Anda di halaman 1dari 27

TEKNIK RADIOGRAFI INTRAORAL

MAKALAH RESPONSI RADIOLOGI

NAILATUL HUSNA
NPM. 160112190087

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2020
I. Teknik Radiografi Intraoral

Radiografi intraoral merupakan salah satu pemeriksaan penunjang dasar

yang harus dapat dilakukan oleh dokter gigi. Teknik radiografi intraoral dibagi

menjadi tiga jenis, yaitu teknik radiografi periapikal, bitewing dan oklusal. Pada

saat melakukan foto radiografi intraoral, perlu dilakukan penentuan titik penetrasi

gigi terlebih dahulu. Titik penetrasi gigi geligi rahang atas adalah sebagai berikut :

1. Titik penetrasi I1 pada fossa nasalis

2. Titik penetrasi I2 ± 0,5 cm dari fossa nasalis

3. Titik penetrasi C pada cuping hidung

4. Titik penetrasi P1 ditarik garis dari tengah-tengah pupil, mata tegak lurus

terhadap garis khayal rahang atas

5. Titik penetrasi P2 ± 0,5 – 1 cm dari titik penetrasi gigi P1 pada garis khayal

rahang atas

6. Titik penetrasi M1 ditarik garis dari batas terluar mata tegak lurus terhadap

garis khayal rahang atas

7. Titik penetrasi M2 ± 1 cm atau lebih dari gigi M1 pada garis khayal rahang atas

8. Titik penetrasi M3 ± 1 cm atau lebih dari gigi M2 pada garis khayal rahang atas

Adapun titik penetrasi pada gigi geligi rahang bawah adalah sebagai berikut :

1. Titik penetrasi I1 dan I2 lanjutan dari titik penetrasi gigi I1 dan I2 rahang atas

tegak lurus terhadap garis khayal rahang bawah

2. Titik penetrasi C lanjutan dari titik penetrasi gigi C rahang atas pada garis

khayal rahang bawah


3. Titik penetrasi P1 dan P2 lanjutan dari titik penetrasi gigi P1 rahang atas tegak

lurus terhadap garis khayal rahang bawah dan P2 mundur 0,5 cm pada garis

khayal

4. Titik penetrasi M1 lanjutan dari titik penetrasi gigi M1 rahang atas tegak lurus

terhadap garis khayal rahang bawah dan untuk M2 dan M3 masing-masing

mundur ke posterior 1 cm dari titik penetrasi gigi depannya pada garis khayal

rahang bawah.

1.1 Teknik Radiografi Periapikal

Radiografi periapikal merupakan teknik radiografi intraoral yang dibuat

untuk melihat suatu gigi dan jaringan di sekitar daerah apikalnya. Pada satu film

memuat dua sampai empat gambaran gigi beserta tulang alveolar di sekitarnya.

terdapat beberapa indikasi klinis utama untuk radiografi periapikal.

Gambar I-1 Hasil Radiografi Periapikal

Indikasi Utama :

 Infeksi atau inflamasi pada daerah apikal

 Trauma pada gigi beserta tulang alveolar

 Suspek kelainan periodontal


 Melihat morfologi akar gigi sebelum tindakan ekstraksi gigi

 Perawatan endodontik

 Melihat kelainan posisi pada gigi yang belum tumbuh

 Evaluasi detail pada kista apikal dan lesi lainnya pada tulang alveolar

 Evaluasi pre dan postoperative pemasangan implant

 Evaluasi pre dan postoperative perawatan bedah apikal

Teknik radiografi periapikal dibagi menjadi dua teknik yaitu teknik paralel

dan teknik bisektris.

1.1.1Teknik Paralel

Teknik paralalel adalah teknik radiografi periapikal yang

menggunakan film holder untuk memposisikan film di dalam mulut

pasien. Teknik ini mendukung film paralel terhadap sumbu panjang gigi

dan pusat sinar dari x-ray mengarah langsung tepat pada gigi dan film,

sehingga teknik biasanya lebih diutamakan karena akan meminimalisir

distorsi dan menghasilkan gambaran gigi dan tulang sesuai anatomi yang

sebenarnya.

Teknik paralel ini memiliki beberapa prinsip :

1. Film diletakkan pada holder di dalam mulut sejajar sumbu panjang gigi.

2. Ujung tabung sinar x diarahkan pada sudut yang tepat (vertikal dan

horizontal) terhadap gigi dan film.

3. Dengan menggunakan film holder beserta film packet dan posisi ujung

tabung sinar x yang tepat, teknik ini dapat dilakukan berulang.


Diagram menunjukkan posisi film telah ditempatkan di mulut menjadi

sejajar dengan sumbu panjang gigi, dikarenakan lereng palatum.

Film atau Sensor Holder :

Desain holder pada teknik paralel dibedakan menjadi anterior atau posterior,

mandibula atau maxilla, kanan atau kiri. Terdapat cincin yang berfungsi sebagai

panduan untuk menyelaraskan tabung dan memastikan bahwa film berpusat pada

sinar di belakang gigi yang akan difoto, dan memastikan film dan gigi tegak lurus

terhadap sinar x-ray. Berikut ini merupakan bagian-bagian holder :

Kelebihan teknik paralel :

1. Gambaran yang dihasilkan lebih geometris dan kemungkinan sedikit sekali

terjadinya distorsi
2. Bayangan tulang zigomatikum terlihat di atas apikal gigi molar

3. Tulang periodontal terlihat jelas

4. Jaringan periapikal terlihat dengan akurat dan sedikit sekali kemungkinan

terjadinya shortening atau elongasi

5. Mahkota gigi terlihat dengan jelas, sehingga memungkinkan untuk melihat

adanya karies pada bagian proksimalnya

6. Sudut vertikal dan horizontal dari tabung sinar x dapat ditentukan posisinya

dengan tepat

7. Arah sinar x sudah ditentukan pada pertengahan film sehingga dapat

menghindari cone cutting

8. Dapat menghasilkan foto radiograf yang sama pada kunjungan dan operator

yang berbeda

Kekurangan teknik paralel :

1. Penggunaan film holder dapat menimbulkan rasa tidak nyaman pada pasien,

terutama untuk gigi posterior

2. Penempatan film holder sulit bagi operator yang belum berpengalaman

3. Kondisi anatomis (palatum yang datar dan dangkal) rongga mulut sering

menyulitkan teknik ini

4. Bagian apikal gigi terkadang dekat dengan tepi film

5. Film holder harus selalu disterilisasi terlebih dahulu.


1.1.2 Teknik Bisektris

Teknik bisektris adalah teknik radiografi periapikal yang

menerapkan teori geometris, dimana bidang film dan sumbu panjang gigi

membentuk sudut. Teknik ini menggunakan bantuan jari pasien untuk

menahan film di dalam mulut. Teknik bisektris ini memiliki beberapa

prinsip :

1. Paket film diletakkan sedekat mungkin dengan gigi yang akan difoto, tanpa

dibengkokkan

2. Tentukan sudut antara sumbu panjang gigi dengan sumbu panjang film.

3. Ujung tabung sinar x diletakkan pada sudut sebelah kanan garis bisektris

dengan pusat arah sinar diarahkan ke apeks gigi.

4. Dengan prinsip geometris segitiga sama sisi, ukuran panjang gigi

sebenarnya akan sama dengan ukuran panjang gigi pada film.

Kelebihan teknik bisektris :

1. Penempatkan film tidak mengganggu pasien

2. Penempatan film mudah dan cepat dilakukan


3. Jika penempatan sudut tabung benar, maka panjang gigi yang sebenarnya

akan sama dengan panjang gigi yang terdapat dalam film, serta hasil foto

radiograf adekuat

Kekurangan teknik bisektris :

1. Banyaknya variasi pada teknik ini sering membuat hasil gambaran

radiograf terdistorsi

2. Sudut vertikal yang tidak tepat menyebabkan hasil gambaran radiograf

mengalami shortening atau elongasi

3. Tulang periodontal tidak terlalu jelas

4. Kurang dapat menghasilkan foto radiograf yang sama pada kunjungan dan

operator yang berbeda

5. Mahkota gigi terkadang mengalami distorsi, sehingga kurang dapat

mendeteksi karies pada bagian proksimal

1.1.3 Tahapan Teknik Radiografi Periapikal

1. Pasien dipersilahkan masuk ke ruang foto radiografi, kemudian

dianamnesis singkat. Pastikan kembali lokasi gigi yang akan difoto.

2. Operator meminta pasien untuk melepaskan semua aksesoris logam

seperti kalung, jam tangan, cincin, anting-anting, alat intraoral lepasan,

dan lain-lain.

3. Operator memasangkan apron kepada pasien

4. Operator menggunakan masker, apron, melakukan tindakan aseptik dan

memakai handscoon.
5. Posisikan film di dalam mulut pasien, instruksikan pasien agar tidak

bergerak.

6. Ukuran film yang tepat diletakkan di dalam mulut pada daerah gigi yang

akan difoto, dengan melebihkan sekitar 2 mm di atas oklusal atau incisal

edge, agar semua bagian gigi terlihat dalam film.

7. Jika akan menggunakan teknik paralel, maka film diletakkan dalam

mulut pasien menggunakan holder, dan film ditempatkan sejajar dengan

gigi.

8. Arahkan tabung pada bidang vertikal dan horizontal agar sejajar dengan

cincin pada holder.

9. Jika menggunakan teknik bisektris pasien diminta untuk menahan film

perlahan menggunakan ibu jari atau telunjuk dan instruksikan agar pasien

tidak bergerak

10. Nyalakan alat, atur posisi tabung, titik penetrasi, arah sinar dan atur

waktu exposure

11. Tentukan sudut-sudut vertikal dan horizontal serta posisi ujung tabung

untuk menghindari dampak dari penempatan ujung tabung yang tidak

tepat

 Sudut vertikal dan horizontal

Gigi RA Incisivus Caninus Pemolar Molar


Sudut vertikal 550 500 400 350

Sudut horizontal 00 450 750 900

Gigi RB Incisivus Caninus Premolar Molar


Sudut vertikal -250 -200 -150 -50

Sudut horizontal 00 450 750 900

12. Lakukan penyinaran

1.2 Teknik Radiografi Bitewing

Teknik radiografi bitewing merupakan teknik radiografi intraoral yang

dapat menghasilkan gambaran radiograf daerah mahkota dan puncak tulang

alveolar di darah interdental regio rahang atas dan rahang bawah pada satu lembar

film. Teknik radiografi bitewing dapat mendeteksi karies interproksimal tahap

awal sebelum berkembang secara klinis. Selain itu, teknik ini juga berguna untuk

mengevaluasi kondisi jaringan periodontal, karena menghasilkan gambaran yang

bagus pada tulang alveolar dan perubahan ketinggian tulang alveolar yang dapat

dibandingkan dengan gigi sebelahnya. Sumbu panjang film bitewing biasanya

diorientasikan secara horizontal namun dapat juga secara vertikal. Di bawah ini

merupakan gambar instrumen holder film yang mempunyai cincin untuk panduan
posisi tabung, dan film menunjukkan tab yang digigit pasien untuk mendukung

reseptor selama paparan.


1.2.1 Proyeksi bitewing premolar

Lapang pandang Penempatan film Proyeksi pusat sinar Titik penetrasi


Proyeksi menutupi bagian Film ditempatkan di antara lidah Pusat sinar diproyeksikan pada Tentukan titik penetrasi sehingga pusat sinar
distal gigi C RB secara dan gigi, cukup jauh dari pusat film melalui area kontak akan memasuki garis oklusi pada titik kontak
anterior dan memperlihatkan permukaan lingual sejajar dengan P. antara gigi P2 dan M1
mahkota gigi P RA dan RB sumbu panjang gigi. Untuk mengkompensasikan
Batas anterior film sebaiknya inklinasi ringan antara film dan
memanjang keatas area kontak mukosa palatum, sudut vertikal
antara gigi C RA dan gigi P1. sebaiknya sebesar -50
Film ditempatkan sampai mulut
pasien tertutup sempurna
1.2.2 Proyeksi bitewing molar
Lapang pandang Penempatan film Proyeksi pusat sinar Titik penetrasi
Proyeksi ini memperlihatkan Film ditempatkan di antara Pusat sinar diproyeksikan pada Pusat sinar hendaknya memasuki pipi di canthus
permukaan distal gigi molar lidah dan gigi, sejauh pusat film melalui kontak gigi lateral pada bidang oklusal
paling posterior yang sudah mungkin untuk menghindari M1 dan M2.
erupsi dan mahkota gigi RA kontak dengan gusi cekat Pusat sinar ditempatkan sedikit
dan RB yang sensitive. lebih ke anterior karena kontak
Tepi distal film hendaknya 1 gigi molar biasanya tidak
– 2 mm di atas gigi molar berorientasi pada sudut kanan ke
paling posterior yang permukaan bukal.
sudaherupsi. Sudut vertikal yang digunakan
Sudut horizontal diluar adalah +100
dengan menempatkan tabung
sejajar dengan arah pusat
sinar untuk membuka area
kontak antara gigi M1 dan M2
15

1.2.3 Tahapan Teknik Radiografi Bitewing

1. Pasien dipersilahkan masuk ke ruang foto radiografi, kemudian

dianamnesis singkat. Pastikan kembali lokasi gigi yang akan difoto.

2. Operator meminta pasien untuk melepaskan semua aksesoris logam seperti

kalung, jam tangan, cincin, anting-anting, alat intraoral lepasan, dan lain-

lain.

3. Operator memasangkan apron kepada pasien

4. Operator menggunakan masker, apron, melakukan tindakan aseptik dan

memakai handscoon.

5. Mempersiapkan film/sensor

Bite tabs atau film holder dapat digunakan untuk menahan posisi film di

dalam mulut pasien. Untuk memposisikan film secara benar dengan tujuan

jenis horizontal bitewing, film harus ditempatkan di dalam mulut pasien

pada orientasi horizontal (landscape view) dengan posisi film berada di

lingual bagian gigi. Fungsinya agar bite tabs dapat memproyeksikan

bidang oklusal sewaktu pasien mengigit. Dengan begitu, bagian mahkota

gigi di maksila dan mandibula dapat terlihat semuanya. Selain itu harus

terlihat juga bagian alveolar crest untuk melihat jika terjadi kehilangan

tulang alveolar. Vertikal bitewing dapat digunakan pada kasus-kasus

seperti itu. Vertikal bitewing dilakukan dengan mengatur sedemikian rupa

supaya film dapat diposisikan dengan orientasi portrait. Ketika mengambil

gambar horizontal maupun vertical, film harus terletak paralel dengan gigi

dan lengkung rahang.


16

Foto bitewing juga dapat diambil di anterior atau posterior. Pada anterior

bitewing, film ditempatkan pada aspek distal dari cusp sehingga dapat

mengambil gambaran dentin. Sedangkan untuk posterior bitewing, film

diposisikan sehingga aspek distal dari gigi paling belakang yang tumbuh

dapat terlihat.

6. Memposisikan sudut tabung x-Ray

Angulasi vertical diatur lebih dari 10 derajat pada bidang vertical.

Angulasi ini didapat dari rata-rata angulasi vertical gigi di maksila dan

mandibular saat oklusi. Angulasi horizontal dipilih agar sinar x-ray dapat

paralel dengan bidang imaginer yang dibuat dari kontak interproksimal

gigi bersebelahan yang akan difoto. Angulasi ini membuat sinar x-ray

mengarah pada area kontak gigi sehingga tidak terjadi overlap pada

permukaan interproksimal. Angulasi ini dimaksudkan agar sinar x-ray

dapat tegak lurus dengan bidang film. Pada bagian anterior dapat

digunakan sudut 30 derajat dari bidang midsagital.

7. Instruksikan pasien untuk tersenyum secara lebar selagi masih

menggigitkan gigi di rahang atas dan rahang bawah pada bite tab. Ini

dimaksudkan agar operator dapat memvisualisasi film dan gigi.

8. Operator menginstruksikan pasien untuk tidak bergerak sampai operator

masuk kembali ke ruangan

9. Operator melakukan exposure sinar X sampai terdengar bunyi “bip”

10. Operator masuk kembali mengambil film menggunakan handscoon dan

melepaskan apron pada pasien.


17

11. Operator menginstruksikan pada pasien untuk menunggu di ruang tunggu

dan menjelaskan bahwa hasil foto akan dicuci dan dicetak.

1.3 Teknik Radiografi Oklusal

Teknik radiografi oklusal merupakan teknik foto radiografi intraoral yang

menggunakan sinar X dengan paket film (5,7 x 7,6 cm) atau film intraoral yang

diletakkan pada bidang oklusal. Teknik ini sangat berguna ketika pasien tidak

dapat membuka mulut dengan lebar pada saat akan melakukan foto radiograf

periapikal.

Gambar I-2 Hasil Radiografi Oklusal

Tujuan radiografi oklusal :

1. Melihat adanya gigi supernumerary, gigi yang tidak erupsi, dan gigi impaksi

2. Melihat adanya benda asing pada rahang atau dasar mulut

3. Mengevaluasi dan memantau perubahan pada midpalatal suture selama

ekspansi palatal pada perawatan ortodontik

4. Mendeteksi adanya sialolithiasis pada kelenjar sublingual dan submandibular

5. Mengidentifikasi dan menilai perluasan dari suatu penyakit seperti kista,

osteomyelitis, dan malignansi pada rahang, palatum, atau dasar mulut

6. Mengumpulkan informasi mengenai lokasi dan perluasan pada fraktur

mandibular.
18

7. Mengevaluasi integritas tepi anterior, medial, dan lateral sinus maksila

8. Membantu proses foto radiografi intraoral pada pasien yang trismus


19

1.3.1 Anterior Maxillary Occlusal Projection

Lapang pandang Penempatan film Proyeksi pusat sinar Titik penetrasi


Titik penetrasi berada di ujung hidung pasien.
Teknik radiografi anterior Pasien diinstruksikan untuk duduk
maxillary occlusal tegak sehingga bidang sagital
memperlihatkan gigi anterior tegak lurus dengan lantai dan
maksila (dari kaninus kanan bidang oklusal pasien sejajar
sampai kaninus kiri) dan dengan lantai. Film ditempatkan
pertumbuhan giginya serta di dalam rongga mulut dengan Pusat sinar diproyeksikan melalui
bagian anterior dasar fossa bagian putihnya menghadap ke ujung hidung pada bagian tengah
nasalis. maksila dan tepi posterior dari pusat film dengan sudut vertikal ±
film harus menyentuh 450 dan sudut horizontal 00.
ramus.Pasien diinstruksikan untuk
menutup mulut secara perlahan.
20
21

1.3.2 Topographic Maxillary Occlusal Projection


Lapang pandang Penempatan film Proyeksi pusat sinar Titik penetrasi
Titik penetrasi berada di tengah hidung pasien.
Teknik radiografi Pasien diinstruksikan untuk duduk
topographic maxillary tegak sehingga bidang sagital
occlusal memperlihatkan tegak lurus dengan lantai dan
palatum, prosesus bidang oklusal pasien sejajar
zigomatikum, aspek anteror dengan lantai. Film ditempatkan
inferior dari masing-masing di dalam rongga mulut dengan Pusat sinar diproyeksikan melalui
antrum, kanal nasokrimal, bagian putihnya menghadap ke hidung di bawah nasion pada bagian
gigi dari molar dua kanan maksila dorong secara perlahan tengah pusat film dengan sudut
sampai molar dua kiri, dan film hingga berkontak dengan vertikal ± 650 dan sudut horizontal
septum nasal. batas anterior ramus mandibula. 00.
Pasien diinstruksikan untuk
menutup mulut secara perlahan.
22

1.3.3 Lateral Maxillary Occlusal Projection


Lapang pandang Penempatan film Proyeksi pusat sinar Titik penetrasi
Titik penetrasi berada kurang lebih 2 cm di bawah
Teknik radiografi lateral Pasien diinstruksikan untuk duduk canthus mata lateral.
maxillary occlusal tegak sehingga bidang sagital
memperlihatkan satu kuadran tegak lurus dengan lantai dan
dari linggir alveolar maksila, bidang oklusal pasien sejajar
aspek inferolateral antrum, dengan lantai. Film ditempatkan
tuberositas, dan gigi dari di dalam rongga mulut dengan Pusat sinar diproyeksikan sekitar
insisiv lateral sampai molar bagian putihnya menghadap ke 2cm di bawah canthus mata pada
ke tiga kontra lateralnya. maksila dorong secara perlahan bagian tengah pusat film dengan
Sebagai tambahan procesus film hingga menyentuh ramus. sudut vertikal ± 600 dan sudut
zygomatik maksila yang Posisi lateral film sejajar dengan horizontal 00.
superimpos terhadap akar permukaan bukal gigi posterior
gigi molar. dan lebihkan sekitar 1 cm dari
bukal cusp. Pasien diinstruksikan
untuk menutup mulut secara
perlahan.
23

1.3.4 Anterior Mandibular Occlusal Projection


Lapang pandang Penempatan film Proyeksi pusat sinar Titik penetrasi
24

Titik penetrasi berada di tengah ujung dagu.


Teknik radiografi anterior Pasien diinstruksikan untuk duduk
mandibular occlusal dengan kepala sedikit
memperlihatkan bagian menengadah ke belakang kurang
anterior mandibula, gigi dari lebih 450 sehingga bidang sagital
kanis ke kanin, dan batas tegak lurus dengan lantai dan
inferior kortikal mandibula. bidang oklusal pasien sejajar Pusat sinar diproyeksikan pada
dengan film. Film ditempatkan di bagian tengah pusat film dengan
dalam rongga mulut dan dorong sudut vertikal -550 dan sudut
secara perlahan film hingga horizontal 00.
menyentuh ramus. Pasien
diinstruksikan untuk menutup
mulut secara perlahan.
25

1.3.5 Topographic Mandibular Occlusal Projection


Lapang pandang Penempatan film Proyeksi pusat sinar Titik penetrasi
Titik penetrasi berada di midline, kurang lebih 3 cm
Teknik radiografi Pasien diinstruksikan untuk duduk Pusat sinar diproyeksikan pada di bawah dagu.
topographic mandibular dengan kepala sedikit bagian tengah pusat film dengan
occlusal memperlihatkan menengadah ke belakang kurang sudut yang tepat.
jaringan lunak dasar mulut, lebih 450 sehingga bidang sagital
bagian lingual dan bukal dari tegak lurus dengan lantai dan
molar kedua kanan sampai bidang oklusal pasien sejajar
molar kedua kiri. dengan film. Film ditempatkan di
dalam rongga mulut. tepi anterior
film ditempatkan sekitar 1 cm di
depan gigi incisiv sentral rahang
bawah. Pasien diinstruksikan
untuk menutup mulut secara
perlahan.

1.3.6
26

1.3.6 Lateral Mandibular Occlusal Projection


Lapang pandang Penempatan film Proyeksi pusat sinar Titik penetrasi
Titik penetrasi berada sekitar 3 cm di bawah ujung
Teknik radiografi lateral Pasien diinstruksikan untuk duduk Pusat sinar diproyeksikan tegak lurus dagu, dan 3 cm lebih lateral dari midline
mandibular occlusal dengan kepala sedikit dengan bagian tengah pusat film.
memperlihatkan jaringan menengadah ke belakang kurang
lunak pada setengah bagian lebih hingga garis ala tragus
dasar mulut, bagian lingual sejajar dengan lantai. Film
dan bukal tulang kortikal ditempatkan di dalam rongga
mandibular, dan gigi incisiv mulut sejauh mungkin dan
lateral sampai molar ketiga lebihkan sekitar 1 cm pada bagian
pada kontra lateralnya. lateral. Pasien diinstruksikan
untuk menutup mulut secara
perlahan.
DAFTAR PUSTAKA

White SC, Pharoah MJ.Oral Radiology Principles and Interpretation. 7th ed.

Missouri: Elsevier; 2014

Anda mungkin juga menyukai