Anda di halaman 1dari 4

Exfoliative cheilitis

Nama lain
Exfoliative cheilitis disebut juga factitious cheilitis atau le tic de lvres
(Scully et al. 2010, p.199) . Istilah lain yang biasa digunakan adalah

common

cheilitis, cheilitis sicca, dehydration cheilitis, chapped lips atau cheilitis simplex
(Lindenmuller et al. 2013, p.875).
Definisi
Exfoliative cheilitis merupakan peradangan superfisial kronis pada merah
bibir yang ditandai dengan hiperkeratosis dan deskuamasi yang persistent. Sisik
kecoklatan yang terbentuk dapat mengelupas sendiri atau dilepaskan oleh pasien
(Ghom 2010, p.567 ; Scully et al. 2010, p.199; Field & Longman 2004, p.66).
Etiopatogenesis
Dua penyebab utama exfoliative cheilitis adalah dehidrasi dan atau iritasi
mekanis. Angin dan suhu dingin menyebabkan dehidrasi pada bibir. Keinginan
untuk melembabkan bibir dengan saliva akan memicu terjadinya cheilitis. Eksim
atopik juga dapat menjadi faktor predisposisi cheilitis. Terapi retinoid sistemik
memiliki efek samping exfoliative cheilitis, kondisi ini tergantung pada dosis obat
yang diberikan. Kerusakan mekanis pada bibir akibat kebiasaan menggigit bibir
secara berulang (cheilophagia) juga dapat menyebabkan exfoliative cheilitis.
Cheilophagia (dalam bahasa Perancis disebut tic de lvres) biasanya merupakan
kebiasaan buruk dan menjadi tanda adanya stres psikologis atau gangguan
kompulsif (Lindenmuller et al. 2013, p.875; Ghom 2010, p.568).
Gambaran Klinis
Kondisi ini biasanya muncul pada kelompok usia muda, kebanyakan kasus
dialami oleh perempuan, tetapi pada beberapa kasus juga ditemukan pada laki-laki
Proses penyakit dimulai pada bagian tengah bibir bawah dan menyebar ke semua
area bibir bawah atau kedua bibir. Pasien mengeluhkan iritasi, gatal, sakit atau
rasa terbakar yang biasanya ditemukan pada pasien dengan kebiasaan menggigit
atau menghisap bibir. Secara klinis tampak bibir pecah-pecah yang tampak kasar
dan

kering, biasanya disertai

edema (gambar 1a 1f). Lebih lanjut bisa

ditemukan sisik dan krusta, erosi dan fisura yang bisa bertahan dalam beberapa

bulan sampai beberapa tahun. Pada daerah perioral tampak eritema (Ghom 2010,
p. 568; Lindenmuller et al. 2013, p.875-876).

Gambar 1a. Cheilitis exfoliative


pada pasien dengan kecemasan
(Sumber: bagian IPM FKG UA

Gambar 1c. Cheilitis exfoliative


dengan bibir kemerahan, kering dan
kasar disertai sisik dan fisura
(Sumber: Lindenmuller 2013)

Gambar 1e. Cheilitis exfoliative


sebagai manifestasi stres.
(Sumber: Scully et al. 2010)

Gambar 1b. Cheilitis exfoliative


ringan (Sumber: bagian IPM FKG
UA 2013)

Gambar 1d. Cheilitis exfoliative


(Sumber: Scully et al. 2010)

Gambar 1f. Cheilitis exfoliative


dengan deskuamasi parah, fisura,
kemerahan dan edema pada merah
bibir (Sumber: Lindenmuller 2013)

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium tidak mendukung dalam menentukan etiologi
organik dan hasil biopsi tidak berpengaruh, hanya menegaskan temuan fisik.
Pemeriksaan kultur dan histopatologis dapat dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan kondisi keganasan atau adanya penyebab infeksi tertentu (Aydin et
al. 2008, p.3).
Diagnosis Banding
Diagnosis banding untuk exfoliative cheilitis adalah cheilitis yang
disebabkan oleh alergi (contact cheilitis) atau iritan

toksik, atopic cheilitis,

actinic cheilitis, glandular cheilitis, dermatitis kontak, reaksi fotosensitifitas, dan


neoplasia. Hipervitaminosis A, lupus eritematosus, infeksi Candida, infeksi HIV
dan lichenoid dermatosis juga harus dipertimbangkan sebagai diagnosis banding
(Aydin et al. 2008, p.; Lindenmuller et al. 2013, p.875; Scully et al. 2010, p. 200).
Prinsip Terapi
Beberapa kasus exfoliative cheilitis dapat sembuh sendiri atau dengan
perbaikan oral hygiene (Scully 2010, p. 200; Field & Longman 2004, p.66).
Terapi yang dapat diberikan pada kasus exfoliative cheilitis adalah:
1. Psikoterapi dilakukan untuk mengatasi gangguan kepribadian (Ghom 2010,
p.568). Obat penenang dan antidepresi juga dapat membantu penyembuhan
(Scully 2010, p.200).
2. Steroid topikal seperti krim hidrokortison dengan penggunaan jangka pendek
dapat menyembuhkan pada beberapa kasus kronis (Ghom 2010, p.568;
Lindenmuller et al. 2013, p.875)
3. Kombinasi hidrokortison dengan

krim

iodoquinol

(antibakteri

dan

antimikotik) dapat digunakan pada kasus exfoliative cheilitis kronis (Ghom


2010, p.568)
4. Terapi lain seperti perak nitrat topikal, asam salisilat, serta krim antibakteri
dan anti jamur (Ghom 2010, p.568)

Daftar Pustaka
Aydin, E, Gokoglu, O, Ozcurumez, G & Aydin, H 2008, Factitious cheilitis: a
case report, Journal of Medical Case Reports, vol. 2, no.29, pp. 1-4.

Field, A & Longman, L 2004, Tyldesleys oral medicine, 5th edn, Oxford
University Press, New York, p. 66.
Ghom, AG 2010, Textbook of oral medicine, 2nd edn, Jaypee Brothers Medical
Publishers, New Delhi, pp. 567-568.
Lindenmuller, IH, Itin, PH, Fistarol,SK 2014 , Dermatology of the lips:
inflammatory diseases, Quintessence Int, vol.10, pp.875883.
Scully, C, Flint, SR, Bagan, JV, Porter, SR, Moos, KF 2010, Oral and
maxillofacial diseases, 4th edn, Informa, London, pp: 95, 199-200.

Anda mungkin juga menyukai