Anda di halaman 1dari 5

TINJAUAN PUSTAKA

1. SAR ( Stomatitis Aftosa Rekuren )


1.1.Definisi

SAR merupakan ulser oval rekuren (berulang) pada mukosa mulut tanpa tanda-tanda
adanya penyakit lain dan salah satu kondisi ulseratif mukosa mulut yang paling menyakitkan
terutama sewaktu makan, menelan dan berbicara. Penyakit ini relatif ringan karena tidak
bersifat membahayakan jiwa dan tidak menular. Tetapi bagi orang – orang yang menderita
SAR dengan frekuensi yang sangat tinggi akan merasa sangat terganggu (Gallo et al, 2009)

1.2.Faktor Pemicu
Terdapat beberapa fraktor yang dapat memicu terjadinya SAR diantaranya
a. Pasta Gigi dan obat kumur
b. Genetika
c. Gangguan Immunologi
d. Stres
e. Defisiensi Nutrisi
f. Hormonal
g. Alergi
h. Merokok (Gallo et al, 2009)

1.3.Gambaran Klinis

Gambaran klinis SAR penting untuk diketahui karena tidak ada metode
diagnosa laboratoriam spesifik yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa SAR.
SAR diawali gejala prodormal yang digambarkan dengan rasa sakit dan
terbakar selama 24-48 jam sebelum terjadi ulser. Ulser ini menyakitkan, berbatas jelas,
dangkal, bulat atau oval, tertutup selaput pseudomembran kuning keabu-abuan, dan
dikelilingi pinggiran yang eritematus dan dapat bertahan untuk beberapa hari atau bulan
1.4.Tipe

Berdasarkan hal tersebut SAR dibagi menjadi tiga tipe yaitu stomatitis aftosa
rekuren tipe minor, stomatitis aftosa rekuren tipe mayor, dan stomatitis aftosa rekuren tipe
herpetiformis

SAR Minor SAR Mayor

SAR Herpetiform
1.5. Diagnosa

Diagnosis SAR didasarkan pada anamnesa dan gambaran klinis dari ulser.
Biasanya pada anamnesa, pasien akan merasakan sakit dan terbakar pada mulutnya,
lokasi ulser berpindah-pindah dan sering berulang. Harus ditanyakan sejak dari umur
berapa terjadi, lama (durasi), serta frekuensi ulser. Setiap hubungan dengan faktor
predisposisi juga harus dicatat. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan ulser pada
bagian mukosa mulut dengan bentuk yang oval dengan lesi ±1 cm yang jumlahnya sekitar
2-6. Pemeriksaan tambahan diperlukan seperti pemeriksaan sitologi, biopsi, dan kultur
bila ulser tidak kunjung sembuh.

1.6 Perawatan

Terapi stomatitis aftosa rekuren tidak memuaskan dan tidak ada yang pasti. Terapi
dilakukan secara siptomatik. Penatalaksanaan stomatitis aftosa rekuren ditujukan untuk
mengurangi rasa sakit, atau mencegah timbulnya lesi baru. Rasa sakit dapat dikurangi
dengan cara menghindari makanan yang berbumbu, asam, atau minuman beralkohol.
Anastetikum topikal merupakan obat yang umumnya digunakan dalam pengobatan
stomatitis. Pengolesan anastetikum sebelum makan dapat mengurangi rasa sakit.

Faktor predisposisi yang berperan perlu ditelusuri agar dapat meringankan


penderitaan pasien. Masa perjalanan dapat dipersingkat dengan pemberian
kortikosteroid topikal, seperti triamcinolone acetonide 0,1% dalam orabase yang bersifat
adesif. Contoh lain adalah fluocinonide gel yang lebih kuat dan rasanya lebih enak. Obat
dioleskan pada ulserasi 4–8 kali sehari. Obat–obat sistemik seperti levamisole, inhibitor
monoamine oksidase, thalidomide atau dapsone digunakan untuk penderita yang sering
mengalami ulserasi oral yang serius. Tetapi, penggunaan obat–obat ini harus
dipertimbangkan efektifitas serta efek sampingnya.5
2. SAR MAYOR
Rekuren apthous stomatitis major diderita kira-kira 10% dari penderita RAS dan
lebih hebat dari bentuk minor. Secara klasik, ulser ini berdiameter kira-kira 1-3 cm dan
berlangsung selama empat minggu atau lebih dan dapat terjadi pada bagian mana saja dari
mukosa mulut termasuk daerah-daerah yang berkeratin terutama di mukosa labial,
palatum lunak dan orofaring. Dasar ulser lebih dalam, melebihi 0,5 cm dan seperti ulser
minor, hanya terbatas pada jaringan lunak tidak sampai ke tulang. SAR Mayor memiliki
batas eritema irregulrt yang meninggi. SAR Mayor mulai terjadi setelah pubertas dan
menetap selama 20 tahun atau lebih.
Ulser mayor dikenal sebagai periadenitis mukosa nekrosis yang rekuren atau
disebut juga penyakit Sutton. Penyebabnya belum diketahui secara pasti, namun banyak
bukti yang berhubungan dengan defek imun. Tanda adanya ulser seringkali dilihat pada
penderita bentuk mayor. Jaringan parut terbentuk karena keparahan dan lamanya lesi
terjadi. Awal dari ulser mayor terjadi setelah masa puberti dan akan terus menerus
tumbuh hingga 20 tahun atau lebih.

DAFTAR PUSTAKA

Gallo CB, Mimura MAM, Sugaya NN. Psychological stress and recurrent
aphthous stomatitis. Clinics. 2009;64(7):645-8
Hawari D. 2011. Manajemen stres, cemas, dan depresi. [Skripsi] Jakarta: Universitas
Indonesia.

Nally M. I.M. 2010. Recurrent aphthous stomatitis and perceived stress (a preliminary study).
(http://apthous-stressutdy.tripod.com/html)
Susane, Afrian. 2017. Hubungan tingkat stres terhadap motivasi mahasiswa untuk
menyelesaikan tugas skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
Nisa, Rafeatun. 2011. SAR yang dipicu oleh stres pada mahasiswa kedoteran gigi. Fakultas
Keodkteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
SAR MAYOR

Untuk
memenuhi tugas Departemen Penyakit Mulut

Oleh :

Mochamad Nur Fadilah/2013

DEPARTEMEN PENYAKIT MULUT

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Anda mungkin juga menyukai