Anda di halaman 1dari 22

RESUME DISKUSI PULPOTOMY dan PULPEKTOMY

Oleh:
EKA SAPUTRI
NIM. 40618023

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2020
NAMA : EKA SAPUTRI
NIM :40618023
DISKUSI : PULPO-PULPEK (Sabtu, 18 April 2020 dan Sabtu,25 April 2020)
INSTRUKTUR : drg. Ilvana Ardy
RESUME PULPOTOMI DAN PULPEKTOMI

SKENARIO :

Seorang pasien anak perempuan usia 8 tahun bersama orang tuanya datang ke RSGM
IIK BW dengan keluhan gigi yang sakit saat digunakan untuk mengunyah makanan . gigi
tersebut pernah sakit pada malam hari sehingga pasien tidak bisa tidur sekitar 6 bulan yang
lalu, namun setelah diberikan parasetamol keluhan tersebut hilang sendiri . Hasil pemerisaan
ekstraoral palpasi terhadap submandibularis kanan sakit dan teraba namun tidak ada
pembengkakan . pemeriksaan intraoral :
Gigi 84 :karies profunda, perkusi (-) ,druk (+), gingiva tidak terdapat kemerahan
dan kedalaman probe normal.
Gigi 74 : karies profunda , perkusi (-). Druk (-)
PEMBAHASAN :
1. Macam Pemeriksaan
a. Pemeriksaan subjektif
Pemeriksaan subjektif berkaitan dengan :
1. Identitas pasien / data demografis
a. Nama (nama lengkap dan nama panggilan).
b. Tempat dan tanggal lahir
c. Alamat tinggal
d. Golongan darah
e. Status pernikahan
f. Pekerjaan
g. Pendidikan
h. Kewarganegaraan
i. Nomor telepon/handphone yang bisa dihubungi
2. Keluhan utama
Berkaitan dengan apa yang dikeluhkan oleh pasien dan alasan pasien datang ke dokter
gigi. Keluhan utama dari pasien akan berpengaruh terhadap pertimbangan dokter gigi
dalam menentukan prioritas perawatan (Abu, 2002).
3. Present Illness (PI)
Mengidentifikasi keluhan utama, misalnya mencari tahu kapan rasa sakit/rasa tidak
nyaman itu pertama kali muncul, apakah kehuhan itu bersifat intermittent (berselang) atau
terus-menerus ,jika intermittent seberapa sering, adakah faktor pemicunya dan
sebagainnya (Abu, 2002).
4. Riwayat medik
Riwayat umum perlu ditanyakan karena hal itu akan berkaitan dengan diagnosis,
treathmen, dan prognosis. Bebrapa hal yang penting ditanyakan adalah :
a. Gejala umum, seperti demam, penurunan berat badan serta gejala umum yang
lainnya.
b. Gejala yang kaitannya dengan sistem dalam tubuh, seperti batuk dengan siistem
respirasi, lesi oral dengan kelainan gastrointestinal dan lesi kulit, kecemasan,
depresi dengan kelainan kejiwaan.
c. Perawatan bedah dan radioterapi yang pernah dilakukan
d. Alergi makanan dan obat
e. Penyakit yang pernah diderita sebelumnya
f. Riwayat inap
g. Anastesi
h. Problem medis spesifik
5. Riwayat dental (dental history/DH)
Selain riwayat medik, riwayat dental juga perlu ditanyakan karena akan
mempengaruhi seseorang dokter gigi dalam menentukan rencana dan manajemen
perawatan yang akan dilakukan. Beberapa riwayat dental yang dapat ditanyakan yaitu:
a. Pasien ruti kedokter gigi atau tidak
b. Sikap pasien kepada dokter gigi saat dilakukan perawatan
c. Problem gigi yang terakhir yangrelevan
d. Perawatan restorasi
e. pencabutan gigi terakhir
6. Riwayat keluarga
Berkaitan dengan problem herediter yang berkaitan dengan kondisi keluarga, seperti
kasus amelogenesis imperfekta, hemofili, angiodema herediter, recurrent aphtous
stomatitis (RAS) dan diabetes (Abu, 2002).
7. Riwayat sosial (sosial history/SH)
Riwayat sosial yang dapat diungkapkan antara lain:
a. Apakah pasien masih memiliki keluarga
b. Keadaan sosio ekonomi pasien
c. Pasien bepergian keluar negeri (berkaitan dengan beberapa penyakit infeksi
misalnya, penyakit didaerah tropis atau wabah di negara tertentu)
d. Informasi tentang diet makan pasien (Abu, 2002).

b. Pemeriksaan objektif
Pemeriksaan objektif yang dilakukan secara umum ada dua macam, yaitu
pemeriksaan ekstra oral dan intra oral (Abu, 2002).
1. Pemeriksaan Ekstraoral
Pemeriksaan ekstraoral ini bertujuan untuk melihat penampakan secara umum dari
pasien, misalnya pembengkakan dimuka dan leher, pola skeletal, kompotensi bibir. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara palpasi limfonodi, otot-otot ,mastikasi dan pemeriksaan TMJ
(Temporo Mandibular Joint) (Abu, 2002).
2. Pemeriksaan Intraoral
Pemeriksaan yang dilakukan didalam rongga mulut.
a. Bibir
b. Mukosa labial
c. Mukosa bukal
d. Dasar mulut dan bagian ventral lidah
e. Bagian dorsal lidah
f. Palatum (palatum keras dan lunak)
g. Gingiva
h. Gigi geligi

Pemeriksaan objektif pada gigi:


1. Inspeksi : Memeriksa dengan mengamati objek baik warna,ukuran, bentuk sub
anatomis, keutuhan, ciri-ciri permukaan jaringan,karies ,abrasi dan resesi.
2. Sondasi : Dengan menggunakan sonde atauprone WHO. Untuk mengetahui
kedalam kavitas, dan reaksi pasien, baik rasa sakit yang menetap atau sebentar
dan adanya rasa ngilu.
3. Perkusi : Dilakukan dengan cara mengetukkan jari atau instrumen kearah
jaringan. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya peradangan pada
jaringan periodontal atau tidak.
4. Druk : dilakukan dengan cara menmekan gigin yang berkaitan dengan handle
instrumen untuk megetahui ada tidaknya kelainan pada jaringan periapikal atau
tidak
5. Palpasi : Dilakukan dengan cara menekankan jaringan kearah tulang atau
jaringan sekitarnya. Untuk mengetahui adanya peradangan pada jaringan
periosteal tulang rahang, adanya pembengkakan dengan fluktuasi atau tanpa
fluktuasi.
6. Tes mobilitas : Gigi dimobilisasi untuk memeriksa ada tidaknya kegoyangan
7. Tes vitalitas :
 Tes Thermal : menggunakan chlorethil yang disemprotkan pada cotton
pelet kemudian di taruh di servikal gigi ,biasanya di uji coba pada gigi
yang sehat terlebih dahulu
 Tes Kavitas :dilakukan apabila tes thermal belum bereaksi, kavitas di
buka sampe perforasi sehingga pasien bereaksi atau ngilu
 Tes jarum miler : dilakukan apabila tes kavitas tidak berhasil , jarum
miler dimasukkan ke dalam saluran akar dengan batas ukuran rata-rata
gigi.

DIAGNOSA DAN RENCANA PERAWATAN


Gigi 84 :Nekrosis Pulpa (Pulpektomi non vital )
Gigi 74 : Pulpitis ireversible (Pulpotomi vital )
MACAM MACAM PERAWATAN PULPA
A. BAGIAN - BAGIAN PULPA
1. Ruang atau rongga pulpa,yaitu rongga atau ruang pada bagian tengah corona gigi
2. Tanduk pulpa, yaitu ujung dari ruang pulpa
3. Atap kamar pulpa , terdiri dari dentin yang menutup kamar pulpa sebelah insisal atau
oklusal gigi
4. Dasar pulpa , yaitu bagian terdasar dari kamar pulpa yang berwarna lebih gelap dari
daerah sekitarnya
5. Saluran pulpa atau saluran akar, yaitu rongga pulpa yang terdapat pada bagian akar gigi
6. Foramen apikal yaitu ujung dari saluran pulpa yang terdapat pada apeks akar berupa
suatu lubang kecil
7. Orifice yairu pintu masuk ke saluran akar gigi, saluran pupla dihubungkan dengan
ruang pulpa.
B. PULP CAPPING
Tujuan pulp capping adalah untuk mempertahankan vitalitas pulpa dengan
menempatkan selapis material proteksi / terapeutik yang sesuai, baik secara
langsung pada pulpa yang terbuka berdiameter kurang lebih 1 mm atau di atas
lapisan dentin yang tipis dan lunak. Bahan yang dipakai Ca(OH)2 yang
mempunyai khasiat merangsang odontoblas membentuk dentin reparatif.
Pemberian Ca(OH)2 langsung mengenai pulpa pada gigi sulung dapat merangsang
odontoblas yang berlebihan sehingga menyebabkan resorpsi interna.
Teknik pulp capping ini ada dua cara :
1. Pulp Capping Indirek
2. Pulp Capping Direk

1. Pulp Capping Indirek.


Definisi :
Pemberian bahan terapitik pada dentin yang terinfeksi di atas pulpa pada
kavitas yang dalam, dimana pulpa belum terbuka.

Indikasi :
1) Karies yang dalam, dimana lapisan dentin di atas pulpa sudah sedemikian tipis
2) Tanpa adanya gejala inflamasi.

Kontra Indikasi :
1) Adanya rasa sakit spontan.
2) Adanya tanda – tanda kondisi patologi klinis maupun radiografis.
a. Riwayat sakit pulpa.
• Rasa sakit spontan dan berdenyut.
• Rasa sakit karena rangsangan.
b. Gambaran patologis pulpa.
• Resorpsi interna.
• Kalsifikasi pada pulpa.
• Radiolusen di daerah furkasi atau periapikal.
• Penebalan periodontal membrane di daerah apikal.
• Resorpsi akar pada gigi sulung mencapai 2/3 akar atau lebih.
c. Perubahan jaringan periodonsium yang berhubungan dengan pulpa.
• Kegoyangan gigi.
• Perdarahan gingiva.
Teknik pulp capping indirek :
1) Rontgen foto untuk mengetahui kedalaman karies.
2) Isolasi daerah kerja.
3) Gunakan bur fisur untuk membuka daerah karies.
4) Gunakan bur kecepatan rendah (carbide bor) untuk mengangkat dentin karies,
kemudian irigasi dengan aquadest steril.
5) Keringkan kavitas setelah dibersihkan.
6) Tempatkan basis kalsium hidroksida Ca(OH)2 di atas selapis tipis dentin yang
tinggal (tersisa 1 mm) kemudian tutup dengan semen fosfat sebagai basis
tumpatan (Gambar 1-B)
7) Lakukan restorasi amalgam / mahkota stainless steel (Gambar 1-C)

2. Pulp Capping Direk.


Definisi :
Pemberian bahan terapetik / medikamen pada daerah pulpa yang terbuka untuk
merangsang terbentuknya barrier atau dentin reparatif yaitu dentin barrier atau
calcific barrier.

Indikasi :
1) Pulpa vital terbuka kecil (pin point) seujung jarum karena kesalahan waktu
preparasi kavitas atau ekskavasi jaringan dentin lunak.
2) Terbukanya pulpa kecil (pin point) dengan diameter kurang dari 1 mm.
3) Untuk gigi tetap muda pembentukan akar dan apeks belum sempurna.
Gambar 1. Perawatan pulp capping indirek.

Kontra indikasi :
Kontra indikasi pada pulp capping direk sama dengan kontra indikasi pulp capping
indirek.

Teknik pulp capping direk :


1) Rontgen foto untuk mengetahui kedalaman karies.
2) Isolasi daerah kerja.
3) Perdarahan yang terjadi akibat perforasi dihentikan.
4) Irigasi kavitas dengan aquadest untuk mengeluarkan kotoran dari dalam
kavitas, kemudian dikeringkan kavitas tersebut.
5) Letakkan bahan kalsium hidroksid pada daerah pulpa yang terbuka dan
biarkan sampai kering.
6) Kemudian beri semen fosfat dan tambalan sementara.
7) Setelah 6 minggu, bila reaksi pulpa terhadap panas dan dingin normal dapat
dilakukan restorasi tetap.
Evaluasi :
Pemeriksaan ulang perawatan dilakukan minimal 4 – 6 minggu.
Perawatan berhasil :
• Tidak ada keluhan subyektif.
• Tes vitalitas nya Vital
• Gejala klinis baik.
• Pada gambaran radiografik terbentuk dentin barrier pada bagian pulpa yang
terbuka.
• Tidak ada kelainan pulpa dan periapikal.
C. PULPOTOMI
Pulpotomi merupakan tindakan pengambilan jaringan hanya sebatas pada ruang
pulpa/bagian korona. Pulpotomi bertujuan untuk mengambil atau membuang jaringan
terinfeksi pada ruang pulpa dan untuk mempertahankan saluran akar yang masih sehat
atau belum terinfeksi.
1. Indikasi Pulpotomi Vital
 Dasar kavitas merupakan ruang pulpa yang terbuka
 Gigi mengalami perforasi
 Tidak ada kelainan jaringan periodontal atau periapikal
2. Tahapan Pulpotomi Vital
Teknik pulpotomi vital :
Kunjungan pertama
1) Ro-foto.
2) Anestesi lokal , biasanya didahului oleh anestesi topikal yang dioleskan pada
daerah yang akan dilakukan insersi jarum untuk anestesi lokal nya dan isolasi daerah
kerja.
3) Semua kotoran pada kavitas gigi dan jaringan karies disingkirkan, (Gambar
2-A).
4) Selanjutnya lakukan pembukaan atap pulpa dengan bur fisur steril dengan
kecepatan tinggi dan semprotan air pendingin kemudian pemotongan atau
amputasi jaringan pulpa dalam kamar pulpa sampai batas dengan ekskavator
yang tajam atau dengan bur kecepatan rendah (Gambar 2-B, C dan D).
5) Setelah itu irigasi dengan aquadest untuk membersihkan dan mencegah
masuknya sisa – sisa dentin ke dalam jaringan pulpa bagian radikular.
Hindarkan penggunaan semprotan udara.
6) Dengan kapas steril yang sudah dibasahi formokresol,lalu peras kemudian orifis
saluran akar ditutup selama 5 menit. Harus diingat bahwa kapas kecil yang
dibasahi dengan formokresol jangan terlalu basah, dengan meletakkan kapas
tersebut pada kasa steril agar formokresol yang berlebihan tadi dapat diserap (Gambar
2-E).
7) Setelah 5 menit, kapas tadi diangkat, pada kamar pulpa akan terlihat warna
coklat tua atau kehitam – hitaman akibat proses fiksasi oleh formokresol.
8) Kemudian di atas pulp stump diletakkan campuran berupa pasta dari ZnO,
eugenol dan formokresol dengan perbandingan 2:2 (Gambar 2-F), di atasnya
diberikan basis (GIC) dan tambalan tetap ( Gambar 2G)

3. Indikasi Pulpotomi Non Vital


 Pengambilan pulpa pada ruang pulpa dengan keadaan gigi sudah non vital
 Pada salurn akar yang buntu/bengkok/ telah terjadi resorbsi lebih dari 1/3 akar
4. Tahapan Pulpotomi Non Vital
 Isolasi daerah kerja
 Open bur / preparasi untuk dilakukan pengambilan atap pulpa dan tanduk pulpa
dengan highspeed round bur dengan dialiri air
 Jaringan pulpa dalam ruang pulpa dibersihkan dengan ekskavator hingga dasar
pulpa bersih
 Dilakukan sterilisasi pada ruang pulpa yang terinfeksi dengan bahan
ChKM/TKF/Cresopen lau beri tumpatan sementara (rotary medication)
 Untuk melakukan sterilisasi dapat digunakan beberapa bahan, yaitu:
1.ChKM (Chlorophenol kampfer menthol) yang mempunyai antibakteria
spectrum luas. Masa aktif selama 1 hari
2. Chresophen, merupakan antiphlogisticum, sangat baik untuk kasus dengan
permulaan periodontitis apical akut yang dapat terjadi pada peristiwa
overinstrumentasi. Masa aktifnya antara 3-5 hari
3. Kalsium Hidroksida(CaOH). Pengaruh antiseptiknya berkaitan dengan ph-
nya yang tinggi dan pengaruh melumerkan jaringan pulpa yang nekrotik.
CaOH merupakan disinfektan intrapulpa yang sangat efektif. Masa aktifnya 7-
14 hari.
4. EugenolEugenol memiliki sifat sebagai penghalang impuls saraf interdental.
Eugenol merupakan golongan minyak esensial. Masa aktif selama 3 hari.
Kunjungan Kedua :
 Isolasi daerah kerja
 Bersihkan tumpatan sementara dan bahan sterilisasi
 Dilakukan pengisian ruang pulpa menggunakan Zinc Oxide eugenol + formokresol
 Setelah pengisian ruang pulpa berhasil, dilanjutkan dengan basis menggunakan
zink fosfat atau GIC
 Dilakukan restorasi tetap dan dilakukan kontrol 7 hari kemudian , cek perkusi dan
druk saat kontrol.
Kegunaan Formokresol merupakan salah satu obat pilihan dalam perawatan pulpa gigi
sulung dengan karies atau trauma. Bahan aktif dari formokresol yaitu 19% formaldehid, 35%
trikresol ditambah 15% gliserin dan air. Trikresol merupakan bahan aktif yang kuat dengan
waktu kerja pendek dan sebagai bahan antiseptik untuk membunuh mikroorganisme pada
pulpa gigi yang mengalami infeksi atau inflamasi sedangkan formaldehid berpotensi untuk
memfiksasi jaringan. Formokresol tidak membentuk jembatan dentin tetapi akan membentuk
suatu zona fiksasi dengan kedalaman yang bervariasi yang berkontak dengan jaringan vital.
            Zona ini bebas dari bakteri dan dapat berfungsi sebagai pencegah terhadap infiltrasi
mikroba. Keuntungan formokresol pada perawatan pulpa gigi sulung yang terkena karies
yaitu formokresol akan merembes melalui pulpa dan bergabung dengan protein seluler untuk
menguatkan jaringan. Penelitian-penelitian secara histologis dan histokimia menunjukkan
bahwa pulpa yang terdekat dengan kamar pulpa menjadi terfiksasi lebih ke arah apikal
sehingga jaringan yang lebih apikal dapat tetap vital. Jaringan pulpa yang terfiksasi kemudian
dapat diganti oleh jaringan granulasi vital.
Perawatan pulpotomi formokresol hanya dianjurkan untuk gigi sulung saja,
diindikasikan untuk gigi sulung yang pulpanya masih vital, gigi sulung yang pulpanya
terbuka karena karies atau trauma pada waktu prosedur perawatan.

D. PULPEKTOMI
Pulpektomi merupakan tindakan pengambilan jaringan pada keseluruhan jaringan
pulpa. Pulpektomi bertujuan untuk mengambil atau membuang jaringan terinfeksi pada
ruang pulpa dan saluran akar.
Indikasi
1) Gigi sulung dengan infeksi melebihi kamar pulpa pada gigi vital atau non
vital.
2) Resorpsi akar kurang dari 1/3 apikal.
3) Kelanjutan perawatan jika pulpotomi gagal.
Kontra indikasi
1) Bila kelainan sudah mengenai periapikal.
2) Resorpsi akar gigi yang meluas.
3) Kesehatan umum tidak baik.
4) Pasien tidak koperatif.
5) Gigi goyang disebabkan keadaan patologis

1). Pulpektomi vital :


Defenisi :
Pengambilan seluruh jaringan dalam ruang pulpa dan saluran akar secara vital.

Teknik pulpektomi vital:


1) Ro-foto.
2) Anestesi lokal(pehacaine) biasanya didahului oleh anestesi topikal (benzocaine)
yang dioleskan pada daerah yang akan dilakukan insersi jarum untuk anestesi lokal
nya dan isolasi daerah kerja.
3) Preparasi kavitas sesuai dengan lesi karies (Gambar 3-A).
4) Untuk mengangkat sisa –sisa karies dan debris pada ruang pulpa dipakai bur
besar dan bulat. Periksa apakah semua jaringan pulpa koronal telah terangkat
(Gambar 3-B, C).
5) Setelah ruang pulpa terbuka, perdarahan dievaluasikan dan eksudasi purulent
(Gambar 3-D), Jaringan pulpa diangkat dengan jarum ekstirpasi
6) lalu lakukan pengukuran panjang kerja (DWP), lalu Jaringan pulpa preparasi
dengan file endodonti (Gambar 3-E). Mulai dengan file ukuran no. 15 dan
diakhiri dengan no. 35. Pada gigi sulung, preparasi dilakukan hanya untuk
mengangkat jeringan pulpa, bukan untuk memperluas saluran akar.
7) Irigasi saluran akar dengan bahan H2O2 3% bergantian dengan NaOCl.
Keringkan dengan gulungan kapas kecil dan paper point. Jangan sekali – kali
mengalirkan udara langsung ke saluran akar (Gambar 3-F).
8) sterilisasi , pada kamar pulpa Cresopen atau CHKM dan diberi tambalan
sementara.
Kunjungan kedua :
1) Apabila perdarahan terkontrol dan saluran akar sudah kering maka saluran
akar diisi dngan semen zink oksid eugenol. Campur pada pad, angkat dengan jarum
lentulo dan masukkan ke dalam ruang pulpa (Gambar 3-G).
2) Gunakan semen plugger dan berikan tekanan secara konstan untuk
memadatkan semen zink oksid eugenol.
3) Metode alternatif lainnya adalah menggunakan campuran tipis zink oksid
eugenol pada file atau paper point dan menempatkannya pada saluran akar.
Bentuklah campuran tebal zink oksid eugenol seperti cone dan padatkan pada
saluran akar dengan menggunakan gulungan kapas lembab sebagai kondensor.
4) Roentgen foto untuk memastikan bahwa saluran akar sudah terisi dengan bahan
pengisi. Apabila dirasa sudah baik lalu di basis menggunakan GIC lalu beri tumpatan
tetap atau SSC
5) Pasien diminta datang lagi dalam satu atau dua minggu untuk mengevaluasi
keberhasilan perawatan. Gigi – geligi yang menunjukkan gejala bebas penyakit
secara klinis dan radiografis dengan eksfolisasi dalam batas – batas waktu
normal dianggap sukses.
Pulpektomi non vital
Definisi :
Gigi sulung yang dirawat pulpektomi non vital adalah gigi sulung dengan
diagnosis gangren pulpa atau nekrose pulpa.
Indikasi
1) Mahkota gigi masih dapat direstorasi dan berguna untuk keperluan estetik.
2) Gigi tidak goyang dan periodontal normal.
5) Kondisi pasien baik.
6) Keadaan sosial ekonomi pasien baik.
Kontra indikasi
1) Gigi tidak dapat direstorasi lagi.
2) Kondisi kesehatan pasien jelek, mengidap penyakit kronis seperti diabetes,
TBC dan lain-lain.
3) Terdapat pembengkokan ujung akar dengan granuloma (kista) yang sukar
dibersihkan.

Kunjungan pertama :
1) Ro-foto dan isolasi daerah kerja.
2) Buka atap pulpa dan setelah ruang pulpa terbuka, jaringan pulpa diangkat
dengan jarum ekstirpasi.
3) lalu lakukan perhitungan panjang keja (DWP)
4) Jaringan pulpa dipreparasi dengan file endodonti (Gambar 3-E). Mulai
dengan file ukuran no. 15 dan diakhiri dengan no. 35. Pada gigi sulung,
preparasi dilakukan hanya untuk mengangkat jeringan pulpa, bukan untuk
memperluas saluran akar.
5) Irigasi saluran akar dengan H2O2 3% bergantian dengan NaOCl keringkan dengan
gulungan kapas kecil.
7) sterilisasi , pada kamar pulpa cresopen atau CHKM dan diberi tambalan
sementara.
Kunjungan kedua (setelah 2 – 10 hari ) :
1) Buka tambalan sementara.
2) Jika saluran akar sudah kering tidak berbau dan tidak berwarna dapat diisi
dengan Zinc okside eugenol
3) Foto rontgen untuk memastikan bahan pengisi sudah tepat di saluran akar, jika
dirasa sudah baik lalu di basis dengan GIC
4) Kemudian tambal tetap atau dibari mahkota stainless steel
Nama Lain Jarum Ekstirpasi : Barbed Broach
Bahan Pengisin Untuk Gigi Sulung :
 Pasta Formocresol : Liquid : Larutan Formocresol dan larutan eugenol (1:1)
Powder : Zink oxide
Formocresol sendiri memiliki komposisi :
-Formaldehid 19%
- Kresol 35%
- Gliserin 15%
- Aquadest

 Ferric Sulfat (25.5%)


Dipakai khusus gigi molar sulung karena memiliki efek kontrol perdarahan yang lebih
cepat dari pada formocresol
 Mineral Trioxide Agregate (MTA)
Digunakan pada perawatan pulp capping dan pulpotomi karena mampu merangsang
dentinal bridge ,tapi jika digunakan pada anak” akan ada kekurangan yaitu terjadinya
kontaminasi bakteri karena mikroleakage
 Calcium hidroksida
Kontraindikasi dengan gigi sulung karena akan merangsang odontoclast untuk
resorbsi interna.

Tabel panjang gigi rata rata sulung :

Macam bahan anestesi :


Injeksi :
Topikal : (Benzocaine)
Diulaskan ke jaringan yang akan di anestesi tunggu 2-3 menit, sebelum diulasi jaringan harus
dalam keadaan kering.

PR
1. Teknik preparasi saluran akar yang dapat digunakan, yaitu teknik step-back, teknik crown
down, teknik step-down, teknik balance force, dan konvensional.
 Pada gigi sulung bisa menggunakan teknik konvensional dan teknik step-back:
1.TeknikStep-back
Dengan teknik step back, diameter apikal saluran akar dijaga sekecil mungkin untuk menahan
ekstrusi bahan pengisi. Artinya, bagian apikal tersebut dibuat dalam bentuk tapered yang
cukup kecil dengan tujuan menyediakan suatu wadah untuk mempertahankan material
obturatif di dalam saluran akar. Selanjutnya bagian koronal saluran akar tersebut dibuat
sesuai anatomi saluran akar untuk memudahkan obturasi.Teknik step-back dapat dilakukan
pada semua gigi, tetapi jika pada bagian apikal saluran akar lebar kita harus membuat dinding
saluran akar agar berbentuk seperti shelfuntuk mencegah overfillingselama tahap obturasi.
2.TeknikCrown DownPresurless
Dalam teknik crown down, instrumen yang dimasukkan ke dalam saluran akar hingga ke
foramen apikal semakin kecil. Dengan teknik ini, akan mengurangi terdorongnya debris saat
instrumentasi dilakukan ke arah foramen apikal.Teknik ini dapat digunakan pada saluran akar
yang bengkok dengan waktu pengerjaan relatif singkat.
3.Teknik Step-down
Teknik ini juga dapat dilakukan padasaluran akar yang bengkok dan tujuan teknik tersebut
untuk membuang jaringan nekrotis serta debris pada daerah koronal sehingga kemungkinan
debris terdorong ke apikal lebih sedikit. Dimulai dengan memperlebar akses koronal dan
sepertiga servikal menggunakan GGD (Gates Glidden Drill) kemudian dilakukan
instrumentasi dengan panjang kerja untuk preparasi sepertiga apikal.
4.Teknik Balance Force
Teknik ini menggunakan file tertentu dengan ujung tumpul (file Flex-R). File khusus tersebut
diputar pelan searah jarum jam sampai ke apikal, kemudian diputar berlawanan jarum jam
untuk preparasi ke arah koronal. Teknik ini diutamakan untuk saluran akar yang sangat
bengkok, bentuk bengkok tajam.Dalam melakukan perawatan pulpectomi, setiap ruang
saluran akar tidak dapat dibersihkan secara mekanis dan satu –satunya cara kita
membersihkan sisa jaringan yang tertinggal dengan irigasi. Irigasi akan membantu kita untuk
menghilangkan bakteri, debris, jaringan pulpa dan mikroorganisme yang berasal dari dinding
dentin maupun saluran aksesori yang tidak dapat dicapai oleh instrumen. Selain itu, untuk
mendapatkan irigasi yang efisien maka irigasi tersebut harus mencapai bagian apical.
5 Teknik Konvensional:

a. Teknik konvensional yaitu teknik preparasi saluran akar yang dilakukan pada
gigi dengan saluran akar lurus dan akar telah tumbuh sempurna. Preparasi saluran akar
menggunakan file tipe K. Gerakan file tipe K-flex adalah alat diputar dan ditarik. Sebelum
preparasi stopper file terlebih dahulu harus dipasang sesuai dengan panjang kerja
gigi. Stopper dipasang pada  jarum preparasi setinggi puncak tertinggi bidang insisal.
Stopper digunakan sebagai tanda  batas preparasi saluran akar. Preparasi saluran akar
dengan file dimulai dari nomor yang paling kecil. Preparasi harus dilakukan
secara berurutan dari nomor yang terkecil hingga lebih besar dengan  panjang kerja
tetap sama untuk mencegah terjadinya step atau ledge atau terdorongnya  jaringan nekrotik ke
apical. Selama preparasi setiap penggantian nomor jarum preparasi ke nomor yang lebih
besar harus dilakukan irigasi pada saluran akar. hal ini bertujuan untuk
membersihkan sisa  jaringan nekrotik maupun serbuk dentin yang terasah. irigasi harus
dilakukan secara  bergantian anatar H2O2 3% dan aquadest steril( bahan irigasi tyerakhir
yang dipakai adalah aquadest steril. Bila terjadi penyumbatan pada saluran akar maka
preparasi diulang dengan menggunakan jarum preparasi yang lebih kecil dan dilakukan
irigasi lain. Bila masih ada  penyumbatan maka saluran akar dapat diberi larutan untuk
mengatasi penyumbatan yaitu larutan largal EDTA atau glyde (pilih salah satu). Preparasi
saluran akar dianggap selelsai bila bagian dari dentin yang terinfeksi telah
terambil dan saluran akar cukup lebar untuk tahap pengisian saluran akar.
2. Perbedaan inflamasi akut dan kronis

 Inflamasi akut

Radang akut adalah respon yang cepat dan segera terhadap cedera yang didesain
untuk mengirimkan leukosit ke daerah cedera. Leukosit membersihkan sebagai
mikroba yang menginvansi dan memulai proses pembongkaran jaringan nekrotik.
Terdapat 2 komponen utama dalam proses radang akut, yaitu perubahan penampang
dan structural dari pembuluh darah serta emigrasi dari leukosit. Perubahan
penampang pembuluh darah akan mengakibatkan meningkatnya aliran darah dan
terjadinya perubahan structural pada pembuluh darah mikro akan memungkinkan
protein plasma dan leukosit meninggalkan sirkulasi darah. Leukosit yang berasal dari
mikrosirkulasi akan melakukan emigrasi dan selanjutnya berakumulasi di lokasi jejas.

Segera setelah jelas, terjadi dilatasi arteriol lokal yang mungkin didahului oleh
vasokontriksi singkat. Sfingter prakapiler membuka dengan akibat aliran darah dalam
kapiler yang telah berfungsi meningkat dan juga dibukanya anyaman kapiler yang
sebelumnya inaktif. Akibatnya anyaman venular pasca kapiler melebar dan diisi darah
yang mengalir deras. Dengan demikian, mikrovaskular pada lokasi jejas melebar dan
berisi darah terbendung. Kecuali pada jejas yang sangat ringan, bertambahnya aliran
darah (hiperemia) pada tahap awal akan disusul oleh perlambatan aliran darah,
perubahan tekanan intravaskular dan perubahan pada orientasi unsur-unsur berbentuk
darah terhadap dinding pembuluhnya. Perubahan pembuluh darah dilihat dari segi
waktu, sedikit banyak tergantung dari parahnya jejas. Dilatasi arteriol timbul dalam
beberapa menit setelah jejas. Perlambatan dan bendungan tampak setelah 10-30
menit,infeksi akut bias terjadi 1-10 hari.

 Inflamasi kronis

Radang kronis dapat diartikan sebagai inflamasi yang berdurasi panjang (berminggu-
minggu hingga bertahun-tahun) dan terjadi proses secara simultan dari inflamasi aktif,
cedera jaringan, dan pennyembuhan. Perbedaannya dengan radang akut, radang akut
ditandai dengan perubahn vaskuler, edema, dan inflitrasi neutrofil dalam jumlah
besar. Sedangkan radang kronik ditandai oleh infiltrasi sel mononuklir (seperti
makrofag, limfosit, dan sel plasma), destruksi jaringan, dan perbaikan (meliputi
proliferasi pembuluh darah baru/angiogenesis dan fibrosis)

Radang kronik dapat timbul melalui satu atau dua jalan. Dapat timbul menyusul
radang akut, atu responnya sejak awal bersifat kronik. Perubahan radang akut menjadi
kronik berlangsung bila respon radang akut tidak dapat reda, disebabkan agen
penyebab jejas yang menetap atau terdapat gangguan pada proses penyembuhan
normal. Ada kalanya radang kronik sejak awal merupakan proses promer. Sering
penyebab jejas memiliki toksitas rendah dibandingkan dengan penyebab yang
menimbulkan radang akut. Terhadap 3 kelompok besar yang menjadi penyebabnya,
yaitu infeksi persisten oleh mikroorganisme intrasel tertentu (seperti basil tuberkel,
Treponema palidum, dan jamur-jamur tertentu), kontak lama dengan bahan yang tidak
dapat hancur (misalnya silika), penyakit autonium. Bila suatu radang berlangsung
lebih lama dari 4 atau 6 minggu disebut kronik. Tetapi karena banyak kebergantungan
respon efektif tuan rumah dan sifat alami jejas, maka batasan waktu tidak banyak
artinya. Perbedaan antara akut dan kronik sebaiknya berdasarkan pola morfologi
reaksi.

LAMPIRAN :

Anda mungkin juga menyukai