mengendalikan kesehatannya. Ini untuk melihat pasien
motivasi dalam menjaga kesehatan
5) Riwayat dental, beberapa riwayat gigi yang dapat ditanyakan adalah:
 Riwayat kehilangan gigi
 Kapan gigi terakhir dicabut dan apa penyebabnya?
 Riwayat perawatan gigi dan frekuensi kunjungan ke dokter gigi untuk melihat
motivasi pasien
2. Pemeriksaan klinis1,2
1) Pemeriksaan ekstraoral
 Bentuk muka : persegi (squere), lancip (tapering), lonjong (ovould),
 Profil wajah : cembung, lurus, cekung
 Dimensi vertikal pasien, jika pasie kehilangan dimensi vertikal maka perlu
dilakukan koreksi sebelum pembuatan gigi tiruan.
 Lesi ekstraoral, inflamasi atau peradangan pada sudut mulut.
2) Pemeriksaan intraoral
 Bentuk dan ukuran ridge serta palatum durum
 Kedalaman dan lebar sulkus, termasuk adanya frenulum yang tinggi
 Tingkat komprehebilitas mukosa yang menjadi dudukan gigi tiruan ditentukan
dengan palpasi.
3. Pemeriksaan gigi tiruan1,2
1) Pemeriksaan ekstraoral gigi tiruan
a. Permukaan cetakan
 Ada tidaknya post dam dan palatum relief
 Lebar batas gigi tiruan
 Jumlah dan penyebaran plak, berkaitan dengan denture stomatis
 Ada tidaknya tanda gigi tiruan perbaikan relining dan rebasing
 Kekerasan permukaan
b. Permukaan poles
 Bentuk dan inklinasi
 Kondisi dan kebersihan gigi tiruan
 Lama penggunaan gigi tiruan
 Gigi artifisial – akrilik/porselen. Di lihat ukuran, bentuk, dan warnanya.
2) Pemeriksaan intraoral gigi tiruan
Setiap gigi tiruan ditempatkan didalam mulut secara terpisah dan memeriksa :
 Stabilitas
 Retensi
 Perluasan tepi
Kemudian GT diperiksa bersamaan untuk melihat:
 Oklusi
 Dimensi vertical oklusi
 Penampilan
4. Pemeriksaan penunjang3
Pemeriksaan radiografi panoramik sangat efektif dalam mendiagnosis pasien
edentulous. Radiografi panoramik kemungkinan untuk mendapatkan gambaran
maxilla, mandibular, dan kondil.
Tujuan radiografi panoramik adalah untuk:
- Melihat ketinggian tulang alveolar
- Melihat kista/radang lain pada tulang rahang
- Melihat radix yang tersisa
- Meihatl ketebalan mukosa di atas prosesus alveolaris
Dalam skenario, tertulis bahwa pada pemeriksaan radiografi, akar gigi 35 dan 44
tertanam di tulang alveolar sekitar 2 mm.

Diagnosis kasus pada skenario4


Berdasarkan pemeriksaan objektif diketahui bahwa pasien mengalami edentulous
total pada rahang atas dan pada rahang bawah pasien gigi yang masih ada yaitu,
35,34,33,32,31,41,42,43,44. Gigi 35 dan 44 sisa akar. Maka diagnosis kasus sesuai
skenario adalah:
a. Untuk rahang atas full edentulous (kehilangan semua gigi)
b. Untuk rahang bawah yang kehilangan gigi 38, 37, 36, 45, 46, 47, 48 yaitu edentulous
parsial dengan klasifikasi Kennedy klas 1 (free end bilateral).

2.2 Penyebab Gigi Tiruan Longgar dan Patah


Gigi tiruan yang longgar dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya yaitu:5,6
 Penyakit sistemik
 Kesalahan-kesalahan oklusi yang menyebabkan iritasi jaringan
 Peradangan dan adanya resorbsi
 Pembuatan sayap GT yang terlalu pendek
 Pemakaian GTSL yang lama sehingga terjadi resorbsi prosessus alveolaris
 GT melampaui batas atau melewati zona netral
 Adaptasi GT dengan jaringan lunak dibawahnya buruk, hal ini biasanya ditandai
dengan adanya akumulasi makanan di bawah gigi tiruan
 Gagalnya mendapatkan kerapatan tepi
 Immediate denture yang telah dipakai 3-6 tahun setelah insersi

Adanya resorpsi tulang alveolar kemungkinan merupakan faktor penting yang


berperan dalam menyebabkan gigi tiruan pasien menjadi longgar. Perlu juga diketahui
resorpsi terjadi lebih cepat dalam enam bulan pertama setelah pencabutan gigi dan
lebih lambat sampai 12 bulan, tingkat resorpsi berlangsung setelah usia 65 tahun.
Secara umum, residual ridges resorbsi lebih cepat pada wanita dibandingkan pada pria,
dan resorpsi tulang juga dapat dipicu oleh penyakit sistemik.7

Penyakit sistemik merupakan faktor yang ikut berperan, dalam hal ini diketahui
bahwa pasien memiliki riwayat penyakit sistemik diabetes mellitus. Diabetes mellitus
terbukti berperan dalam terjadinya resorpsi tulang alveolar dan juga berperan dalam
terjadi penurunan densitas tulang. Perlu diketahui bahwa insulin dan regulasi diabetes
melitus mempunyai pengaruh pada metabolisme tulang. Hal ini disebabkan antara lain
karena insulin meningkatkan uptake asam amino dan sintesis kolagen pada sel tulang.
Regulasi tubuh yang buruk pada kondisi diabetes melitus menyebabkan peningkatan
hormon paratiroid sehingga proses resorbsi tulang akan meningkat dan merangsang
makrofag untuk sintesis beberapa sitokin yang akan meningkatkan resorpsi tulang.8

Adapun faktor penyebab gigi tiruan patah bisa dari pasien sendiri, seperti:2
 Kecelakaan, misalnya gigi tiruan jatuh secara tidak sengaja
 Faktor anatomis seperti frenulum labial yang tinggi menyebabkan tekanan di
daerah tersebut yang mengarah ke fraktur midline gigi tiruan
 Beban oklusi yang tinggi, misalnya pada pasien bruxism
2.3 Konsep Relining, Rebasing, Repairing

a. Relining1,5,9,10
Relining adalah penambahan lapisan tipis baru pada permukaan cetak basis gigi
tiruan. Relining merupakan suatu tindakan perbaikan terhadap permukaan gigi tiruan
yang menghadap jaringan mulut dengan bahan basis baru. Relining adalah salah satu
prosedur yang digunakan untuk menanggulangi permasalahan dengan cara melapisi
kembali fitting surface gigi tiruan  yang sudah tidak sesuai lagi atau longgar dengan
bahan dasar baru, menghasilkan lapisan baru yang beradaptasi secara akurat ke area
landasan gigi tiruan.
Tujuan relining adalah:
1) Menentukan ulang relasi yang tepat pada protesa terhadap basis jaringan.
2) Memperbaiki relasi oklusal dan maxilomandibula yang hilang. 
3) Memperbaiki retensi dan stabilisasi. 
4) Untuk memperbaiki perubahan yang terjadi pada kontur / bentuk jaringan
pendukung setelah gigi tiruan digunakan. 
5) Untuk memperbaiki basis yang patah yang tidak dapat diperbaiki lagi.
6) Untuk memperbaiki basis gigi tiruan yang mengalami porus akibat curing yang
salah. 
7) Untuk memperbaiki basis gigi tiruan yang sudah mengalami perubahan warna
atau rusak. 
8) Untuk memperbaiki protesa yang sudah tidak pas lagi atau longgar. 
9) Untuk memperbaiki perubahan tulang alveolar yang sangat besar setelah
pencabutan gigi asli. 
10) Untuk memperbaiki hubungan oklusi maupun artikulasi yang tidak seimbang. 
11) Untuk alasan estetik. 
12) Untuk membuat protesa yang lebih efektif. 
13) Agar kontak gigi tiruan dengan permukaan jaringan menjadi lebih cekat. 
14) Agar mencapai penyesuaian terhadap terjadinya resorbsi yang terjadi di dalam
mulut tanpa mengganggu hubungan oklusi yang ada.
Keuntungan :13
- Mengurangi frekuensi dan kunjungan pasien,
- Ekonomis bagi pasien,
- Memperbaiki kecekatan/pas dari gigi tiruan,
- Box liner dapat tergabung di dalam gigi tiruan jika perlu.
Kerugian :13
- Kemungkinan dari proses relining akan terjadi perubahan pada hubungan
rahang,
- Tidak dapat memperlihatkan estetika yang benar,
- Tidak dapat memperlihatkan dengan benar posisi oklusal assessment,

b. Rebasing9,11,12
Rebasing adalah penggantian lengkap basis gigi tiruan mempertahankan posisi gigi
tiruan. Rebasing adalah proses mengganti landasan geligi tiruan secara menyeluruh
karena sudah rusak sama sekali, sedangkan susuan gigi-gigi masih baik, dan
mencekatkan kembali geligi  tiruan dengan mengganti bahan landasan geligi tiruan
tanpa mengubah hubungan oklusinya/susuan gigi-giginya. Di sini kita melakukan
penggantian basis geligi tiruan dengan jalan membuang basis yang lama untuk
mencapai penyesuaaian terhadap terjadinya resorpsi tulang yang terjadi pada jaringan
mulut.
Keuntungan :13
- Tidak ada perbedaan warna antara dua resin, yang tua dan yang baru,
- Masalah dari melepaskan adanya regangan dari proses pada basis karena hal
tersebut sangat dihindari,
- Ketebalan dari basis sebaiknya di kontrol.
Kerugian :13
- Memiliki tambahan rangka pada laboratorium,
- Terdapat peluang dari perubahan tempat pada rongga mulut ketika waxing-up.

c. Repairing11
Reparasi adalah suatu tindakan perbaikan/pembetulan dari geligi tiruan dengan tujuan
memperbaiki kelainan, kerusakan, kecekatan, retensi, dan stabilitas, setelah geligi
tiruan dipakai pasien.
Keuntungan :13
- GT masih dapat dikembalikan kedalam mulut dengan baik
- Basis akrilik GT retak atau patah
- Terdapat gigi yang hilang / lepas dari gigi tiruan
- Komponen GT yang patah masih ada dan dapat dikembalikan dengan akurat.
Kerugian : 13
- Fraktur yang disebabkan oleh kesalahan desain atau akibat dari resorpsi tulang
alveolar,
- Fraktur yang disebabkan oleh beban mastikasi yang sangat tinggi.

2.4 Indikasi Dan Kotraindikasi Relining, Rebasing, dan Reparasi


a. Relining

1) Indikasi relining, yaitu:12


 Geligi tiruan sudah tidak cekat lagi
 Hanya terdapat sedikit saja perubahan oklusi, sehingga oklusi masih dapat
dipertahankan  dengan pengasahan permukaan oklusal seperlunya saja.
 Desain kerangka geligi tiruan baik dan kerangka ini masih mencekta dengan
baik dengan permukaan gigi.
 Elemen tidak patah, rusak, atau aus berlebih
 Tepi geligi tiruan masih cukup baik dan tidak perlu perubahan yang besar.
 Penderita mempunyai pengertian dan tanggapan yang baik mengenai proses
relining ini.
2) Kontaindikasi relining, yaitu:5,11
 Gigi-geligi dengan tinggi gigitan yang terlalu tinggi
 Estetis gigi tiruan sangat jelek
 Hubungan intermaxillary sudah tidak selaras.
 Susunan oklusal tidak benar.
 Resorbsi sangat banyak 
 Oklusi sentries dan relasi sentries tidak sesuai.
b. Rebasing12
1) Indikasi rebasing, yaitu:
 Pada geligi tiruan yang sudah longgar
 Pada keadaan di mana oklusi dapat diperbaiki sesudah rebasing dengan
sedikit pengasahan permukaan oklusal.
 Desain rangka protesa masih terletak baik pada gigi geligi.
 Elemen gigi tiruan tidak aus berlebih patah ataupun rusak
 Bila basis gigi tiruan sudah terlihat buruk, karena pemakain untuk jangka
waktu lama atau bekas relining.
 Bila self curing acrylic  yang digunakan pada relining.
2) Kontraindikasi rebasing, yaitu:
 Terjadi resorbsi tulang alveolar yang parah 
 Pasien dengan elainan jaringan lunak 
 Gangguan TMJ
 Gigi tiruan dengan estetik yang buruk
c. Reparasi13
1) Indikasi reparasi
 Gigi tiruan yang  telah longgar
 Kerusakan pada basis gigi tiruan
 Kerusakan pada elemen gigi (patah atau lepas)
 Lengan cengkeram patah
 Sandaran oklusi patah
 Penambahan elemen gigi tiruan
2) Kontraindikasi reparasi
 Gigi tiruan yang masih dalam keadaan cekat
 Tidak ada kerusakan pada gigi tiruan
 Absorpsi residual ridge yang berlebihan
 Gangguan TMJ
2.5 Prosedur Relining, Rebasing,Reparasi
1. Relining
a. Hal hal yang perlu diperhatikan saat relining5
Relaining dapat dilakukan secara direct atau indirect, tapi sebaiknya dilakukan
secara indirect dengan heat curing acrylic karena menghasilkan protesa yang lebih
kuat disbanding self-curing acrylic, prosity jauh lebih berkurang, tidak
menyebabkan iritasi pada mukosa pendukung dan pasien tidak terganggu oleh bau
self-curing.
Ada 2 metode pada saat relining :
1. Relining tanpa perubahan dimensi vertikal : pembuatanya lebih sederhana bila
dibandingkan protesa yang dimensi vertikalnya berubah.
2. Relining dengan perubahan dimensi vertikal: terlebih dahulu ditempatkan 3
bulatan kecil dari impression compound yang hangat didaerah P1 kanan dan
kiri serta didaerah anterior ridge tengah.
b. Bahan relining terdiri dari:14
1) Hard reline material yaitu reliner dengan resin akrilik heat cured dan reliner
dengan resin akrilik self cured.
2) Tissue conditoners dan soft liners. Macam soft liners terbagi menjadi
plasticized acrylic resin dan silicon rubber.
Tissue Conditioner, Mengurangi / menyerap kekuatan tekanan akibat
mastikasi.
Soft Liner  Silicon elastomer, soft acrylic
Komposisi :
- Pasta : hydroxyl terminated poy dimetil xiloxone
- Liquid : tetraethyl silicate
Pada prosedur relining ataupun rebasing, ini menggunakan jenis – jenis bahan
yang tidak berbeda, karena prosedur rebasing sama dengan prosedur relining.
Bahan yang dipakai :
1) Jelly ptioleum
2) Zinc oxide eugenol pasta
3) Cold curing acrylic
4) Heat curing acrylic
5) Pumice
c. Prosedur relining14
1) Chairside / Direct :
a) Bersihkan gigi tiruan dengan alat ultrasonic beberapa menit
b) Dokter menggunakan bur akrilik untuk mengasarkan permukaan yang
berkontak dengan jaringan pada gigi tiruan.
c) Campurkan bahan relining sesuai dengan petunjuk pabrik lalu letakkan
pada gigi tiruan yang bersih, menutupi seluruh permukaan jaringan.
d) Pasien diminta berkumur dengan obat kumur untuk membersihkan saliva
dan debris dari jaringan
e) Gigi triuan diinsersikan ke mulut pasien dan pasien diminta untuk
mengigit sampai bahan mencapai tahap inicial set. Jelaskan pada pasien
bahwa mungkin akan terasa sensasi terbakar yang ringan pada jaringan
selama menunggu waktu setting
f) Gigi tiruan dikeluarkan untuk menyelesaikan proses setting
g) Kelebihan bahan dipotong kemudian gigi tiruan di polish
2) Laboratorium/Indirect :
Persiapan yang dilakukan sama seperti relining direct, diikuti oleh pencetakan
dan proses laboratorium
a) Bahan cetak dicampur sesuai dengan petunjuk pabrik kemudian diletakkan
pada gigi tiruan (bertindak sebagai tray). Bahan harus menutupi seluruh
permukaan jaringan pada gigi tiruan dengan baik dan tanpa adanya
kelebihan.
b) Gigi tiruan diinsersikan ke dalam mulut pasien dan diposisikan dengan
baik dan kuat. Pasien harus beroklusi sampai bahan setting.
c) Setelah bahan setting, gigi tiruan dikeluarkan dari dalam mulut pasien,
didesinfeksi, kemudian disipakan untuk dikirm ke laboratorium dental.
d) Laboratorium gigi memproses bahan cetak menjadi basis resin akrilik yang
digabungkan/disatukan ke gigi tiruan.
e) Pasien kembali ke klinik segera setelah proses dilaboratorium selesai,
interval waktunya bervariasi mulai dari jam hingga hari.
f) Ketika pasien datang ke klinik, gigi tiruan dicobakan dan diseduaikan
sesuai kebutuhan
g) Instruksi post-operative: menghubungi dokter apabila ada pertanyaan atau
masalah dan menjaga kebersihan gigi tiruannya.
2. Rebasing
a. Bahan rebasing14
1) Hard reline material yaitu reliner dengan resin akrilik heat cured dan reliner
dengan resin akrilik self cured.
2) Tissue conditoners dan soft liners. Macam soft liners terbagi menjadi
plasticized acrylic resin dan silicon rubber.
Tissue Conditioner, Mengurangi / menyerap kekuatan tekanan akibat
mastikasi.
Soft Liner  Silicon elastomer, soft acrylic
Komposisi :
- Pasta : hydroxyl terminated poy dimetil xiloxone
- Liquid : tetraethyl silicate
Pada prosedur relining ataupun rebasing, ini menggunakan jenis – jenis bahan
yang tidak berbeda, karena prosedur rebasing sama dengan prosedur relining.
Bahan yang dipakai :
1) Jelly ptioleum
2) Zinc oxide eugenol pasta
3) Cold curing akrilik
4) Heat curing akrilik
5) Pumice
b. Prosedur rebasing16
1) Bagian perifer sayap gigi tiruan dikasarkan dahulu
2) Membuat cetakan rahang pasien dengan menggunakan gigi tiruan lama
sebagai sendok cetaknya dan gunakan bahan cetak mukostatik yaitu Zinc
Oxide Eugenol pasta
3) Membuat model kerja dengan stone/gips dengan cara boxing, dasar model
kerjanya dibuat takikan sebagai indeks penempatan kembali
4) Meletakkan gigi tiruan dan model kerja pada bagian atas articulator dan diberi
indeks oklusal pada bagian bawahnya dari gips. Jika gips sudah keras,
articulator dibuka
5) Gigi tiruan dilepas dari model kerja. Bahan cetak dibuang dan di trim
landasan akrilik gigi tiruannya dan disisakan secukupnya untuk menahan
geliginya
6) Membuat landasan gigi tiruan baru dari malam dan lakukan waxing
7) Uji coba dalam mulut pasien dan permeriksaan estetik, fonetik, ukur dimensi
vertikal
8) Setelah sesuai, lakukan flasking, packing, curing, deflasking, dan remounting
9) Gigi tiruan di poles dan pasang dalam mulut pasien
10) Pasien instruksikan kembali setelah 3 hari, kecuali bila terdapat luka boleh
kembali sebelum waktunya.
3. Repairing
a. Hal yang perlu diperhatikan saat melakukan reparasi14
1) Remounting GT diartikulator diperlukan untuk menstabilkan kembali
hubungan anterior oklusal dan harmonisasi oklusi selama pergerakan rahang.
2) Ketika gigi tiruan RA maupun RB di relining atau rebasing, sebaiknya GT RA
yang didahului untuk diremounting, lakukan perbaikan oklusal, memberikan
waktu penyelesaian, lalu setelah itu baru GT RB di remounting
3) Dimensi vertical oklusi harus tepat
4) Oklusi sentrik harus sesuai
5) Batas posterior harus tepat
6) Perluasan basis GT harus adekuat
Pasien tidak bisa menentukan besar tekanan yang diperlukan untuk menjaga GT
tetap pada tempatnya, sehingga jaringannya bisa berpindah tempat selama
beradaptasi. Pada kasus seperti ini, prognosis relining menjadi buruk. “Record
base” bisa berpindah sebelum bahan relining mengeras jika ada kontak yang
prematur harus dieliminasi sebelum membuat impresi mulut tertutup.
b. Bahan reparasi terdiri dari:14
Bahan utama yang digunakan adalah self-curing resin akrilik (autopolimerizing
acrylic resin) atau cold cure.
Bahan lain seperti :
1) Sticky wax
2) Denture wax
3) Bur
4) Pisau malam (wax carver)
5) Pumice
6) Anti – ekspansion solution
c. Prosedur reparasi17
Prosedur perbaikan- dengan menggunakan cold cure acrilyc resin.
1) Kedua bagian gigi palsu yang rusak tersebut ditata ulang dalam posisi yang
benar dan diperbaiki sementara dengan menggunakan sticky wax pada
permukaan yang dipoles.
2) Campurkan dental stone dengan air.

3) Tuangkan campuran stone pada permukaan pas gigitiruan sepenuhnya dan


selesaikan hingga ke dasar yang datar.

2) Biarkan stone hinga setting.


3) Pisahkan cast dari gigi tiruan. Hilangkan sticky wax.

4) Trim lokasi fraktur dari kedua bagian gigi palsu yang rusak untuk membuat
ruang untuk bahan perbaikan.

5) Buat sedikit Zig-Zag di tepi garis yang patah di kedua sisi. Jika perlu buat
ketentuan untuk penempatan penguat seperti sepotong kawat di sisi fraktur.
6) Hapus semua debu yang dihasilkan selama pemangkasan.
7) Ganti bagian-bagian yang dipangkas pada gips dan pastikan apakah ruang
yang dibuat cukup atau tidak.
8) Hapus Bagian-bagian dari Cast
9) Terapkan media pemisah untuk seluruh cast di permukaan yang pas. Ganti
bagian gigi tiruan pada gips. Bahan perbaikan cold cure (resin akrilik)
sekarang ditambahkan ke daerah yang rusak-baik dengan metode (a) sprinkler
atau dengan (b) mengalirkan campuran cairan ke daerah tersebut
10) Celah Sedikit Terisi. Jika bahan perbaikan sulit, lepaskan gigi tiruan dari gips.
11) Finishing and polishing. Rendam dalam air dingin hingga siap digunakan.

2.6 Instruksi Pasca Perawatan pada Kasus di Skenario


Pasien juga diberikan instruksi penggunaan dan pemeliharaan protesa seperti :17,18
- Instruksikan pasien untuk memakai protesa selama 24 jam agar pasien dapat
beradaptasi dengan pemakaian protesa
- Sebelum protesa digunakan, harus dibersihkan dan dicuci terlebih dahulu
- Jka protesa tidak dipakai, maka lepas dan rendam dalam air
- Jangan makan makanan yang keras dan lengket
- Biasakan mengunyah makanan pada kedua sisi rahang secara bersamaan,
- Pada malam hari, sebelum tidur lepas gigi tiruan agar jaringan otot-otot di bawahnya
dapat beristirahat,
- Jika terdapat keluhan setelah pemasangan, seperti rasa tidak nyaman atau sakit,
gangguan bicara, gigi tiruan tidak stabil ataupun terjadi kerusakan pada gigi tiruan
dianjurkan menghubungi operator.
- anjurkan pasien untuk datang memeriksakan gigi tiruan tersebut
- Kontrol3-7 hati kemudian setelah pemasangan pertama kali
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
sebelum melakukan perawatan pada pasien dengan gigi tiruan yang
mengalami kerusakan, sangat penting untuk mengetahui penyebab dari kondisi gigi tiruan
tersebut dan apakah ada penyakit sistemik yang diderita oleh pasien sehingga dapat
memengaruhi prognosis dan rencana perawatannya. Agar rencana perawatan yang
ditetapkan bisa menangani masalah dengan tepat mencegah kemungkinan untuk
diperbaiki kembali pada masa yang akan datang. Kemudian dalam menangani pasien
geriatrik juga penting untuk memahami tipe dan kondisi dari pasien. Agar dalam
perawatan bisa menangani pasien dengan tepat, pasien bisa merasa nyaman dan puas
dengan perawatan yang diberikan.
Berdasarkan pertimbangan yang dilakukan sebelum perawatan, indikasi dan
kontraindikasi perawatan. Maka opsi rencana perawatan yang dipilih adalah relining pada
gigi tiruan maksila, reparasi pada gigi tiruan mandibula. Dengan prognosis baik apabila
pasien rutin mengontrol penyakit sistemiknya dan bila instruksi pasca perawatan yang
diberikan diikuti dengan baik.

3.2 Saran
Diharapkan dari penjelasan diatas pembaca dapat mengerti terkait pemeriksaan
pada pasien pengguna gigi tiruan lepasan, penyebab gigi tiruan longgar dan patah,
konsep, indikasi, kontraindikasi, serta prosedur relining, rebasing, dan repairing.

DAFTAR PUSTAKA

1. Bakar A. Kedokteran gigi klinis. Ed 2. Yogyakarta: Quanttum Media Sinergika; 2012; p.


160.
2. Muraoka H. A color atlas of complete denture fabrication. Tokyo: Quantessence
publishing compny; 2011.
3. White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology Principles And Interpretation. 6 th ed. Toronto:
Mosby Elsevier; 2009. pp. 293, 326.
4. Davenport JC, Basker RM, Heath JR, Ralph JP. A Colour Atlas of Removable Partial
Dentures. UK: Wolfe Medical Publications Ltd; 2020. Pp. 53-4.

5. Setiawan R. Penatalaksanaan Relining pad Gigi Tiruan Sebagian Lepasan. J Ilmiah


WIDYA. 2013; 1(1):60-4
6. Rangarajan V. Padmanabhan TV. Textbook of Prosthodontics. 2 nd Ed. India:Elsevier.
2017:pp.1618-25
7. Veeraiyan DN. Textbook of prosthodontics. 2nd Ed. New Delhi: Jaypee. 2017. p.
309,318
8. Epsilawati L. Hubungan penurunan tulang alveolar dan penipisan tulang kortikal
mandibula pada penderita periodontitis disertai diabetes mellitus tipe2 menggunakan
radiografi cone beam computed tomografi-3D. IJAS. 2012; 2(2): 87

9. Jain SG. Procedural dentistry for complete dentures. India: Jaypee Brothers Medical
Publishers (P) Ltd; 2017. p. 199.
10. Azhindra, Ismiyati T, dan Dipoyono HM. Perbedaan retensi antara heat cured, self cured
dan soft liner sebagai bahan relining basis gigi tiruan lengkap rahang atas resin akrilik. J
Ked GI. 4 (4). 2013. h. 243,245. 
11. Harshanur  I W. Geligi tiruan lengkap lepas. Jakarta: EGC; 1996. h. 191, 194-8.
12. Gunadi Hariyanto, et al. Buku ajar ilmu geligi tiruan sebagian lepasan. Jilid 2. Jakarta:
EGC; 1995. h. 414-5, 418, 420, 421-4, 428-431.
13. Nallaswany D. Textbook Of Prosthodontics. New Delhi: Jaypee Brothers Medical
Publishers. 2006.

14. Johnson T, Patrick DG, Stokes CW. Basics of dental technology : A step by step
approach. 2nd ED. UK : Wiley Balckwell ; 2015. Pp. 57 – 8.
15. Phinney DJ, Halstead JH. Dental assisting : A comprehensive ach. 5 th Ed. Boston :
Cengage Learning ; 2017. Pp. 853 – 54.
16. Itjiningsih WH. geligi tiruan lengkap lepas. Jakarta:EGC. 2012. h.202-7
17. Soratur SH. Essentials of prosthodontics. New Delhi: Jaypee brothers.2006.p 75-7,90
18. Basker RM, Davenport JC, Thommason JM. Prosthetic treatment of the edentulous
patient. 5th Ed. West Sissex: Wiley-blackwell.2011.p.80-5

Anda mungkin juga menyukai