Anda di halaman 1dari 57

APLIKASI KLINIK KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN

CARIES RISK ASSESSMENT

Disusun oleh:

Nabila Puteri 13/346391/KG/09509


Zahida Shinta L G 13/347786/KG/09511
Risty Gita Amalia 13/347788/KG/09512
Intan Nur Fajri 13/347789/KG/09513
Dara Pangestika Dwi A 13/347790/KG/09514
Delsa Rosana Bella 13/347791/KG/09515

PROGRAM STUDI HIGIENE GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

Kesehatan gigi dan mulut sering kali bukan menjadi prioritas utama bagi sebagian orang
yang sebenarnya gigi dan mulut adalah “pintu gerbang” masuknya kuman serta bakteri yang
dapat mengganggu kesehatan organ tubuh lainnya. Masalah yang paling banyak dikeluhkan oleh
masyarakat yaitu karies atau gigi berlubang. Karies atau gigi berlubang dapat mempengaruhi
kualitas hidup karena mengalami rasa sakit, ketidaknyamanan, infeksi akut maupun kronis yang
berhubungan erat dengan penyakit sistemik (Kemenkes RI, 2014). Kesehatan gigi dan mulut
pada lansia perlu mendapatkan perhatian, hal tersebut dikaitkan dengan penurunan fungsi dan
produktifitas lansia serta penyakit sistemik yang menyertai (Wijayanti, 2008).
Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih perlu mendapat perhatian khusus
dari tenaga medis gigi (dokter gigi spesialis, dokter gigi, dan perawat gigi). Menurut Riskesdas
(2013), prevalensi masalah gigi dan mulut penduduk indonesia yaitu 25,9 persen, dan sebanyak
14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut diatas angka nasional. Masalah gigi
dan mulut penduduk Indonesia yang tertinggi yaitu karies atau kerusakan gigi. Hal tersebut
dikarenakan sebagian besar penduduk Indonesia menyikat gigi pada saat mandi pagi maupun
mandi sore sebesar 76,6%. Penduduk Indonesia yang menyikat gigi dengan benar adalah setelah
makan pagi dan sebelum tidur malam, untuk Indonesia ditemukan hanya 2,3 persen. (Riskesdas,
2013).
Caries Risk Assessment (CRA) merupakan komponen penting dalam menejemen karies
gigi. Terdapat berbagai metode untuk melakukan pemeriksaan risiko karies, diantaranya
CAMBRA (Caries Management by Risk Assessment), ICDAS (International Caries Detection
and Assessment System), Caries Risk Assessment Cariogram, American Academy Of Pediatric
Dentistry (AAPD) Caries-Risk Assessment Tool (CAT), Caries Risk Assessment (CRA) –
American Dental Association, Traffic Light Matrix dan lain sebagainya.
BAB II
PEMBAHASAN

CAMBRA (CARIES MANAGEMENT BY RISK ASSESSMENT)


1. Pengertian CAMBRA
CAMBRA (Caries management by risk assessment) adalah salah satu pendekatan
untuk mencegah atau mengobati penyebab karies gigi pada tahap paling awal sebelum gigi
berlubang (Hurlbutt, 2011). Karies merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
yang dapat merusak jaringan keras gigi. Karies diawali dengan pembentukan plak yang
merupakan suatu lapisan tipis yang mengandung bakteri dan produk ekstraselularnya yang
terbentuk pada permukaan gigi, yangmana bakteri akan memfermentasi karbohidrat menjadi
asam sehingga menyebabkan demineralisasi jaringan keras gigi (Samaranayake, 2012).

CAMBRA (Caries management by risk assessment) digunakan untuk mengevaluasi


indikator penyakit dan menilai risiko pasien berdasarkan biologis, perilaku, dan faktor
riwayat medis. CAMBRA (Caries management by risk assessment) bertujuan untuk
membantu dokter dalam mendiagnosis, pengobatan, dan pencegahan karies, setelah dokter
menetapkan kategori risiko karies yang dialami pasien dokter dapat memberikan perawatan
kepada pasien dalam mengcegah karies (Mills dan Patel, 2016)
Gambar. Contoh formulir CAMBRA (Caries management by risk assessment) untuk usia 6
tahun keatas.
Gambar. Contoh formulir CAMBRA (Caries management by risk assessment) untuk usia 0-5
tahun.

2. Metode CAMBRA

CDA (California Dental Association) mengembangkan cara untuk menentukan tingkat


resiko karies yang dialami pasien, yangmana dibagi dalam beberapa katagori yaitu indikator
penyakit (Disease indicators), faktor resiko (Risk factors), dan faktor pelindung (Protective
factors) (Mills dan Patel, 2016). Dokter atau petugas kesehatan menentukan tingkat resiko
karies pasien berdasarkan adanya indikator penyakit karies dan keseimbangan antara
patologis dan faktor pencegah (Darby dan Walsh, 2010).
Gambar. Caries Imbalance Model
a. Indikator penyakit menurut Darby dan Walsh (2010):
1) Gigi dengan lubang atau lesi. Pada gambaran radiografi akan terlihat lesi berpenetrasi
kedalam dentin
2) Gambaran radiografi lesi approximal hanya pada enamel
3) Terlihat adanya white spots pada permukaan halus
4) Terdapat restorasi 3 tahun terakhir
b. Faktor resiko karies:
Faktor resiko karies merupakan faktor biologis yang dapat menyebabkan
meningkatnya tingkat resiko karies sehingga menimbulkan lesi yang baru (Darby dan
Walsh, 2010). Hurlbutt (2011) menyatakan bahwa terdapat tiga faktor resiko yang dapat
menyebabkan terjadinya karies, yangmana disingkat dengan “BAD” yaitu:
1) Bad bacteria, meaning acidogenic, aciduric or cariogenic bacteria, yaitu tersedianya
bakteri buruk seperti bakteri asidogenik, asidurik, dan kariogenik
2) Absence of saliva, meaning hyposalivation or salivary hypofunction, yaitu saliva
berkurang seperti hiposaliva atau hipofungsi saliva.
3) Destructive lifestyle habits that contribute to caries disease, such as frequent ingestion of
fermentable carbohydrates, and poor oral hygiene (self care), yaitu gaya hidup yang
tidak baik sehingga berkontribusi terhadap terjadinya karies, seperti seringnya
mengkonsumsi karbohidrat dan kebersihan mulut yang buruk.
Katagori resiko karies (Darby dan Walsh, 2010):
1) Low risk : apabila protective factors lebih tinggi daripada risk factors.
2) Moderate risk: apabila risk factors lebih tinggi daripada protective factors.
3) High risk : apabila terdapat 1 atau lebih indikator penyakit.
4) Extreme risk : apabila terdapat 1 atau lebih indikator penyakit (high risk caries)
ditambah adanya hiposaliva.
c. Faktor pelindung
Faktor pelindung karies merupakan faktor biologis yang digunakan untuk mencegah
patologi dari faktor risiko karies. Semakin tinggi keparahan faktor risiko, semakin tinggi
pula intensitas faktor pelindung yang diperlukan untuk mencegah terjadinya karies (Darby
dan Walsh, 2010). Hurlbutt (2011) menyatakan bahwa terdapat empat faktor pelindung
dalam mengatasi ketidakseimbangan karies, yangmana disingkat dengan “SAFE”, yaitu:
1) Saliva and Sealants
Saliva normal memiliki pH 6,6. Pengujian saliva termasuk pengujian bakteri yang
disarankan pada semua pasien baru. Sealant merupakan cara yang digunakan untuk
meningkatkan ketahanan gigi terhadap karies pada pit dan fisura gigi. Pedoman klinis
CAMBRA merekomendasikan bahwa sealant didasarkan pada risiko pasien. Pasien
dengan resiko karies rendah dapat menggunakan sealant dari bahan resin dan ionomer
kaca, sedangkan untuk pasien dengan resiko karies moderat, tinggi dan pasien dengan
resiko karies ekstrem direkomendasikan untuk menggunakn fluoride-releasing sealant
untuk lubang yang dalam.
2) Antimicrobials or antibacterials (including xylitol)
Agen antimikroba dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Agen antimikroba
direkomendasikan untuk anak usia diatas 6 tahun dengan resiko karies tinggi atau
ekstrim. Obat kumur seperti klorheksidin glukonat telah disetujui FDA untuk mengobati
gingivitis. Klorheksidin glukonat juga efektif dalam mengurangi kadar bakteri
Streptococci mutans, namun pemakaian klorheksidin dalam jangka waktu yang panjanga
dapat menyebabkan perubahan warna gigi dan restorasi resin komposit.
3) Fluoride and other products that enhance reminalization
Penggunaan pasta gigi berfluoride bertujuan untuk menurunkan karies, dan untuk
mencegah karies pada anak dan remaja, pasta gigi minimal 1.000 ppm fluor. Penggunaan
5.000 ppm fluoride pasta gigi dan obat kumur berfluoride juga direkomendasikan.
Xylitol dapat digunakan pada pasien dengan usia lebih dari 6 tahun dalam
mengontrol bakteri Streptococcus mutans, sedangkan untuk anak dibawah usia 6 tahun
dengan resiko karies moderet atau ekstrim dapat menggunakan produk yang mengandung
xylitol. Penggunaan xylitol sesuai dengan yang dibutuhkan untuk memberikan efek pada
plak disarankan tidak lebih dari 6-10 gram/hari dan dicerna sebanyak 6,44 gram sampai
10,32 gram xylitol /per hari.
4) Effecrive lifestyle habits
Faktor penting bagi pasien dengan resiko karies tinggi yaitu mengurangi jumlah
dan frekuensi makanan yang mengandung gula. Penting bagi pasien untuk mematuhi apa
yang direkomendasikan oleh tenaga kesehatan. Selain itu, tenaga kesehatan perlu
memotivasi pasien dalam perubahan perilaku ke arah yang positif.

3. Cara Pengisian Formulir CRA (Caries Risk Assesment)


Adapun cara pengisian formulir CRA yaitu sebagai berikut;
1) Data diperoleh dari riwayat kesehatan dan pemeriksaan klinis, Apabila “Yes” akan
dilingkarkan pada kata tersebut pada ketiga kolom.
2) Menanyakan tentang hal yang berhubungan dengan jumlah lesi karies, status
kebersihan mulut, merek fluoride yang digunakan, jenis makanan ringan yang
diikonsumsi dan nama-nama obat atau obat-obatan yang menyebabkan mulut kering.
3) Jika jawabannya adalah “Yes” untuk salah satu dari empat indikator penyakit di kolom
pertama, kemudian dilakukan kultur bakteri menggunakan Caries Risk Test atau tes
yang setara.

4) Membuat penilaian secara keseluruhan apakah klien berisiko rendah, sedang, tinggi,
atau ekstrim tergantung pada keseimbangan antara indikator penyakit atau faktor risiko
dan faktor pelindung menggunakan konsep keseimbangan karies. Klien yang memiliki
karies lesi saat ini atau memiliki satu di masa lalu berada pada risiko tinggi untuk karies
masa depan. Jika ada seorang pasien resiko tinggi dan memiliki hipofungsi kelenjar
ludah yang parah atau kebutuhan khusus, maka mereka berada pada resiko ekstrim dan
memerlukan terapi yang intensif. Jika klien tidak berisiko tinggi atau rendah, maka ia
dikategorikan di risiko sedang.

4. Rekomendasi Manajemen Karies


ICDAS (INTERNATIONAL CARIES DETECTION AND ASSESSMENT
SYSTEM)

ICDAS (International Caries Detection Assessment System), ‘D’ yang berarti deteksi
karies gigi melalui (i) tahap proses karies; (ii) topografi (pit dan fissure atau permukaan yang
halus); (iii) anatomi (mahkota dan akar); dan (iv) restorasi atau sealant. ‘A’ yang berarti
penilaian proses karies pada tahap aktif atau tidak aktif. Tujuan ICDAS adalah untuk membentuk
sebuah metode standar yang secara memadai mendiagnosis karies di kantor dokter gigi, studi
epidemiologi dan pengajaran. Metode ICDAS didasarkan pada metode visual yang sudah
divalidasi untuk mendiagnosis karies. Saat ini pada ICDAS belum termasuk penilaian mengenai
aktivitas lesi.

1. Pemeriksaan Klinis Gigi Berdasarkan Kriteria ICDAS


Cara pemeriksaan:
a. Gigi diperiksa satu per satu, dimulai dari sekstan 1 (rahang atas sebelah kanan), sekstan 2
(rahang atas sebelah kiri), sekstan 3 (rahang bawah sebelah kiri), dan yang terakhir
sekstan 4 (rahang bawah sebelah kanan).
b. Pada kondisi gigi yang basah, dilihat apakah terdapat lesi berupa white spot, bayangan
abu-abu, atau adanya lubang pada gigi. Apabila ada, tulis skor masing-masing permukaan
gigi sesuai ketentuan ICDAS
c. Apabila saat kondisi basah lesi tidak terlihat, gigi dikeringkan kemudian diperiksa
kembali menggunakan probe apakah terdapat lesi pada gigi atau tidak. Jika ada, tulis skor
masing-masing permukaan gigi sesuai ketetapan ICDAS
Berikut adalah skor ketentuan oleh ICDAS :
1) Kode 0 (Sound tooth surface)
Tidak terdeteksi karies, permukaan gigi sehat dan tidak mengalami kekurangan
dalam perkembangannya seperti: hiperplasia enamel, fluorosis, atrisi, abrasi, erosi.
Bila terdapat stain baik ekstrinsik dan intrinsik, ataupun multiple stain pada fissure
tetap dinyatakan sehat. Dalam hal ini tidak terjadi deminerasisasi enamel.
2) Kode 1 (First Visual change in enamel)
Ketika pemeriksaan dengan gigi dalam keadaan basah tidak ada perubahan warna
gigi yang mengindikasikan karies, namun setelah dikeringkan dengan air syringe
selama 5 detik akan terlihat opacity atau diskolorisasi (lesi putih atau coklat).
3) Kode 2 (Distinc visual change in enamel)
Terdapat perubahan warna berupa lesi putih maupun coklat yang lebih meluas. Lebih
luas dari area fissure. Lesi ini dapat langsung diketahui ketika diamati dari arah bukal
atau lingual. Ketika diamati dari arah oklusal terlihat seperti bayangan.
4) Kode 3 (Localized enamel breakdown)
Kerusakan awal enamel karena karies dan tidak melibatkan dentin. Pada keadaan
basah, terlihat secara jelas perubahan warna (opacity) berupa lesi putih ataupun coklat
yang lebih meluas dari fissure. Ketika dikeringkan selama 5 detik, akan terlihat
adanya kerusakan pada struktur gigi.
5) Kode 4 (Un underlying dark shadow from dentin with or without localized enamel
breakdown)
Lesi ini terlihat seperti warna membayang dari diskolorisasi dentin pada permukaan
enamel, dengan ada atau tidak terlihatnya tanda kerusakan gigi, dalam keadaan kering
atau basah terdapat bayangan biru, abu-abu, dan coklat dengan ada atau tidak
terlihatnya kerusakan gigi
6) Kode 5 (distinc cavity with visible dentin)
Terdapat kavitas yang terlihat jelas, dentin juga terlihat. Kavitas ditandai dengan
enamel yang mengalami diskolorisasi, pada kategori ini karies sudah mencapai dentin
(kavitas 1-2 mm).
7) Kode 6 (extensive distinc cavity with visible dentin)
Karies dentin yang luas dan dalam, kedalaman setengah dari dentin, bahkan hampir
mencapai tanduk pulpa (kavitas > 2 mm).
d. Setelah semua gigi selesai diberi skor dan diisikan pada formulir ICDAS.
Cara memasukkan data elektronik
 Untuk mengidentifikasi gunakan kode 0 = gigi permanen dan kode 1 = gigi desisidui.
 Masukkan kode ICDAS pada permukaan oklusal, lingual dan bukal
 Masukkan kode bitewing pada permukaan mesial dan distal
 Masukkan DOB (tanggal lahir) dan DOE (tanggal pemeriksaan) dengan format ddmmyy
 Kode untuk permukaan lainnya: F = Filled, R = Filled with reccurent caries, S = Sealed
 Terdapat kode lainnya untuk permukaan oklusal: M = Missing, C = Crown, D = Denture, P
= Implant, X = Excluded

2. Berdasarkan Radiografi Bitewing


Kriteria dan Skor Pemeriksaan Radiografi Bitewing:
C0 = Tidak adanya radiolusen
C1 = Terdapat area radiolusen pada ½
ketebalan email bagian luar
C2 = Terdapat area radiolusen hingga
mencapai ½ ketebalan email
bagian dalam dan mencapai DEJ
C3 = Terdapat area radiolusen melewati
DEJ
C4 = Terdapat area radiolusen mencapai
1/3 ketebalan dentin bagian luar
C5 = Terdapat area radiolusen mencapai
2/3 ketebalan dentin bagian dalam
dan atau mencapai pulpa
Bitewing scores
55 54 53 63 64 65 Code Condition
18 17 16 15 14 13 23 24 25 26 27 28 X Extracted/unerupted
Distal Mesial 9 Not in field of view
Occlusal Occlusal 8 Overlap
Mesial Distal 7 Unreadable ? too dark
0 C0 ? blurred
Bitewing ID Bitewing ID 1 C1 ? artifact
85 84 83 73 74 75 2 C2 ? other
48 47 46 45 44 43 33 34 35 36 37 38 3 C3
Distal Mesial 4 C4
Occlusal Occlusal 5 C5
Mesial Distal

Other codes: Crown C, Filled & sound F, Filled & recurrent decay R, Filled/crowned & over/under-hang H
3. Kriteria Penilaian Resiko Karies
Kriteria untuk Risiko Karies pada Primary Dentition

Kriteria untuk Risiko Karies pada Gigi Bercampur atau Gigi Permanen
Kriteria untuk Risiko Karies pada Orang Dewasa

4. Manajemen dan Rekomendasi


a. Protocol for the management of lesions in primary teeth diagnosed clinically
(ICDAS II) or from bitewing radiographic images in relation to children.
b. Protocol for the management of lesions in permanent teeth diagnosed clinically
(ICDAS II) or from bitewing radiographic images in relation to children and
adolescents.
c. Topical fluoride protocol for professional care of children and adolescents.

d. Topical fluoride protocol for home care of children and adolescents.

e. Recall protocol for children and adolescents.


CARIES RISK ASSESSMENT CARIOGRAM

Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007 menyebutkan


bahwa prevalensi rata-rata penduduk Indonesia bermasalah gigi dan mulut sebesar
23,4%, dimana prevalensi karies melalui pemeriksaan DMF-T untuk rata-rata
nasional sebesar 4,85% yang berarti rata-rata penduduk Indonesia telah mengalami
kerusakan gigi sebanyak 5 buah gigi per orang. Beberapa upaya telah dilakukan untuk
mengurangi prevalensi karies gigi, di antaranya dengan melakukan pengukuran resiko
karies. Risiko karies merupakan peluang seseorang untuk mempunyai beberapa lesi
karies selama kurun waktu tertentu. Risiko karies pada setiap orang tidak sama dan
tidak tetap seumur hidup oleh karena hal ini dapat berubah apabila pasien melakukan
tindakan pencegahan baik oleh dirinya sendiri maupun dokter gigi. Salah satu metode
pengukuran resiko karies yaitu kariogram (Kawung dkk, 2014).
Kariogram merupakan perangkat lunak pada komputer yang menggambarkan
interaksi berbagai faktor yang berhubungan dengan karies (Wardani dkk, 2012).
Kariogram bertujuan untuk menunjukkan grafik risiko, upaya pencegahan untuk
menghindari karies baru dalam waktu dekat. Selain itu kariogram juga bertujuan
untuk upaya pencegahan sebelum karies baru berkembang (Bratthall dan Petersson,
2005).
Menurut Bratthall dan Petersson (2005) kariogram terlihat seperti bentuk
diagram pie yang memiliki lima sektor dalam lima warna yaitu hijau, biru tua, merah,
biru muda, dan kuning yang menunjukkan berbagai kelompok faktor yang
berhubungan dengan karies.
Gambar 1. Grafik pengukuran risiko karies dengan Kariogram (Bratthall dan Petersson,
2005).
1. Sektor hijau menunjukkan estimasi 'kesempatan sebenarnya untuk menghindari
karies baru'.
2. Sektor biru tua menunjukkan ‘diet’ yang didasarkan pada kombinasi isi diet dan
frekuensi diet.
3. Sektor merah didasarkan pada kombinasi jumlah plak dan Streptococcus mutans.
4. Sektor biru muda menunjukkan ‘kerentanan’ yang didasarkan pada kombinasi
program fluoride, sekresi air liur dan kapasitas buffer saliva.
5. Sektor kuning menunjukkan ‘keadaan’ yang didasarkan pada kombinasi pengalaman
karies masa lalu dan penyakit terkait.

Kesimpulan dari grafik tersebut adalah semakin besar sektor hijau, semakin baik jika
dilihat dari sudut pandang kesehatan gigi, artinya semakin banyak kesempatan untuk
menghindari karies sehingga risiko karies rendah. Sebaliknya jika sektor selain hijau
semakin besar, semakin tinggi risiko kariesnya.

Menurut Amila dkk (2007) ada 10 parameter yang harus diisi dan diberi skor (0-3).
Untuk semua parameter, skor 0 berarti nilai paling baik dan 3 adalah nilai paling buruk
yaitu:

1. Pengalaman karies (DMFT)


Skor Keterangan
0 = Bebas karies dan tidak ada Bebas dari karies, tidak ada
tambalan tambalan sebelumnya, tidak ada
gigi berlubang atau gigi hilang
karena karies
1 = Lebih baik dari normal Lebih baik dari normal – lebih baik
statusnya dibanding normal, untuk
kelompok usia di area tertentu
2 = Normal untuk kelompok usia Status normal untuk kelompok usia
tersebut
3 = Buruk dari normal Status buruk dari normal untuk
kelompok usia tersebut, atau ada
beberapa lesi karies baru di tahun
terakhir.

2. Penyakit general
Skor Keterangan
0 = Tidak ada penyakit Tidak ada tanda-tanda dari penyakit
general yang berhubungan dengan
karies gigi. Pasien sehat.
1 = Ada penyakit / kondisi Ada penyakit general yang secara
dengan derajat ringan tidak langsung dapat mempengaruhi
proses karies, atau kondisi lain yang
dapat menyebabkan risiko karies
yang lebih tinggi. Misalnya
penglihatan terbatas,
ketidakmampuan untuk bergerak.
2 = Derajat berat, jangka Pasien yang terbaring di tempat tidur
panjang atau membutuhkan obat secara
terus-menerus. Misalnya yang bisa
mempengaruhi sekresi saliva.

3. Diet karbohidrat
Skor Keterangan
0 = Fermentasi karbohidrat Fermentasi karbohidrat sangat
sangat rendah rendah, diet yang sangat baik dari
sudut pandang karies.
1 = Fermentasi karbohidrat Karbohidrat difermentasi rendah,
rendah, diet non kariogenik diet 'non-kariogenik', diet yang tepat
dari perspektif karies. Gula atau
karbohidrat lain yang merangsang
karies pada tingkat rendah.
2 = Fermentasi kandungan Fermentasi kandungan karbohidrat
karbohidrat sedang sedang. Diet dengan kandungan
yang relatif tinggi gula atau
karbohidrat lain yang merangsang
karies.
3 = Asupan karbohidrat tnggi, Diet yang tidak baik dari perspektif
diet yang tidak tepat. karies. Asupan tinggi gula atau
karbohidrat lainnya merangsang
karies.

4. Frekuensi diet
Skor Keterangan
0 = maksimal tiga kali per hari Frekuensi asupan diet yang sangat
(termasuk makanan ringan) rendah, maksimal tiga kali per 24
jam sebagai rata-rata di bawah
periode waktu lebih lama.
1 = maksimal lima kali per hari Frekuensi asupan diet rendah,
maksimal lima kali setiap 24 jam.
2 = maksimal tujuh kali per hari Frekuensi asupan diet tinggi,
maksimal tujuh kali per 24 jam.
3 = lebih dari tujuh kali per hari Frekuensi asupan diet sangat tinggi,
rata-rata lebih dari tujuh kali per 24
jam.

5. Skor plak (indeks Plak, Loe & Sillness)


Skor Keterangan
0 = oral hygiene sangat baik, Tidak ada plak, seluruh permukaan
Plaque Index (PI) < 0,4 gigi sangat bersih, pasien sangat
sadar akan kebersihan mulut, rajin
menyikat gigi dan menggunakan
pembersih interdental.
1 = oral hygiene baik, PI = 0.4- Terdapat plak yang menempel pada
1.0 margin gingiva bebas dan daerah
yang berdekatan gigi. Plak dapat
dilihat hanya setelah diaplikasikan
disclosing solutio atau dengan
menggunakan probe pada
permukaan gigi.
2 = oral hygiene yang kurang Akumulasi deposit lembut sedang,
baik, PI = 1,1-2,0 dapat dilihat dengan mata secara
langsung.
3 = oral hygiene buruk, PI> 2.0 Banyaknya material lembut di dalam
poket gingiva dan / atau pada gigi
dan margin gingiva. Pasien tidak
tertarik dalam membersihkan gigi
atau menyebabkan kesulitan dalam
membersihkan. Anda merasa seperti
ingin segera membersihkan giginya
secara menyeluruh dan profesional.

6. Jumlah S. Mutans (uji S. Mutans)


Skor Keterangan
0 = Strip mutans kelas 0 Jumlah yang sangat rendah atau nol
S. mutans < 104/mL saliva dari Streptococcus mutans dalam
saliva. Hanya sekitar 5% dari
permukaan gigi dikolonisasi oleh
bakteri.
1 = Strip mutans kelas 1 Rendahnya tingkat Streptococcus
S. mutans < 106/mL saliva mutans dalam saliva. Sekitar 20%
dari permukaan gigi dikolonisasi
oleh bakteri.
2 = Strip mutans kelas 2 Tingginya jumlah Streptococcus
S. mutans < 107/mL saliva mutans dalam saliva. Sekitar 60%
dari permukaan gigi dikolonisasi
oleh bakteri.
3 = Strip mutans kelas 3 Jumlah yang sangat tinggi
S. mutans > 107/mL saliva Streptococcus mutans dalam saliva.
Lebih dari 80% dari permukaan gigi
dikolonisasi oleh bakteri.
7. Program fluor
Skor Keterangan
0 = Mendapat program fluoride Pasta gigi berfluoride ditambah
secara maksimal penggunaan konstan langkah-
langkah tambahan seperti tablet atau
pembersihan dan varnis. Program
fluoride maksimal
1 = F tindakan tambahan, jarang Pasta gigi berfluoride ditambah
beberapa langkah tambahan seperti
tablet atau pembersihan dan varnis
jarang.
2 = hanya Fluoride dari pasta Hanya pasta gigi berfluoride
gigi
3= tidak ada penggunaan Tidak menggunakan pasta gigi
fluoride fluoride atau tindakan fluoride
lainnya.

8. Sekresi saliva
Skor Keterangan
0 = sekresi saliva normal Sekresi saliva normal, lebih dari 1,1
ml stimulated saliva per menit.

1 = Rendah, 0,9-1,1 ml Rendah, dari 0,9 menjadi kurang


stimulated saliva / menit dari 1,1 ml stimulated saliva per
menit.

2 = Rendah, 0,5-0,9 ml saliva / Rendah, dari 0,5 sampai kurang dari


menit 0,9 ml stimulated saliva per menit.

3 = Sangat rendah, Xerostomia, Sekresi saliva yang sangat rendah,


<0,5 ml saliva / menit mulut kering, kurang dari 0,5 ml
saliva per menit, masalah dinilai
tidak lama.

9. Kapasitas bufer saliva


Skor Keterangan
0 = memadai, Dentobuff biru Normal atau kapasitas bufer baik,
pH akhir Saliva ≥ 6.0
1 = bekurang, Dentobuff hijau kapasitas bufer kurang baik, pH
akhir Saliva - 4,5-5,5
2 = Rendah, Dentobuff kuning Kapasitas buffer rendah, pH akhir
Saliva - <4.0

10. Penilaian klinis dari operator


Skor Keterangan
0 = Lebih positif Lebih positif dari apa yang
ditunjukkan cariogram berdasarkan
pada nilai yang masuk
1 = pengaturan normal Risiko sesuai dengan nilai-nilai
yang masuk
2 = buruk Lebih buruk daripada apa yang
terdapat pada Cariogram
berdasarkan pada nilai yang masuk.
3 = resiko karies sangat tinggi,. Pemeriksa yakin bahwa karies akan
berkembang, terlepas dari apa yang
terdapat pada Cariogram
berdasarkan pada nilai yang masuk.

Terdapat beberapa tahapan menggunakan kariogram, yaitu: (Bratthall dkk, 2004)


1. Start program
Program kariogram hanya dapat digunakan pada komputer berbasis Windows.
Kemudian ikuti petunjuk yang diberikan pada halaman tersebut dan dilanjutkan
dengan mengklik simbol ‘start’ pada kariogram.
2. Fungsi
Dengan cara mengklik ikon yang terdapat pada ujung kiri atas layar terdapat beberapa
informasi yang memiliki fungsi sebagai berikut:
Gambar 2. Ikon fungsi pada kariogram

a. Keluar, digunakan jika ingin menutuPasien baru, digunakan jika ingin membuat
halaman (pasien) baru.
b. Mengenai, digunakan untuk mengetahui tujuan program.
c. Bantuan, digunakan untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang
penggunaan program.
d. Catatan, digunakan untuk mendaftar dan menulis komentar pasien.
e. Rekomendasi secara umum, digunakan untuk mengetahui tindakan preventif dan
klinis yang berdasarkan nilai yang telah dimasukkan.
f. Cetak, digunakan untuk mencetak kariogram.
3. Mendaftar pasien
Untuk mendaftar pasien baru, dapat dilakukan dengan mengklik ikon catatan yang
terdapat pada ujung kiri atas program. Untuk mendaftar pasien, diperlukan beberapa
data, yaitu nama, nomor, tanggal, dan pemeriksa.

Gambar 3. Cara mendaftar pasien


Untuk memasukkan informasi data pasien pada program, dapat dilakukan
dengan mengklik ikon catatan. Kemudian mengisi informasi data pasien dan dapat
juga memberi beberapa komentar pada halaman tersebut. Apabila ingin menutup
halaman catatan dengan mengklik 'OK'

Gambar 4. Pengisian data pasien pada kariogram

Informasi rincian data pasien yang telah dimasukkan akan muncul di sudut kiri
layar seperti gambar di bawah ini. Informasi data pasien tidak dapat disimpan dalam
program ini. Oleh karena itu, disarankan untuk mencetak informasi data dan komentar
tersebut.

Gambar 5. Data yang telah diisi


4. Warna pada beberapa sektor
Pada bagian bawah kiri layar, terdapat beberapa sektor kariogram. Setiap sektor
kariogram tersebut, memiliki warna dan memiliki faktor tersendiri.

Gambar 6. Sektor warna pada kariogram


5. Pengaturan untuk 'negara/daerah'
Faktor risiko karies pada setiap negara atau daerah berbeda-beda, bergantung pada
latar belakang negara tersebut. Terdapat beberapa pilihan dalam menentukan
'negara/daerah', yaitu 'standar', 'risiko rendah', dan 'risiko tinggi'. Untuk negara dan
daerah industri tanpa fluoridasi air minum, digunakan pilihan standar. Pilihan risiko
rendah dan risiko tinggi disesuaikan terhadap negara/daerah yang berisiko rendah atau
tinggi.

Gambar 7. Pilihan risiko karies pada negara/daerah


6. Pengaturan 'kelompok'
Seorang pasien mungkin dikategorikan dalam kelompok risiko yang lebih tinggi atau
lebih rendah. Contoh: pasien lanjut usia dengan permukaan akar gigi yang terbuka,
maka memiliki risiko yang lebih tinggi. Oleh karena itu, pasien lanjut usia tersebut
dapat dikatergorikan dalam kelompok risiko tinggi.

Gambar 8. Pilihan risiko karies pada kelompok


7. Memberi skor pada beberapa faktor yang berbeda
Untuk membentuk sebuah kariogram, diharuskan memberi skor (0-2) atau (0-3)
sedikitnya tujuh dari sepuluh parameter yang sesuai dengan kriteria pasien yang
terdapat pada kotak kosong dengan mengklik tanda panah ke atas atau ke bawah.
Setiap skor memiliki prevalensi yang berbeda-beda.

Gambar 9. Hasil pemberian skor pada 7 parameter

8. Rekomendasi secara umum


Kariogram dapat memberikan interpretasi umum dan beberapa tindakan yang
perlu dilakukan dengan mengklik ikon ‘Rekomendasi secara umum‘, setelah hasil
kariogram dari data-data yang dimasukkan muncul. Rekomendasi yang dihasilkan
bergantung pada skor yang kurang baik pada parameter kariogram.
Gambar 10. Rekomendasi secara umum pada kariogram

Gambar 11. interpretasi awal dan tindakan yang diusulkan

9. Cetak
Program kariogram ini dapat mencetak dalam dua pilihan warna, yaitu cetakan
berwarna dan cetakan berwarna hitam putih. Program ini juga dapat mencetak
komentar dan interpretasi awal dan tindakan yang diusulkan.

Gambar 2.13. Pemilihan cetak


Risiko karies rendah menandakan sektor hijau (peluang untuk menghindari
karies baru) diatas 75%, maka dapat disimpulkan bahwa pasien memiliki peluang
yang besar terhindar dari karies baru dengan catatan bahwa kondisi tidak berubah.
Apabila sektor hijau bernilai 25% - 75% menandakan risiko karies sedang dan apabila
sektor hijau dibawah 25%, menandakan bahwa risiko karies sangat tinggi.
AMERICAN ACADEMY OF PEDIATRIC DENTISTRY (AAPD) CARIES-RISK
ASSESSMENT TOOL (CAT)
1.1 Penilaian Resiko Karies
Caries-risk Assessment Tool merupakan metode penilaian resiko karies pada bayi,
anak-anak dan remaja. Menurut American Academy of Pediatric Dentistry, Caries-risk
Assessment Tool dapat membantu tenaga kesehatan gigi dalam pengambilan keputusan
klinis dalam tindakan pencegahan dan perawatan. Penentuan penilaian resiko karies
dengan metode Caries-risk Assessment Tool menggunakan alat berbetuk formulir untuk
mengumpulkan informasi. Pengisian formulir penilaian resiko karies sesuai dengan
kelompok umur, yaitu form untuk umur 0-3 tahun, umur 0-5 tahun, dan umur >6 tahun.
Masing-masing formulir berisi mengenai faktor-faktor yang dapat menyebabkan karies,
yaitu faktor biologis, faktor protektif dan kondisi klinis (American Academy of Pediatric
Dentistry, 2014).
Menurut American Academy of Pediatric Dentistry (2006) pengguna Caries-risk
Assessment Tool perlu memperhatikan hal-hal seperti berikut:
a. Metode AAPD CAT mengkategorikan risiko karies gigi pada suatu waktu sehingga
perlu dilakukan pemeriksaan secara berkala untuk menilai perubahan status risiko
individu.
b. Metode AAPD CAT digunakan sebagai pedoman klinis dalam menilai risiko karies
dan manajeman klinis karies.
c. Dokter gigi perlu membiasakan diri dengan kondisi klinis karies gigi dan faktor yang
berhubungan dengan karies.
d. Dokter gigi menggunakan pemeriksaan penunjang seperti penilaian radiografi dan
pengujian mikrobiologis.
Tabel Penilaian Risiko Karies pada Usia 0-3 Tahun

Pengisian dilakukan dengan melingkari jawaban sesuai dengan kondisi pasien. Tabel
berfungsi dalam membantu tenaga medis dan orang tua untuk mengetahui faktor yang
menyebabkan karies atau faktor pencegahan karies. Penilaian risiko karies dibagi menjadi
kategori rendah dan kategori tinggi. Penilaian dilakukan berdasarkan faktor terbanyak dari
tiap individu. Penilaian klinis dilakukan dalam menentukan risiko karies secara keseluruhan
karena dapat menilai faktor-faktor yang menyebabkan karies. Penilaian klinis yang dilakukan
yaitu menilai frekuensi paparan makanan ringan dan minuman yang mengandung gula dan
menilai kavitas (American Academy of Pediatric Dentistry, 2014).
Tabel Penilaian Risiko Karies pada Usia 0-5 Tahun

Pengisian dilakukan dengan melingkari jawaban sesuai dengan kondisi pasien. Penilaian
risiko karies dibagi menjadi kategori rendah, sedang, dan tinggi. Penilaian berdasarkan pada
faktor terbanyak dari tiap individu. Penilaian klinis dilakukan dalam menentukan risiko karies
secara keseluruhan karena dapat menilai faktor-faktor yang menyebabkan karies. Penilaian
klinis yang dilakukan yaitu menilai frekuensi paparan makanan ringan dan minuman yang
mengandung gula dan menilai dmfs (American Academy of Pediatric Dentistry, 2014).
Tabel Penilaian Risiko Karies pada Usia >6 Tahun

Pengisian dilakukan dengan melingkari jawaban sesuai dengan kondisi pasien. Penilaian
risiko karies dibagi menjadi kategori rendah, sedang, dan tinggi. Penilaian berdasarkan pada
faktor terbanyak dari tiap individu. Penilaian klinis dilakukan dalam menentukan risiko karies
secara keseluruhan karena dapat menilai faktor-faktor yang menyebabkan karies. Penilaian
klinis yang dilakukan yaitu menilai lesi interproksimal dan laju saliva yang rendah (American
Academy of Pediatric Dentistry, 2014).

1.2 Manajemen Klinis Karies


Manajemen klinis karies adalah data yang digunakan untuk membantu membuat
diagnosis dan tindakan pengobatan. Manajemen klinis karies yang direkomendasikan
oleh American Dental Association yaitu penggunaan topikal fluoride, pit dan fissure
sealant, konseling diet untuk mencegah karies dan penggunaan xylitol untuk kesehatan
mulut (American Academy of Pediatric Dentistry, 2014).
Tabel Manajemen Karies Usia 1-2 Tahun

Tabel Manajemen Karies Usia 3-5 Tahun


Tabel Manajemen Karies Usia ≥6 Tahun
CARIES RISK ASSESSMENT (CRA) – AMERICAN DENTAL ASSOCIATION

Penilaian risiko karies menurut ADA (American Dental Association)


digunakan sebagai alat bantu dokter gigi dalam mengevaluasi perkembangan karies
pada pasien. Formulir penilaian risiko karies menurut ADA terbagi menjadi dua, yaitu
formulir penilaian risiko karies pada pasien usia 0-6 tahun dan formulir penilaian
risiko karies pada pasien usia lebih dari 6 tahun. Faktor risiko yang dimuat dalam
formulir ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada pasien yang dapat
membantu di dalam menurunkan risiko karies dari waktu ke waktu.

Formulir ini dirancang dengan menyertakan faktor yang mudah diamati dan
ditemukan dalam evaluasi kesehatan mulut. Di dalam formulir terdapat 3 jenis warna
yang digunakan untuk mengindikasi karies yaitu hijau, kuning dan merah. Warna
hijau menunjukkan reiko rendah (low risk), kuning untuk resiko sedang (moderate
risk) dan merah untuk resiko tinggi (high risk). Cara pengisiannya dengan memberi
tanda cek pada kotak di bawah kolom low risk, moderate risk,atau high risk untuk
masing-masing faktor risiko.

Formulir caries risk assessment untuk anak usia 0-6 tahun


Formulir caries risk assessment untuk anak usia di atas 6 tahun
Rekomendasi resiko karies menurut ADA :
 Usia 0 – 6 tahun
a. Low Risk (Risiko Rendah)
Pada pasien risiko karies rendah (low risk) dilakukan pemberian fluoridasi air dan
penggunaan pasta gigi berfluoride yang dapat mencegah karies pada kategori risiko
ini. Pemberian topikal aplikasi fluor atau tidak pada pasien merupakan keputusan
yang diambil secara seimbang melalui pertimbangan praktisi profesional dan
preferensi pasien.
b. Moderate risk
Pada pasien resiko karies sedang (moderate risk) harus mendapatkan aplikasi
varnish fluoride pada interval 6 bulan. Varnish fluoride mengandung fluoride lebih
sedikit dibanding fluoride gel sehingga penggunaannya mengurangi risiko tertelan
pada anak usia dibawah 6 tahun.
c. High risk
Pada pasien resiko karies tinggi (high risk) harus mendapatkan aplikasi
varnish fluoride atau fluoride gel pada interval 3-6 bulan.

 Usia lebih dari 6 tahun


a. Low Risk (Risiko Rendah)
Pada pasien risiko karies rendah (low risk) dapat diberikan fluoridasi air dan
penggunaan pasta gigi berfluoride yang dapat mencegah karies pada kategori risiko
ini. Pemberian topikal aplikasi fluor atau tidak pada pasien merupakan keputusan
yang diambil secara seimbang melalui pertimbangan praktisi profesional dan
preferensi pasien.
b. Moderate risk
Pada pasien resiko karies sedang (moderate risk) harus mendapatkan aplikasi
varnish fluoride atau fluoride gel pada interval 6 bulan.
c. High risk
Pada pasien dengan moderate risk harus menerima varnish fluoride atau
aplikasi gel fluoride dalam interval 3- 6 bulan. Dalam interval 3 bulan dengan varnish
fluoride dan 3 bulan selanjutnya dengan gel fluoride.

Edukasi Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Pasien

Children’s dental health Erupsi gigi : gigi desidui dan gigi


permanen, gigi pertama bayi
Fluoride Fluoride Treatment in the dental office,
Flouride nature’s cavity fighter, the fact
about bottled water
Diet Kebiasaan makan

Saliva Insufficiency Oral Moisturizers: produk yang dapat


membantu meredakan mulut kering
Tobacco habits Membantu untuk berhenti merokok,
menjaga senyum sehat
Drug Habit Methamphetamine Use and oral health

Restoration Does your filling need replacing? ;dental


radiographs A diagnostic tool; when a
filling needs to be replaced
Chemo/Radiation Therapy Perawatan mulut untuk pasien kanker

Expossed Root Surface Gigi sensitif: Penyebab dan Pengobatan

Dental/Orthodontic Menghisap jari dan penggunaan dot


Appliances
Caries Experience of Meskipun hamil tetap menjaga kesehatan
mother rongga mulut untuk menjaga senyum sehat

Informasi Tambahan Tentang Faktor Risiko Spesifik


1. Paparan Fluoride
Menanyakan kepada pasien mengenai paparan fluor yang pernah diterima. Pasien
yang belum pernah mendapatkan paparan fluoride maka dapat di anggap memiliki risiko
pada tingkat sedang (moderate risk) terhadap kejadian karies.
2. Makanan dan Minuman yang Mengandung Gula
Makanan yang mengandung gula dapat mempengaruhi perkembangan karies. Gula
dapat terkandung dalam makanan, minuman dan obat. Pasien mungkin tidak menyadari
adanya kandungan gula dalam suatu produk. Tabel berikut berisi daftar berbagai bentuk
gula yang digunakan dalam olahan dalam makanan.

3. Pasien dengan Kebutuhan Khusus


Pasien dengan kebutuhan khusus memiliki keterbatasan dalam rutinitas perawatan
kesehatan mulut, hal ini menyebabkan mereka lebih berisiko terhadap karies.
4. Medikasi yang dapat Menurunkan Produksi Saliva
Berkurangnya aliran saliva akan menyebabkan mulut kering. Mulut kering akan
mengiritasi jaringan lunak dalam mulut yang dapat menyebabkan timbulnya inflamasi
dan lebih rentan terhadap infeksi. Jika tidak ada selfcleansing saliva, maka akan
menimbulkan masalah kerusakan gigi dan kesehatan mulut.

TRAFFIC LIGHT MATRIX


TrafficLight-Matrix (TL-M) merupakan salah satu tabel model pemeriksaan faktor
risiko karies. Fungsi utamanya adalah sebagai peringatan kepada klinisi tentang adanya
lingkungan yang kondusif bagi karies, sehingga adanya satu atau lebih faktor risiko ini
dapat dipertimbangkan dalam menentukan diagnosis dan rencana perawatan. Traffic
Light Matrix (TLM) terdiri atas 2 elemen. Elemen pertama disebut lampu lalu lintas
(traffic light) dan elemen ke dua adalah tabel atau matrix (Mount dan Hume, 2005).
Elemen pertama dari model ini tidak hanya menilai risiko yang ada, namun juga
menilai motivasi pasien dan gaya hidup pasien. Model ini dirancang untuk membantu
dokter gigi untuk menentukan treatment yang tepat untuk pasien yang berdasarkan
dengan risiko karies individu tersebut. Model TLM mengalokasikan nilai ambang batas
untuk setiap kategori risiko. Jika informasi dari pertanyaan atau hasil pengujian klinis
melibihi ambang batas yang ditentukan akan membuat peringatan untuk dokter akan
adanya kemungkinan masalah (Mount dan Hume, 2005).

(Lampu lalu lintas)


Elemen kedua dari model ini adalah matriks. Matriks dirancang sebagai sarana
untuk menilai keadaan penyakit saat ini dan sikap pasien dalam menjaga kesehatan gigi.
Hal ini dapat membantu operator untuk mengukur kemampuan dan kemauan pasien
untuk mematuhi arahan pengobatan. Selain itu, hal ini juga merupakan cara untuk
memberikan informasi tentang kepatuhan pasien kepada operator yang berbeda dalam
praktek yang sama atau pada saat rujukan ke praktisi lain (Mount dan Hume, 2005).

(Matriks)
Sikap terhadap kesehatan gigi ditandai pada sumbu vertikal. Sikap merupakan
evaluasi yang dilakukan oleh diri pasien sendiri. Adapun kriteria penilaian, yaitu :
a. Termotivasi: Pasien sadar dan memiliki motivasi tinggi dalam menjaga
kesehatan gigi dan mulut.
b. Menyadari: Pasien sadar tetapi masih bergantung pada tim kesehatan gigi
untuk memotivasi dan membantu menjaga kesehatan gigi dan mulut.
c. Tidak termotivasi: Motivasi untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut pasien
berada pada tingkat terendah serta tidak sadar tentang kesehatan gigi dan
mulut.
Status penyakit saat ini ditandai pada sumbu horizontal. Status penyakit saat ini
merupakan evaluasi yang dilakukan oleh operator. Adapun kriteria penilaian, yaitu :
1. Tidak ada penyakit, tidak ada pengobatan pada saat ini, belum atau tidak ada
restorasi atau bukti penyakit masa lalu.
2. Perlu perawatan, mungkin ada pengobatan yang diperlukan untuk alasan
fungsional, seperti restorasi yang rusak, tetapi tidak ada tanda-tanda penyakit
aktif.
3. Penyakit aktif, Penyakit aktif jelas terjadi seperti adanya lesi baru atau adanya
aktivitas penyakit restorasi disekitarnya (Mount dan Hume, 2005).
Model Traffic Light Matrix (TLM) memiliki 19 kriteria yang terdapat dalam 5
kategori. Kategori tersebut yaitu saliva, biofilm oral, diet, fluor, dan faktor modifikasi.
Warna merah menunjukkan bahwa pasien memiliki risiko karies yang tinggi, warna
kuning menunjukkan pasien memiliki risiko karies sedang dan warna hijau menunjukkan
bahwa risiko karies rendah.
1. Saliva
a. Kemampuan kelenjar ludah minor memproduksi saliva (hydration)
Ada perbedaan dalam tingkat aliran kelenjar ludah minor yang terletak di
daerah yang berbeda. Mungkin ada penurunan laju aliran saliva yang tidak
distimulasi pada daerah langit-langit karena usia pasien, tetapi tingkat aliran
saliva tidak terkait dengan usia pada kelenjar yang terletak di pipi dan bibir.
Inilah sebabnya mengapa kelenjar ludah minor yang terletak di bagian
dalam bibir bawah yang dipilih untuk pemeriksaan. Adapun penilaian dari
kemampuan kelenjar ludah minor memproduksi saliva, yaitu :
 Merah : jika produksi saliva > 60 detik.
 Kuning : jika produksi saliva 30-60 detik.
 Hijau : jika produksi saliva < 30 detik.
b. Konsistensi saliva (viscosity) unstimulated
Adapun penilaian untuk konsistensi saliva normal, yaitu :
 Merah: kental dan berbusa
 Kuning: tidak terlihat saliva yang menyatu, sedikit lengket
 Hijau: tidak kental dan air liur jernih
c. pH saliva unstimulated
pH saliva dapat diukur menggunakan kertas lakmus dan pH meter.
Adapun penilaian untuk pH saliva, yaitu :
 Merah : pH < 5,8
 Kuning : pH 5,8 – 6,8
 Hijau : pH > 6,8
d. Laju aliran saliva stimulated
Komposisi air liur yang dirangsang tergantung pada laju aliran dan itu
merupakan produksi gabungan dari kedua kelenjar mayor dan minor. Rerata
laju alir adalah 1.6ml/menit.
Cara melakukan pemeriksaan ini adalah dengan meminta pasien untuk
mengunyah sepotong lilin parafin selama lima menit tanpa menelan dan
mengeluarkan air liur dalam gelas ukur plastik. Adapun penilaian untuk aliran
saliva stimulated, yaitu :
 Merah : setelah 5 menit < 3,5ml
 Kuning : setelah 5 menit 3,5 – 5ml
 Hijau : setelah 5 menit > 5ml
e. Kapasitas buffer saliva
Kapasitas buffer saliva adalah ukuran dari kemampuan air liur untuk
menetralkan asam dan ini tergantung pada konsentrasi bikarbonat. Ada 2
sistem yang tersedia untuk mengukur kapasitas buffer saliva yang terstimulasi,
yaitu, CRT buffer (Vivadent) dan Saliva Check Buffer (GC Corp). Adapun
penilaian untuk kapasitas buffer saliva, yaitu :
 Merah : skor akhir 0-5
 Kuning : skor akhir 6-9
 Hijau : skor akhir 10-12

2. Plak
a. pH dari plak
 Merah : kurang dari 5,5
 Kuning : antara 6,9 dan 5,5
 Hijau : di atas 7
b. kematangan plak
 Merah : pewarnaan biru
 Hijau : pewarnaan hijau
c. jumlah bakteri S. Mutans
 Merah : > 500.000 cfu/ml
 Hijau : < 500.000 cfu/ml
3. Diet
a. Jumlah gula yang dikonsumsi setiap hari
b. Frekuensi terpapar asam
Adapun penilaian untuk diet, yaitu :
 Merah : gula > 2, asam > 3
 Kuning : gula > 1, asam > 2
 Hijau : gula tidak, asam < 2
4. Fluor
Riwayat sebelum dan sesudah mendapat fluor
Adapun penilaian untuk fluor, yaitu :
 Merah : pasta gigi dan air minum tidak mengandung fluor
 Kuning : pasta gigi atau air minum mengandung fluor
 Hijau : pasta gigi dan air minum mengandung fluor
5. Faktor Modifikasi
a. Status pemeriksaan gigi dulu dan sekarang
b. Status medis dulu dan sekarang
c. Pencegahan dan pemeliharaan
d. Gaya hidup
e. Status sosial – ekonomi
Pertanyaan-pertanyaan yang biasanya diajukan berkaitan dengan faktor
modifikasi adalah 1. Konsumsi obat-obatan yang dapat menurunkan laju aliran
saliva, 2. Penyakit yang dapat mengakibatkan mulut kering, 3. Pasien
menggunakan protesa lepasan (termasuk alat ortodontik), 4. Kerjasama pasien
buruk, 5. Pasien memiliki karies aktif baru-baru ini.
Adapun penilaian untuk faktor modifikasi, yaitu :
 Merah : YA untuk salah satu pertanyaan di atas.
 Kuning : tidak diterapkan.
 Hijau : TIDAK untuk semua pertanyaan di atas.
Penarikan Kesimpulan
Apabila dari semua pemeriksaan pasien memiliki jawaban warna merah yang
paling banyak, maka pasien memiliki risiko karies yang tinggi. Apabila dari semua
pemeriksaan pasien memiliki jawaban warna kuning yang paling banyak, maka pasien
memiliki risiko karies yang sedang. Apabila dari semua pemeriksaan pasien memiliki
jawaban warna hijau yang paling banyak, maka pasien memiliki risiko karies yang
rendah.
Pemeriksaan
1. Saliva
Salah satu faktor dari lingkungan oral yang harus diperiksa dan dinilai dalam
menentukan faktor resiko karies adalah saliva. Lima faktor yang dinilai dalam tes
saliva adalah derajat hidrasi, viskositas, pH, kuantitas, dan kapasitas buffer (kualitas)
(Mount & Hume, 2005).

a. Tes Derajat Hidrasi


Unstimulated saliva memiliki peran penting untuk hidrasi dan kenyamanan
rongga mulut, karena stimulated saliva hanya diproduksi selama mastikasi.
Kelenjar saliva minor menghasilkan 15% dari seluruh produksi saliva harian,
dan kelenjar submandibula merupakan kelenjar yang memberi kontribusi
utama. Terdapat banyak variasi flow rate pada kelenjar saliva minor yang
terdapat pada berbagai macam area dalam mulut. Penurunan flow rate
unstimulated saliva pada kelenjar saliva minor di daerah palatum dapat terjadi
seiring pertambahan usia individu, namun tidak terdapat perubahan yang
berhubungan dengan usia dari kelenjar-kelenjar minor yang terdapat pada
daerah bukal dan labial, sehingga pemeriksaan dilakukan pada kelenjar saliva
minor yang terdapat pada bagian dalam bibir bawah.
Cara pemeriksaan:
 Pasien duduk tegak
 Bibir bawah pasien ditarik ke arah luar dan dikeringkan dengan kasa
 Waktu yang dibutuhkan saliva untuk keluar dari duktus kelenjar
saliva minor dicatat
 Petunjuk interpretasi hasil tes hidrasi pada pemeriksaan saliva dengan
menggunakan Saliva Check Buffer Kit
Hasil dan interpretasi:
Waktu yang dibutuhkan bagi titik-titik saliva untuk muncul mengindikasikan
keadaan kelenjar saliva minor:

Merah menunjukkan tidak adanya fungsi kelenjar saliva minor yang dapat
disebabkan karena:
 Dehidrasi parah
 Kerusakan kelenjar saliva karena radioterapi atau karena proses
patologis
 Ketidakseimbangan hormonal
 Efek samping obat
Kuning menunjukkan level ringan:
 Dehidrasi
 Efek samping obat
Hijau menunjukan fungsi normal kelenjar saliva minor.
b. Tes Viskositas
Saliva terdiri dari 99% air dan 1% protein dan elektrolit, sehingga saliva
seharusnya tampak jernih, encer, dan mengandung sedikit buih serta memiliki
kemampuan untuk membentuk lapisan yang sangat tipis pada seluruh jaringan
keras dan lunak. Ketebalan film bervariasi antara 10-100 μm, tergantung
lokasinya pada rongga mulut. Kaca mulut digunakan untuk mengangkat saliva
yang terkumpul pada dasar mulut. Ketika instrumen diangkat, jaring dari
saliva akan terbentuk, terenggang hingga akhirnya putus. Saliva normal dapat
membentuk web saliva yang dapat terenggang hingga 2-5 cm, sedangkan pada
saliva kental web saliva dapat terenggang hingga 15 cm.
Cara kerja:
- Pasien duduk tegak
- Pasien diminta untuk berhenti menelan saliva selama 30 detik
- Kepala pasien dimiringkan ke depan
- Pasien diminta untuk membuka mulut dan keadaan saliva dicatat
- Pasien diminta untuk menyentuhkan ujung lidah ke daerah palatum
- Keadaan mukosa dan saliva pada dasar mulut dicatat
- Web test dilakukan dan hasil dicatat
Hasil dan interpretasi:
Salah satu fungsi penting saliva adalah untuk membersihkan debris dari
rongga mulut. Saliva yang berbuih memiliki kandungan air yang lebih sedikit
dan memiliki kemampuan protektif yang lebih rendah terhadap jaringan lunak
dan keras yaitu berkurangnya kemampuan clearance dan ketidakmampuan
saliva dalam membentuk lapisan yang dapat melindungi permukaan gigi.

c. Tes pH
Permukaan gigi dilapisi oleh lapisan tipis unstimulated saliva, sehingga
keadaan pH saliva dapat mempengaruhi keadaan biofilm pada permukaan gigi.
Cara kerja:
- Pasien diminta untuk meludah ke dalam kontainer plastik
- Strip pH dicelupkan ke dalam saliva yang telah terkumpul
- Setelah 10 detik, pH diukur berdasarkan aturan pabrik
Hasil dan interpretasi:
pH unstimulated saliva merupakan indikator umum keadaan asam
rongga mulut. Umumnya, pH kritis hidroksi apatit adalah 5,5, sehingga
semakin dekat pH unstimulated dengan pH kritis, maka semakin besar resiko
demineralisasi.

d. Tes Kuantitas
Komposisi stimulated saliva tergantung pada flow rate yang merupakan
representasi produksi kelenjar saliva mayor dan minor. Rata-rata flow rate
stimulated saliva adalah 1,6 ml/menit. Flow stimulated saliva sebesar 0,7
ml/menit dianggap sebagai ambang, dimana flow rate di bawah batas tersebut
menunjukkan peningkatan resiko terjadinya karies.

Cara kerja:
- Pasien duduk tegak
- Pasien diminta untuk mengunyah permen paraffin tanpa rasa
- Setelah 30 detik, pasien diminta untuk membuang saliva yang
terkumpul
- Pasien diminta untuk mengunyah paraffin kembali selama 5 menit
- Pasien diminta untuk membuang saliva ke dalam kontainer plastik
dengan interval teratur pada 5 menit pengunyahan.
- Setelah 5 menit, volume saliva dicatat
- Saliva dipersiapkan untuk tes kapasitas buffer
Hasil dan interpretasi:

e. Tes Kapasitas Buffer


Kapasitas buffer menunjukkan kemampuan saliva dalam menetralisir
asam dan hal ini tergantung pada konsentrasi bikarbonat dalam saliva.
Cara kerja:
- Sampel yang digunakan adalah saliva yang dikumpulkan pada tes
kuantitas saliva
- Masing-masing strip test ditetesi oleh saliva
- Kelebihan saliva dibuang dengan memiringkan strip sebesar 90 derajat
untuk memastikan volume konstan
- Setelah 5 menit, warna pada strip test dibandingkan dengan panduan dari
pabrik
Hasil dan interpretasi:
Masing-masing warna memiliki skor berdasarkan instruksi pabrik.
Seluruh skor dijumlahkan dan diinterpretasikan sesuai:

Hasil test saliva

2. Plak
Pemeriksaan pH dan kematangan plak dengan menggunakan GC Plaque Check
+ pH sedangkan jumlah s.mutans dalam saliva dapat diukur dengan menggunakan
Saliva Check Mutans dari GC.

Kematangan plak dapat diamati dengan menggunakan disclosing solution.


Warna merah menunjukkan bahwa plak tersebut baru terbentuk dan warna biru
menunjukkan plak sudah matang (GC Asia Dental, 2008).
Untuk mengetahui jumlah dari s.mutans dapat dilakukan dengan mengunyah permen
karet selama 1 menit kemudian keluarkan saliva yang terkumpul pada kontainer,
memasukan reagent pertama sebanyak satu tetes, tutup kontainer dan tepuk kontainer
sebanyak 15 kali selama 10 detik, setelah itu tambahkan lagi reagent kedua sebanyak
empat tetes, goyangkan kontainer sampai larutan saliva berubah menjadi warna hijau,
ambil saliva dengan menggunakan pipet dan masukkan kedalam uji tes. Apabila
terdapat garis merah pada sisi huruf T menandakan jumlah s.mutans dalam saliva
melebihi 500.000 cfu/ml, apabila tidak terdapat garis merah pada sisi T menunjukkan
jumlah s.mutans dalam saliva kurang dari 500.000 cfu/ml (GC Asia Dental, 2008).

Rekomendasi untuk pasien :


Beberapa tindakan yang bisa dilakukan pasien dengan risiko karies tinggi adalah :
1. Peningkatan teknik kebersihan mulut
2. Meningkatkan pH
3. Peningkatan asupan kalsium dan fosfat
4. Penggunaan flouride
5. Penggunaan bahan antibakteri
6. Menurunkan frekuensi konsumsi karbohidrat terfermentasi (GC Asia Dental,
2008).
Rekomendasi
1. Menjaga oral hygiene
2. Berkumur dengan Chlorhexidine
3. Penggunaan fluoride
4. Penggunaan CPP-ACP Casein Phosphopeptides Amorphous Calcium Phosphate
(CPP-ACP)
Pasien ortodontik sulit untuk membersihkan giginya sehingga mudah terjadi
akumulasi plak pada permukaan gigi. Akumulasi plak dapat menyebabkan karies
dengan melalui proses demineralisasi. Sehingga pengguna orthodontik disarankan
menggunakan CPP-ACP untuk meningkatkan proses remineralisasi (Walsh, 2008).
Peranan CPP pada gigi, yaitu untuk mereduksi karies dengan cara :
a. Meningkatkan ion kalsium untuk menghambat fermentasi plak.
b. Berikatan dengan molekul perlekatan yang ada pada Streptococcus mutans
lalu merusak penyatuan bakteri tersebut ke plak.
c. Menyediakan buffer protein dan fosfat untuk menekan pertumbuhan bakteri
saat terdapat karbohidrat terfermentasi berlebihan (Hasanah dkk., 2014).
Untuk cara pengaplikasian CPP-ACP dapat dilakukan oleh tenaga
profesional maupun klien sendiri. Untuk aplikasi oleh klien sendiri klien
dapat diajarkan cara aplikasi pasta CPP-ACP. Salah satu produk pasta CPP-
ACP adalah GC Tooth Mousse Plus. Pasta GC Tooth Mousse Plus
diaplikasikan pada seluruh permukaan gigi dengan ujung jari atau cotton
bud. Pasta diaplikasikan langsung pada permukaan gigi dan biarkan selama
3 menit.
5. Konsumsi sugar free gum
Mengunyah dapat meningkatkan aliran saliva di rongga mulut. Jika
mengunyah setelah makan, aliran saliva dapat membantu menetralkan dan
membersihkan asam yang dihasilkan ketika makanan dipecah. Studi klinis telah
membuktikan bahwa mengunyah permen karet tanpa gula selama 20 menit setelah
makan dapat membantu mencegah kerusakan gigi.
6. Perubahan gaya hidup
Gaya hidup merupakan faktor modifikasi yang dapat mempengaruhi karies gigi.
Apaila seseorang suka mengkonsumsi makanan yang manis dan mengandung asam
dan tidak didukung dengan menjaga kebersihan rongga mulutnya maka dapat
mengakibatkan risiko karies tinggi. Gaya hidup yang seperti ini harus diubah.
Boleh saja mengkosumsi makanan manis dan mengandung asam, asal jangan terllu
sering dan kebersihan rongga mulutnya juga harus dijaga.

DAFTAR PUSTAKA

American Academy of Pediatric Dentistry., 2014, Guideline on Caries-risk Assessment and


Management for Infants, Children, and Adolescents, American Academy of Pediatric
Dentistry., 37(6) 132-139.
American Academy of Pediatric Dentistry., 2014, Policy on Use of a Caries-risk Assessment
Tool (CAT) for Infants, Children, and Adolescents, American Academy of Pediatric
Dentistry., 31(6) 29-33.
American Dental Association, diakses pada tanggal 31 Januari 2016 melalui:
http://www.adafoundation.org/~/media/ADA_Foundation/GKAS/Files/topics_caries_in
structions_GKAS.pdf?la=en
American Dental Association, 2011, Caries Risk Assessment Form (Age >6), diakses pada
tanggal 31 Januari 2016 melalui: http://www.ada.org/~/media/ADA/Science %20and
%20Research/Files/topic_caries_over6.ashx
American Dental Association, 2011, Caries Risk Assessment Form (Age 0-6), diakses pada
tanggal 31 Januari 2016 melalui: https://www.ada.org/~/media/ADA/Member
%20Center/FIles/topics_caries_under6.ashx
Amila, Z., Sedin, K., Sarajevo, G.M., Herzegovina, B., 2007, Caries Risk Assessment in
Bosnian Children Using Cariogram Computer Model, International Dental Journal,
67, 177-183.
Bratthall, D., Petersson, G.H., 2005, Cariogram – A Multifactorial Risk Assessment Model
for A Multifactorial Disease, Community Dent Oral Epidemio, Hal. 256-264.
Bratthall, D., Petersson, G.H., Stjernward, JR., 2004, Cariogram Manual: A New and
Interactive Way of Illustrating The Interaction of Factors Contributing to The
Development of Dental Caries, Cariogram Internet Version, Hal. 1-51.
Darby, ML., dan Walsh, MM., 2010, Dental Hygiene: Theory and Practice, Canada:
Saunders.
Evans R.W., Dennison P.J., 2009, The Caries Management System: An Evidence-based
Preventive Strategy for Dental Practitioners. Application for Children and Adolescents,
Australian Dental Jurnal, (54): 381-389.
Evans R.W., Pakdaman A., Dennison P.J., Howe, E.L.C., 2008, The Caries Management
System: An Evidence-based Preventive Strategy for Dental Practitioners. Application
for Adults, Australian Dental Jurnal, (53): 83-92.
GC Asia Dental, 2008, Enlightenmen Saliva Check Mutan, Changai, Singapore.

Hasanah, I, Setyorini, D, dan Sulistiyani, 2014, Kadar Ion Fosfat dalam Saliva Buatan
Setelah Aplikasi CPP-ACP (Casein Phosphopeptides-Amorphous Calcium Phosphate)
(Phosphate Ion Level in Artificial Saliva After Aplication of CPP-ACP (Casein
Phosphopeptides-Amorphous Calcium), Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa,
FKG Universitas Jember.

Hurlbutt, 2011, CAMRA: Best Practices in Dental Caries Management.


http://www.rdhmag.com/etc/medialib/new-lib/rdh/site-images/volume-31/issue-
10/1110RDH095-109.pdf (31/01/2017).
Ismail A.I., Sohn W., Tellez M., Amaya A., Sen A., Hasson H., Pitts N.B., 2007, The
International Caries Detection and Assessment System (ICDAS): An Integrated System
for Measuring Dental Caries, Community Dent Oral Epidemiol, 35: 170-178.
Kawung, R., Wicaksono, D., Soewantoro, J.S., 2014, Gambaran Resiko Karies Gigi pada
Mahasiswa Angkatan 2008 di Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas
Kedokteran Unsrat dengan Menggunakan Kariogram, Jurnal e-GiGi (eG)., 2(2).

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Situasi Kesehatan Gigi dan Mulut. Melalui
http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/infodatin-
gilut.pdf. Pada tanggal 8 April 2017.
Mills, C., dan Patel, P., 2016, Adopting Caries Risk Assesment in All Practice Environment.
http://www.agd.org/media/348252/GenDent_JA16_Patel.pdf (31/01/2017).
Mount G.J., Hume, W.R., 2005, Preservation and Restoration of Tooth Structure. 2 ed.
Knowledge Books and Sofware, Australia.

Riskesdas, 2013, Riset Kesehatan Dasar, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
Samaranayake, L., 2012, Essential Microbiology for Dentistry 4th ed., Elsevier, London.
Walsh L.J., 2008, A System for Total Environmental Management (STEM) of the oral cavity
and its application to dental caries control, International Dentistry SA- Australasian
Edition, Vol 3, No.1.
Wardani, P.K., Supartinah, M..Al., Titien, S.I., Rantinah, SB.S., Lukito, E., Utomo, R.B.,
Kuswandari, S., 2012. Faktor Resiko Terjadinya Karies Baru dengan Pendekatan
Kariogram pada Pasien Anak di Klinik Kedokteran Gigi Anak RSGM Prof. Soedomo
Yogyakarta, Maj Ked Gi., 19(2): 107-109.
Wijayanti. 2008. Hubungan Kondisi Fisik RTT Lansia terhadap Kondisi Sosial Lansia di RW
03 RT 05 Kelurahan Tegalsari Kecamatan Candisari.Jurnal Ilmiah Perancangan Kota
dan Permukiman, 7(1) 38-49.

Anda mungkin juga menyukai