Disusun oleh:
Kesehatan gigi dan mulut sering kali bukan menjadi prioritas utama bagi sebagian orang
yang sebenarnya gigi dan mulut adalah “pintu gerbang” masuknya kuman serta bakteri yang
dapat mengganggu kesehatan organ tubuh lainnya. Masalah yang paling banyak dikeluhkan oleh
masyarakat yaitu karies atau gigi berlubang. Karies atau gigi berlubang dapat mempengaruhi
kualitas hidup karena mengalami rasa sakit, ketidaknyamanan, infeksi akut maupun kronis yang
berhubungan erat dengan penyakit sistemik (Kemenkes RI, 2014). Kesehatan gigi dan mulut
pada lansia perlu mendapatkan perhatian, hal tersebut dikaitkan dengan penurunan fungsi dan
produktifitas lansia serta penyakit sistemik yang menyertai (Wijayanti, 2008).
Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih perlu mendapat perhatian khusus
dari tenaga medis gigi (dokter gigi spesialis, dokter gigi, dan perawat gigi). Menurut Riskesdas
(2013), prevalensi masalah gigi dan mulut penduduk indonesia yaitu 25,9 persen, dan sebanyak
14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut diatas angka nasional. Masalah gigi
dan mulut penduduk Indonesia yang tertinggi yaitu karies atau kerusakan gigi. Hal tersebut
dikarenakan sebagian besar penduduk Indonesia menyikat gigi pada saat mandi pagi maupun
mandi sore sebesar 76,6%. Penduduk Indonesia yang menyikat gigi dengan benar adalah setelah
makan pagi dan sebelum tidur malam, untuk Indonesia ditemukan hanya 2,3 persen. (Riskesdas,
2013).
Caries Risk Assessment (CRA) merupakan komponen penting dalam menejemen karies
gigi. Terdapat berbagai metode untuk melakukan pemeriksaan risiko karies, diantaranya
CAMBRA (Caries Management by Risk Assessment), ICDAS (International Caries Detection
and Assessment System), Caries Risk Assessment Cariogram, American Academy Of Pediatric
Dentistry (AAPD) Caries-Risk Assessment Tool (CAT), Caries Risk Assessment (CRA) –
American Dental Association, Traffic Light Matrix dan lain sebagainya.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Metode CAMBRA
4) Membuat penilaian secara keseluruhan apakah klien berisiko rendah, sedang, tinggi,
atau ekstrim tergantung pada keseimbangan antara indikator penyakit atau faktor risiko
dan faktor pelindung menggunakan konsep keseimbangan karies. Klien yang memiliki
karies lesi saat ini atau memiliki satu di masa lalu berada pada risiko tinggi untuk karies
masa depan. Jika ada seorang pasien resiko tinggi dan memiliki hipofungsi kelenjar
ludah yang parah atau kebutuhan khusus, maka mereka berada pada resiko ekstrim dan
memerlukan terapi yang intensif. Jika klien tidak berisiko tinggi atau rendah, maka ia
dikategorikan di risiko sedang.
ICDAS (International Caries Detection Assessment System), ‘D’ yang berarti deteksi
karies gigi melalui (i) tahap proses karies; (ii) topografi (pit dan fissure atau permukaan yang
halus); (iii) anatomi (mahkota dan akar); dan (iv) restorasi atau sealant. ‘A’ yang berarti
penilaian proses karies pada tahap aktif atau tidak aktif. Tujuan ICDAS adalah untuk membentuk
sebuah metode standar yang secara memadai mendiagnosis karies di kantor dokter gigi, studi
epidemiologi dan pengajaran. Metode ICDAS didasarkan pada metode visual yang sudah
divalidasi untuk mendiagnosis karies. Saat ini pada ICDAS belum termasuk penilaian mengenai
aktivitas lesi.
Other codes: Crown C, Filled & sound F, Filled & recurrent decay R, Filled/crowned & over/under-hang H
3. Kriteria Penilaian Resiko Karies
Kriteria untuk Risiko Karies pada Primary Dentition
Kriteria untuk Risiko Karies pada Gigi Bercampur atau Gigi Permanen
Kriteria untuk Risiko Karies pada Orang Dewasa
Kesimpulan dari grafik tersebut adalah semakin besar sektor hijau, semakin baik jika
dilihat dari sudut pandang kesehatan gigi, artinya semakin banyak kesempatan untuk
menghindari karies sehingga risiko karies rendah. Sebaliknya jika sektor selain hijau
semakin besar, semakin tinggi risiko kariesnya.
Menurut Amila dkk (2007) ada 10 parameter yang harus diisi dan diberi skor (0-3).
Untuk semua parameter, skor 0 berarti nilai paling baik dan 3 adalah nilai paling buruk
yaitu:
2. Penyakit general
Skor Keterangan
0 = Tidak ada penyakit Tidak ada tanda-tanda dari penyakit
general yang berhubungan dengan
karies gigi. Pasien sehat.
1 = Ada penyakit / kondisi Ada penyakit general yang secara
dengan derajat ringan tidak langsung dapat mempengaruhi
proses karies, atau kondisi lain yang
dapat menyebabkan risiko karies
yang lebih tinggi. Misalnya
penglihatan terbatas,
ketidakmampuan untuk bergerak.
2 = Derajat berat, jangka Pasien yang terbaring di tempat tidur
panjang atau membutuhkan obat secara
terus-menerus. Misalnya yang bisa
mempengaruhi sekresi saliva.
3. Diet karbohidrat
Skor Keterangan
0 = Fermentasi karbohidrat Fermentasi karbohidrat sangat
sangat rendah rendah, diet yang sangat baik dari
sudut pandang karies.
1 = Fermentasi karbohidrat Karbohidrat difermentasi rendah,
rendah, diet non kariogenik diet 'non-kariogenik', diet yang tepat
dari perspektif karies. Gula atau
karbohidrat lain yang merangsang
karies pada tingkat rendah.
2 = Fermentasi kandungan Fermentasi kandungan karbohidrat
karbohidrat sedang sedang. Diet dengan kandungan
yang relatif tinggi gula atau
karbohidrat lain yang merangsang
karies.
3 = Asupan karbohidrat tnggi, Diet yang tidak baik dari perspektif
diet yang tidak tepat. karies. Asupan tinggi gula atau
karbohidrat lainnya merangsang
karies.
4. Frekuensi diet
Skor Keterangan
0 = maksimal tiga kali per hari Frekuensi asupan diet yang sangat
(termasuk makanan ringan) rendah, maksimal tiga kali per 24
jam sebagai rata-rata di bawah
periode waktu lebih lama.
1 = maksimal lima kali per hari Frekuensi asupan diet rendah,
maksimal lima kali setiap 24 jam.
2 = maksimal tujuh kali per hari Frekuensi asupan diet tinggi,
maksimal tujuh kali per 24 jam.
3 = lebih dari tujuh kali per hari Frekuensi asupan diet sangat tinggi,
rata-rata lebih dari tujuh kali per 24
jam.
8. Sekresi saliva
Skor Keterangan
0 = sekresi saliva normal Sekresi saliva normal, lebih dari 1,1
ml stimulated saliva per menit.
a. Keluar, digunakan jika ingin menutuPasien baru, digunakan jika ingin membuat
halaman (pasien) baru.
b. Mengenai, digunakan untuk mengetahui tujuan program.
c. Bantuan, digunakan untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang
penggunaan program.
d. Catatan, digunakan untuk mendaftar dan menulis komentar pasien.
e. Rekomendasi secara umum, digunakan untuk mengetahui tindakan preventif dan
klinis yang berdasarkan nilai yang telah dimasukkan.
f. Cetak, digunakan untuk mencetak kariogram.
3. Mendaftar pasien
Untuk mendaftar pasien baru, dapat dilakukan dengan mengklik ikon catatan yang
terdapat pada ujung kiri atas program. Untuk mendaftar pasien, diperlukan beberapa
data, yaitu nama, nomor, tanggal, dan pemeriksa.
Informasi rincian data pasien yang telah dimasukkan akan muncul di sudut kiri
layar seperti gambar di bawah ini. Informasi data pasien tidak dapat disimpan dalam
program ini. Oleh karena itu, disarankan untuk mencetak informasi data dan komentar
tersebut.
9. Cetak
Program kariogram ini dapat mencetak dalam dua pilihan warna, yaitu cetakan
berwarna dan cetakan berwarna hitam putih. Program ini juga dapat mencetak
komentar dan interpretasi awal dan tindakan yang diusulkan.
Pengisian dilakukan dengan melingkari jawaban sesuai dengan kondisi pasien. Tabel
berfungsi dalam membantu tenaga medis dan orang tua untuk mengetahui faktor yang
menyebabkan karies atau faktor pencegahan karies. Penilaian risiko karies dibagi menjadi
kategori rendah dan kategori tinggi. Penilaian dilakukan berdasarkan faktor terbanyak dari
tiap individu. Penilaian klinis dilakukan dalam menentukan risiko karies secara keseluruhan
karena dapat menilai faktor-faktor yang menyebabkan karies. Penilaian klinis yang dilakukan
yaitu menilai frekuensi paparan makanan ringan dan minuman yang mengandung gula dan
menilai kavitas (American Academy of Pediatric Dentistry, 2014).
Tabel Penilaian Risiko Karies pada Usia 0-5 Tahun
Pengisian dilakukan dengan melingkari jawaban sesuai dengan kondisi pasien. Penilaian
risiko karies dibagi menjadi kategori rendah, sedang, dan tinggi. Penilaian berdasarkan pada
faktor terbanyak dari tiap individu. Penilaian klinis dilakukan dalam menentukan risiko karies
secara keseluruhan karena dapat menilai faktor-faktor yang menyebabkan karies. Penilaian
klinis yang dilakukan yaitu menilai frekuensi paparan makanan ringan dan minuman yang
mengandung gula dan menilai dmfs (American Academy of Pediatric Dentistry, 2014).
Tabel Penilaian Risiko Karies pada Usia >6 Tahun
Pengisian dilakukan dengan melingkari jawaban sesuai dengan kondisi pasien. Penilaian
risiko karies dibagi menjadi kategori rendah, sedang, dan tinggi. Penilaian berdasarkan pada
faktor terbanyak dari tiap individu. Penilaian klinis dilakukan dalam menentukan risiko karies
secara keseluruhan karena dapat menilai faktor-faktor yang menyebabkan karies. Penilaian
klinis yang dilakukan yaitu menilai lesi interproksimal dan laju saliva yang rendah (American
Academy of Pediatric Dentistry, 2014).
Formulir ini dirancang dengan menyertakan faktor yang mudah diamati dan
ditemukan dalam evaluasi kesehatan mulut. Di dalam formulir terdapat 3 jenis warna
yang digunakan untuk mengindikasi karies yaitu hijau, kuning dan merah. Warna
hijau menunjukkan reiko rendah (low risk), kuning untuk resiko sedang (moderate
risk) dan merah untuk resiko tinggi (high risk). Cara pengisiannya dengan memberi
tanda cek pada kotak di bawah kolom low risk, moderate risk,atau high risk untuk
masing-masing faktor risiko.
(Matriks)
Sikap terhadap kesehatan gigi ditandai pada sumbu vertikal. Sikap merupakan
evaluasi yang dilakukan oleh diri pasien sendiri. Adapun kriteria penilaian, yaitu :
a. Termotivasi: Pasien sadar dan memiliki motivasi tinggi dalam menjaga
kesehatan gigi dan mulut.
b. Menyadari: Pasien sadar tetapi masih bergantung pada tim kesehatan gigi
untuk memotivasi dan membantu menjaga kesehatan gigi dan mulut.
c. Tidak termotivasi: Motivasi untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut pasien
berada pada tingkat terendah serta tidak sadar tentang kesehatan gigi dan
mulut.
Status penyakit saat ini ditandai pada sumbu horizontal. Status penyakit saat ini
merupakan evaluasi yang dilakukan oleh operator. Adapun kriteria penilaian, yaitu :
1. Tidak ada penyakit, tidak ada pengobatan pada saat ini, belum atau tidak ada
restorasi atau bukti penyakit masa lalu.
2. Perlu perawatan, mungkin ada pengobatan yang diperlukan untuk alasan
fungsional, seperti restorasi yang rusak, tetapi tidak ada tanda-tanda penyakit
aktif.
3. Penyakit aktif, Penyakit aktif jelas terjadi seperti adanya lesi baru atau adanya
aktivitas penyakit restorasi disekitarnya (Mount dan Hume, 2005).
Model Traffic Light Matrix (TLM) memiliki 19 kriteria yang terdapat dalam 5
kategori. Kategori tersebut yaitu saliva, biofilm oral, diet, fluor, dan faktor modifikasi.
Warna merah menunjukkan bahwa pasien memiliki risiko karies yang tinggi, warna
kuning menunjukkan pasien memiliki risiko karies sedang dan warna hijau menunjukkan
bahwa risiko karies rendah.
1. Saliva
a. Kemampuan kelenjar ludah minor memproduksi saliva (hydration)
Ada perbedaan dalam tingkat aliran kelenjar ludah minor yang terletak di
daerah yang berbeda. Mungkin ada penurunan laju aliran saliva yang tidak
distimulasi pada daerah langit-langit karena usia pasien, tetapi tingkat aliran
saliva tidak terkait dengan usia pada kelenjar yang terletak di pipi dan bibir.
Inilah sebabnya mengapa kelenjar ludah minor yang terletak di bagian
dalam bibir bawah yang dipilih untuk pemeriksaan. Adapun penilaian dari
kemampuan kelenjar ludah minor memproduksi saliva, yaitu :
Merah : jika produksi saliva > 60 detik.
Kuning : jika produksi saliva 30-60 detik.
Hijau : jika produksi saliva < 30 detik.
b. Konsistensi saliva (viscosity) unstimulated
Adapun penilaian untuk konsistensi saliva normal, yaitu :
Merah: kental dan berbusa
Kuning: tidak terlihat saliva yang menyatu, sedikit lengket
Hijau: tidak kental dan air liur jernih
c. pH saliva unstimulated
pH saliva dapat diukur menggunakan kertas lakmus dan pH meter.
Adapun penilaian untuk pH saliva, yaitu :
Merah : pH < 5,8
Kuning : pH 5,8 – 6,8
Hijau : pH > 6,8
d. Laju aliran saliva stimulated
Komposisi air liur yang dirangsang tergantung pada laju aliran dan itu
merupakan produksi gabungan dari kedua kelenjar mayor dan minor. Rerata
laju alir adalah 1.6ml/menit.
Cara melakukan pemeriksaan ini adalah dengan meminta pasien untuk
mengunyah sepotong lilin parafin selama lima menit tanpa menelan dan
mengeluarkan air liur dalam gelas ukur plastik. Adapun penilaian untuk aliran
saliva stimulated, yaitu :
Merah : setelah 5 menit < 3,5ml
Kuning : setelah 5 menit 3,5 – 5ml
Hijau : setelah 5 menit > 5ml
e. Kapasitas buffer saliva
Kapasitas buffer saliva adalah ukuran dari kemampuan air liur untuk
menetralkan asam dan ini tergantung pada konsentrasi bikarbonat. Ada 2
sistem yang tersedia untuk mengukur kapasitas buffer saliva yang terstimulasi,
yaitu, CRT buffer (Vivadent) dan Saliva Check Buffer (GC Corp). Adapun
penilaian untuk kapasitas buffer saliva, yaitu :
Merah : skor akhir 0-5
Kuning : skor akhir 6-9
Hijau : skor akhir 10-12
2. Plak
a. pH dari plak
Merah : kurang dari 5,5
Kuning : antara 6,9 dan 5,5
Hijau : di atas 7
b. kematangan plak
Merah : pewarnaan biru
Hijau : pewarnaan hijau
c. jumlah bakteri S. Mutans
Merah : > 500.000 cfu/ml
Hijau : < 500.000 cfu/ml
3. Diet
a. Jumlah gula yang dikonsumsi setiap hari
b. Frekuensi terpapar asam
Adapun penilaian untuk diet, yaitu :
Merah : gula > 2, asam > 3
Kuning : gula > 1, asam > 2
Hijau : gula tidak, asam < 2
4. Fluor
Riwayat sebelum dan sesudah mendapat fluor
Adapun penilaian untuk fluor, yaitu :
Merah : pasta gigi dan air minum tidak mengandung fluor
Kuning : pasta gigi atau air minum mengandung fluor
Hijau : pasta gigi dan air minum mengandung fluor
5. Faktor Modifikasi
a. Status pemeriksaan gigi dulu dan sekarang
b. Status medis dulu dan sekarang
c. Pencegahan dan pemeliharaan
d. Gaya hidup
e. Status sosial – ekonomi
Pertanyaan-pertanyaan yang biasanya diajukan berkaitan dengan faktor
modifikasi adalah 1. Konsumsi obat-obatan yang dapat menurunkan laju aliran
saliva, 2. Penyakit yang dapat mengakibatkan mulut kering, 3. Pasien
menggunakan protesa lepasan (termasuk alat ortodontik), 4. Kerjasama pasien
buruk, 5. Pasien memiliki karies aktif baru-baru ini.
Adapun penilaian untuk faktor modifikasi, yaitu :
Merah : YA untuk salah satu pertanyaan di atas.
Kuning : tidak diterapkan.
Hijau : TIDAK untuk semua pertanyaan di atas.
Penarikan Kesimpulan
Apabila dari semua pemeriksaan pasien memiliki jawaban warna merah yang
paling banyak, maka pasien memiliki risiko karies yang tinggi. Apabila dari semua
pemeriksaan pasien memiliki jawaban warna kuning yang paling banyak, maka pasien
memiliki risiko karies yang sedang. Apabila dari semua pemeriksaan pasien memiliki
jawaban warna hijau yang paling banyak, maka pasien memiliki risiko karies yang
rendah.
Pemeriksaan
1. Saliva
Salah satu faktor dari lingkungan oral yang harus diperiksa dan dinilai dalam
menentukan faktor resiko karies adalah saliva. Lima faktor yang dinilai dalam tes
saliva adalah derajat hidrasi, viskositas, pH, kuantitas, dan kapasitas buffer (kualitas)
(Mount & Hume, 2005).
Merah menunjukkan tidak adanya fungsi kelenjar saliva minor yang dapat
disebabkan karena:
Dehidrasi parah
Kerusakan kelenjar saliva karena radioterapi atau karena proses
patologis
Ketidakseimbangan hormonal
Efek samping obat
Kuning menunjukkan level ringan:
Dehidrasi
Efek samping obat
Hijau menunjukan fungsi normal kelenjar saliva minor.
b. Tes Viskositas
Saliva terdiri dari 99% air dan 1% protein dan elektrolit, sehingga saliva
seharusnya tampak jernih, encer, dan mengandung sedikit buih serta memiliki
kemampuan untuk membentuk lapisan yang sangat tipis pada seluruh jaringan
keras dan lunak. Ketebalan film bervariasi antara 10-100 μm, tergantung
lokasinya pada rongga mulut. Kaca mulut digunakan untuk mengangkat saliva
yang terkumpul pada dasar mulut. Ketika instrumen diangkat, jaring dari
saliva akan terbentuk, terenggang hingga akhirnya putus. Saliva normal dapat
membentuk web saliva yang dapat terenggang hingga 2-5 cm, sedangkan pada
saliva kental web saliva dapat terenggang hingga 15 cm.
Cara kerja:
- Pasien duduk tegak
- Pasien diminta untuk berhenti menelan saliva selama 30 detik
- Kepala pasien dimiringkan ke depan
- Pasien diminta untuk membuka mulut dan keadaan saliva dicatat
- Pasien diminta untuk menyentuhkan ujung lidah ke daerah palatum
- Keadaan mukosa dan saliva pada dasar mulut dicatat
- Web test dilakukan dan hasil dicatat
Hasil dan interpretasi:
Salah satu fungsi penting saliva adalah untuk membersihkan debris dari
rongga mulut. Saliva yang berbuih memiliki kandungan air yang lebih sedikit
dan memiliki kemampuan protektif yang lebih rendah terhadap jaringan lunak
dan keras yaitu berkurangnya kemampuan clearance dan ketidakmampuan
saliva dalam membentuk lapisan yang dapat melindungi permukaan gigi.
c. Tes pH
Permukaan gigi dilapisi oleh lapisan tipis unstimulated saliva, sehingga
keadaan pH saliva dapat mempengaruhi keadaan biofilm pada permukaan gigi.
Cara kerja:
- Pasien diminta untuk meludah ke dalam kontainer plastik
- Strip pH dicelupkan ke dalam saliva yang telah terkumpul
- Setelah 10 detik, pH diukur berdasarkan aturan pabrik
Hasil dan interpretasi:
pH unstimulated saliva merupakan indikator umum keadaan asam
rongga mulut. Umumnya, pH kritis hidroksi apatit adalah 5,5, sehingga
semakin dekat pH unstimulated dengan pH kritis, maka semakin besar resiko
demineralisasi.
d. Tes Kuantitas
Komposisi stimulated saliva tergantung pada flow rate yang merupakan
representasi produksi kelenjar saliva mayor dan minor. Rata-rata flow rate
stimulated saliva adalah 1,6 ml/menit. Flow stimulated saliva sebesar 0,7
ml/menit dianggap sebagai ambang, dimana flow rate di bawah batas tersebut
menunjukkan peningkatan resiko terjadinya karies.
Cara kerja:
- Pasien duduk tegak
- Pasien diminta untuk mengunyah permen paraffin tanpa rasa
- Setelah 30 detik, pasien diminta untuk membuang saliva yang
terkumpul
- Pasien diminta untuk mengunyah paraffin kembali selama 5 menit
- Pasien diminta untuk membuang saliva ke dalam kontainer plastik
dengan interval teratur pada 5 menit pengunyahan.
- Setelah 5 menit, volume saliva dicatat
- Saliva dipersiapkan untuk tes kapasitas buffer
Hasil dan interpretasi:
2. Plak
Pemeriksaan pH dan kematangan plak dengan menggunakan GC Plaque Check
+ pH sedangkan jumlah s.mutans dalam saliva dapat diukur dengan menggunakan
Saliva Check Mutans dari GC.
DAFTAR PUSTAKA
Hasanah, I, Setyorini, D, dan Sulistiyani, 2014, Kadar Ion Fosfat dalam Saliva Buatan
Setelah Aplikasi CPP-ACP (Casein Phosphopeptides-Amorphous Calcium Phosphate)
(Phosphate Ion Level in Artificial Saliva After Aplication of CPP-ACP (Casein
Phosphopeptides-Amorphous Calcium), Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa,
FKG Universitas Jember.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Situasi Kesehatan Gigi dan Mulut. Melalui
http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/infodatin-
gilut.pdf. Pada tanggal 8 April 2017.
Mills, C., dan Patel, P., 2016, Adopting Caries Risk Assesment in All Practice Environment.
http://www.agd.org/media/348252/GenDent_JA16_Patel.pdf (31/01/2017).
Mount G.J., Hume, W.R., 2005, Preservation and Restoration of Tooth Structure. 2 ed.
Knowledge Books and Sofware, Australia.
Riskesdas, 2013, Riset Kesehatan Dasar, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
Samaranayake, L., 2012, Essential Microbiology for Dentistry 4th ed., Elsevier, London.
Walsh L.J., 2008, A System for Total Environmental Management (STEM) of the oral cavity
and its application to dental caries control, International Dentistry SA- Australasian
Edition, Vol 3, No.1.
Wardani, P.K., Supartinah, M..Al., Titien, S.I., Rantinah, SB.S., Lukito, E., Utomo, R.B.,
Kuswandari, S., 2012. Faktor Resiko Terjadinya Karies Baru dengan Pendekatan
Kariogram pada Pasien Anak di Klinik Kedokteran Gigi Anak RSGM Prof. Soedomo
Yogyakarta, Maj Ked Gi., 19(2): 107-109.
Wijayanti. 2008. Hubungan Kondisi Fisik RTT Lansia terhadap Kondisi Sosial Lansia di RW
03 RT 05 Kelurahan Tegalsari Kecamatan Candisari.Jurnal Ilmiah Perancangan Kota
dan Permukiman, 7(1) 38-49.