Anda di halaman 1dari 56

Tutorial Forensik

Kasus 1
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas tutorial yang diberi oleh
drg. Anne Agustina Suwargiani, M.KM.

Disusun Oleh :

Rosita Nurdani 160110140106


Umi Latifah 160110140107
Jane Randika 160110140108
Indah Permatasari 160110140109
Uzdah Wassilah N. 160110140110
Pratama Rizkiriandri 160110140111
Parlin Nurtani 160110140112
Ignes FAKULTAS
Nathania KEDOKTERAN GIGI
160110140114
Denta Asnatasia N. 160110140115
AmaliaUNIVERSITAS
Erdiana PADJADJARAN
160110140116
Meizi Asrina 2016/2017 160110140117

Amelia Maharani S 160110140118


Nadiya Mujaheda 160110140119
Tamara Priskilla H. 160110140121
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas

berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan Makalah Tutorial

Forensik kasus 1.

Laporan ini tidak akan selesai tepat waktu tanpa bantuan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada drg. Anne Agustina

Suwargiani, M.KM. yang telah membimbing kami dalam proses penyelesaian

makalah ini dan berbagai arahan yang telah diberikan demi tersusunnya makalah ini

serta semua pihak yang turut membantu pembuatan makalah ini yang tidak bisa

penyusun sebutkan satu persatu. Kami yakin dalam makalah ini masih banyak

kekurangan. Penyusun mengharapkan kritik dan saran untuk kemajuan makalah ini di

masa mendatang

Jatinangor, 22 Maret 2017

Penulis

ii
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 5
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 5
1.2 Tujuan ............................................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................... 6
2.1.1 Pengertian ..................................................................................................... 6
2.1.2 Tujuan Age Estimation ................................................................................. 8
2.2 Gigi sebagai acuan identifikasi usia .................................................................... 9
2.2.1 Definisi.......................................................................................................... 9
2.3 Macam-Macam usia .......................................................................................... 12
2.3.1 Usia Kronologis .......................................................................................... 12
2.3.2 Usia Psikologis (Usia Mental) .................................................................... 12
2.3.3 Usia Biologis............................................................................................... 13
2.3.4 Maturitas Seksual ........................................................................................ 13
2.3.5 Maturitas Skeletal ....................................................................................... 15
2.4 Klasifikasi gigi berdasarkan usia ....................................................................... 16
2.4.1 Primary dentition ........................................................................................ 16
2.4.2 Mixed Dentition .......................................................................................... 21
2.4.3 Permanent Dentition ................................................................................... 24
2.5 Metode Age Estimation ..................................................................................... 28
2.5.1 Definisi........................................................................................................ 28
2.5.2 Macam-macam metode ............................................................................... 28
2.6 Tahapan Pemeriksaan Perkiraan Usia ............................................................... 47
2.7 Metode Age Estimation yang paling efektif dan efisien ................................... 48
BAB III ANALISIS KASUS ...................................................................................... 50
3.1 Case ................................................................................................................... 50
3.2 Terminologi ....................................................................................................... 51
iv

3.3 Identifikasi Masalah .......................................................................................... 51


3.4 Hipotesis ............................................................................................................ 51
3.5 Mekanisme ........................................................................................................ 51
3.6 More Info ........................................................................................................... 52
3.7 I Don’t Know ..................................................................................................... 52
3.8 Learning Issues .................................................................................................. 53
BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................................... 54
BAB V SIMPULAN ................................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 56
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang berada di tengah-tengah lempeng

bum yang aktif bergerak terus-menerus setiap tahunnya. Hal ini

menyebabkan Indonesia menjadi salah satu negara dengan tingkat bencana

alam yang tinggi. Bencana alam yang tinggi menyebabkan banyaknya

berjatuhan korban jiwa di setiap bencana dan hal ini yang membuat

pentingnya forensic odontology di Indonesia. Forensic odontology sangat

berperan penting dalam identifikasi baik dalam bencana alam maupun dalam

tindak criminal seperti pembunuhan. Selain efektif dan efisien, proses

identifikasi menggunakan gigi dianggap lebih mudah karena gigi merupakan

salah satu organ manusia yang kuat dan tidak mudah rusak.

Pada kasus ini masalah yang dihadapi oleh tim forensic FKG Unpad

adalah estimasi umur dari seorang tersangka apakah Ia masih anak-anak atau

sudah dewasa untuk menentukan vonis yang akan dijatuhkan. Oleh karena

itu, kita harus mengetahui tentang age estimation, mengapa gigi dijadikan

acuan identifikasi, klasifikasi usia, klasifikasi gigi berdasarkan usia, dan

metode untuk mengidentifikasi usia seseorang dengan menggunakan gigi.

1.2 Tujuan

Penulis melakukan identifikasi menggunakan gigi untuk menentukan apakah

tersangka merupakan anak-anak atau orang dewasa berupa pengelompokan

usia dan bagaimana metode klasifikasi usi berdasarkan gigi manusia.

5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Age Estimation dalam Odontology Forensic

2.1.1 Pengertian

Ilmu yang berurusan dengan penentuan identitas seseorang dengan gigi

dikenal luas sebagai forensic odontology atau forensic dentistry. Forensic

odontology sering berhadapan dengan penentuan umur dari tubuh yang tidak

diketahui dan juga pada manusia yang masih hidup. Pada kasus orang yang masih

hidup yang tidak memiliki dokumen identitas yang dapat diterima, verifikasi

kronologis usia diperlukan agar individu bisa mendapatkan hak sebagai

masyarakat dan keuntungan sosial. Dokter gigi forensic membawa tanggung

jawab karena opininya sering ditanyakan ketika jalan lain untuk identifikasi telah

mengalami kesulitan. Gigi memiliki manfaat dapat terjaga dari pada jaringan lain.

Namun tidak boleh dilupakan bahwa parameter lain dibutuhkan untuk lebih akurat

dalam age estimation. Untuk alasan ini petunjuk dari gigi-geligi perlu

dihubungkan dengan petunjuk dari tulang.

Usia adalah faktor esensial yang memiliki peran penting dalam segala aspek

kehidupan. Identifikasi seseorang merupakan aspek dari forensic medicine dan

dentistry. Usia, jenis kelamin, ras dan lain lain digunakan untuk identifikasi

seseorang. Usia merupakan faktor penting dalam clinical practice, penelitian, dan

penegakan hukum. Usia gigi dipertimbangan sangat penting karena pertumbuhan

gigi menunjukan lebih sedikit variasi dibandingkan bentuk perkembangan lain.

Sehingga dental age dipertimbangkan penting untuk menegakan usia individu.

6
Morfologi yang berbeda dihubungkan dengan tahap perkembangan yang berbeda.

Dental development lebih terpercaya sebagai indicator biological maturity pada

anak-anak. Dental maturity lebih relevant karena tidak terlalu terpengaruh besar

oleh nutrisi dan status endokrin.

Sudah disepakati bahwa data yang berasal dari perkembangan gigi adalah

yang paling akurat untuk menentukan perkiraan umur (Garn et al.,1959;Stewart

1963;Liliequest dan Laundberg 1971). Gigi membentuk bagian tubuh yang unik

dari badan manusia dan merupakan bagian yang paling dapat bertahan dan kuat

dari skeleton. Tingkat bertahannya gigi dari berbagai paparan faktor fisik seperti

api dan membuat penilaian dari perkembangan gigi merupakan metode yang

dipilih dalam forensic age estimation. Berbagai survey menyatakan bahwa variasi

perkembangan pada umur yang lebih muda lebih sedikit dan variasi meningkat

seiring bertambahnya umur. Faktor penyakit dan pola makan memengaruhi

pertumbuhan, namun variasi dalam perkembangan gigi lebih sedikit dibandingkan

dengan yang ditemukan pada sistem perkembangan lain.

Perubahannya pada kavitas oral dibagi menjadi 3 katagori:

1. Soft tissue changes

2. Dental changes

3. Hard tissue change

Secara general cara estimasi umur dibagi menjadi 3 kategori yaitu

morphological,radiological,dan biochemical.

7
2.1.2 Tujuan Age Estimation

Orang yang hidup membutuhkan age determination untuk:

 Jika tidak ada akta kelahiran atau jika data dicurigai

 Untuk menentukan apakah anak telah mencapai umur yang membutuhkan

tanggung jawab criminal

 Penilaian pada kasus individu yang enggan atau tidak mau

mengungkapkan identitasnya

 Kasus pernikahan yang diperdebatkan dimana pasangan menikah harusnya

berada dibawah perizinan legal

Pada orang yang telah meninggal membutuhkan age determination untuk:

 Pada bencana masal untuk membantu identifikasi

 Dalam survey epidemologi untuk mengetahui indeks mortalitas dari

berbagai penyakit

 Umur janin yang diaborsi

8
9

2.2 Gigi sebagai acuan identifikasi usia

2.2.1 Definisi

Forensik odontology biasanya dihubungkan dengan masalah penentuan

usia terhadap tubuh korban (jasad) yang tidak teridentifikasi maupun orang yang

masih hidup. Penentuan usia merupakan hal yang penting dalam mengidentifikasi

jasad tak dikenal ketika menjadi korban kriminalitas atau bencana.

Pada kasus orang yang masih hidup, penentuan usia yang dilakukan

terhadap orang yang tidak memiliki identitas berupa dokumen pada tempat

pengungsian, adopsi anak, digunakan untuk menentukan hak dan kewajiban

mereka dalam ranah hukum.

Pada penelitian manusia purba, penentuan usia pada skeletal orang yang

sudah mati membantu dalam ilmu palaeodemography.

Dokter gigi forensic memiliki tanggung jawab yang besar sejak penelitian

dalam bidang lainnya mengalami kesulitan dalam menentukan usia. Ada beberapa

hal yang membuat gigi memiliki ciri tersendiri sesuai usia manusia dan membuat

penentuan usia menggunakan gigi menjadi lebih efisien. Hasil akhir identifikasi

bergantung pada data gigi pre dan postmortem, pemeriksaan DNA dan fingerprint.

Identifikasi melalui gigi memiliki keuntungan karena gigi memiliki usia

lebih panjang daripada jaringan lainnya, bahkan tulang, gigi pun dapat diperiksa

langsung pada individu hidup.

Historical Perspective
10

Penggunaan gigi untuk menentukan usia dimulai pada abad ke 19. Di

Britain, hukum mengatakan bahwa anak usia 7 tahun terbebas dari hukuman atas

tindak criminal yang mereka lakukan. Thomson (1836) seorang ahli forensic

mengakatan “Jika gigi ketiga molar belum tumbuh keluar, maka tidak ada

sangkalan bahwa pelaku belum melewati masa ulang tahun ke tujuhnya.” Maksud

gigi ketiga molar adalah molar permanen yang tumbuh setelah dua gigi desidui.

Inggris merupakan tempat pertama yang menggunakan gigi sebagai

penentu usia. Di awal abad ke 19, akibat krisis ekonomi karena masa revolusi

industry, pekerja remaja dan kriminalita merupakan masalah social yang serius.

Undang-undang social menyebutkan bahwa anak usia 9 tahun tidak boleh bekerja,

dan anak usia 13 tahun tidak boleh bekerja lebih dari 9 jam per hari. Hukuman

tindak criminal dijatuhkan pada anak di atas usia 7 tahun. Namun, tidak adanya

identitas tanggal lahir membuat penentuan usia menjadi sulit. Akhirnya,

menentukan usia dilihat dari tinggi badan. Pada tahun 1836, AT Thomson,

seorang ahli hukum bidang kedokteran mengatakan bahwa anak dengan molar

pertama permanen yang belum erupsi, dapat dipastikan bahwa mereka belum

mencapai usia 7 tahun. Studi pertama kali diperlihatkan oleh Edwin Saunders,

bahwa gigi lebih akurat sebagai penentu usia daripada mengukur dari tinggi

badan.

Pada tahun 1872, Wedl membuat observasi pertama tentang perubahan

usia pada gigi permanen dan juga meneliti tentang degenerasi lemak, kalsifikasi,

colloid deposit, netlike atrophy, dan pigment deposit pada jaringan pulpa gigi

sesuai dengan pertambahan deposit dari lembaran-lembaran dentin yang baru.


11

Indikasi dilakukannya penentuan usia

Pada orang yang masih hidup :

1. Tidak tersedianya akte kelahiran

2. Untuk menentukan seseorang dapat dikenai sanksi hukum akibat tindak

kriminalnya atau tidak

3. Kasus pada seseorang yang tidak mau menunjukan identitasnya

4. Pernikahan bawah umur

Pada orang yang sudah meninggal :

1. Membantu identifikasi ketika bencana alam

2. Survey epidemologi terhadap penyakit

3. Usia fetus yang diaborsi

Mengapa gigi digunakan sebagai penentu usia?

1. Gigi merupakan organ terlama dan resilient, sehingga dipastikan gigi akan

selalu ada dalam tulang skeletal.

2. Gigi tahan terhadap pembusukan, api, bahan kimia, dan lainnya.

3. Dalam banyak kasus, usia saat itu dengan usia biologis tidak selalu sama

karena adanya perkembangan yang variatif. Namun, berbeda dengan gigi yang

keadaannya akan selalu sesuai dengan fase usianya dan dapat menunjukkan

tingkat kematangannya. Status nutrisi dan endokrin sangat sedikit pengaruhnya

terhadap dental maturity.


12

4. Pemeriksaan gigi dapat langsung dilakukan pada individu hidup.

5. Di antara pemeriksaan lain, penentuan usia dengan gigi merupakan

pemeriksaan yang paling mudah, cepat, dan biaya rendah.

2.3 Macam-Macam usia

2.3.1 Usia Kronologis

Usia kronologis adalah usia berdasarkan tanggal, bulan, dan tahun kelahiran.

Pada umumnya perkembangan somatik berhubungan dengan usia kronologis

seperti pada pengukuran maturitas somatik, misalnya usia tulang, menstruasi, dan

tinggi badan. Maturitas somatik dapat digunakan untuk memperkirakan usia

kronologis bila tidak ada data usia lain yang akurat. Informasi ini penting dalam

praktek medis dan dokter gigi untuk mengevaluasi perkembangan pasien. Usia

kronologis sering tidak cukup pada penilaian tahapan pertumbuhan dan maturitas

somatik dari pasien, sehingga dibutuhkan penentuan usia biologis.

2.3.2 Usia Psikologis (Usia Mental)

Usia mental adalah perhitungan usia yang didapatkan dari taraf

kemampuan mental seseorang. Misalkan seorang anak secara kronologis berusia

empat tahun akan tetapi masih merangkak dan belum dapat berbicara dengan

kalimat lengkap dan menunjukkan kemampuan yang setara dengan anak

berusia satu tahun, maka dinyatakan bahwa usia mental anak tersebut adalah satu

tahun. (DR. Hardiwinoto)


13

Usia psikologis dapat terlihat dari kejiwaan dan mekanisme individu

dalam menangani stress atau masalah. Usia psikologis juga tidak selalu sama

dengan usia kronologis maupun usia biologis.

Usia psikologis muda identic dengan umur anak-anak yang tidak mampu

menguasai emosinya. Orang yang mampu mengendalikan emosinya dan lebih

sabar menghadapi masalah dinilai memiliki umur psikologis yang lebih tua.

Misalkan anak usia 15 tahun tapi mampu bersikap dewasa maka umur

psikologisnya lebih tua dari umur sebenarnya.

2.3.3 Usia Biologis

Usia biologis dipakai untuk menunjukkan pertumbuhan seseorang sudah

mencapai suatu tahapan tertentu. Terdapat tiga bentuk usia biologis yaitu

berdasarkan perkembangan maturitas seksual, skeletal, dan gigi geligi.

2.3.4 Maturitas Seksual

Pertumbuhan adalah (bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan

interseluler yang menandakan bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh

sebagian atau keseluruhan) proses biofisis dari mahkluk yang menyebabkan

mahkluk bertambah besar. Perkembangan adalah kejadian yang bertahap dari

pembuahan ovum (fertilisasi sel telur) sampai keadaan dewasa. Perkembangan

termasuk proses pembuahan sel telur oleh sel sperma sampai terdapat bermacam-

macam sel yang berbeda fungsi dan macamnya. Perubahan karakteristik seks

sekunder yang ditandai dengan :


14

1) Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang, tangan dan kaki bertambah besar,

Remaja laki-laki pada umumnya mempunyai kaki lebih panjang dari pada remaja

perempuan. Pertumbuhan yang terjadi pada masa pubertas pada anak perempuan

adalah 23-28 cm selama 18-24 bulan yang terjadi saat anak perempuan berumur 9

tahun (Soetjiningsih, 2004: 4-5).

2) Pinggul lebar, bulat, dan membesar (Soetjiningsih, 2004: 5).

3) Tumbuh bulu-bulu halus di sekitar ketiak dan vagina

Rambut kemaluan pada wanita juga tumbuh seperti halnya remaja laki-

laki. Tumbuh rambut kemaluan ini terjadi setelah pinggul dan payudara mulai

berkembang. Bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah mulai tampak setelah haid.

4) Pertumbuhan payudara, serta kelenjar susu berkembang, payudara menjadi lebih

besar dan lebih bulat

5) Otot semakin besar dan semakin kuat, terutama pada pertengahan menjelang
puber, sehingga memberikan bentuk pada bahu lengan, tungkai
(Kumalasari, dan Andhyantoro, 2012: 16).

Selain itu, ditandai juga dengan terjadinya menstruasi pada perempuan,

perkembangan penis, testis (alat kelamin) dan perubahan suara laki-laki serta

rambut kemaluan pada kedua jenis kelamin merupakan tanda maturitas seksual.

Ada hubungan kuat antara maturitas seksual, somatik, dan skeletal, meskipun

terdapat beberapa perempuan yang maturitasnya jauh lebih awal atau lebih lambat

dari sesamanya. Pada klinik ortodonti, tidak digunakan maturitas seksual karena

hal tersebut memerlukan pemeriksaan fisik.


15

2.3.5 Maturitas Skeletal

Penentuan umur skeletal dapat dilihat berdasarkan tanda - tanda status maturitas

dalam sistem skeletal. Maturitas skeletal adalah bagian yang menyeluruh dari pola

pertumbuhan dan perkembangan individu. Maturitas skeletal ditentukan dengan

cara membuat gambaran radiografi dari daerah yang terdapat banyak tulang dan

diskus epifiseal. Maturitas skeletal dapat diketahui dengan menggunakan

radiografi pergelangan tangan dan vertebra servikalis.

a. Maturitas Pergelangan Tangan

Tanda - tanda maturitas dapat dilihat dari ossifikasi pada tulang - tulang

pergelangan tangan dengan menggunakan radiografi pergelangan tangan yang

memberi petunjuk mengenai status pertumbuhan seseorang. Pada pergelangan

tangan ini terdapat beberapa pusat pertumbuhan skeletal yang mengalami

perubahan pada waktu dan tingkat yang berbeda, sehingga dapat digunakan

sebagai indikator untuk menentukan tingkat maturasi seseorang.Penggunaan

radiografi pergelangan tangan dapat mengetahui status maturitas skeletal

seseorang yang digunakan untuk memproduksi waktu pubertas growth spurt.

Radiografi Pergelangan Tangan


16

b. Maturitas Vertebra Servikalis

Tulang vertebra servikalis merupakan salah satu bagian dari tulang

vertebra (tulang belakang). Tulang vertebra terdiri dari 33 buah yakni 7

tulang vertebra servikalis, 12 tulang vertebra torakalis, 5 tulang vertebra

lumbal, 5 vertebra yang menyatu tulang sacrum dan 4 vertebra yang

menyatu menjadi coccygeus/ tulang ekor.

Gambar Pembagian dan anatomi vertebra servikalis

2.4 Klasifikasi gigi berdasarkan usia

2.4.1 Primary dentition

Tumbuh kembang gigi desidui dapat dilihat dari usia minggu ke-30 intra uterin

sampai usia 4.5 tahun sebelum gigi permanen mulai erupsi.

1. Minggu ke-30 intra uterin


17

2. Minggu ke-34 intra uterin

3. Minggu ke-38 intra uterin

4. Lahir
18

5. 1.5 bulan

6. 4.5 bulan

7. 7.5 bulan
19

8. 10.5 bulan

9. 1.5 tahun

10. 2.5 tahun


20

11. 3.5 tahun

12. 4.5 tahun


21

2.4.2 Mixed Dentition

Pada mixed dentition, terlihat gigi desidui dan gigi permanen berada di

dalam rongga mulut. Fase ini merupakan fase transisi dari fase gigi desidui ke fase

gigi permanen yang dimulai pada usia 6 tahun, ditandai dengan erupsinya molar

pertama permanen rahang bawah kemudian molar pertama permanen rahang atas

setelah itu disusul dengan erupsi insisivus pada rahang bawah dan rahang atas dan

berakhir pada usia 12 tahun. Pada proses erupsi gigi permanen, akan terjadi

resorpsi tulang dan akar gigi desidui yang mengawali pergantian gigi desidui oleh

gigi permanennya.

Terdapat 3 fase, yaitu:

1. Fase Transisi Pertama

Fase ini ditandai dengan erupsinya molar pertama permanen dan

pergantian insisivus desidui oleh insisivus permanen. Erupsinya molar

pertama permanen dimulai sekitar usia 6 tahun dan diikuti dengan

erupsinya insisivus sentralis rahang bawah.

2. Fase Inter Transisi

Fase ini merupakan fase yang stabil dan hanya terjadi perubahan yang

sedikit. Gigi molar dan kaninus desidui dijumpai di antara gigi insisivus

permanen dan molar pertama permanen.

3. Fase Transisi Kedua

Karateristik pada fase ini ditandai pergantian molar kedua dan kaninus

desidui dengan kaninus dan premolar permanen serta erupsi molar kedua.
22

Erupsi gigi permanen dan pergantian gigi desidui dengan gigi permanen

tiap gigi berbeda-beda tergantung usianya sebagai berikut.

1. Usia 6,5 tahun

Erupsi molar 1 permanen RA & RB dan pergantian insisivus sentral RB

decidui dengan insisivus sentral RB permanen.

2. Usia 7,5 tahun

Erupsi insisivus sentral RA dan insisivus lateral RB permanen.

3. Usia 8,5 tahun

Erupsi insisivus lateral RA permanen. Terdapat juga perkembangan

mahkota caninus, premolar, molar 2 permanen

4. Usia 9,5 tahun


23

Perkembangan akar caninus dan premolar permanen.

5. Usia 10,5 tahun

Erupsi caninus rahang bawah permanen.

6. Usia 11,5 tahun

Erupsi premolar 1 RA dan RB permanen

7. Usia 12,5 tahun

Erupsi caninus RA, premolar 2 RA & RB permanen menggantikan

caninus dan molar decidui dan erupsi molar 2 RA & RB.


24

2.4.3 Permanent Dentition

Gigi permanen pertama kali muncul pada usia sekitar 6 tahun. Sementara

itu, periode gigi permanen dimana seluruhnya hanya terdiri dari gigi permanen

dimulai ketika usia 11-13 tahun. Periode ini relatif lebih stabil dibandingkan

dengan periode gigi bercampur.

Gigi-geligi permanen terbentuk pada rahang segera setelah kelahiran,

kecuali cusp-cusp gigi molar satu permanen yang terbentuk sebelum lahir.

Insisivus permanen berkembang pada sisi lingual atau palatal gigi insisivus

desidui dan bergerak ke arah labial pada saat erupsi. Gigi premolar berkembang di

bawah akar-akar gigi molar desidui.

Kronologi pertumbuhan gigi permanen terlampir pada tabel. Urutan erupsi

gigi permanen lebih bervariasi dibandingkan gigi desidui. Ada beberapa

perbedaan signifikan pada urutan erupsi gigi permanen di maksila dan mandibula.

Pada mandibula, gigi kaninus erupsi sebelum gigi premolar sedangkan pada

maksila gigi kaninus umumnya erupsi setelah gigi premolar. Urutan erupsi yang

paling umum pada maksila yaitu gigi M1-I1-I2-P1-C-P2-M2-M3 atau M1-I1-I2-

P1- P2-C-M2-M3. Urutan erupsi yang paling umum pada mandibula yaitu gigi

M1-I1-I2- C-P1-P2-M2-M3 atau M1-I1-I2-P1-C-P2-M2-M3.

1. Dental age-12
25

Erupsi caninus rahang atas, 2nd premolar rahang atas dan bawah.

2. Dental age-13, 14, dan 15

Perkembangan sempurna akar gigi permanen dan perkembangan awal

mahkota yang nyaris lengkap dari 3rd molar

3. Perkembangan 3rd molar

- Beragam waktu kalsifikasi dan erupsinya

- Berperan dalam crowding

- Mungkin tumbuh secara impaksi


26

Tabel erupsi gigi permanen


27

PRIMARY PERMANENT

Mahkota lebih pendek, daerah oklusal Mahkota lebih besar, daerah oklusal

kecil, mengecil ke arah servikal besar, pengecilan kea rah servikal tidak

begitu terlihat

Enamel dan dentin lebih tipis Enamel dan dentin lebih tebal

Enamel rods pada area servikal Enamel rods pada area servikal

mengarah ke oklusal mengarah ke gingival

Kontak lebih lebar dan flat Kontak berupa point

Warna lebih terang Warna lebih gelap

Prominen pada mesio-buccal cervical Prominen tidak ditemukan pada mesio-

bulge terlihat pada molar buccal cervical bulge terlihat pada

molar

Incisor tidak memiliki mamelon Incisor yang baru erupsi memiliki

mamelon

Bentuk akar lebar namun tipis Bentuk akar pendek dan bulbous

Saluran akar kecil (ribbon Lebih besar(less branching/well

like/hourglass) defined)

Lebar MD mengecil Lebar MD melebar

Kamar pulpa lebih besar Kamar pulpa lebih kecil

Table perbedaan gigi permanen dan primary


28

2.5 Metode Age Estimation

2.5.1 Definisi

Diketahui yang pertama menggunakan gigi untuk menentukan usia adalah

dari Inggris. Pada awal abad ke-19, dikarenakan perekonomian yang melemahsaat

revolusi industri, kriminalitas merupakanpersoalan yang serius. Edwin Saunders,

seorang dokter gigi, merupakan yang pertama yang mempublikasikan informasi

terkait dengan implikasi dental pada penulaian usia dengan menyebarkan pamflet

yang berjudul “Teeth A Test of Age” kepada parlemen Inggris pada 1837.

2.5.2 Macam-macam metode


Beberapa metode dipisahkan menjadi tiga kategori:

 Morphological method

 Biochemical method

 Radiological method

Metode morfologi didasarkan dari penilaian gigi (ex-vivo). Karenanya,

metode ini membutuhkan gigi yang diekstaksi untuk preparasi mikroskopik.

Tetapi, metode ini mungkin saja tidak dapat diterima secara etika, agama,

kultural, dan alasan ilmiah.

Gustafson (1950), Dalitz (1962), Bang and Ramm (1970), Johanson

(1971), Maples (1978), Solheim (1993) merupakan beberapa metode morfologi.


29

2.5.2.1 Metode Morfologi

2.5.2.1.1 Metode Gustafson

Gustafson (1950) memperkirakan umur dari gambaran umum endapan

dentin sekunder, ketebalan cemen, dan periodontitis sehingga Gustafson

menyusun satu sistem yang berpatokan pada 6 faktor yang berhubungan dengan

usia:

1. Derajat Atrisi (A)

Yang dimaksud adalah derajat atau keparahan atrisi atau ausnya

permukaan kunyah gigi baik insisal maupun oklusal sesuai dengan

penggunaannya. Makin usia lanjut maka derajat atrisinya makin parah.

2. Periodontitis ata Perubahan pada gingiva (P)

Perubahan fisiologis akibat penggunaan gigi dari perlekatan epitel ditandai

dengan turunnya atau dalamnya sulkus gingiva yang melebihi 2 mm

bahkan makin usia lanjut, perlekatan gingiva turun kearah akar gigi

sehingga terlihat seakan-akan mahkota lebih panjang.

3. Jumlah dentin sekunder (S)

Pembentukan sekunder dentin oleh karena penggunaan gigi atau atrisi dari

permukaan oklusi biasanya terbentuk diatas atap pulpa sehingga makin

usia lanjut secara rontgenografis terlihat seakan-akan pulpa jadi sempit

karena sekunder dentinnya makin tebal.

4. Cemen apposition atau ketebalan sementum sekitar gigi (C)

Dengan bertambahnya usia maka akan bertambah tebal jaringan sementum

pada akar gigi. Pembentukan ini oleh karena perlekatan serat-serat


30

periodontal dengan aposisi yang terus menerus dari gigi tersebut selama

hidup merupakan faktor penting yang sangat mempengaruhi.

5. Transluccency of the root (T)

Bertambahnya usia terjadilah proses kristalisasi dari bahan-bahan mineral

akar gigi hingga jaringan dentin pada akar gigi berangsur-angsur mulai

dari akar gigi kearah servikal menjadi transparan. Transparansi dentin ini

dimulai pada dekade ketiga dari tebal tubular dentin 5 milimikron hingga

pada usia 70 tahun tebal tubukar dentin tinggal 1 milimikron.

6. Resorbsi akar (R)

Menurut Gustafson, bahwa terjadi resobrsi akar gigi permanen akibat

tekanan fisiologis dengan bertambahnya usia. Mili demi mili diukur

olehnya dalam penetuan usia akibat penggunaan gigi.

Dalam setiap irisan dasar, ciri-ciri gigi diberikan angka dan poin-poin

dijumlahkan untuk memberikan hasil akhir. Metode Gustafson menjumlahkan

setiap nilai dari 6 faktor tersebut dimana setiap faktor yang mempunyai bobot

yang sama dan berarti 6 poin tersebut mempunyai nilai perkiraan usia yang sama.
31

Rumus: An + Pn + Sn + Cn + Rn + Tn = points
Persamaan yang tepat: y = 11.43 + 4.56x, dimana y = usia dan x = points
dari rumus diatas
32

2.5.2.1.2 Metode Dalitz

Dalits mengulang kembali metode Gustafson dan menyarankan sistem 5

poin dari 0-4, dibandingkan dari sistem 4 poin yang sebelumnya digunakan.

Perubahan ini direncanakan untukk menambahtingkat akurasi. Hasilnya


33

menunjukkan resorbsi akar dan formasi sementum sekunder bisa diabaikan.

Kriteria lain, atrisi (A), periodontitis (P), dentin sekunder (S), dan transparansi

akar (T) dari 12 gigi anterior, berhubungan dengan usia dan dengan derajat yang

mirip. Dalits menyarankan rumus ini:

E = 8.691 + 5.146A + 5.338P + 1.866S + 8.411T

Kerugian: tidak memperhitungkan bikuspid dan gigi molar.

2.5.2.1.3 Metode Bang dan Ramm


Mereka menemukan bahwa dentin akar menghilang dengan menjadi

transparan selama dekadde ketiga dimulai pada ujung akar dan meluas kekoronal

seiring dengan usia. Hal itu ditemukan bahwa, tranparensi dari dentin akar meluas

ke koronal dari ujung akar selama dekade ketiga. Keuntungan besar dari metode

ini adalah hasil yang baik diperoleh hanya dengan mengukur akar yang utuh saja.

2.5.2.1.4 Metode Johanson (1971)

Perubahan usia dibedakan menjadi tujuh tahap perbedaan dan merupakan

evaluasi dari enam kriteria yang telah diberitahukan sebelumnya. Tujuh tahap

tersebut, yaitu:

1. Attrition (A)

2. Secondary Dentine Formation (S)

3. Periodontal Attachment Loss (P)

4. Cement Apposition ( C )

5. Root Resorption ( R )
34

6. Apical Translucency ( T )

Johanson membuat studi yang lebih detail mengenai root transparency

dan menyatakan bahwa lebih jelas ketika ketebalan bagian dasar gigi adalah

0,25 mm

Formula:

Usia = 11.02 +(5.14xA) + (2.3XS) + (4.14XP) + (3.71XC) + (5.57X R) +

(8.98XT)

2.5.2.1.5 Metode Maples (1978)

Maples menyarankan penggunaan hanya dua kriteria dari total

enam yang direkomendasikan Gustafson (Pembentukan dentin sekunder

dan transparansi akar). Maples menggunakan dua kriteria tersebut untuk

membuat metode yang lebih sederhana dan akurat.

2.5.2.1.6 Metode Solheim (1993)

Solheim menggunakan lima dari metode yang direkomendasikan oleh

Gustafson :

1. Atrisi

2. Dentin sekunder

3. Periodontitis

4. Aposisi Sementum

5. Transparensi Akar
35

Dan menambahkan tiga perubahan baru lainnya yang menunjukan

korelasi signifikan pada beberapa gigi yang berbeda. Tiga perubahan

tersebut, yaitu:

1. Kekasaran Permukaan Gigi

2. Warna Gigi

3. Jenis kelamin

2.5.2.2 Metode Radiografi

Radiologi sangat diperlukan dalam penentuan usia manusia. Gambar

radiologi dimanfaatkan dalam proses estimasi umur, yang merupakan salah satu

alat-alat penting dalam identifikasi dalam ilmu forensik. Penentuan usia dengan

radiografi adalah sederhana, non-invasif dan metodenya dapat digunakan pada

makhluk hidup dan mati yang tidak diketahui. Berbagai gambar radiografi yang

dapat digunakan utnuk idenifikasi usia adalah radiografi intraoral periapikal,

radiografi miring lateral, radiografi sefalometrik, radiografi panoramik, dan digital

imaging.

Penentuan usia radiologi berdasarkan penilaian berbagai fitur sebagai

berikut:

• tulang rahang sebelum lahir

• keadaan bakteri gigi

• jejak mineralisasi terdeteksi diawal

• mineralisasi awal di berbagai gigi sulung selama hidup intrauterine

• waktu penyelesaian mahkota


36

• Erupsi mahkota ke dalam rongga mulut

• Tingkat penyelesaian akar pada erupsi gigi.

• Tingkat resorpsi gigi sulung

Estimasi usia dikelompokkan menjadi tiga fase:

 Estimasi Umur Pre-Natal, Neonatal dan Post-Natal

Secara radiografi, proses mineralisasi dari gigi sulung insivus

dimulai

pada minggu ke-16 intrauterine. Sebelum mineralisasi benih gigi dimulai,

benih gigi akan terlihat sebagai daerah radiolusen pada gambaran

radiografi,selanjutnya radiografi rahang bawah akan menggambarkan gigi

sulung dalam berbagai tahap mineralisasi sesuai umur prenatal janin.

2.5.2.2.1 Metode Kraus dan Jordan (1965)

Mereka mempelajari mineralisasi awal di berbagai gigi sulung

serta permanen pertama molar. Perkembangan ini dijelaskan dalam 10

tahap, dilambangkan dengan angka Romawi dari I sampai X tahap IX

mencakup tiga tahap dan tahap X meliputi lima tahap.

 Umur Estimasi pada Anak dan Remaja

Estimasi umur pada anak-anak dan remaja adalah berdasarkan pada

waktu erupsi gigi dan kalsifikasi gigi. Analisis radiografi ini dilakukan

apabila anak sedang pada perkembangan gigi, dan secara khusus pada saat

tidak terdapatnya lagi keterangan-keterangan lain yang dapat dijadikan

sebagai indikator dalam mengestimasi umur (dengan rentang umur 6 bulan

– 2,5 tahun)
37

2.5.2.2.2 Metode Schour dan Masseler (1941)

Pada tahun 1941, Schour dan Masseler mempelajari pengembangan gugur

dan permanen gigi, menggambarkan 21 langkah kronologis dari 4 bulan untuk 21

tahun dan menerbitkan grafik perkembangan numerik untuk mereka. grafik ini

tidak memiliki survei terpisah untuk laki-laki dan perempuan. American Dental

Association (ADA) secara periodik telah memperbaharui diagram-diagram ini dan

mempublikasikannya pada tahun 1982, sehingga bisa digunakan dengan

membandingkannya secara langsung terhadap tahapan kalsifikasi gigi yang ada

pada gambaran radiografi gigi.

Kekurangan:

 tidak cukup detail dalam mengidentifikasi tahapan mahkota dan akar


38

 tidak membutuhkan waktu yang banyak untuk melakukan perhitungan.

 kurang mampu memberikan hasil estimasi umur yang tepat jika

diaplikasikan pada individu dengan umur 12 tahun ke atas.

2.5.2.2.3 Metode Nolla (1960)

Nolla mengevaluasi mineralisasi permanen gigi di 10 tahap. Setiap gigi

diperiksa dan dinilai dari rahang atas dan bawah gigi kemudian ditotal dan

dibandingkan dengan tabel yang diberikan oleh Nolla.

Keuntungan dari metode ini adalah bahwa hal itu dapat diterapkan untuk

individu dengan atau tanpa molar ketiga dan yang anak perempuan dan anak laki-

laki ditangani terpisah.


39

2.5.2.2.4 Moorees, Fanning dan Hunt metode (1963)


Dalam metode ini, perkembangan gigi dipelajari di 14 tahap mineralisasi

untuk perkembangan akar tunggal dan multirooted.

Pada metode ini digunakan radiografi panoramic atau lateral oblique untuk

melihat proses pembentukan gigi.


40

2.5.2.2.5 Cameriere method

Metode ini Dilakukan pada anak anak dan remaja.Penilaian dilakukan pada 7 gigi

permanen pada mandibula. Tahapannya, yaitu :

• Gigi dengan ujung apeks tertutup (perkembangan akar telah sempurna)

tetap di hitung (N0)

• Untuk gigi yg perkembangan akarnya belum sempurna, yaitu yang

apeksnya terbuka, jarak antar sisi dalam apeks diukur

• Untuk gigi dengan akar 2,total jarak antar sisi dalam apeks tetap di

evaluasi

• Untuk menghilangkan faktor Perbesaran, pengukuran dari apex yg terbuka

harus di bagi dengan panjang gigi yang akan dinilai

• Rumus

Umur = 8,971+ 0,375 g x 5 + 0.674 N0 – 1.034 s – 0.176 s N0


Ket:
g = untuk laki-laki nilai nya 1, perempuan nilainya 0
N0 = jumlah gigi dengan akar tertutup
S = total jarak antar sisi dalam apeks yang terbuka pada 7 gigi rahang bawah

 Age Estimation in Adults


1. Volume assessment of teeth

a. Pulp-to-tooth ratio method by Kvaal

b. Coronal pulp cavity index

2. Development of third molar


41

a. Harris and Nortje method

b. Van Heerden system

Perkiraan umur pada org dewasa bisa dilakukan dengan penentuan secara

radiologi dari pengurangan ukuran kavitas pulpa sebagai akibat dari deposisi

dentin sekunder

2.5.2.2.6 Pulp-to-tooth ratio method by Kvaal

Dalam metode ini rasio gigi-pulpa dihitung untuk 6 gigi rahang atas dan

bawah seperti gigi insisiv sentral dan lateral RA, premolar 2 RA, insisiv lateral

RB, caninus dan premolar 1 RB

• R = panjang pulpa ke akar,

• P = panjang pulpa ke gigi,

• T = panjang gigi ke akar,

• A = lebar pulpa ke akar pada CEJ,

• C = lebar pulpa ke akar di pertengahan akar,

• B = lebar pulpa ke akar pada titik tengah antara C dan A,

• m = rata-rata semua rasio selain T,

• W = rata-rata lebar rasio B dan C, dan

• L = rata-rata panjang rasio P dan R

Umur = 129.8 – (316.4 × m) (6.8 × [W-L])


42

2.5.2.2.7 Metode coronal pulp cavity index

Metode coronal pulp cavity index merupakan metode yang menghitung

korelasi antar reduksi ruang pulpa koronal dan umur kronologis.Pada metode ini

yang perlu dipertimbangkan hanya gigi premolar dan molar rahang bawah yang

mana gigi rahang bawah lebih terlihat dibandingkan rahang atas.

Rumus metode coronal pulp cavity index adalah:

TCI = CPCH*100 /CL

Keterangan:

• CL= panjang mahkota gigi

• CPCH= panjang pulpa koronal

2.5.2.2.8 Third Molar Identification

Estimasi umur berdasarkan radiografik menjadi permasalahan setelah

mencapai umur 17 tahun oleh karena pada umur ini terjadi pertumbuhan molar

ketiga. Namun hal tersebut justru dijadikan acuan untuk molar ketiga sebagai

indikator dalam mengestimasi umur. Terdapat dua metode estimasi umur

berdasarkan pertumbuhan molar ketiga yaitu metode Harris dan Nortje

(berdasarkan akar) dan metode sistem Heerden (berdasarkan akar mesial).

2.5.2.2.9 Metode Demirjian, Goldstein, dan Tanner

Pada tahun 1973, Demirjian memperkenalkan suatu metode yang

mengestimasi usia kronologis seseorang berdasarkan perkembangan tujuh gigi kiri


43

mandibula. Metode ini memiliki kesamaan dengan metode Tanner, Whitehouse

dan Healy, yang mengestimasi usia kronologis berdasarkan perkembangan tangan

dan pergelangan tangan. Akhirnya Demirjian, Goldstein, dan Tanner bergabung

dengan satu metode yang menggunakan tahapan perkembangan bentuk gigi,

karena mudah dikenali dan diketahui mulai dari awal mula kalsifikasi hingga

menjadi bentuk yang dewasa. Adapun hal yang mendukung lainnya adalah karena

gigi setiap individu selalu melewati tahapan yang sama. Saat akhirnya tahapan

menjadi indikator dari kedewasaan bukan ukuran, mereka tidak dapat

mendefinisikan dengan absolut ukuran panjangnya. Pada skor akhir setiap

giginya, dengan skor maksimal yaitu 100, dapat dijadikan penjumlahan dan

nantinya semua gigi akan dirata-ratakan dan membentuk skor dengan maksimal

100 pula. Sistem skor ini menyajikan perbedaan antara laki-laki ataupun

perempuan dengan umur dan perkembangan gigi yang berbeda.

Adapun poin penting dalam metode ini adalah.

1. 7 gigi kiri mandibular yang diperiksa dimulai dari molar kedua, molar

pertama, premolar kedua, premolar pertama, kaninus, incisivus lateral, dan

incisivus sentral.

2. Seluruh gigi diukur dengan skala A-H sesuai kriteria tertulis setiap

tahapan. Setiap stage tertanda (A-H) dan setiap tahapan tersbut tidak boleh

ada yang dilangkah. Adapun cara memeriksanya dengan mengunakan

diagram dan x-ray sebagai perbandingan

3. Setiap tahap terdapat 1,2, atau 3 kriteria tertulis yang diberi tanda (a,b,c). 1

kriteria diberikan maka telah terpenuhi kriteria tersebut. 2 kriteria


44

diberikan, maka kriteria 1 telah terpenuhi dan tercatat sebelumnya. 3

kriteria diberikan, maka 2 yang pertama sebelumnya telah terpenuhi

4. Jika ada kasus borderline, maka diambil tahapan yang paling awal

5. Adapun sistem pengukurannya menggunakan jangka sorong untuk

panjang mahkota dan akar, sedangkan penutupan apeks dilihat dengan

mata telanjang

6. Tinggi mahkota didefinisikan sebagai jarak maksimal antara ujung

tertinggi cusp dan CEJ

7. Midpoint untuk bukal dan lingual cusp tidak sama

8. Jika tidak ada tanda kalsifikasi, maka diberi nilai 0

Tahap mineralisasi menurut metode Demirjian adalah proses kalsifikasi benih

gigi tetap dari benih gigi tanpa kalsifikasi sampai selesainya pembentukan akar

gigi yaitu:

1. Tahap A: Kalsifikasi titik oklusal; tanpa disertai fusi dari kalsifikasi

bagian lain

2. Tahap B: Fusi dari titik mineralisasi; kontur permukaan oklusal sudah

terlihat

3. Tahap C: Kalsifikasi mahkota gigi telah selesai dan dimulai proses

disposisi dentin

4. Tahap D: Pembentukan mahkota sudah selesai

5. Tahap E: Panjang akar gigi lebih pendek daripada tinggi mahkotanya

6. Tahap F: Panjang akar gigi melebihi tinggi mahkota


45

7. Tahap G: Pembentukan akar sudah selesai, tetapi foramen apikalnya

masih terbuka

8. Tahap H: Foramen apikal sudah tertutup.

Gambar 1. Tahap Kalsifikasi Gigi Permanen menurut Demirjian, dkk.

Berakar Tunggal (atas) dan Berakar Ganda (bawah).

(Sumber: Rakosi T, Jonas I, Graber TM. Orthodontic Diagnosis : Color Atlas

of Dental Medicine Thieme 1992; I: 98-107)

Masing-masing tahapan kalsifikasi gigi mempunyai skor yang telah

ditentukan. Skor tersebut dibedakan berdasarkan jenis kelamin. Setelah

pengklasifikasian dan penentuan skor tiap gigi selesai, maka semua skor akan

dijumlahkan dan dikonversikan ke dalam tabel konversi maturasi gigi geligi yang

telah ditetapkan oleh Demirjian.

Metode Demirjian dipilih pada penelitian ini karena kriteria tiap tahapnya jelas

berdasarkan bentuk dan proporsi panjang akar, menggunakan nilai relatif terhadap
46

tinggi mahkota daripada panjang sebenarnya. Elongasi tidak akan mempengaruhi

reliabilitas pemeriksaan.

2.5.2.3 Metode Biochemical

Metode ini didasarkan pada senyawa asam yang terdapat dalam lapisan

gigi manusia. Asam aspartat digunakan untuk memperkirakan usia berdasarkan

adanya senyawa ini pada lapisan dentin gigi . Asam aspartat memiliki laju

pembentukan asam amino tertinggi yang disimpan ketika proses bertambahnya

usia. Sebagian besar protein dalam tubuh kita mengandung asam L-aspartat,

dimana akan diubah menjadi asam D-aspartat yang terkandung dalam tulang, gigi,

otak, dan juga lensa mata.

Metode yang digunakan

2.5.2.3.1 Metode Helfman dan Bada (1975-1976)

• Informasi yang ada digunakan untuk memperkirakan usia dengan

membandingkan rasio D : L asam aspartat dalam gigi

• Rasio D : L yang tinggi didapatkan pada usia muda dan semakin

turun dengan bertambahnya usia karena perubahan lingkungan

2.5.2.3.2 Metode Ritz, dkk, (1995)

• Dilaporkan bahwa banyaknya asam aspartat pada dentin dapat

digunakan untuk menentukan saat kematian

• Disimpulkan bahwa metode ini dapat memberikan penentuan umur

yang lebih akurat dibanding yang lain


47

2.5.2.3.3 Metode menggunakan Skeletal

1. Analisis panjang dari suatu tulang

2. Pemeriksaan bagian Epifisis

3. Pemeriksaan terdapatnya Fontanel

4. Osifikasi pada bagian tangan dan pergelangan

5. Penutupan struktur sutura dan palatina

2.6 Tahapan Pemeriksaan Perkiraan Usia

A. Mengumpulkan Data

1. Berdasarkan data riwayat kehidupan (Antemortem dan

Postmortem)

2. Pemeriksaan Klinis

• Keadaan Umum dari pasien

• Pemeriksaan kondisi rongga mulut dan gigi

3. Pemeriksaan Radiografi

4. Pemeriksaan Hisotologi / Jaringan

B. Survey

1. Menggunakan parameter sebanyak mungkin

2. Menggonakan metode yang akurat dan terukur

3. Melibatkan gigi sebanyak mungkin


48

C. Evalusi

1. Evalusi keakuratan metode yang digunakan

2. Evalusi faktor-faktor yang mempengaruhi atau berperan dalam

proses perkiraan usia

3. Evaluasi faktor patologis yang dapat mempengaruhi hasil

2.7 Metode Age Estimation yang paling efektif dan efisien

Ditinjau dari kelebihan dan kekurangannya, identifikasi menggunakan

metode Schour & Masseler tidak membutuhkan waktu lama dan tidak dapat

membedakan survei untuk pria atau wanita. Sedangkan metode Moores telah

membedakan survei untuk pria dan wanita, variasi intraobserver terbatas, begitu

banyak tahapan dan sulit ditentukan batasan setiap tahapnya (sistem rating), serta

sangat diperlukan kehati-hatian dalam proses identifikasi. Pada metode Demirjian,

ada variasi intraobserver, batas antara tahap 1 sampai 8 terlihat jelas, identifikasi

didasarkan pada gigi mandibula, tidak melibatkan gigi molar ketiga dalam

klasifikasinya, serta modifikasi Demirjian oleh Solari et.al menambah akurasi

yang tinggi untuk memperkirakan usia kronologis. Kemudian pada metode Nolla,

dapat digunakan untuk identifikasi individu dengan atau tanpa gigi molar ketiga,

serta tidak ada perbedaan yang signifikan pada identifikasi pria sedangkan pada

wanita ada.

Dapat disimpulkan bahwa metode yang efektif digunakan untuk

mengestimasi usia adalah metode Schour & Masseler karena membutuhkan

waktu yang singkat. Sedangkan metode yang sering digunakan dalam forensik
49

odontologi adalah metode Demirjian. Menurut survei, metode ini paling akurat

dalam hal evaluasi mineralisasi gigi molar ketiga untuk kebutuhan forensik

estimasi umur, serta efisien karena hanya memiliki 10 tahap identifikasi dan

hanya didasarkan pada mandibula.


BAB III ANALISIS KASUS

3.1 Case

Seorang laki-laki bernama UY, bersama temannya diduga telah melakukan

pembunuhan terhadap korban ON. Berdasarkan pemeriksaan fisik UY memiliki

berat badan 49 kg dan tinggi badan 149 cm. secara umum, UY memiliki

perawakan yang kecil. UY mengaku berusia 16 tahun, tetapi setelah dilakukan

pemeriksaan oleh kepolisian, ternyata UY tidak memiliki identitas yang legal

berupa Kartu Tanda Peduduk, bahkan akte kelahiran.

Kepolisian kesulitan dalam menentukan identitas primer UY. Data-data

yang didaptkan mengenai kepastian usia UY, hanya didapatkan dari keterangan

orang tua dan kakaknya saja. Yang menyebutkan jarak tahun lahir antara UY dan

kakaknya yang juga tidak memiliki identitas legal.

Penentuan usia tersebut sangat penting untuk menentukan vonis dari

hakim pengadilan yang akan diberikan kepada UY, dimana vonis tersebut akan

dikategorikan sebagai hukuman untuk orang dewasa atau anak.

Polisis lalu menghubungi Tim Dokter Gigi FKG Unpad untuk membantu

mmnentukan usia dari UY. Hasil pemeriksaan intra oral, ditemukan oral hygene

yang sedang, terdapat gangrene radix gigi 46, dan seluruh gigi M3 UY belum

erupsi. Selanjutnya dilakukan radiograf panoramic terhadap UY.

Dokter gig Ahmad Dhani pada tahun ini akan memilih rencana kerja

operasional promosi kesehatan dalam bentuk penyuluhan baik di masyarakat

berupa usaha kesehatan gigi masyarakat (UKGM) maupun di sekolah berupa

50
51

Instruksi:

1) Apakah yang akan dilakukan oleh tim Forensik Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Padjajaran?

2) Buatlah hipotesis dan learning issue nya

3.2 Terminologi

 Identitas primer

 Identitas yang legal

 Gangrene radix

3.3 Identifikasi Masalah

 UY diduga telah melakukan pembunuhan terhadap ON

 UY tidak memiliki identitas yang legal (KTP dan akte kelahiran)

 Kepolisian kesulitan dalam menentukan identitas primer UY

 Hakim pengadilan kesulitan menentukan vonis hukuman untuk kategori

dewasa atau anak-anak

3.4 Hipotesis

 UY diduga berusia dibawah 17 tahun.

3.5 Mekanisme
UY diduga membunuh ON

UY tidak memiliki identitas yang legal

Kepolisian kesulitan menentukan identitas UY


produktif
52

Hakim kesulitan menentukan


vonis hukuman karena tidak
tahu usia UY

Polisi menghubungi Tim Doker


Forensik FKG Unpad untuk
melakukan identifikasi usia UY

Pemeriksaan fisik,
IO, dan radiograf
UY diduga berusia di bawah
17 tahun

3.6 More Info

UY, laki-laki, mengaku berusia 16 tahun

 Pemeriksaan fisik: - berat badan 49 kg

- Tinggi badan 149 cm

 Intra Oral: - OH sedang

- Gangren radix gigi 46

- Seluruh gigi M3 belum erupsi

 Radiograf: panoramik

3.7 I Don’t Know

-
53

3.8 Learning Issues

1) Apa yang dimaksud dengan identifikasi usia berdasarkan odontology

forensic dana pa tujuannya?

2) Mengapa gigi bias dijadikan acuan untuk identifikasi usia?

3) Bagaimana cara menentukan usia melalui pemeriksaan gigi?

4) Apa saja klasifikasi usia?

5) Apa saja klasifikasi gigi berdasarkan usia?

6) Apa saja metode yang dapat dilakukan untuk menentukan usia?

7) Apa metode yang paling baik, efektif, efisien digunakan dan apa

alasannya?
54

BAB IV PEMBAHASAN

Tujuan dilakukannya forensic odontology adalah untuk. Salah satu elemen

dari forensic odontology adalah gigi. Gigi dapat menentukan identitas seseorang

apakah ia seorang perempuan atau seorang laki-laki, selain itu, dari gigi kita juga

dapat mengidentifikasi usia seseorang.

Gigi dapat dijadikan sebagai acuan identifikasi seseorang karena. Metode

untuk mengidentifikasi usia seseorang dapat dikelompokan menjadi 3 metode:

metode morfologi/ dari bentuknya, metode radiografi, dan metode chemical.

Metode radiografi dibagi menjadi 3 metode berdasarkan kelompok

usianya: anak-anak, remaja, dan dewasa. Metode yang efektif digunakan untuk

mengestimasi usia adalah metode Schour & Masseler karena membutuhkan waktu

yang singkat. Sedangkan metode yang sering digunakan dalam forensik

odontologi adalah metode Demirjian. Menurut survei, metode ini paling akurat

dalam hal evaluasi mineralisasi gigi molar ketiga untuk kebutuhan forensik

estimasi umur, serta efisien karena hanya memiliki 10 tahap identifikasi dan

hanya didasarkan pada mandibula.


BAB V SIMPULAN

Penentuan usia seseorang dapat dilakukan dengan melihat dari gigi orang

tersebut. Hal ini dapat mempermudah proses identifikasi umur seseorang karena

gigi merupakan suatu elemen atau organ manusia yang tahan banting dan tidak

mudah rusak.

Penentuan usia seseorang menggunakan gigi dapat dibagi menjadi 3 macam:

dengan metode morfologi, metode radiografi dan metode chemical. Selain itu,

umur seseorang juga dapat langsung dilihat dari klasifikasi gigi di mulut pasien

secara klinis. Klasifikasi gigi pasien bisa masih berupa primary dentition, mixed

dentition atau seidah menjadi premanent dentititon.

Metode yang efektif digunakan untuk mengestimasi usia adalah metode

Schour & Masseler karena membutuhkan waktu yang singkat. Sedangkan metode

yang sering digunakan dalam forensik odontologi adalah metode Demirjian.

Metode ini paling akurat dalam hal evaluasi mineralisasi gigi molar ketiga untuk

kebutuhan forensik estimasi umur, serta efisien karena hanya memiliki 10 tahap

identifikasi dan hanya didasarkan pada mandibula.

55
56

DAFTAR PUSTAKA

Bowers, C. Michael. 2004. Forensic Dental Evidence, An Investigator’s

handbook. Elsevier.

C Priyadarshini, Manjunath P Puranik, S R Uma. April 2015. Dental Age

Estimation Methods: A Review.Journal of Advanced Health Science, Vol 1

issue 12.

http://www.ijahs.net/uploads/2/6/7/7/26772457/05_ijahs_1(12)_01_ra.pdf

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4130013/

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4130020/

Anda mungkin juga menyukai