Anda di halaman 1dari 22

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK

RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

CASE REVIEW (CR)

PULPEKTOMI GIGI SULUNG

Nama : Mayangsari Putri Rahayu, S.KG


NIM 20014103012
Tutor : drg. Monicha P. Manueke

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2022
CASE REVIEW

PULPEKTOMI GIGI SULUNG

KASUS
Pasien anak perempuan usia 8 tahun memiliki keluhan gigi susu belakang kiri bawah
berlubang besar dan pernah sakit sekitar 6 bulan yang lalu. Pasien belum pernah
mengonsumsi obat penghilang rasa sakit ataupun antibiotik. Saat ini pasien sudah tidak
mengeluhkan adanya rasa sakit ataupun ngilu pada giginya tersebut. Pada pemeriksaan
objektif didapatkan karies mencapai pulpa, tes kavitas tidak bereaksi. Perkusi, tekanan dan
palpasi negatif. Pasien ingin giginya dirawat.

A. IDENTITAS

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 8 tahun

B. PEMERIKSAAN KLINIS
1. Pemeriksaan Subjektif

1) Anamnesa : pasien mengeluhkan gigi susu belakang kiri bawahnya


berlubang besar dan pernah sakit sekitar 6 bulan yang lalu. Pasien belum pernah
mengonsumsi obat penghilang rasa sakit ataupun antibiotik.

2) Present of Illness : Pasien mengeluhkan terakhir kali merasakan sakit sekitar


6 bulan yang lalu, terutama saat ada makanan yang masuk pada lubang di
giginya. Pasien mengaku pada waktu sakit, Pasien merasa susah untuk tidur,
namun pasien tidak mengonsumsi obat penghilang rasa sakit.

3) Dental History : Pasien sudah pernah ke dokter gigi sekitar


73bulan yang lalu untuk melakukan pencabutan dan penambalan gigi.
4) Medical History : Pasien belum pernah menderita penyakit serius atau
dirawat di rumah sakit. Pasien tidak sedang mengonsumsi obat-obatan.

5) Family History : Orang tua dan saudara pasien memiliki riwayat kesehatan
umum dan kesehatan gigi yang baik.

6) Social History : Keadaan sosial dan ekonomi pasien baik. Pasien tinggal
bersama oang tuanya yang bekerja sebagai wiraswasta.

2. Pemeriksaan Objektif

1) Pemeriksaan ekstra oral :

- Temporomandibular joint : Tidak nyeri, tidak ada bunyi

krepitasi/clicking

- Kelenjar : Tidak teraba dan tidak nyeri

- Wajah : Simetris

2) Pemeriksaan intra oral : Gigi yang dirawat gigi 74

- Fistula : Tidak ada kelainan

- Gigi karies : Mencapai pulpa

- Gigi perforasi : Gigi perforasi

- Gigi berubah warna : Gigi berubah warna

- Perkusi : (-) negatif

- Tekanan : (-) negatif

- Gigi goyang : Gigi tidak goyang

- Palpasi : (-) negatif

- Fraktur pada mahkota : Tidak ada

- Karang gigi : Tidak ada

- Gingiva sekitar gigi : Tidak ada kelainan

- Polip : Tidak ada polip

- Tes vitalitas

Tes Termal : Dingin (chloretyl) ; tidak bereaksi

Tes kavitas : Tidak bereaksi


- Gambaran klinis
:

Gambar 1. Foto intraoral gigi 74 sebelum perawatan

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Rontgen Panoramik

Gambar 2. Foto Rontgen panoramik Gigi 74

2. Evaluasi Mutu Radiografi

1) Ketercakupan dalam radiograf sesuai dengan tujuan pembuatan radiografi.


Pada Radiografi harus tampak dari oklusal sampai periapikal karena
apabila ada kelainan-kelainan pada periapikal maka dapat tercakup pada
hasil pengambilan radiografi.
2) Tidak ada tumpang tindih/Overlapping

Pada hasil pengambilan radiografi periapikal di atas tidak terjadi.

3) Distorsi minimal dan gambaran jelas

Distorsi merupakan terjadinya perbedaan ukuran dari obyek radiografi


dan obyek sesungguhnya. Ada 2 jenis distorsi yaitu elongasi (obyek
terlihat lebih panjang dari sesungguhnya) dan foreshortening (gigi pada
gambaran radiograf tampak lebih pendek) dan pada hasil pengambilan
radiografi periapikal di atas tidak terjadi distorsi.
4) Kontras, Detail dan Ketajaman Radiograf baik

- Kontras pada hasil pengambilan radiografi pada gambar diatas baik.


- Detail

Detail pada hasil pengambilan radiografi pada gambar di atas baik


karena gambaran anatomi dapat dibedakan dengan jelas.
- Ketajaman

Ketajaman merupakan gambaran batas terluar (Outline) obyek tampak


jelas. Pada hasil pengambilan radiografi periapikal di atas untuk
ketajamannya baik.

3. Interpretasi Radiografi

1) Mahkoa
Terdapat gambaran radiolusen di bagian oklusal sampai sampai ruang pulpa
bagian mesial pada gigi 74

2) Akar :
Nampak akar bagian mesial dan distal normal belum terjadi resorpsi pada gigi 74

3) Ruang Pulpa, Saluran Akar

-Pada gigi 74 nampak terdiri dari ruang pulpa dan 2 saluran akar yang sesuai
dengan jumlah akar normal pada gigi molar sulung

-Saluran akar mesial nampak lebih sempit dibandingkan dengan saluran akar
distal
4) Lamina Dura :
Pada gigi 74 lamina tidak dapat diinterpretasi
5) Bifurkasi :
Tidak terdapat kelainan pada daerah bifurkasi (normal), tidak terdapat
radiolusen yang menandakan tidak terdapat lesi atau bifurkasi yang terbuka
pada gigi 75
6) Daerah Periapikal :
Normal, tidak ada lesi karena tidak terlihatnya radiolusen atau radiopak
7) Tulang Alveolar :
Normal

D. DIAGNOSIS KLINIK

Nekrosis pulpa pada gigi 74

E. RENCANA PERAWATAN

Pulpektomi Gigi Sulung

F. PROGNOSIS

Baik, karena mahkota gigi masih dapat direstorasi, gigi tidak goyang, tidak ada
resorpsi akar,akar gigi tidak fraktur dan pasien sehat serta kooperatif.
G. ALAT DAN BAHAN
I. TAHAP PERAWATAN

1. Pemeriksaan dan Indikasi kasus (12 Desember 2022)

Instrktur : drg. Monicha P. Manueke


1) Indikasi, pemeriksaan subjektif dan objektif, serta telescreening kepada pasien

2) Foto intraoral keadaan gigi sebelum perawatan


3) Pengambilan foto rontgen diagnosis

2. CR (Case Review):
Akan di lakukan dengan dosen pembimbing drg. Monicha P. Manueke

II. TAHAP PERAWATAN SELANJUTNYA


o Pada foto Ro, ukur saluran akar dari orifice hingga foramen apikal pada setiap
akar dan ukur panjangnya, hasilnya disebut panjang saluran akar padafoto.

o Ukur lebar mesiodistal mahkota klinis dan titik kontak mesial hingga titik kontak
distal, hasilnya disebut lebar mahkota sebenarnya.

o Ukur mesiodistal mahkota gigi pada foto Ro, hasilnya disebut lebar mahkotagigi
pada foto.

o Buat perbandingan untuk memperoleh panjang saluran akar sebenarnya dengan


rumus:

Panjang kerja = Panjang akar sebenarnya – 1 mm

Lebar mahkota gigi sebenarnya = 6,3 mm

Lebar mahkota gigi pada foto rontgen = 9,95 mm

Panjang akar mesial pada foto rontgen = 12,25 mm

Panjang akar distal pada foto rontgen = 9,65 mm

Panjang akar mesial = 6,3×12,25= 7,75 mm


9,95

Panjang kerja : 7,75 mm – 1 mm = 6,75 mm

Panjang akar distal =6,3×9,65 mm = 5,92 mm


9,95

Panjang kerja : 5,92 – 1 mm = 4,92 mm


1) Kunjungan Pertama Open bur dan Devitalisasi pulpa

a. Senyum – salam – sapa kepada pasien, universal percaution, lakukan tell, show,
do kepada pasien.
b. Melakukan pemeriksaan subjektif dan objektif kepadapasien.

c. Isolasi daerah kerja menggunakan cotton roll dan saliva ejector.

d. Gigi dibersihkan dari jaringan nekrotik dilanjutkan pembukaan akses kavitas dan
atap pulpa, sampai oriffice kelihatan menggunakan round bur

e. Devitalisasi gigi dengan bahan devital non arsen (Pulp X)

f. Kavitas ditutup sementara dengan kaviton.

2) Kunjungan Kedua Preparasi dan Sterilisasi I

a. Melakukan pemeriksaan subjektif dan pemeriksaan objektif

b. Isolasi daerah kerja menggunakan cotton roll dan saliva ejector.

c. Tumpatan sementara dibongkar dan dibersihkan.

d. Setelah orifice ditemukan, dilakukan pengecekan dengan jarum eksterpasi sekaligus


untuk mengeluarkan jaringan nekrotik.

e. Dilakukan preparasi pada setiap saluran akar (mesial dan distal) menggunakanK-File
nomor 15 diakhiri dengan K-File nomor 35 (sesuai dengan panjang kerja). Selama
prosedur pembersihan jaringan nekrotik dan preparasi, harus dilakukan irigasi
sebanyak-banyaknya pada saluran akar. Hal ini bertujuan untuk membersihkan sisa
jaringan nekrotik maupun serbuk dentin yang terasah. Irigasi dilakukan dengan H2O2
3% dan aquades dipakai secara bergantian kemudian dikeringkan dengan cotton
pellet dan paper point.

f. Ruang pulpa diisi dengan cotton pellet dengan ChKM kemudian ditutup dengan
Caviton. Minta pasien untuk kembali 5-7 hari kemudian dan memberikan DHE.
3) Kunjungan Ketiga Sterilisasi II

a. Melakukan pemeriksaan subjektif dan pemeriksaan objektif

b. Isolasi daerah kerja menggunakan cotton roll dan saliva ejector.

c. Tumpatan sementara dibongkar dan dibersihkan.

d. Paper point dalam saluran akar kemudian dikeluarkan dan dicek apakah masih
berwarna dan berbau

e. Cek panjang kerja menggunakan K-file

f. Irigasi saluran akar dilakukan kembali menggunakan H2O2 3% dan aquades,


kemudian saluran akar dikeringkan dengan paper point

g. Mengganti bahan obat sterilisasi (rotation of medication) dengan Cresophene.


Ditutup kembali dengan tumpatan sementara Caviton. Minta pasien untuk kembali
5-7 hari kemudian dan memberikan DHE.

4) Kunjungan Keempat Tahap Obturasi

a. Melakukan pemeriksaan subjektif dan pemeriksaan objektif.

b. Isolasi daerah kerja menggunakan cotton roll dan saliva ejector.

c. Tumpatan sementara dibongkar dan dibersihkan. Jika tidak ada keluhan dari gigi
yang sedang dirawat, saluran akar kemudian dicek dengan paper point yaitu
teknik pembauan.
d. Cek panjang kerja menggunakan K-file

e. Saluran akar diisi dengan bahan pengisi yaitu Zinc Oxide Eugenol (ZnOE)

dengan cara dicampur sampai konsistensi agak padat, kemudian ditekan- tekan
menggunakan semen stopper.

f. Caviton digunakan sebagai tumpatan sementara.

g. Untuk mengetahui apakah pengisian saluran akar sudah baik, dilakukan rontgen
foto. Bila pengisian sudah baik, maka bisa dilanjutkan untuk penumpatan
permanen saat kunjungan selanjutnya.

h. Pemberian obat minum antibiotik, yang berguna untuk mencegah terjadinya


infeksi kembali.
i. Pasien diinstruksi untuk datang kontrol 7-10 hari kemudian.

Gambar 4 (A) Jaringan pulpa dalam saluran akar diambil dengan jarum eksterpasi.
(B)Saluran akar dilebarkan dengan file. (C) Saluran akar dikeringkan dengan paper point.
(D)Saluran akar diisi dengan bahan pengisi saluran akar, di atas bahan pengisi diletakkan
dasar semen, kemudian gigi ditumpat permanen.

5) Kunjungan kelima Kontrol pasca obturasi & penumpatan GIC

a. Kontrol pasca obturasi

b. Pemeriksaan subjektif dan objektif

c. Bila tidak ada keluhan, tumpatan sementara dikurangi sebagian sampai tersisa
sedikit Zinc fosfat sebagai lapisan dasar. Bagian yang dikurangi tadi dibersihkan
dengan cotton pellet yang dibasahi alkohol
d. Tumpatan permanen menggunakan GIC Tipe IX diaplikasikan pada kavitas

e. Pasien diminta kembali untuk kontrol 1 minggu kemudian pemeriksaan oklusi


dengan menggunakan articulating paper. Apabila terdapat tumpatan berlebih,
maka dirapikan lagi dan seterusnya hingga tercipta oklusi yang harmonis(pasien
merasa tidak ada yang mengganjal saat oklusi).

f. Pemberian Dental Health Education (DHE)

 Hindari makan makanan yang keras, mengonsumsi makanan dan

minuman yang terlalu dingin dan panas

 Menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan menyikat gigi secara teratur.

 Menyikat gigi yang baik dan benar


6) Tahap Kontrol

a. Satu minggu setelah perawatan dan dilanjutkan untuk melakukan pemeriksaan


subjektif dan objektif untuk mengetahui adanya tanda keradangan, serta derajat
kegoyangan gigi.

b. Dental Health Education (DHE)

 Hindari makan makanan yang keras, mengonsumsi makanan dan


minuman yang terlalu dingin dan panas
 Menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan menyikat gigi secara teratur.

 Menyikat gigi yang baik dan benar

 Setiap 6 bulan sekali kontrol kedokter gigi untuk memeriksa kesehatan


gigi dan mulut.
LAMPIRAN

 Nekrosis pulpa atau kematian jaringan pulpa adalah kondisi


irreversibel yang ditandai dengan dekstruksi jaringan pulpa. Nekrosis
pulpa dapat terjadi secara parsial maupun total. Pemeriksaan vitalitas gigi memberikan
respon yang negatif.
 Macam- Macam bahan Medikamen:

A. Golongan Fenol (uap akan hilang dalam 1-2 hari; memiliki efek mutagenik,
carsinogenik)
1. ChKM

o Efektif terhadap bakteri anaerob, tapi paling bersifat toksik dan iritatif

o Biasanya digunakan untuk gigi nekrosis dengan periodontitis apikalis

o Kandungannya terdiri dari:

• Chlorophenol sebagai antiseptik (germisidal) dengan melarutkan proteidan

menyebabkan kerusakan membran sel bakteri.

• Kamfer sebagai pereduksi toksisitas parachlorofenol dan peningkat kerja


uap fenol.
• Mentol sebagai sedatif yang sifatnya ringano
Masa aktif 1 hari

2. Cresophene

o Memiliki sifat antibakteri lebih baik dari ChKM

o Mengandung kortikosteroid (dexamethasone) sehingga dapat mengurangi


inflamasi
o Masa aktif 3-5 hari

3. Cresatin

Memiliki efek antibakteri yang lebih rendah dibanding ChKM, namun lebih tidak
mengiritasi jaringan. Dikenal juga sebagai metakresilasetat. Bahan ini merupakan
cairan jernih, stabil, berminyak dan tidak mudah menguap. Mempunyai sifat
antiseptik dan mengurangi rasa sakit. Sifat anodyne cresatin terhadap jarigan vital
baik sekali, sehingga sering dipakai sebagai bahan dressing pasca pulpektomi.
B. Golongan Antibiotik

1. Pasta yang sering digunakan adalah Leddermix, yang mengandung:

• Demeclocycline HCl 3,2% (antibiotik golongan Tetrasiklin)

• Dexamathasone 0,05% atau Triamcinolone 1% (kortikosteroid)

2. Lebih bersifat bakteriostatik daripada bakterisid

3. Adanya kandungan kortikosteroid akan menurunkan inflamasi

4. Leddermix biasa digubakan pada kasus radang periapikal akut.

C. Calcium Hydroxide (Ca(OH)2)

1. Kalsium hidroksida atau Ca(OH)2 adalah bahan medikamen yang paling sering
digunakan karena:
• Ion OH- dapat menginaktifkan enzim membran sitoplasma bakteri sehingga
transpor nutrisi tidak bisa masuk ke dalam tubuh bakteri sehingga mengganggu
proses pertumbuhan, pembelahan sel, dan aktivitas metabolik dari bakteri
(bakterisidal). Ca(OH)2 memiliki pH tinggi/basa kuat (berkisar 12,5-12,8)
• Sulit larut dan berdifusi dalam saluran akar sehingga sitotoksitasnya terbatas
hanya pada jaringan yang berkontak

• Pada saat membunuh bakteri, Ca(OH)2 memiliki kemampuan untuk


menghidrolisis lipid dari lipopolisakarida bakteri. Lipopolisakarida adalah
endotoksin yang dihasilkan oleh bakteri yang mati dan dapat mengakibatkan
resorpsi.

• Ketika berkontak dengan cairan pus / cairan jaringan, Ca(OH)2 akan terurai
sehingga tercipta suasana basa kuat yang sifatnya:
 Bakterisidal

 Menurunkan aktivitas osteoklas

 Meningkatkan aktivitas osteoblas dan fibroblas

• Ion Ca2+ memiliki efek untuk:

 Menstimulasi BMP (Bone Morphogenic Protein) sehingga terjadi kalsifikasi


tulang

 Memperkecil diameter saluran antara sel-sel endotel pembuluh kapiler


sehingga cairan tidak keluar lagi dari pembuluh darah ke lesi
 Meningkatkan kemungkinan resorpsi interna

2. Namun jika terdapat bakteri Enterococcus faecalis, penggunaan Ca(OH)2 harus


dikombinasi dengan ChKM karena resistensi bakteri terhadap Ca(OH)2.

D. Eugenol

Bahan ini esensi minyak cengkeh dan mempuyai hubungan dengan fenol. Pada
penggunaan konstasi rendah, eugenol dapat memperlihatkan aktivitas antiinflamasi,
sedangkan bila digunakan pada konsentrasi tinggi, eugenol bersifat toksik.
Low dose:

• Menghambat sintesis prostaglandin

• Meningkatkan aktivitas saraf

High Dose:

• Menginduksi sel menjadi mati

• Menghambatkan respirasi sel


Cara Kerja:

 Memiliki sifat antibakteri

 Pengendalian nyeri karena kemampuan memblokir tranmisi impuls saraf

 Menghambat sintesis prostaglandin

 Menghambat kemotaksis sel darah putih

Kekurangan dari eugenol yaitu dapat menyebabkkan resorpsi interna, menyebabkan


kematian sel, menghambat respirasi sel.
E. Golongan Aldehid

1. Formokresol

o Terdiri dari formalin (yang menyebabkan koagulasi jaringan pulpa sehingga


terbentuk jaringan fiksasi pada jaringan yang berkontak di bawah formokresol) dan
kresol (sebagai antibakteri) dalam perbandingan 1:2 atau 1:1, Formalin adalah
disinfektan kuat yang bergabung dengan albumin membentuk suatu substansi yang
tidak dapat dilarutkan, tidak dapat menjadi busuk. Pada beberapapengujian mampu
menimbulkan efek nekrosis dan inflamasi persisten pada jaringan vital. Selain itu
juga bisa menimbulkan respon imun berantara-sel. Dianjurkan digunakan dalam
konsentrasi rendah.
o Bakterisidal yang tidak spesifik, efektif terhadap bakteri anaerob dan aerob
Memiliki efek toksik, mutagenik dan karsinogenik. Efek antibakteri <

toksisitasnya. Kontrol medikasi dilakukan seminggu setelahnya untuk melihat


keluhan subjektif dan objektif berupa perkusi dan palpasi. Jika masih ada keluhan
subjektif atau perkusi/palpasi masih positif, medikamen dibersihkan, saluran akar
diirigasi, lalu diberikan medikasi yang baru. Kontrol diulangi seminggu kemudian
hingga gigi siap untuk diobturasi.
2. Trikresol Formalin (TKF)

TKF merupakan desinfektan yang digunakan untuk mensterilkan bakteri anaerob.


Mengandung ortho, metha, paracresol dengan formalin Akan tetapi, penggunaan
TKF dapat menyebabkan nekrosis jaringan. Trikresol merupakan bahan aktif yang
kuat dengan waktu kerja yang pendek. TKF digunakan untuk bahan fiksasi dan
antimikroba saluran akar. TKF bersifat mutagenik dan jika pengaplikasian berlebih
dapat menyebabkan periodontitis. Indikasi Sebagai bahan disenfektan / dressing
sebelum pengisian saluran akar. Hampir sama dengan ChKM, bedanya bahan ini
dapat juga digunakan untuk mematikan syaraf dan lebih mengiritasi jaringan karena
adanya bahan formalin, oleh karena itu bahan ini tidak diindikasikan untuk dressing
pada gigi vital (pada perawatan pulpotomi dan perawatan perawatan gigi vital lain
Cara Aplikasi: Setelah dilakukan preparasi bahan dioles pada kapas kecil atau
paper point. Kemudian letakkan pada kavitas, lakukan tumpatan semetara dan obat
ini dapat bertahan selama 3-6 hari. Pada kunjungan berikutnya dapat dilakukan
obturasi.
3. Glutardehide

Minyak tanpa warna yang larut dalam air. Seperti formalin obat ini disinfektan kuat
dan fiksatif. Dianjurkan digunakan dalam konsentrasi rendah (2%) sebagai obat
intrasaluran. Pada penelitian ditemukan sedikit atau tidak ada reaksi inflamasi pada
pemeriksaan histologik.
4. N2

Suatu kompoun yang mengandung Paraformaldehida sebagai unsur utamanya,


dinyatakan baik sebagai medikamen intra saluran maupu sebagai siler. N2
mengandung eugenol dan fenilmerkuri borat, dan kadang bahan tambahan termasuk
timah hitam, kortokosteroid, antibiotika, dan minyak wangi. Ada beberapa pendapat
yang menyatakan bahwa antibakterial N2 hanya sebentar dan menghilang kira-kira
dalam waktu seminggu atau sepuluh hari.

 Macam-macam bahan Irigasi saluran akar:

1. H2O2

Hidrogen peroksida (H2O2) merupakan cairan asam lemah dengan pH 5. Pada kedokteran
gigi biasanya digunakan larutan dengan konsentrasi 3-5%. Hidrogen peroksida amat
beracun terhadap sel, bereaksi dengan gugus SH. Melalui kontak dengan enzim katalase
dan gluthation-peroxidase, H2O2 melepaskan On (onascent) yang menghasilkan buih
bila berkontak dengan jaringan vital, darah, atau pus (nanah). Pada irigasi saluran akar,
pembentukan buih ini dapat membersihkan sisa jaringan dan sisa dentin. Dengan
terlepaskan On (onascent) maka bakteri anaerob akan dihancurkan.
2. Sodium Hipoklorit

Kelebihan sodium hipoklorit adalah mampu melarutkan jaringan pulpa vital dan nekrotik,
membilas debris keluar dari saluran akar, bersifat anti mikroba dengan spekrum luas,
sporisid, virusid, pelumas, harganya ekonomis dan mudah diperoleh. Akan tetapi larutan
sodium hipoklorit dapat menyebabkan iritasi bila terdorong ke jaringan periapikal,
tidak mampu melarutkan komponen anorganik, menyebabkan bercak putih bila mengenai
pakaian pasien dan aromanya tidak enak.

3. EDTA

Larutan kelator yang sering digunakan dalam perawatan endodontik adalah garam
disodium dari ethylendiamin tetraacetic acid (EDTA 17% dalam larutan netral). Kelator
adalah pelarut komponen anorganik dan memiliki efek anti bakteri yang rendah, sehingga
dianjurkan sebagai pelengkap. dalam irigasi saluran akar setelah sodium hipoklorit. Smear
layer yang terbentuk selama preparasi mekanik saluran akar dan yang melekat pada
dinding saluran akar, dapat dengan mudah dilepaskan melalui demineralisasi, membuat
tubulus dentinalis terbuka lebih lebar
4. Kloroheksidin

Konsentrasi 2% klorheksidin dianjurkan sebagai larutan irigasi saluran akar, karena


memiliki efek antimikoba yang luas dan dapat bertahan lama dengan kemampuannya
melekat pada dinding saluran akar. Disamping itu, klorheksidin tidak mengiritasi jaringan
periapikal, kurang toksik dibandingkan dengan larutan lainnya, dan baunya tidak
menyengat
5. MTAD

Larutan ini berisi campuran antara tetrasiklin, asam dan deterjen. Kelebihan MTAD adalah
membuat irigasi lebih sederhana karena menggabungkan kemampuan menghilangkan smear
layer, sekaligus bersifat antimikroba, dan dilaporkan kurang erosif pada dentin dibandingkan
dengan EDTA

 Macam-macam bahan devitalisasi

1. Arsen : As2O3
2. Non arsen : Paraformaldehid (trioxymethylene)
1. Arsen, merupakan logam berat yang bila terkena udara warna menjadi gelap. Mampu
menembus membran sel epitel, dapat menyebabkan nekrosis, pengelupasan dan bersifat sangat
toksik . Efek pada pulpa: hiperemia, vasodilatasi, eksudasi dinding pembuluh darah, hemoragi
dan trombosis
Kelebihan arsen:
- Mudah diaplikasikan
- Umumnya tanpa nyeri
- Bila sakit (karena tekanan saraf yang masih hidup ) berikan : eugenol, anastetikum
Kekurangan arsen:
- Non self limiting effect
- Bisa mengakibatkan nekrosis pada gingiva / papila gusi / prosesus alveolar
- Keracunan akut (24 jam) : Kolaps vaskuler, shock & kematian, Ruam kulit, kejang otot,
Gangguan gastrointestinal (sakit perut, muntah, diare), bengkak pada kelopak mata, kaki dan
tangan
-Keracunan kronis : Gangguan kulit seperti pigmentasi kulit + kulit bersisik, gangguan
hiperkeratosis telapak tangan dan kaki garis transversal pada kuku, Gangguan gastrointestinal ,
Gangguan neurologis : sakit kepala, neuropati perifer, bingung degenerasi myelin, destruksi
saraf perifer
Contoh preparat arsen :
- Rapid arsen
- Putridumors arsenic
- devitaliser
- Nerve arsen
- Causticin dll

2. Paraformaldehida, merupakan bentuk polimer dari formaldehida, larut dalam air,


denaturasi protein, bersifat desinfektan, toksik, allergenik, genotoksik, mutagenik,
karsinogenik
1. Indikasi
- Devitalisasi pulpa sebelum ekstirpasi atau amputasi mortal
- Devitalisasi residual setelah pengangkatan jaringan pulpa non-vital
2. Kontra indikasi :
- Alergi formaldehida atau bahan lainnya
3. Efek samping:
- Pada pulpa terbuka yaitu keluhan seperti pulpitis, namun dapat diatasi dengan anastesi lokal
- Pada saat ekstirpasi pulpa perdarahan dapat terjadi pada pengambilan pulpa di apikal
- Bila keluar ke daerah apical, dapat terjadi inflamasi / nekrosis jaringan Periapikal
4. Contoh preparat formaldehid:
- Depulpin (paraformaldehida + lidokain HCl)
- Pulp x (lidocaine hydrochloride + trioxymethylen + stringy filler + Khlumsky’s solution +
kamfer ),
- Euparal (paraformaldehide + alpin nitrit + eugenol atau paraformaldehide + novocain +
eugenol
Referensi :

1. Rusdaningsih E. Prosedur Perawatan Saluran Akar Available from URL:


https://www.slideshare.net/pu3langpanKod/endo-eny-4?next_slideshow=1
2. FKG USU. Perawatan Pulpa Gigi Pada Anak – Pedodonsia Terapan, 2010. Available
from: URL :http://ocw.usu.ac.id/pdi705_slide_perawatan_pulpa_gigi_anak.
3. Nurhayati, S. Perawatan pulpa gigi sulung dan permanen muda pada anak-anak.Skripsi.
Universitas Hasanuddin. Makassar. 2014.h.68-9
4. Mulyawati E Peran Bahan Desinfeksi pada Perawatan Saluran Akar Yogyakarta:
Majalah Kedokteran Gigi UGM; Desember 2011; 18(2): 205-209
5. Karimah Jenis-Jenis Bahan Dressing dan Irigasi Saluran Akar Universitas Sriwjaya;
2016; h1-29
6. https://pdfcoffee.com/qdownload/obat-devitdocx-pdf-free.html

Anda mungkin juga menyukai