Oleh:
EKA SAPUTRI
NIM. 40618023
SKENARIO :
Seorang pasien anak perempuan usia 8 tahun bersama orang tuanya datang ke RSGM
IIK BW dengan keluhan gigi yang sakit saat digunakan untuk mengunyah makanan . gigi
tersebut pernah sakit pada malam hari sehingga pasien tidak bisa tidur sekitar 6 bulan yang
lalu, namun setelah diberikan parasetamol keluhan tersebut hilang sendiri . Hasil pemerisaan
ekstraoral palpasi terhadap submandibularis kanan sakit dan teraba namun tidak ada
pembengkakan . pemeriksaan intraoral :
Gigi 84 :karies profunda, perkusi (-) ,druk (+), gingiva tidak terdapat kemerahan
dan kedalaman probe normal.
Gigi 74 : karies profunda , perkusi (-). Druk (-)
PEMBAHASAN :
1. Macam Pemeriksaan
a. Pemeriksaan subjektif
Pemeriksaan subjektif berkaitan dengan :
1. Identitas pasien / data demografis
a. Nama (nama lengkap dan nama panggilan).
b. Tempat dan tanggal lahir
c. Alamat tinggal
d. Golongan darah
e. Status pernikahan
f. Pekerjaan
g. Pendidikan
h. Kewarganegaraan
i. Nomor telepon/handphone yang bisa dihubungi
2. Keluhan utama
Berkaitan dengan apa yang dikeluhkan oleh pasien dan alasan pasien datang ke dokter
gigi. Keluhan utama dari pasien akan berpengaruh terhadap pertimbangan dokter gigi
dalam menentukan prioritas perawatan (Abu, 2002).
3. Present Illness (PI)
Mengidentifikasi keluhan utama, misalnya mencari tahu kapan rasa sakit/rasa tidak
nyaman itu pertama kali muncul, apakah kehuhan itu bersifat intermittent (berselang) atau
terus-menerus ,jika intermittent seberapa sering, adakah faktor pemicunya dan
sebagainnya (Abu, 2002).
4. Riwayat medik
Riwayat umum perlu ditanyakan karena hal itu akan berkaitan dengan diagnosis,
treathmen, dan prognosis. Bebrapa hal yang penting ditanyakan adalah :
a. Gejala umum, seperti demam, penurunan berat badan serta gejala umum yang
lainnya.
b. Gejala yang kaitannya dengan sistem dalam tubuh, seperti batuk dengan siistem
respirasi, lesi oral dengan kelainan gastrointestinal dan lesi kulit, kecemasan,
depresi dengan kelainan kejiwaan.
c. Perawatan bedah dan radioterapi yang pernah dilakukan
d. Alergi makanan dan obat
e. Penyakit yang pernah diderita sebelumnya
f. Riwayat inap
g. Anastesi
h. Problem medis spesifik
5. Riwayat dental (dental history/DH)
Selain riwayat medik, riwayat dental juga perlu ditanyakan karena akan
mempengaruhi seseorang dokter gigi dalam menentukan rencana dan manajemen
perawatan yang akan dilakukan. Beberapa riwayat dental yang dapat ditanyakan yaitu:
a. Pasien ruti kedokter gigi atau tidak
b. Sikap pasien kepada dokter gigi saat dilakukan perawatan
c. Problem gigi yang terakhir yangrelevan
d. Perawatan restorasi
e. pencabutan gigi terakhir
6. Riwayat keluarga
Berkaitan dengan problem herediter yang berkaitan dengan kondisi keluarga, seperti
kasus amelogenesis imperfekta, hemofili, angiodema herediter, recurrent aphtous
stomatitis (RAS) dan diabetes (Abu, 2002).
7. Riwayat sosial (sosial history/SH)
Riwayat sosial yang dapat diungkapkan antara lain:
a. Apakah pasien masih memiliki keluarga
b. Keadaan sosio ekonomi pasien
c. Pasien bepergian keluar negeri (berkaitan dengan beberapa penyakit infeksi
misalnya, penyakit didaerah tropis atau wabah di negara tertentu)
d. Informasi tentang diet makan pasien (Abu, 2002).
b. Pemeriksaan objektif
Pemeriksaan objektif yang dilakukan secara umum ada dua macam, yaitu
pemeriksaan ekstra oral dan intra oral (Abu, 2002).
1. Pemeriksaan Ekstraoral
Pemeriksaan ekstraoral ini bertujuan untuk melihat penampakan secara umum dari
pasien, misalnya pembengkakan dimuka dan leher, pola skeletal, kompotensi bibir. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara palpasi limfonodi, otot-otot ,mastikasi dan pemeriksaan TMJ
(Temporo Mandibular Joint) (Abu, 2002).
2. Pemeriksaan Intraoral
Pemeriksaan yang dilakukan didalam rongga mulut.
a. Bibir
b. Mukosa labial
c. Mukosa bukal
d. Dasar mulut dan bagian ventral lidah
e. Bagian dorsal lidah
f. Palatum (palatum keras dan lunak)
g. Gingiva
h. Gigi geligi
Indikasi :
1) Karies yang dalam, dimana lapisan dentin di atas pulpa sudah sedemikian tipis
2) Tanpa adanya gejala inflamasi.
Kontra Indikasi :
1) Adanya rasa sakit spontan.
2) Adanya tanda – tanda kondisi patologi klinis maupun radiografis.
a. Riwayat sakit pulpa.
• Rasa sakit spontan dan berdenyut.
• Rasa sakit karena rangsangan.
b. Gambaran patologis pulpa.
• Resorpsi interna.
• Kalsifikasi pada pulpa.
• Radiolusen di daerah furkasi atau periapikal.
• Penebalan periodontal membrane di daerah apikal.
• Resorpsi akar pada gigi sulung mencapai 2/3 akar atau lebih.
c. Perubahan jaringan periodonsium yang berhubungan dengan pulpa.
• Kegoyangan gigi.
• Perdarahan gingiva.
Teknik pulp capping indirek :
1) Rontgen foto untuk mengetahui kedalaman karies.
2) Isolasi daerah kerja.
3) Gunakan bur fisur untuk membuka daerah karies.
4) Gunakan bur kecepatan rendah (carbide bor) untuk mengangkat dentin karies,
kemudian irigasi dengan aquadest steril.
5) Keringkan kavitas setelah dibersihkan.
6) Tempatkan basis kalsium hidroksida Ca(OH)2 di atas selapis tipis dentin yang
tinggal (tersisa 1 mm) kemudian tutup dengan semen fosfat sebagai basis
tumpatan (Gambar 1-B)
7) Lakukan restorasi amalgam / mahkota stainless steel (Gambar 1-C)
Indikasi :
1) Pulpa vital terbuka kecil (pin point) seujung jarum karena kesalahan waktu
preparasi kavitas atau ekskavasi jaringan dentin lunak.
2) Terbukanya pulpa kecil (pin point) dengan diameter kurang dari 1 mm.
3) Untuk gigi tetap muda pembentukan akar dan apeks belum sempurna.
Gambar 1. Perawatan pulp capping indirek.
Kontra indikasi :
Kontra indikasi pada pulp capping direk sama dengan kontra indikasi pulp capping
indirek.
D. PULPEKTOMI
Pulpektomi merupakan tindakan pengambilan jaringan pada keseluruhan jaringan
pulpa. Pulpektomi bertujuan untuk mengambil atau membuang jaringan terinfeksi pada
ruang pulpa dan saluran akar.
Indikasi
1) Gigi sulung dengan infeksi melebihi kamar pulpa pada gigi vital atau non
vital.
2) Resorpsi akar kurang dari 1/3 apikal.
3) Kelanjutan perawatan jika pulpotomi gagal.
Kontra indikasi
1) Bila kelainan sudah mengenai periapikal.
2) Resorpsi akar gigi yang meluas.
3) Kesehatan umum tidak baik.
4) Pasien tidak koperatif.
5) Gigi goyang disebabkan keadaan patologis
Kunjungan pertama :
1) Ro-foto dan isolasi daerah kerja.
2) Buka atap pulpa dan setelah ruang pulpa terbuka, jaringan pulpa diangkat
dengan jarum ekstirpasi.
3) lalu lakukan perhitungan panjang keja (DWP)
4) Jaringan pulpa dipreparasi dengan file endodonti (Gambar 3-E). Mulai
dengan file ukuran no. 15 dan diakhiri dengan no. 35. Pada gigi sulung,
preparasi dilakukan hanya untuk mengangkat jeringan pulpa, bukan untuk
memperluas saluran akar.
5) Irigasi saluran akar dengan H2O2 3% bergantian dengan NaOCl keringkan dengan
gulungan kapas kecil.
7) sterilisasi , pada kamar pulpa cresopen atau CHKM dan diberi tambalan
sementara.
Kunjungan kedua (setelah 2 – 10 hari ) :
1) Buka tambalan sementara.
2) Jika saluran akar sudah kering tidak berbau dan tidak berwarna dapat diisi
dengan Zinc okside eugenol
3) Foto rontgen untuk memastikan bahan pengisi sudah tepat di saluran akar, jika
dirasa sudah baik lalu di basis dengan GIC
4) Kemudian tambal tetap atau dibari mahkota stainless steel
Nama Lain Jarum Ekstirpasi : Barbed Broach
Bahan Pengisin Untuk Gigi Sulung :
Pasta Formocresol : Liquid : Larutan Formocresol dan larutan eugenol (1:1)
Powder : Zink oxide
Formocresol sendiri memiliki komposisi :
-Formaldehid 19%
- Kresol 35%
- Gliserin 15%
- Aquadest
PR
1. Teknik preparasi saluran akar yang dapat digunakan, yaitu teknik step-back, teknik crown
down, teknik step-down, teknik balance force, dan konvensional.
Pada gigi sulung bisa menggunakan teknik konvensional dan teknik step-back:
1.TeknikStep-back
Dengan teknik step back, diameter apikal saluran akar dijaga sekecil mungkin untuk menahan
ekstrusi bahan pengisi. Artinya, bagian apikal tersebut dibuat dalam bentuk tapered yang
cukup kecil dengan tujuan menyediakan suatu wadah untuk mempertahankan material
obturatif di dalam saluran akar. Selanjutnya bagian koronal saluran akar tersebut dibuat
sesuai anatomi saluran akar untuk memudahkan obturasi.Teknik step-back dapat dilakukan
pada semua gigi, tetapi jika pada bagian apikal saluran akar lebar kita harus membuat dinding
saluran akar agar berbentuk seperti shelfuntuk mencegah overfillingselama tahap obturasi.
2.TeknikCrown DownPresurless
Dalam teknik crown down, instrumen yang dimasukkan ke dalam saluran akar hingga ke
foramen apikal semakin kecil. Dengan teknik ini, akan mengurangi terdorongnya debris saat
instrumentasi dilakukan ke arah foramen apikal.Teknik ini dapat digunakan pada saluran akar
yang bengkok dengan waktu pengerjaan relatif singkat.
3.Teknik Step-down
Teknik ini juga dapat dilakukan padasaluran akar yang bengkok dan tujuan teknik tersebut
untuk membuang jaringan nekrotis serta debris pada daerah koronal sehingga kemungkinan
debris terdorong ke apikal lebih sedikit. Dimulai dengan memperlebar akses koronal dan
sepertiga servikal menggunakan GGD (Gates Glidden Drill) kemudian dilakukan
instrumentasi dengan panjang kerja untuk preparasi sepertiga apikal.
4.Teknik Balance Force
Teknik ini menggunakan file tertentu dengan ujung tumpul (file Flex-R). File khusus tersebut
diputar pelan searah jarum jam sampai ke apikal, kemudian diputar berlawanan jarum jam
untuk preparasi ke arah koronal. Teknik ini diutamakan untuk saluran akar yang sangat
bengkok, bentuk bengkok tajam.Dalam melakukan perawatan pulpectomi, setiap ruang
saluran akar tidak dapat dibersihkan secara mekanis dan satu –satunya cara kita
membersihkan sisa jaringan yang tertinggal dengan irigasi. Irigasi akan membantu kita untuk
menghilangkan bakteri, debris, jaringan pulpa dan mikroorganisme yang berasal dari dinding
dentin maupun saluran aksesori yang tidak dapat dicapai oleh instrumen. Selain itu, untuk
mendapatkan irigasi yang efisien maka irigasi tersebut harus mencapai bagian apical.
5 Teknik Konvensional:
a. Teknik konvensional yaitu teknik preparasi saluran akar yang dilakukan pada
gigi dengan saluran akar lurus dan akar telah tumbuh sempurna. Preparasi saluran akar
menggunakan file tipe K. Gerakan file tipe K-flex adalah alat diputar dan ditarik. Sebelum
preparasi stopper file terlebih dahulu harus dipasang sesuai dengan panjang kerja
gigi. Stopper dipasang pada jarum preparasi setinggi puncak tertinggi bidang insisal.
Stopper digunakan sebagai tanda batas preparasi saluran akar. Preparasi saluran akar
dengan file dimulai dari nomor yang paling kecil. Preparasi harus dilakukan
secara berurutan dari nomor yang terkecil hingga lebih besar dengan panjang kerja
tetap sama untuk mencegah terjadinya step atau ledge atau terdorongnya jaringan nekrotik ke
apical. Selama preparasi setiap penggantian nomor jarum preparasi ke nomor yang lebih
besar harus dilakukan irigasi pada saluran akar. hal ini bertujuan untuk
membersihkan sisa jaringan nekrotik maupun serbuk dentin yang terasah. irigasi harus
dilakukan secara bergantian anatar H2O2 3% dan aquadest steril( bahan irigasi tyerakhir
yang dipakai adalah aquadest steril. Bila terjadi penyumbatan pada saluran akar maka
preparasi diulang dengan menggunakan jarum preparasi yang lebih kecil dan dilakukan
irigasi lain. Bila masih ada penyumbatan maka saluran akar dapat diberi larutan untuk
mengatasi penyumbatan yaitu larutan largal EDTA atau glyde (pilih salah satu). Preparasi
saluran akar dianggap selelsai bila bagian dari dentin yang terinfeksi telah
terambil dan saluran akar cukup lebar untuk tahap pengisian saluran akar.
2. Perbedaan inflamasi akut dan kronis
Inflamasi akut
Radang akut adalah respon yang cepat dan segera terhadap cedera yang didesain
untuk mengirimkan leukosit ke daerah cedera. Leukosit membersihkan sebagai
mikroba yang menginvansi dan memulai proses pembongkaran jaringan nekrotik.
Terdapat 2 komponen utama dalam proses radang akut, yaitu perubahan penampang
dan structural dari pembuluh darah serta emigrasi dari leukosit. Perubahan
penampang pembuluh darah akan mengakibatkan meningkatnya aliran darah dan
terjadinya perubahan structural pada pembuluh darah mikro akan memungkinkan
protein plasma dan leukosit meninggalkan sirkulasi darah. Leukosit yang berasal dari
mikrosirkulasi akan melakukan emigrasi dan selanjutnya berakumulasi di lokasi jejas.
Segera setelah jelas, terjadi dilatasi arteriol lokal yang mungkin didahului oleh
vasokontriksi singkat. Sfingter prakapiler membuka dengan akibat aliran darah dalam
kapiler yang telah berfungsi meningkat dan juga dibukanya anyaman kapiler yang
sebelumnya inaktif. Akibatnya anyaman venular pasca kapiler melebar dan diisi darah
yang mengalir deras. Dengan demikian, mikrovaskular pada lokasi jejas melebar dan
berisi darah terbendung. Kecuali pada jejas yang sangat ringan, bertambahnya aliran
darah (hiperemia) pada tahap awal akan disusul oleh perlambatan aliran darah,
perubahan tekanan intravaskular dan perubahan pada orientasi unsur-unsur berbentuk
darah terhadap dinding pembuluhnya. Perubahan pembuluh darah dilihat dari segi
waktu, sedikit banyak tergantung dari parahnya jejas. Dilatasi arteriol timbul dalam
beberapa menit setelah jejas. Perlambatan dan bendungan tampak setelah 10-30
menit,infeksi akut bias terjadi 1-10 hari.
Inflamasi kronis
Radang kronis dapat diartikan sebagai inflamasi yang berdurasi panjang (berminggu-
minggu hingga bertahun-tahun) dan terjadi proses secara simultan dari inflamasi aktif,
cedera jaringan, dan pennyembuhan. Perbedaannya dengan radang akut, radang akut
ditandai dengan perubahn vaskuler, edema, dan inflitrasi neutrofil dalam jumlah
besar. Sedangkan radang kronik ditandai oleh infiltrasi sel mononuklir (seperti
makrofag, limfosit, dan sel plasma), destruksi jaringan, dan perbaikan (meliputi
proliferasi pembuluh darah baru/angiogenesis dan fibrosis)
Radang kronik dapat timbul melalui satu atau dua jalan. Dapat timbul menyusul
radang akut, atu responnya sejak awal bersifat kronik. Perubahan radang akut menjadi
kronik berlangsung bila respon radang akut tidak dapat reda, disebabkan agen
penyebab jejas yang menetap atau terdapat gangguan pada proses penyembuhan
normal. Ada kalanya radang kronik sejak awal merupakan proses promer. Sering
penyebab jejas memiliki toksitas rendah dibandingkan dengan penyebab yang
menimbulkan radang akut. Terhadap 3 kelompok besar yang menjadi penyebabnya,
yaitu infeksi persisten oleh mikroorganisme intrasel tertentu (seperti basil tuberkel,
Treponema palidum, dan jamur-jamur tertentu), kontak lama dengan bahan yang tidak
dapat hancur (misalnya silika), penyakit autonium. Bila suatu radang berlangsung
lebih lama dari 4 atau 6 minggu disebut kronik. Tetapi karena banyak kebergantungan
respon efektif tuan rumah dan sifat alami jejas, maka batasan waktu tidak banyak
artinya. Perbedaan antara akut dan kronik sebaiknya berdasarkan pola morfologi
reaksi.
LAMPIRAN :