Disusun Kelompok 5:
Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi meliputi email, dentin dan
sementum. Penyakit ini dapat terjadi akibat terjadinya suatu aktivitas jasad renik pada
karbohidrat yang diragukan. Tanda-tanda terjadinya karies adalah adanya demineralisasi
jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya.. Walaupun
demikian, mengingat mungkinnya remineralisasi terjadi, pada stadium yang sangat dini
penyakit ini dapat dihentikan (Kidd dan Joyston-Bechal, 1991).
Risiko karies dapat diukur untuk mengidentifikasi faktor yang berkontribusi pada
peningkatan risiko karies gigi (Bird dan Robinson, 2012). Pengukuran risiko karies
merupakan suatu proses pengumpulan data berdasarkan beberapa faktor seperti level bakteri
dan indikator seperti pengalaman karies untuk memprediksi aktivitas karies nantinya
(Limeback, 2012). Pengelolaan risiko karies dapat dilakukan dengan menggunakan metode
penilaian risiko karies berupa cariesrisk assessment, caries-risk assessment tool, CAMBRA,
kariogram dan ICDAS
Caries Risk Assessment (CRA) merupakan suatu proses pengumpulan data terkait
dengan berbagai macam faktor dan indikator untuk memprediksi aktivitas karies dalam
waktu tertentu. Caries Risk Assessment(CRA) memiliki tujuan utama pada bidang
kedokteran gigi yaitu untuk memberikan perawatan preventif maupun restoratif secara
lebih spesifik kepada pasien. Formulir penilian resiko karies American Dental
Association (ADA) dapat digunakan sebagai alat bantu pada dokter gigi dalam menilai
resiko individu terhadap terjadinya karies. Formulir ini terbagi menjadi dua jenis
berdasarkan kategori umur pasien yaitu, formulir penilaian resiko karies untuk usia 0-6
tahun dan formulir penilaian karies untuk usia di atas 6 tahun. Formulir ini juga dapat
digunakan sebagai sarana komunikasi dengan pasien dalam menyoroti faktor resiko yang
potensial terhadap terjadinya karies. Pada formulir ini memuat faktor resiko yang
bertujuan untuk memberikan informasi kepada pasien yang dapat membantu di dalam
menurunkan resiko karies dari waktu ke waktu.
Formulir penilaian resiko karies dirancang untuk memuat berbagai faktor yang mudah
diamati atau ditemukan selama evaluasi kesehatan mulut secara rutin. Pada bagian
Contributing Conditions dan General Health Conditions dalam form ini dapat dilengkapi
oleh anggota dental team, sedangkan bagian Clinical Conditions harus ditentukan sendiri
oleh dokter gigi. Di dalam formulir ini warna yang digunakan mengindikasikan tingkat
resiko, warna hijau untuk mengindikasikan resiko tingkat rendah, warna kuning untuk
tingkat sedang dan warna merah untuk tingkat tinggi. Masing-masing faktor resiko diisi
dengan cara melingkari atau memberikan tanda checklist sesuai dengan kolom tingkat
resiko. Manajemen Caries Risk Assessment by ADA (American Dental Association), yaitu
: low risk apabila berada dalam kondisi yang termasuk di dalam kolom low risk.
Moderate risk apabila berada dalam kondisi yang termasuk di dalam kolom low risk dan
atau moderate risk. Sedangkan untuk high risk apabila berada dalam satu atau lebih
kondisi yang termasuk dalam high risk.
Selain itu, terdapat beberapa informasi tambahan terkait dengan faktor resiko spesifik,
yaitu :
a. Paparan Fluoride
Pasien dapat ditanyakan mengenai paparan fluor yang pernah diterima. Pasien yang
belum pernah mendapatkan paparan fluor maka dapat diindikasikan memiliki risiko pada
tingkat sedang (moderate risk) terhadap kejadian karies.
b. Makanan dan Minuman yang Mengandung Gula
Makanan yang mengandung gula dapat mempengaruhi perkembangan karies. Gula
dapat terkandung dalam makanan, minuman dan obat. Pasien mungkin tidak menyadari
akan adanya kandungan gula dalam suatu produk. Tabel berikut berisi daftar berbagai
bentuk gula yang digunakan dalam olahan dalam makanan.
B. CAMBRA
CAMBRA merupakan singkatan dari Caries Management by Risk Assessment, adalah
sebuah metode untuk mencegah atau merawat lubang gigi pada tahap awal berdasarkan
penilaian faktor (ADHA, 2009). Penilaian resiko karies pada usia 6 tahun sampai dewasa
menggunakan metode yang dilakukan melalui 2 tahap. Tahap pertama, dasar penilaian faktor
berdasarkan indikator penyakit gigi berlubang setiap pasien, faktor risiko dan faktor
proteksi/pencegah mengenai terjadinya gigi berlubang pada saat ini dan masa yang akan
dating yang dinilai melalui tanya jawab langsung ke pasien dan pemeriksaan klinis (Hurlbutt,
2011). Tahap kedua, dokter atau petugas kesehatan menentukan level resiko karies pasien
( low, moderate, high, or extreme ) berdasarkan adanya indikator penyakit karies dan
keseimbangan antara patologis dan faktor pencegah ( Darby ML dan Walsh MM, 2010).
1. Gigi dengan lubang pada gambaran radiografi yang berpenetrasi ke dalam dentin
2. Gambaran radiografi lesi approximal hanya pada enamel
3. Terlihat adanya white spots pada permukaan halus
4. Terdapat restorasi 3 tahun terakhir
Faktor pencegah karies merupakan faktor biologis atau terapeutik yang bisa
digunakan untuk mencegah atau memicu patologi dari faktor risiko karies. Semakin tinggi
keparahan faktor risiko, semakin tinggi pula intensitas faktor pelindung yang diperlukan
untuk melawan proses karies (Darby ML dan Walsh MM, 2010). Faktor pencegah
karies yang termasuk didalam formulir pemeriksaan resiko karies:
1. Tinggal, bekerja, dan sekolah dilingkungan yang baik kandungan flournya
2. Menggunakan pasta gigi berflouride minimal dua hari sekali
3. Menggunakan obat kumur berflouride (0,05% NaF) setiap hari
2. Moderate risk : Seseorang masuk dalam kategori moderate risk caries apabila risk
factors lebih tinggi daripada protective factors.
3. High risk : Seseorang masuk dalam kategori high risk caries apabila terdapat 1 atau
lebih indikator penyakit.
4. Extreme risk : Seseorang masuk dalam kategori extreme risk caries apabila terdapat 1
atau lebih indikator penyakit (high risk caries) ditambah adanya hiposaliva.
Prosedur :
1. Ambil rincian pasien, riwayat pasien (termasuk obat-obatan) dan melakukan
pemeriksaan klinis. Kemudian melakukan CRA.
2. Lingkari kategori “YES” pada tiga kolom pada formulir
3. Jika jawabannya adalah"ya" untuk salah satu dari empat indikator penyakit pada panel
pertama, maka kultur bakteri harus diambil dengan menggunakan Caries Risk Test
(CRT) marked by Vivadent, (Amherst, N.Y.)
4. Membuat overall judgment, apakah pasien berada pada risiko high, moderate atau low
pada keseimbangan, bergantung pada keseimbangan antara indikator penyakit/faktor
risiko dan protective factor menggunakan the caries balance concept
5. Jika ada seorang pasien high risk dan memiliki hipofungsi kelenjar ludah yang parah
atau kebutuhan khusus, maka mereka berada di"extrim risk" dan memerlukan terapi
yang sangat intensif.
6. Lengkapi bagian therapeutic recommendations seperti yang telah dijelaskan dalam
form oleh Jensonetal. masalah ini, berdasarkan assessed level of risk untuk lesi karies
di waktu mendatang dan aktivitas karies berkelanjutan. Gunakan rekomendasi
terapheutik sebagai titik awal untuk rencana pengobatan.
7. Menyediakan pasien dengan therapeutic and home care recommendations in the form
of a letter, berdasarkan observasi klinis and hasil Caries Risk Assessment (CRA).
8. Berikan pasien lembar yang menjelaskan bagaimana karies terjadi dan surat dengan
rekomendasi anda. Surat sampel diberikan.
9. Salin lembar rekomendasi, dan surat untuk grafik pasien (atau jika Anda memiliki
electronic records berbagai bentuk dan rekomendasi dapat dihasilkan untuk dicetak
custome untuk setiap pasien).
10. Menginformasikan pasien dari hasil dari setiap tes. Misalnya, menunjukkan pasien
bahwa bakteri tumbuh dari mulut mereka (hasil uji CRT *) bisa menjadi motivator
yang baik sehingga dengan memiliki culture tube or digital photograph dari slide uji
akan berguna pada kunjungan berikutnya (atau menjadwalkan satu kali pertemuan
untuk tujuan ini, untuk terus memuaskan pasien dalam beberapa minggu), atau
memberikan/mengirim mereka gambar(kamera digital dane-mail).
11. Setelah pasien telah mengikuti rekomendasi Anda selama tiga sampai enam bulan,
pasien dipersilakan kembali untuk menilai lagi seberapa baik instruksi yang telah
mereka jalankan. Tanyakan kepada mereka jika mereka mengikuti instruksi Anda dan
seberapa sering.
Jika level bakteri yang awalnya moderate or high, maka ulangi kultur bakteri untuk
melihat apakah level bakteri telah berkurang.
D. Cariogram
Telah banyak upaya yang telah dilakukan untuk mengurangi prevalensi karies
gigi, di antaranya dengan melakukan pengukuran resiko karies. Risiko karies
merupakan peluang seseorang untuk mempunyai beberapa lesi karies yang akan
menjadi karies selama kurun waktu tertentu. Resiko karies setiap orang tidak sama,
oleh karena itu tiap pasien pun juga berbeda dalam melakukan tindakan pencegahan
terhadap karies gigi. Salah satu metode pengukuran resiko karies yaitu menggunakan
kariogram(Kawung dkk, 2014).
Pada tahun 1997, kariogram diperkenalkan oleh Dr. Bratthal untuk
memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang karies gigi. Cariogram merupakan
sebuah perangkat lunak pada computer yang bertujuan untuk menunjukkan latar
belakang karies gigi dengan mengambarkan interaksi yang berhubungan dengan 10
faktor penyebab karies (Marya, 2011).
Tujuan kariogram menurut Vishnani dan Anup (2014), yaitu:
A. Klasifikasi Kariogram
Kariogram merupakan sebuah diagram lingkaran, dibagi menjadi lima sektor
dalam beberapa warna, yaitu hijau, biru tua, merah, biru muda, dan kuning yang
mengindikasikan kelompok faktor resiko terjadinya karies gigi.
1. Start program
2. Fungsi
Dengan cara mengklik ikon yang terdapat pada ujung kiri atas layar terdapat
beberapa informasi yang memiliki fungsi sebagai berikut:
3. Mendaftar pasien
5. Pengaturan Kelompok
Seorang pasien kemungkin dikategorikan dalam kelompok risiko yang
lebih tinggi atau lebih rendah berhubungan dengan populasi umum di daerah
tersebut.
7. Rekomendasi Pasien
Serangkaian saran bisa dilihat setelah data angka yang diinput ke dalam
perangkat lunak dan kariogram telah tampak di tengah layar dengan mengklik
ikon, “Preliminary Interpretation” di pojok kiri atas. Perlu dicermati bahwa yang
diterangkan hanya saran, tidak menggambarkan kemungkinan. Pemeriksa kondisi
pasien dengan kariogram secara bijak harus memutuskan apakah tindakan yang
disarankan atau tidak disarankan akan dilanjutkan atau tidak.
8. Cetak
Menurut Bratthall et al. (2004), ada 10 parameter yang harus diisi dan diberi
skor (0-3) pada kotak yang tersedia dengan meng-klik tanda panah ke atas atau ke
bawah. Untuk semua parameter, skor 0 berarti nilai paling baik dan 3 adalah nilai
paling buruk. Parameter tersebut yaitu :
Sebenarnya tidak ada tingkat karies "normal“ yang akurat, populasi yang berbeda,
prevalensi karies juga berbeda. Dalam menggunakan Cariogram, survei epidemiologi
lokal dapat digunakan. Berikut contoh di Swedia dan dari Inggris
Example:
A 30-year-old man with a DMFT = 11 will be as normal for his age
A 45-year-old with a DMFT = 13 is ‘better than normal’
A 55-year-old with a DMFT = 25 is ‘worse than normal’
2. Penyakit general
Skor Keterangan
0 = Tidak ada penyakit Tidak ada tanda-tanda dari penyakit
general yang berhubungan dengan
karies gigi. Pasien sehat.
1 = Ada penyakit / kondisi Ada penyakit general yang secara
dengan derajat ringan tidak langsung dapat mempengaruhi
proses karies, atau kondisi lain yang
dapat menyebabkan risiko karies
yang lebih tinggi. Misalnya
penglihatan terbatas,
ketidakmampuan untuk bergerak.
2 = Derajat berat, jangka Pasien yang terbaring di tempat tidur
panjang atau membutuhkan obat secara
terus-menerus. Misalnya yang bisa
mempengaruhi sekresi saliva.
3. Diet karbohidrat
Skor Keterangan
0 = Fermentasi karbohidrat Fermentasi karbohidrat sangat
sangat rendah rendah, diet yang sangat baik dari
sudut pandang karies.
1 = Fermentasi karbohidrat Karbohidrat difermentasi rendah,
rendah, diet non kariogenik diet'non-kariogenik', diet yang tepat
dari perspektif karies. Gula atau
karbohidratlain yang merangsang
kariespadatingkat rendah.
2 = Fermentasi kandungan Fermentasi kandungan karbohidrat
karbohidrat sedang sedang. Diet dengan kandungan
yang relatif tinggi gula atau
karbohidrat lain yang merangsang
karies.
3 = Asupan karbohidrat tnggi, Diet yang tidak baik dari perspekti
diet yang tidak tepat. fkaries. Asupan tinggi gula atau
karbohidrat lainnya merangsang
karies.
Dukungan yang baik untuk konseling diet adalah penggunaan uji saliva, seperti uji
lactobacillus. Jumlah lactobacillus yang tinggi dapat mengindikasikan karbohidrat
yang tinggi. Dentocult LB adalah metode dip-slide untuk memperkirakan jumlah
laktobasilus. Metode ini terdiri dari slide dengan substrat selektif untuk Lactobacillus
1. Biarkan pasien mengunyah pellet parafin selama setidaknya satu menit (jika
air liur belum terkumpul untuk penilaian tingkat sekresi)
2. Kumpulkan saliva terstimulasi dalam tabung reaksi.
3. Keluarkan medium nutrisi dari vial biakan tanpa menyentuh permukaan agar-
agar.
4. Tuangkan air liur dari tabung reaksi pada kedua permukaan agar, pastikan
bahwa mereka benar-benar dibasahi.
5. Biarkan air liur berlebih menetes, kemudian kencangkan slide dengan kuat
kembali untuk dilakukan kultur jaringan.
6. Beri label nama pasien dan tanggal pengambilan
7. Tempatkan tabung reaksi dalam posisi tegak dalam inkubator selama empat
hari 35 ºC / 95 ºF.
Setelah inkubasi - lepaskan slide dari nutrien agar setelah empat hari. Bandingkan
densitas koloni pada permukaan agar-agar dengan kepadatan dari bagan model.
4. Frekuensi diet
Skor Keterangan
0 = maksimal tiga kali per hari Frekuensi asupan diet yang sangat
(termasuk makanan ringan) rendah, maksimal tiga kali per 24
jam sebagai rata-rata di bawah
periode waktu lebih lama.
1 = maksimal lima kali per hari Frekuensi asupan diet rendah,
maksimal lima kali setiap 24 jam.
2 = maksimal tujuh kali per hari Frekuensi asupan diet tinggi,
maksimal tujuh kali per 24 jam.
3 = lebih dari tujuh kali per hari Frekuensi asupan diet sangat tinggi,
rata-rata lebih dari tujuh kali per 24
jam.
5. Skor plak (indeks Plak, Loe & Sillness)
Skor Keterangan
0 = oral hygiene sangat baik, Tidak ada plak, seluruh permukaan
Plaque Index (PI) < 0,4 gigi sangat bersih, pasien sangat
sadar akan kebersihan mulut, rajin
menyikat gigi dan menggunakan
pembersih interdental.
1 = oral hygiene baik, PI = 0.4- Terdapat plak yang menempel pada
1.0 margin gingiva bebas dan daerah
yang berdekatan gigi. Plak dapat
dilihat hanya setelah diaplikasikan
disclosing solutio atau dengan
menggunakan probe pada
permukaan gigi.
2 = oral hygiene yang kurang Akumulasi deposit lembut sedang,
baik, PI = 1,1-2,0 dapat dilihat dengan mata secara
langsung.
3 = oral hygiene buruk, PI> 2.0 Banyaknya material lembut di dalam
poket gingiva dan / atau pada gigi
dan margin gingiva. Pasien tidak
tertarik dalam membersihkan gigi
atau menyebabkan kesulitan dalam
membersihkan. Anda merasa seperti
ingin segera membersihkan giginya
secara menyeluruh dan profesional.
Indeks plak Loe dan Silness digunakan untuk mengukur plak berdasarkan pada lokasi
dan kuantitas plak yang berada dekat dengan margin gingiva. Gigi yang diperiksa
meliputi empat permukaan yaitu: mesial, distal, lingual dan fasial, kemudian dihitung
skornya.Untuk menghitung keseluruhan gigi jumlah skor indeks plak dibagi jumlah
gigi yang ada
0 - 1 baik
1,1 - 2 sedang
2,1 - 3 buruk
Dentocult SM adalah salah satu tes aktivitas karies yang membantu diagnosis
adanya karies dan perkembangannya berdasarkan hitungan Streptococcus mutans.
Dentocult SM digunakan untuk memperkirakan jumlah Streptococcus mutans dalam
air liur.
1. Ambil disk bacitracin dari botol menggunakan tang atau jarum. Jangan lupa tutup
kembali tutup rapat.
2. Masukkan disk bacitracin ke dalam tabung kultur biakan dan biarkan selama
setidaknya 15 menit.
3. Berikan pasien pelet parafin untuk dikunyah setidaknya selama satu menit.
Mengunyah menghasilkan bakteri mutan yang bergerak dari permukaan gigi ke air
liur.
4. Ambil satu tes strip mutans dari wadah, hanya menyentuh ujung strip. Masukkan
2/3 strip ke mulut pasien dan putar sekitar 10 kali. Strip itu tidak boleh dioleskan di
lidah, hanya dibasahi dengan baik.
5. Lepaskan Strip mutans dari lidah, tarik di antara bibir tertutup untuk
menghilangkan sisa air liur.
6. Tempatkan Strip mutans dalam medium kultur. Tutup harus 1/4 terbuka. Pegang
botol itu tegak.
7. Beri label pasien dan tempelkan ke botol
8. Tempatkan media kultur dalam inkubator pada suhu 35-37 ºC (95-99 ºF) dan
inkubasi selama 48 jam
Setelah inkubasi biarkan strip mengering lalu lakukan evaluasi. Jumlah streptokokus
mutan per ml saliva diperoleh dengan membandingkan strip uji dengan bagan
evaluasi dan diklasifikasikan
7. Program fluor
Skor Keterangan
0=Mendapat program fluoride Pasta gigi berfluoride ditambah
secara maksimal penggunaan konstan langkah-
langkah tambahan seperti tablet atau
pembersihan dan varnis. Program
fluoride maksimal
1=F tindakan tambahan, jarang Pasta gigi berfluoride ditambah
beberapa langkah tambahan seperti
tablet atau pembersihan dan varnis
jarang.
2 = hanya Fluoride dari pasta Hanya pasta gigi berfluoride
gigi
3=tidak ada penggunaan Tidak menggunakan pasta gigi
fluoride fluoride atau tindakan fluoride
lainnya.
8. Sekresi saliva
Skor Keterangan
0=sekresi salivanormal Sekresi saliva normal,lebih dari 1,1
ml stimulated saliva per menit.
Bahan yang diperlukan untuk tes: Parafin dan gelas ukur atau gelas.
1. Pasien tidak boleh makan atau merokok selama satu jam sebelum pengambilan
sampel.
2. Pasien harus duduk dalam posisi yang tegak dan rileks.
3. Pelet parafin diberikan kepada pasien untuk dikunyah selama 30 detik,
kemudian mengeluarkan ludah yang terakumulasi.
4. Pasien kemudian terus mengunyah selama lima menit, dengan akumulasi air
liur yang dikumpulkan terus menerus ke gelas ukur. Waktu dapat dikurangi jika
tingkat tinggi, berkepanjangan jika tingkatnya rendah
5. Setelah 5 menit, jumlah air liur diukur dan laju sekresi dihitung. Contoh: 3,5
ml dalam 5 menit = 0,7 ml / menit
Jika semua tes dilakukan pada saat yang sama, dapat dilakukan urutan praktis berupa:
1. mengukur tingkat sekresi
2. menggunakan beberapa air liur yang dikumpulkan untuk kapasitas buffer
3. Uji Strip mutans
4. gunakan ludah yang tersisa untuk tes lactobacillus
ICDAS adalah sistem penilaian klinis yang digunakan untuk mendeteksi dan menilai
karies gigi. ICDAS dihasilkan untuk digunakan dalam pendidikan kedokteran gigi, aplikasi
klinis, penelitian dan studi epidemiologi.Sistem penilaian dapat digunakan pada permukaan
koronal dan permukaan akar dan dapat diterapkan untuk karies enamel,karies dentin, lesi
non-kavitas dan lesi kavitas. Tujuan ICDAS adalah untuk mendapatkan informasi tentang
diagnosis yang tepat, prognosis dan manajemen klinis karies gigi pada tingkat kesehatan
individu dan publik. Jadi, ICDAS menyediakan lembar kerja yang dapat memungkinkan
pengelolaan karies yang diperlukan untuk mencapai hasil jangka panjang yang sehat
(Dikmen, 2015)
Karena karies gigi merupakan proses yang dinamis, pengkategoriannya sulit. Proses
ini terus menerus dan dapat diukur sebagai tahapan yang mewakili kehilangan struktur gigi
yang saat ini tidak terdeteksi menggunakan teknologi terbaru yang tersedia untuk digunakan
secara in vivo. Karena itu kita bergantung pada tanda-tanda visual yang mencerminkan proses
karies relatif ICDAS mengukur perubahan permukaan dan kedalaman histologist potensial
lesi karies dengan mengandalkan karakteristik permukaan. Kriteria ICDAS dibagi menjadi
Sistem ICDAS II memiliki dua kode digit untuk kriteria deteksi karies koronal
2 Ketika basah, opacity (seperti Kode 1) lebih lebar dari pit / fissure atau
email.
4 Ketika basah atau kering, terdapat bayangan biru, abu-abu, atau coklat pada
dentin yang terlihat melalui permukaan enamel yang tampak utuh atau
email.
5 Kavitas opak atau perubahan warna pada email melibatkan dentin (1mm).
A. Karies akar
Kode Keterangan
E Jika permukaan akar tidak dapat divisualisasikan secara langsung,
maka itu dikecualikan.
0 Permukaan akar tidak menunjukkan perubahan warna yang tidak
biasa yang membedakannya dari daerah akar di sekitarnya atau tidak
menunjukkan cacat permukaan pada sambungan pertanaman atau
permukaan akar. Permukaan akar memiliki kontur anatomi alami.
1 Ada area dengan batas yang jelas pada permukaan akar atau pada CEJ
yang berubah warna tetapi tidak ada kavitasi (hilangnya konturan
atomis <0,5 mm).
2 Ada daerah dengan batas-batas yang jelas pada permukaan akar atau
pada CEJ yang berubah warna(coklat terang / gelap, hitam) dan ada
kavitasi (kehilangan kontur anatomi ≥; 0,5 mm).
Radiografi bitewing
Kriteria skor radiografi bitewing :
Karies gigi merupakan penyakit mulut yang paling umum pada kedokteran gigi
meskipun ilmu pengetahuannya berkembang dan selalu menjadi perhatian. Penilaian dan
pengontrolan faktor-faktor karies sangat diperlukan dalam upaya pencegahan
berkembangnnya karies. Pemeriksaan faktor resiko akan menunjukkan status faktor resiko
pada masing-masing individu. Tahap pengontrolan faktor-faktor resiko karies tersebut dapat
dilakukan setelah ditentukannya status risiko karies dari masing-masing individu. Dalam
pengontrolan risiko karies memerlukan beberapa faktor yang harus dipertimbangkan seperti
halnya faktor umum yang mampu membantu dalam penilaian resiko karies berupa informasi
pasien serta hasil pemeriksaan umum klinis.
Darby, ML.,Walsh, MM., 2010, Dental Hygiene : Theory and Practice, Canada: Saunders
Dikmen, B., 2015, ICDAS II Criteria (International Caries Detection And Assessment
System), J-Istanbul UnivFac Dent 2015;49(3):63-72
Evans, R. W., Dennison, PJ., 2009, The Caries Management System: an evidence-based
preventive strategy for dental practitioners. Application for children and adolescents,
Australian Dental Association54: 381–389.
Featherstone, J.D.B., dkk. Caries Risk Assessment in Practice for Age 6 through Adult, CDA
Journal., 35(10)
Gomez, F.R.J., dkk., 2010, Caries Risk Assessment Appropriate for the Age 1 Visit (Infants
and Toddlers), CDA Journal, 35(10), h: 687-782.
Gugnani, N., Pandit, K., Srivastava., N., Gupta, M., Sharma M., 2011, International Caries
Detection and Assessment System (ICDAS): A New Concept, International Journal of
Clinical Pediatric Dentistry 4(2):93-100.
http://www.ada.org/~/media/ADA/Public
%20Programs/Files/topics_caries_educational_over6.ashx diakses pada 07/01/2015
16:43
http://www.ada.org/~/media/ADA/Public
%20Programs/Files/topics_caries_educational_over6.ashx diakses pada 07/01/2015
16:43
Hurlbutt, Michelle, 2011, CAMBRA: Best Practices in Dental Caries Management, PenWell,
h: 95-107
Kawung, R., Wicaksono, D., Soewantoro, J.S., 2014, Gambaran Resiko Karies Gigi pada
Mahasiswa Angkatan 2008 di Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas
Kedokteran Unsrat dengan Menggunakan Kariogram,Jurnal e-GiGi (eG)., 2(2).
Kidd, EAM., Joyston-Bechal, S., 1991, Dasar-Dasar Karies: Penyakit dan Penanggulangan
(alih bahasa: Narlan Sumawinata dan Safrida Faruk), Jakarta: EGC
Limeback, H., 2012, Comprehensive Preventive Dentistry, Oxford: A John Wiley & Sons
Putri, M.H., Herijulianti, E.,Nurjannah, N., 2009, Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras
dan Jaringan Pendukung Gigi, Jakarta: EGC