Anda di halaman 1dari 3

1.

Free way space


Jarak interoklusal antara pada saat mandibula dalam posisi istriahat (RVD)
Cara pengukuran:
a. Pasien didudukan relaks dengan mata menghadap lurus kedepan dengan posisi
istirahat pada mandibula, kemudia ditarik garis yang menghubungkan ujung
hidung dan ujung dagu paling anterior dan dihitung berapa jaraknya
b. Selanjutnya, pasien diinstruksikan untuk oklusi sentris. Dan diukur kembali jarak
antara ujung hidung dan ujung dagu paling anterior
c. Nilai FWS = RVD – OVD
d. Nilai normal menurut Houston (1989) = 2 – 3 mm

2. Overbite (vertikal) = 1 – 2 ; overjet (horizontal) = 2 – 4

3. Path of closure
Merupakan gerakan mandibula dari posisi istriahat menuju oklusi sentris. Dikatakan
normal apabila gerakan nya ke atas, muka, belakang
Tidak normal apabila : ada deviasi mandibula, displacement mandibula

Cara pemeriksaan:
a. Penderita didudukan pada posisi istirahat dan lihat garis mediannya
b. Pasien diintruksikan untuk melakukan oklusi sentris dari posisi istirahat dan
dilihat kembali posisi garis mediannya

Apabila posisi garis median pada saat RVD menuju OVD tidak ada sliding berarti tdk
ada gangguan pada saat path of closure

Apabila posisi garis median pada saat RVD menuju OVD ada sliding berarti terdapat
gangguan path of closure

4. 6 keys of Andrews
a. Relasi molar : cusp mesiobukal gigi M1 RA berada di bukal groove M1 RB
b. Angulasi Mahkota (mesiodistal tip) : garis aksial pada sisi gingival servikal
gigi lebih ke distal daripada mahkota gigi
c. Inklinasi mahkota (labiolingual tip): pada mahkota sisi labial lebih ke labial
dari pada sisi gingival. Pada posterior sisi gingival lebih ke bukal
d. Tidak ada rotasi
e. Tidak ada space
f. Bentuk dari occlusal plane dari cusp dan incisal berbentuk datar atau lurus
atau tidak boleh lebih dalam dari 1,5 mm
5. Maloklusi menurut Dewey
Dewey membagi Klas I angle dalam lima tipe dan Klas III Angle dalam tiga tipe
a. Modifikasi Dewey I
i. Tipe 1 : maloklusi klas I dengan anterior crowded
ii. Tipe 2 : maloklusi klas I dengan insisiv maksila protrusif
iii. Tipe 3 : maloklusi klas I dengan anterior crossbite
iv. Tipe 4 : maloklusi klas I dengan posterior crossbite
v. Tipe 5 : M1 permanen bergerak ke mesial
vi. Tipe 6 : spacing, open bite atau deepbite

b. Modifikasi Dewey III


i. Tipe 1 : maloklusi klas III dengan RA dan RB bila dilihat secara
terpisah terlihat normal, tetapi jika beroklusi pasien menujukkan insisif
yang edge to edge kemudian mandibula bergerak ke depan (edge to
edge)
ii. Tipe 2: maloklusi klas III dengan insisif mandibula crowded dan
memiliki lingual relation terhadap insisif maksila
iii. Tipe 3: maloklusi Klas III dengan insisif maksila crowded dan
crossbite dengan gigi anterior mandibula

6. Klasifikasi menurut Lischer


a. Neutroklusi : maloklusi klas I angle
b. Mesioklusi : maloklusi klas II angle
c. Distoklusi : maloklusi klas III angle
d. Bukoklusi : sekelompok gigi atau satu gigi yang terletak lebih ke bukal
e. Linguoklusi : sekelompok gigi atau satu gigi yang terletak lebih ke lingual
f. Supraoklusi : ketika satu gigi atau sekelompok gigi erupsi diatas batas normal
g. Infraoklusi : ketika satu gigi atau sekelompok gigi erupsi dibawah batas
normal
h. Mesioversi : lebih ke mesial daripada posisi normal
i. Distoversi : lebih ke sidtal daripada posisi normal
j. Transversi : transposisi dari dua gigi
k. Axioversi : inklinasi aksial yang abnormal dari sebuah gigi
l. Torsiversi : rotasi gigi pada sumbu panjang gigi

7. Klasifikasi menurut Angle


a. Klas I = cusp mesiobukal gigi M1 RA berada di bukal groove M1 RB
b. Klas II = hubungan molar dimana cusp distobukal dari M1 RA pada bukal
groove M1 RB
i. Divisi 1 = insisif maksila terjadi prokilasi sehingga overjet meningkat
dan terjadi protrusi
ii. Divisi 2 = overbite dalam (deepbite) atau retrusi
c. Klas III
i. True class III = maloklusi karena skeletal.
ii. Pseudo class III = pada relasi sentris mengalami edge to edge apabila
relasi fungsional mengalami crossbite. Disebabkan karena habitual
8. Analisa model
a. ALD (Arch Lenght Discrepancy) perbedaan ukuran Lengkung (analisis tempat
tersedia)
i. Metode Nance
Untuk mengetahui apakah gigi teap yang tumbuh akan tumbuh cukup
tersedia/ lebih/ kurang. Menggunakan brass wire yang diukurkan dari
mesial M1 kanan hingga kiri. Kawat ini dibentuk melalui setiap
gigi, pada geligi posterior melalui permukaan
oklusalnya sedangkan pada geligi anterior
melalui tepi insisalnya. Jarak diukur mulai
mesial kontak molar pertama permanen kiri
hingga kanan
ii. Metode MOyers
Membagi 4 segmen yaitu distal M1 – distal C, mesial molar pertama permanen kiri
sampai dengan distal kaninus kiri, dari distal
kaninus kiri sampai mesial insisiv sentral kiri, dari
mesial insisiv kanan sampai distal kaninus
kanan, dari distal kaninus kanan sampai
mesial molar pertama permanen kanan. Masing-masing segmen diukur dengan kaliper
kemudian dijumlahkan
iii. Metode Lunsdtrom
Tujuan
analisis pada geligi permanen yaitu untuk
mengetahui perbedaan ukuran tempat yang
tersedia dan ukuran tempat yang dibutuhkan
pada kasus maloklusi lengkung geligi yang
berdesakan karena kekurangan tempat.
Analisis Nance mengukur panjang lengkung
gigi dengan cara menggunakan kawat lunak
seperti brass wire atau kawat kuningan,
sedangkan pada analisis Lundstrom dengan
cara membagi lengkung gigi menjadi enam
segmen berupa garis lurus untuk setiap dua
gigi termasuk gigi molar pertama permanen

Anda mungkin juga menyukai