Anda di halaman 1dari 70

1. APA SAJA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI CARIES RISK ASSESSMENT ?

Formulir penilaian risiko karies American Dental Association (ADA) digunakan sebagai
alat bantu dokter gigi dalam menilai risiko individu terhadap terjadinya karies. Di dalam
penggunaannya, formulir ini terbagi menjadi dua jenis berdasarkan kategori umur pasien yaitu,
formulir penilaian risiko karies untuk usia 0-6 tahun dan formulir penilaian karies untuk usia
di atas 6 tahun. Formulir ini juga digunakan sebagai sarana komunikasi dengan pasien dalam
menyoroti faktor risiko yang potensial terhadap terjadinya karies. Faktor risiko yang dimuat
dalam formulir ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada pasien yang dapat membantu
di dalam menurunkan risiko karies dari waktu ke waktu.

Formulir penilaian risiko karies dirancang untuk memuat berbagai faktor yang
mudah diamati atau ditemukan selama evaluasi kesehatan mulut secara rutin. Bagian
Contributing Conditions dan General Health Conditions dalam form ini dapat dilengkapi
oleh anggota dental team, sedangkan bagian Clinical Conditions harus ditentukan sendiri
oleh dokter gigi. Warna yang digunakan dalam formulir ini mengindikasikan tingkat
risiko, dimana hijau untuk mengindikasikan risiko dengan tingkat rendah, kuning untuk
tingkat sedang, dan merah untuk tingkat tinggi. Untuk masing-masing faktor risiko diisi
dengan cara melingkari atau memberikan tanda checklist sesuai dengan kolom tingkat risiko.
Selain itu, terdapat beberapa informasi tambahan terkait dengan faktor risiko spesifik,
diantaranya:

1. Paparan fluorida
2. Makanan dan minuman yang mengandung gula
3. Pasien dengan kebutuhan khusus
4. Medikasi yang dapat menurunkan curah saliva
Tabel 2.1. Formulir Penilaian Risiko Karies untuk Usia 0-6 Tahun
Tabel 2.2. Formulir Penilaian Risiko Karies untuk Usia di Atas 6 Tahun
A. CAMBRA
Caries management by risk assessment (CAMBRA) adalah salah satu pendekatan untuk
mencegah atau merawat penyebab karies gigi pada tahap paling awal sebelum gigi berlubang
(ADHA, 2012). Penilaian resiko karies pada usia 6 tahun sampai dewasa menggunakan
metode yang dilakukan melalui 2 tahap. Tahap pertama, melakukan pemeriksaan klinis
pada inidividu yang memiliki karies meliputi indikator, faktor resiko dan faktor
pencegah. Tahap kedua, dokter atau petugas kesehatan menentukan level resiko karies
pasien ( low, moderate, high, or extreme ) berdasarkan adanya indikator penyakit karies
dan keseimbangan antara patologis dan faktor pencegah ( Darby ML dan Walsh MM,
2010).

Menurut Darby ML dan Walsh MM (2010), Indikator penyakit karies :

1. Gigi dengan lubang atau lesi pada gambaran radiografi yang terlihat berpenetrasi kedalam
dentin
2. Gambaran radiografi lesi approximal hanya pada enamel
3. Terlihat adanya white spots pada permukaan halus
4. Terdapat restorasi 3 tahun terakhir

Menurut Darby ML dan Walsh MM (2010), faktor resiko karies merupakan faktor
biologis yang menyebabkan meningkatnya level resiko karies sehingga menimbulkan lesi yang
baru. Terdapat 9 faktor resiko yang teridentifikasi berkaitan mengenai penilaian resiko karies
yaitu :

1. Medium or high mutans streptococci and lactobacilli


2. Terlihat adanya plak pada gigi
3. Frekuensi snacking lebih dari 3 kali sehari diantara waktu makan
4. Pit dan fissure yang dalam
5. Penggunaan obat yang berlebihan
6. Aliran saliva yang inadequate hasil dari observasi atau pengukuran
7. Faktor berkurangnya saliva ( medikasi, radiasi, dan kondisi sistemik )
8. Akar yang terbuka
9. Penggunaan ortodontik
Faktor resiko karies merupakan faktor biologis yang dapat menyebabkan meningkatnya
tingkat resiko karies sehingga menimbulkan lesi yang baru (Darby dan Walsh, 2010). Hurlbutt
(2011) menyatakan bahwa terdapat tiga faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya
karies, yangmana disingkat dengan BAD yaitu:
1) Bad bacteria, meaning acidogenic, aciduric or cariogenic bacteria, yaitu tersedianya
bakteri buruk seperti bakteri asidogenik, asidurik, dan kariogenik
2) Absence of saliva, meaning hyposalivation or salivary hypofunction, yaitu saliva berkurang
seperti hiposaliva atau hipofungsi saliva.
3) Destructive lifestyle habits that contribute to caries disease, such as frequent ingestion of
fermentable carbohydrates, and poor oral hygiene (self care), yaitu gaya hidup yang tidak
baik sehingga berkontribusi terhadap terjadinya karies, seperti seringnya mengkonsumsi
karbohidrat dan kebersihan mulut yang buruk.
Penjelasan mengenai faktor resiko ini membantu untuk memahami mengenai masalah
karies. jika tidak terdapat tanda klinis dari indikator karies, status resiko karies maka
dapat diartikan bahwa antara faktor patologis dan faktor pencegah menggambarkan
adanya garis yang seimbang atau dalam keadaan seimbang.

Faktor pencegah karies merupakan faktor biologis atau terapeutik yang bisa digunakan
untuk mencegah atau memicu patologi dari faktor risiko karies. Semakin tinggi keparahan
faktor risiko, semakin tinggi pula intensitas faktor pelindung yang diperlukan untuk melawan
proses karies (Darby ML dan Walsh MM, 2010).
Faktor pencegah karies yang termasuk didalam formulir pemeriksaan resiko karies:
1. Tinggal, bekerja, dan sekolah dilingkungan yang baik kandungan flournya
2. Menggunakan pasta gigi berflouride minimal dua hari sekali
3. Menggunakan obat kumur berflouride (0,05% NaF) setiap hari
4. Menggunakan 5000 ppm pasta gigi berflouride setiap hari
5. Varnish Fluoride pada 6 bulan terakhir
6. Mengunjungi dokter gigi untuk topikal aplikasi flour 6 bulan sekali
7. Peresepan / penggunaan chlorhexidine perhari dalam 1 minggu selama 6 bulan terakhir
8. Xylitol gum / lozenges 4x sehari dalam 6 bulan terakhir
9. Menggunakan pasta supplement kalsium dan fosfat sampai 6 bulan
10. Aliran saliva yang adekuat ( 1 mL / min stimulated) (Darby ML dan Walsh MM, 2010).
Faktor pelindung karies merupakan faktor biologis yang digunakan untuk mencegah
patologi dari faktor risiko karies. Semakin tinggi keparahan faktor risiko, semakin tinggi pula
intensitas faktor pelindung yang diperlukan untuk mencegah terjadinya karies (Darby dan
Walsh, 2010). Hurlbutt (2011) menyatakan bahwa terdapat empat faktor pelindung dalam
mengatasi ketidakseimbangan karies, yangmana disingkat dengan SAFE, yaitu:
1) Saliva and Sealants
Saliva normal memiliki pH 6,6. Pengujian saliva termasuk pengujian bakteri yang
disarankan pada semua pasien baru. Sealant merupakan cara yang digunakan untuk
meningkatkan ketahanan gigi terhadap karies pada pit dan fisura gigi. Pedoman klinis
CAMBRA merekomendasikan bahwa sealant didasarkan pada risiko pasien. Pasien
dengan resiko karies rendah dapat menggunakan sealant dari bahan resin dan ionomer
kaca, sedangkan untuk pasien dengan resiko karies moderat, tinggi dan pasien dengan
resiko karies ekstrem direkomendasikan untuk menggunakn fluoride-releasing sealant
untuk lubang yang dalam.
2) Antimicrobials or antibacterials (including xylitol)
Agen antimikroba dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Agen antimikroba
direkomendasikan untuk anak usia diatas 6 tahun dengan resiko karies tinggi atau ekstrim.
Obat kumur seperti klorheksidin glukonat telah disetujui FDA untuk mengobati gingivitis.
Klorheksidin glukonat juga efektif dalam mengurangi kadar bakteri Streptococci mutans,
namun pemakaian klorheksidin dalam jangka waktu yang panjanga dapat menyebabkan
perubahan warna gigi dan restorasi resin komposit.
3) Fluoride and other products that enhance reminalization
Penggunaan pasta gigi berfluoride bertujuan untuk menurunkan karies, dan untuk
mencegah karies pada anak dan remaja, pasta gigi minimal 1.000 ppm fluor. Penggunaan
5.000 ppm fluoride pasta gigi dan obat kumur berfluoride juga direkomendasikan.
Xylitol dapat digunakan pada pasien dengan usia lebih dari 6 tahun dalam
mengontrol bakteri Streptococcus mutans, sedangkan untuk anak dibawah usia 6 tahun
dengan resiko karies moderet atau ekstrim dapat menggunakan produk yang mengandung
xylitol. Penggunaan xylitol sesuai dengan yang dibutuhkan untuk memberikan efek pada
plak disarankan tidak lebih dari 6-10 gram/hari dan dicerna sebanyak 6,44 gram sampai
10,32 gram xylitol /per hari.
4) Effecrive lifestyle habits
Faktor penting bagi pasien dengan resiko karies tinggi yaitu mengurangi jumlah dan
frekuensi makanan yang mengandung gula. Penting bagi pasien untuk mematuhi apa yang
direkomendasikan oleh tenaga kesehatan. Selain itu, tenaga kesehatan perlu memotivasi
pasien dalam perubahan perilaku ke arah yang positif.

Kategori Risiko Karies menurut CAMBRA


1. Low risk : Seseorang masuk dalam kategori low risk caries apabila protective factors lebih
tinggi daripada risk factors.
2. Moderate risk : Seseorang masuk dalam kategori moderate risk caries apabila risk factors
lebih tinggi daripada protective factors.
3. High risk : Seseorang masuk dalam kategori high risk caries apabila terdapat 1 atau lebih
indikator penyakit.
4. Extreme risk : Seseorang masuk dalam kategori extreme risk caries apabila terdapat 1 atau
lebih indikator penyakit (high risk caries) ditambah adanya hiposaliva.
Prosedur :
1. Ambil rincian pasien, riwayat pasien (termasuk obat-obatan) dan melakukan pemeriksaan
klinis. Kemudian melakukan CRA.
2. Lingkari kategori YES pada tiga kolompada formulir(Tabel 1.3).
3. Jika jawabannya adalah"ya" untuk salah satu dari empat indikator penyakit pada panel
pertama, maka kultur bakteri harus diambil dengan menggunakanCaries Risk Test (CRT)
marked by Vivadent, (Amherst, N.Y.)
4. Membuat overall judgment, apakah pasien berada pada risiko high, moderateatau low pada
keseimbangan, bergantung pada keseimbangan antara indikator penyakit/faktor risiko dan
protective factor menggunakan the caries balance concept (lihat bagian bawah Tabel
1.1dan Gambar 1.2).
5. Jika ada seorang pasien high risk dan memiliki hipofungsi kelenjar ludah yang parah atau
kebutuhan khusus, maka mereka berada di"extrim risk" dan memerlukan terapi yang sangat
intensif.
6. Lengkapi bagian therapeutic recommendations seperti yang telah dijelaskan dalam form
oleh Jensonetal. masalah ini, berdasarkan assessed level of risk untuk lesi karies di waktu
mendatang dan aktivitas karies berkelanjutan. Gunakan rekomendasi terapheutiks ebagai
titik awal untuk rencana pengobatan.
7. Menyediakan pasien dengan therapeutic and home care recommendations in the form of a
letter, berdasarkan observasi klinis and hasil Caries Risk Assessment (CRA).
8. Berikan pasien lembar yang menjelaskan bagaimana karies terjadi dan surat dengan
rekomendasi anda. Surat sampel diberikan.
9. Salin lembar rekomendasi, dansurat untuk grafik pasien (atau jika Anda memiliki
electronic records berbagai bentuk dan rekomendasi dapat dihasilkan untuk dicetak
custome untuk setiap pasien).
10. Menginformasikan pasien dari hasil dari setiap tes. Misalnya, menunjukkan pasien bahwa
bakteri tumbuh dari mulut mereka(hasil uji CRT *) bisa menjadi motivator yang baiks
ehingga dengan memiliki culture tube or digital photograph dari slide uji akan berguna
pada kunjungan berikutnya(atau menjadwalkan satu kali pertemuan untuk tujuan ini, untuk
terus memuaskan pasien dalam beberapa minggu), atau memberikan/mengirim mereka
gambar(kamera digital dane-mail).
11. Setelah pasien telah mengikuti rekomendasi Anda selama tiga sampai enam bulan, pasien
dipersilakan kembali untuk menilai lagi seberapa baik instruksi yang telah mereka
jalankan. Tanyakan kepada merekajika merekamengikutiinstruksi Anda dan seberapa
sering.
Jika level bakteri yang awalnya moderate or high, maka ulangi kultur bakteri untuk
melihat apakah level bakteri telah berkurang. Beberapa dokter melaporkan meningkatnya
motivasi pasien ketika tes bakteri kedua dilakukan segera setelah bulan pertama pengobatan
antibakteri.

Tabel 2.3. Caries risk assessment form Ages 6 Years - Adult


Indikator penyakit (setiap orang dengan YES = YES = YES =
kemungkinan resiko tinggi dan melakukan tes CIRCLE CIRCLE CIRCL
bakteri** E
Cavitas/radiogafi sampai dentin YES
Lesi enamel Approximal (E1, E2) (dengan radiograph) YES
White spots pada permukaan yang halus (Eo) YES
Restorasi 3 tahun terakhir YES

Faktor Resiko (predisposisi faktor biologis) YES


MS dan LB baik sedang atau tinggi(by culture**) YES
Plak yang terlihat pada gigi YES
Ngemil lebih dari 3x selang waktu makan YES
Pits dan fissures dalam YES
Recreational drug use (penggunaan narkoba) YES
Ex. Phencyclidine, ganja, kokain, opium, ekstasi,
methamphetamine, heroin
Aliran saliva yang kurang memadai dengan YES
observasi atau pengukuran.
-Tidak terstimulasi 0,25-0,35 ml/menit
-Terstimulasi: 1-3 ml/menit
Faktor yang mengurangi saliva YES
(medicasi/radiasi/sistemik)
Ex. Obat Atropin, obat kolinergik dan obat
kardiovaskuler menurunkan sekresi saliva
Akar yang terlihat (Resesi Ginggiva) YES
Penggunaan ortodontik YES

Faktor pelindung
Fluoridasi lingkungan keluarga/kerja/sekolah YES
Pasta gigi berfluor minimal sekali sehari YES
Pasta gigi berfluor minimal 2x sehari YES
Obat kumur berfluor setiap hari (0,05% NaF) YES
Ex : Ovi-rinse, Cavi-rinse
Pasta gigi berfluor 5000 ppm F setiap hari YES
Ex : Pasta gigi Colgate Duraphat 5000 ppm fluoride
Varnish Fluoride pada 6 bulan terakhir YES
Fluoridasi topical pada 6 bulan terakhir YES
Resep / penggunaan chlorhexidine perhari dalam 1 YES
minggu selama 6 bulan terakhir
Xylitol gum / lozenges 4x sehari dalam 6 bulan YES
terakhir
Pasta supplement kalsium dan phosphate selama 6 YES
bulan terakhir
Aliran saliva adequate (> 1 ml/min stimulated) YES

**Bacteria/Saliva Test Results: MS: LB: Flow Rate: ml/min. Date:


Caries risk assessment form children age through adults. (Redrawn from Featherstone JDB,
Domejean-Orliaquet S, jenson L, et al: Caries assessment in practice for age 6 through adult, J
Calif Dental Assoc 35:704, 2007.)
Tabel 2.4. Form Penilaian Caries Risk Assesment untuk 0-5 tahun (Gomez dkk., 2007)
Tabel 2.5. Formulir Rekomendasi CAMBRA

B. Caries-Risk Assessment Tool (CAT) The American Academy of Pediatric Dentistry

American Academy of Pediatric Dentistry, penilaian risiko karies (CRA) pada anak
berdasarkan atas tiga bagian besar indikator karies yaitu:
1. Kondisi klinik
2. Karakteristik lingkungan, dan
3. Kondisi kesehatan umum.

Tabel 2.6. Penilaian resiko karies menurut American Academy of Pediatric Dentistry
Indikator Resiko Resiko rendah Resiko sedang Resiko tinggi
karies
Kondisi-klinis - Tidak ada yng - Ada karies selama 24 - Ada karies selama 12
karies selama 24 bulan terakhir bulan
bulan terakhir - Terdapat satu area Terakhir
demineralisai - Terdapat satu area
- Tidak ada Enamel (karies demineralisasi enamel
demineralisai enamel white spot (karies enamel white spot
enamel (karies lesion) lesion)
enamel white spot - Gingivitis - Secara radiografi
lesion) dijumpai karies enamel
- Tidak dijumpai - Dijumpai plak pada gigi
plak, tidak ada Anterior
gingivitis - Banyak jumlah S. mutans
Menggunakan alat
ortodontik
Karakteristik - Keadaan optimal - Keadaan yang Penggunaan topikal fluor
Lingkungan dari penggunaan suboptimal pengguna yang suboptimal
fluor secara fluor secara sistemik - Sering memakan gula
sistemik dan topikal dan optimal pada atau
- Mengkonsumsi penggunaan topikal makanan yang sangat
sedikit gula atau aplikasi berhubungan dengan karies
makanan yang - Sekali-sekali (satu di antara waktu makan
berkaitan erat atau dua) diantara - Status sosial ekonomi
dengan permulaan waktu makan terkena yang rendah
karies terutama gula simpel atau - Karies aktif pada ibu
pada saat makan makanan yang sangat - Jarang ke dokter gigi
- Status sosial berkaitan terjadinya
ekonomi yang tinggi karies
- Kunjungan berkala - Status sosial ekonomi
ke dokter gigi secara menengah
teratur - Kunjungan berkala ke
dokter gigi
- tidak teratur
Keadaan -Anak-anak dengan
kesehatan membutuhkan pelayanan
umum kesehatan khusus
- Kondisi yang
mempengaruhi aliran saliva

Table 2.7. Form CRA AAPD 0-3 tahun

Tabel 2.8. Formulir CRA AAPG umur 0-5 tahun


Tabel 2.9. form CRA AAPD umur 6 tahun
Tabel 2.10. Contoh managemen karies umur 1-2 tahun

Tabel 2.11. contoh managemen karies umur 3-5 tahun


Table 2.13. Contoh managemen karies umur 6 tahun
ICDAS (INTERNATIONAL CARIES DETECTION AND ASSESSMENT
SYSTEM)

ICDAS (International Caries Detection Assessment System), D yang berarti deteksi


karies gigi melalui (i) tahap proses karies; (ii) topografi (pit dan fissure atau permukaan yang
halus); (iii) anatomi (mahkota dan akar); dan (iv) restorasi atau sealant. A yang berarti penilaian
proses karies pada tahap aktif atau tidak aktif. Tujuan ICDAS adalah untuk membentuk sebuah
metode standar yang secara memadai mendiagnosis karies di kantor dokter gigi, studi epidemiologi
dan pengajaran. Metode ICDAS didasarkan pada metode visual yang sudah divalidasi untuk
mendiagnosis karies. Saat ini pada ICDAS belum termasuk penilaian mengenai aktivitas lesi.

1. Pemeriksaan Klinis Gigi Berdasarkan Kriteria ICDAS


Cara pemeriksaan:
a. Gigi diperiksa satu per satu, dimulai dari sekstan 1 (rahang atas sebelah kanan), sekstan 2
(rahang atas sebelah kiri), sekstan 3 (rahang bawah sebelah kiri), dan yang terakhir sekstan
4 (rahang bawah sebelah kanan).
b. Pada kondisi gigi yang basah, dilihat apakah terdapat lesi berupa white spot, bayangan abu-
abu, atau adanya lubang pada gigi. Apabila ada, tulis skor masing-masing permukaan gigi
sesuai ketentuan ICDAS
c. Apabila saat kondisi basah lesi tidak terlihat, gigi dikeringkan kemudian diperiksa kembali
menggunakan probe apakah terdapat lesi pada gigi atau tidak. Jika ada, tulis skor masing-
masing permukaan gigi sesuai ketetapan ICDAS
Berikut adalah skor ketentuan oleh ICDAS :
1) Kode 0 (Sound tooth surface)
Tidak terdeteksi karies, permukaan gigi sehat dan tidak mengalami kekurangan dalam
perkembangannya seperti: hiperplasia enamel, fluorosis, atrisi, abrasi, erosi. Bila
terdapat stain baik ekstrinsik dan intrinsik, ataupun multiple stain pada fissure tetap
dinyatakan sehat. Dalam hal ini tidak terjadi deminerasisasi enamel.
2) Kode 1 (First Visual change in enamel)
Ketika pemeriksaan dengan gigi dalam keadaan basah tidak ada perubahan warna gigi
yang mengindikasikan karies, namun setelah dikeringkan dengan air syringe selama 5
detik akan terlihat opacity atau diskolorisasi (lesi putih atau coklat).
3) Kode 2 (Distinc visual change in enamel)
Terdapat perubahan warna berupa lesi putih maupun coklat yang lebih meluas. Lebih
luas dari area fissure. Lesi ini dapat langsung diketahui ketika diamati dari arah bukal
atau lingual. Ketika diamati dari arah oklusal terlihat seperti bayangan.
4) Kode 3 (Localized enamel breakdown)
Kerusakan awal enamel karena karies dan tidak melibatkan dentin. Pada keadaan
basah, terlihat secara jelas perubahan warna (opacity) berupa lesi putih ataupun coklat
yang lebih meluas dari fissure. Ketika dikeringkan selama 5 detik, akan terlihat adanya
kerusakan pada struktur gigi.
5) Kode 4 (Un underlying dark shadow from dentin with or without localized enamel
breakdown)
Lesi ini terlihat seperti warna membayang dari diskolorisasi dentin pada permukaan
enamel, dengan ada atau tidak terlihatnya tanda kerusakan gigi, dalam keadaan kering
atau basah terdapat bayangan biru, abu-abu, dan coklat dengan ada atau tidak
terlihatnya kerusakan gigi
6) Kode 5 (distinc cavity with visible dentin)
Terdapat kavitas yang terlihat jelas, dentin juga terlihat. Kavitas ditandai dengan
enamel yang mengalami diskolorisasi, pada kategori ini karies sudah mencapai dentin
(kavitas 1-2 mm).
7) Kode 6 (extensive distinc cavity with visible dentin)
Karies dentin yang luas dan dalam, kedalaman setengah dari dentin, bahkan hampir
mencapai tanduk pulpa (kavitas > 2 mm).
d. Setelah semua gigi selesai diberi skor dan diisikan pada formulir ICDAS.
Cara memasukkan data elektronik
Untuk mengidentifikasi gunakan kode 0 = gigi permanen dan kode 1 = gigi desisidui.
Masukkan kode ICDAS pada permukaan oklusal, lingual dan bukal
Masukkan kode bitewing pada permukaan mesial dan distal
Masukkan DOB (tanggal lahir) dan DOE (tanggal pemeriksaan) dengan format ddmmyy
Kode untuk permukaan lainnya: F = Filled, R = Filled with reccurent caries, S = Sealed
Terdapat kode lainnya untuk permukaan oklusal: M = Missing, C = Crown, D = Denture, P
= Implant, X = Excluded
2. Berdasarkan Radiografi Bitewing
Kriteria dan Skor Pemeriksaan Radiografi Bitewing:
C0 = Tidak adanya radiolusen
C1 = Terdapat area radiolusen pada
ketebalan email bagian luar
C2 = Terdapat area radiolusen hingga
mencapai ketebalan email
bagian dalam dan mencapai DEJ
C3 = Terdapat area radiolusen melewati
DEJ
C4 = Terdapat area radiolusen mencapai
1/3 ketebalan dentin bagian luar
C5 = Terdapat area radiolusen mencapai
2/3 ketebalan dentin bagian dalam
dan atau mencapai pulpa
Bitewing scores
55 54 53 63 64 65 Code Condition
18 17 16 15 14 13 23 24 25 26 27 28 X Extracted/unerupted
Distal Mesial 9 Not in field of view
Occlusal Occlusal 8 Overlap
Mesial Distal 7 Unreadable ? too dark
0 C0 ? blurred
Bitewing ID Bitewing ID 1 C1 ? artifact
85 84 83 73 74 75 2 C2 ? other
48 47 46 45 44 43 33 34 35 36 37 38 3 C3
Distal Mesial 4 C4
Occlusal Occlusal 5 C5
Mesial Distal

Other codes: Crown C, Filled & sound F, Filled & recurrent decay R, Filled/crowned & over/under-hang H
3. Kriteria Penilaian Resiko Karies
Kriteria untuk Risiko Karies pada Primary Dentition

Kriteria untuk Risiko Karies pada Gigi Bercampur atau Gigi Permanen
Kriteria untuk Risiko Karies pada Orang Dewasa

CARIES RISK ASSESSMENT CARIOGRAM

Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007 menyebutkan bahwa
prevalensi rata-rata penduduk Indonesia bermasalah gigi dan mulut sebesar 23,4%, dimana
prevalensi karies melalui pemeriksaan DMF-T untuk rata-rata nasional sebesar 4,85% yang
berarti rata-rata penduduk Indonesia telah mengalami kerusakan gigi sebanyak 5 buah gigi per
orang. Beberapa upaya telah dilakukan untuk mengurangi prevalensi karies gigi, di antaranya
dengan melakukan pengukuran resiko karies. Risiko karies merupakan peluang seseorang
untuk mempunyai beberapa lesi karies selama kurun waktu tertentu. Risiko karies pada setiap
orang tidak sama dan tidak tetap seumur hidup oleh karena hal ini dapat berubah apabila pasien
melakukan tindakan pencegahan baik oleh dirinya sendiri maupun dokter gigi. Salah satu
metode pengukuran resiko karies yaitu kariogram (Kawung dkk, 2014).
Kariogram merupakan perangkat lunak pada komputer yang menggambarkan interaksi
berbagai faktor yang berhubungan dengan karies (Wardani dkk, 2012). Kariogram bertujuan
untuk menunjukkan grafik risiko, upaya pencegahan untuk menghindari karies baru dalam
waktu dekat. Selain itu kariogram juga bertujuan untuk upaya pencegahan sebelum karies baru
berkembang (Bratthall dan Petersson, 2005).
Menurut Bratthall dan Petersson (2005) kariogram terlihat seperti bentuk diagram pie
yang memiliki lima sektor dalam lima warna yaitu hijau, biru tua, merah, biru muda, dan
kuning yang menunjukkan berbagai kelompok faktor yang berhubungan dengan karies.

Gambar 1. Grafik pengukuran risiko karies dengan Kariogram (Bratthall dan Petersson,
2005).
1. Sektor hijau menunjukkan estimasi 'kesempatan sebenarnya untuk menghindari karies
baru'.
2. Sektor biru tua menunjukkan diet yang didasarkan pada kombinasi isi diet dan
frekuensi diet.
3. Sektor merah didasarkan pada kombinasi jumlah plak dan Streptococcus mutans.
4. Sektor biru muda menunjukkan kerentanan yang didasarkan pada kombinasi
program fluoride, sekresi air liur dan kapasitas buffer saliva.
5. Sektor kuning menunjukkan keadaan yang didasarkan pada kombinasi pengalaman
karies masa lalu dan penyakit terkait.

Kesimpulan dari grafik tersebut adalah semakin besar sektor hijau, semakin baik jika
dilihat dari sudut pandang kesehatan gigi, artinya semakin banyak kesempatan untuk
menghindari karies sehingga risiko karies rendah. Sebaliknya jika sektor selain hijau
semakin besar, semakin tinggi risiko kariesnya.

Menurut Amila dkk (2007) ada 10 parameter yang harus diisi dan diberi skor (0-3).
Untuk semua parameter, skor 0 berarti nilai paling baik dan 3 adalah nilai paling buruk
yaitu:

1. Pengalaman karies (DMFT)


Skor Keterangan
0 = Bebas karies dan tidak ada Bebas dari karies, tidak ada
tambalan tambalan sebelumnya, tidak ada
gigi berlubang atau gigi hilang
karena karies
1 = Lebih baik dari normal Lebih baik dari normal lebih baik
statusnya dibanding normal, untuk
kelompok usia di area tertentu
2 = Normal untuk kelompok usia Status normal untuk kelompok usia
tersebut
3 = Buruk dari normal Status buruk dari normal untuk
kelompok usia tersebut, atau ada
beberapa lesi karies baru di tahun
terakhir.

2. Penyakit general
Skor Keterangan
0 = Tidak ada penyakit Tidak ada tanda-tanda dari penyakit
general yang berhubungan dengan
karies gigi. Pasien sehat.
1 = Ada penyakit / kondisi Ada penyakit general yang secara
dengan derajat ringan tidak langsung dapat mempengaruhi
proses karies, atau kondisi lain yang
dapat menyebabkan risiko karies
yang lebih tinggi. Misalnya
penglihatan terbatas,
ketidakmampuan untuk bergerak.
2 = Derajat berat, jangka Pasien yang terbaring di tempat
panjang tidur atau membutuhkan obat secara
terus-menerus. Misalnya yang bisa
mempengaruhi sekresi saliva.

3. Diet karbohidrat
Skor Keterangan
0 = Fermentasi karbohidrat Fermentasi karbohidrat sangat
sangat rendah rendah, diet yang sangat baik dari
sudut pandang karies.
1 = Fermentasi karbohidrat Karbohidrat difermentasi rendah,
rendah, diet non kariogenik diet 'non-kariogenik', diet yang
tepat dari perspektif karies. Gula
atau karbohidrat lain yang
merangsang karies pada tingkat
rendah.
2 = Fermentasi kandungan Fermentasi kandungan karbohidrat
karbohidrat sedang sedang. Diet dengan kandungan
yang relatif tinggi gula atau
karbohidrat lain yang merangsang
karies.
3 = Asupan karbohidrat tnggi, Diet yang tidak baik dari perspektif
diet yang tidak tepat. karies. Asupan tinggi gula atau
karbohidrat lainnya merangsang
karies.

4. Frekuensi diet
Skor Keterangan
0 = maksimal tiga kali per hari Frekuensi asupan diet yang sangat
(termasuk makanan ringan) rendah, maksimal tiga kali per 24
jam sebagai rata-rata di bawah
periode waktu lebih lama.
1 = maksimal lima kali per hari Frekuensi asupan diet rendah,
maksimal lima kali setiap 24 jam.
2 = maksimal tujuh kali per hari Frekuensi asupan diet tinggi,
maksimal tujuh kali per 24 jam.
3 = lebih dari tujuh kali per hari Frekuensi asupan diet sangat tinggi,
rata-rata lebih dari tujuh kali per 24
jam.

5. Skor plak (indeks Plak, Loe & Sillness)


Skor Keterangan
0 = oral hygiene sangat baik, Tidak ada plak, seluruh permukaan
Plaque Index (PI) < 0,4 gigi sangat bersih, pasien sangat
sadar akan kebersihan mulut, rajin
menyikat gigi dan menggunakan
pembersih interdental.
1 = oral hygiene baik, PI = 0.4- Terdapat plak yang menempel pada
1.0 margin gingiva bebas dan daerah
yang berdekatan gigi. Plak dapat
dilihat hanya setelah diaplikasikan
disclosing solutio atau dengan
menggunakan probe pada
permukaan gigi.
2 = oral hygiene yang kurang Akumulasi deposit lembut sedang,
baik, PI = 1,1-2,0 dapat dilihat dengan mata secara
langsung.
3 = oral hygiene buruk, PI> 2.0 Banyaknya material lembut di
dalam poket gingiva dan / atau pada
gigi dan margin gingiva. Pasien
tidak tertarik dalam membersihkan
gigi atau menyebabkan kesulitan
dalam membersihkan. Anda merasa
seperti ingin segera membersihkan
giginya secara menyeluruh dan
profesional.

6. Jumlah S. Mutans (uji S. Mutans)


Skor Keterangan
0 = Strip mutans kelas 0 Jumlah yang sangat rendah atau nol
S. mutans < 104/mL saliva dari Streptococcus mutans dalam
saliva. Hanya sekitar 5% dari
permukaan gigi dikolonisasi oleh
bakteri.
1 = Strip mutans kelas 1 Rendahnya tingkat Streptococcus
S. mutans < 106/mL saliva mutans dalam saliva. Sekitar 20%
dari permukaan gigi dikolonisasi
oleh bakteri.
2 = Strip mutans kelas 2 Tingginya jumlah Streptococcus
S. mutans < 107/mL saliva mutans dalam saliva. Sekitar 60%
dari permukaan gigi dikolonisasi
oleh bakteri.
3 = Strip mutans kelas 3 Jumlah yang sangat tinggi
S. mutans > 107/mL saliva Streptococcus mutans dalam saliva.
Lebih dari 80% dari permukaan gigi
dikolonisasi oleh bakteri.
7. Program fluor
Skor Keterangan
0 = Mendapat program fluoride Pasta gigi berfluoride ditambah
secara maksimal penggunaan konstan langkah-
langkah tambahan seperti tablet
atau pembersihan dan varnis.
Program fluoride maksimal
1 = F tindakan tambahan, jarang Pasta gigi berfluoride ditambah
beberapa langkah tambahan seperti
tablet atau pembersihan dan varnis
jarang.
2 = hanya Fluoride dari pasta Hanya pasta gigi berfluoride
gigi
3= tidak ada penggunaan Tidak menggunakan pasta gigi
fluoride fluoride atau tindakan fluoride
lainnya.

8. Sekresi saliva
Skor Keterangan
0 = sekresi saliva normal Sekresi saliva normal, lebih dari 1,1
ml stimulated saliva per menit.

1 = Rendah, 0,9-1,1 ml Rendah, dari 0,9 menjadi kurang


stimulated saliva / menit dari 1,1 ml stimulated saliva per
menit.

2 = Rendah, 0,5-0,9 ml saliva / Rendah, dari 0,5 sampai kurang dari


menit 0,9 ml stimulated saliva per menit.

3 = Sangat rendah, Xerostomia, Sekresi saliva yang sangat rendah,


<0,5 ml saliva / menit mulut kering, kurang dari 0,5 ml
saliva per menit, masalah dinilai
tidak lama.

9. Kapasitas bufer saliva


Skor Keterangan
0 = memadai, Dentobuff biru Normal atau kapasitas bufer baik,
pH akhir Saliva 6.0
1 = bekurang, Dentobuff hijau kapasitas bufer kurang baik, pH
akhir Saliva - 4,5-5,5
2 = Rendah, Dentobuff kuning Kapasitas buffer rendah, pH akhir
Saliva - <4.0

10. Penilaian klinis dari operator


Skor Keterangan
0 = Lebih positif Lebih positif dari apa yang
ditunjukkan cariogram berdasarkan
pada nilai yang masuk
1 = pengaturan normal Risiko sesuai dengan nilai-nilai
yang masuk
2 = buruk Lebih buruk daripada apa yang
terdapat pada Cariogram
berdasarkan pada nilai yang masuk.
3 = resiko karies sangat tinggi,. Pemeriksa yakin bahwa karies akan
berkembang, terlepas dari apa yang
terdapat pada Cariogram
berdasarkan pada nilai yang masuk.

Terdapat beberapa tahapan menggunakan kariogram, yaitu: (Bratthall dkk, 2004)


1. Start program
Program kariogram hanya dapat digunakan pada komputer berbasis Windows.
Kemudian ikuti petunjuk yang diberikan pada halaman tersebut dan dilanjutkan dengan
mengklik simbol start pada kariogram.
2. Fungsi
Dengan cara mengklik ikon yang terdapat pada ujung kiri atas layar terdapat beberapa
informasi yang memiliki fungsi sebagai berikut:

Gambar 2. Ikon fungsi pada kariogram

a. Keluar, digunakan jika ingin menutuPasien baru, digunakan jika ingin membuat
halaman (pasien) baru.
b. Mengenai, digunakan untuk mengetahui tujuan program.
c. Bantuan, digunakan untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang penggunaan
program.
d. Catatan, digunakan untuk mendaftar dan menulis komentar pasien.
e. Rekomendasi secara umum, digunakan untuk mengetahui tindakan preventif dan
klinis yang berdasarkan nilai yang telah dimasukkan.
f. Cetak, digunakan untuk mencetak kariogram.
3. Mendaftar pasien
Untuk mendaftar pasien baru, dapat dilakukan dengan mengklik ikon catatan yang
terdapat pada ujung kiri atas program. Untuk mendaftar pasien, diperlukan beberapa
data, yaitu nama, nomor, tanggal, dan pemeriksa.

Gambar 3. Cara mendaftar pasien


Untuk memasukkan informasi data pasien pada program, dapat dilakukan dengan
mengklik ikon catatan. Kemudian mengisi informasi data pasien dan dapat juga
memberi beberapa komentar pada halaman tersebut. Apabila ingin menutup halaman
catatan dengan mengklik 'OK'

Gambar 4. Pengisian data pasien pada kariogram

Informasi rincian data pasien yang telah dimasukkan akan muncul di sudut kiri
layar seperti gambar di bawah ini. Informasi data pasien tidak dapat disimpan dalam
program ini. Oleh karena itu, disarankan untuk mencetak informasi data dan komentar
tersebut.
Gambar 5. Data yang telah diisi

4. Warna pada beberapa sektor


Pada bagian bawah kiri layar, terdapat beberapa sektor kariogram. Setiap sektor
kariogram tersebut, memiliki warna dan memiliki faktor tersendiri.

Gambar 6. Sektor warna pada kariogram


5. Pengaturan untuk 'negara/daerah'
Faktor risiko karies pada setiap negara atau daerah berbeda-beda, bergantung pada latar
belakang negara tersebut. Terdapat beberapa pilihan dalam menentukan 'negara/daerah',
yaitu 'standar', 'risiko rendah', dan 'risiko tinggi'. Untuk negara dan daerah industri tanpa
fluoridasi air minum, digunakan pilihan standar. Pilihan risiko rendah dan risiko tinggi
disesuaikan terhadap negara/daerah yang berisiko rendah atau tinggi.

Gambar 7. Pilihan risiko karies pada negara/daerah


6. Pengaturan 'kelompok'
Seorang pasien mungkin dikategorikan dalam kelompok risiko yang lebih tinggi atau
lebih rendah. Contoh: pasien lanjut usia dengan permukaan akar gigi yang terbuka, maka
memiliki risiko yang lebih tinggi. Oleh karena itu, pasien lanjut usia tersebut dapat
dikatergorikan dalam kelompok risiko tinggi.

Gambar 8. Pilihan risiko karies pada kelompok


7. Memberi skor pada beberapa faktor yang berbeda
Untuk membentuk sebuah kariogram, diharuskan memberi skor (0-2) atau (0-3)
sedikitnya tujuh dari sepuluh parameter yang sesuai dengan kriteria pasien yang
terdapat pada kotak kosong dengan mengklik tanda panah ke atas atau ke bawah. Setiap
skor memiliki prevalensi yang berbeda-beda.

Gambar 9. Hasil pemberian skor pada 7 parameter

8. Rekomendasi secara umum


Kariogram dapat memberikan interpretasi umum dan beberapa tindakan yang
perlu dilakukan dengan mengklik ikon Rekomendasi secara umum, setelah hasil
kariogram dari data-data yang dimasukkan muncul. Rekomendasi yang dihasilkan
bergantung pada skor yang kurang baik pada parameter kariogram.
Gambar 10. Rekomendasi secara umum pada kariogram

Gambar 11. interpretasi awal dan tindakan yang diusulkan

9. Cetak
Program kariogram ini dapat mencetak dalam dua pilihan warna, yaitu cetakan
berwarna dan cetakan berwarna hitam putih. Program ini juga dapat mencetak komentar
dan interpretasi awal dan tindakan yang diusulkan.

Gambar 2.13. Pemilihan cetak

Risiko karies rendah menandakan sektor hijau (peluang untuk menghindari karies
baru) diatas 75%, maka dapat disimpulkan bahwa pasien memiliki peluang yang besar
terhindar dari karies baru dengan catatan bahwa kondisi tidak berubah. Apabila sektor
hijau bernilai 25% - 75% menandakan risiko karies sedang dan apabila sektor hijau
dibawah 25%, menandakan bahwa risiko karies sangat tinggi.

2. BAGAIMANA PENANGANAN SETELAH TERJADINYA KARIES ?


- Dilakukan PRR terlebih dahulu , setelah itu dilakukan aplikasi sealen

Tujuan utama diberikannya sealant adalah agar terjadinya penetrasi bahan ke dalam pit
dan fisura serta berpolimerisai dan menutup daerah tersebut dari bakteri dan debris
(Kenneth J Anusavice, 2004: 260-261). Bahan sealant ideal mempunyai kemampuan
retensi yang tahan lama, kelarutan terhadap cairan mulut rendah, biokompatibel dengan
jaringan rongga mulut, dsn mudah diaplikasikan (Donna Lesser, 2001).

Dua bahan sealant yang sering digunakan adalah sealant berbasis resin dan sealant semen
ionomer kaca (SIK). Bahan sealant berbasis resin dapat melakukan polimerisasi secara
autopolimerisasi dan fotopolimerisasi. Sedangkan sealant SIK yang sering digunakan
bersifat autopolimerisasi (Sari Kervanto, 2009: 20).

Sealant berbasis resin bertahan lebih lama dan kuat karena memiliki kemampuan
penetrasi yang lebih bagus. Hal ini karena adanya proses etsa pada enamel gigi yang
menghasilkan kontak yang lebih baik antara bahan resin dengan permukaan enamel
(Mahadevan Ganesh, 2007).

Etsa menghilangkan mineral enamel gigi dan menghasilkan resin tag dan secara klinis
nampak lebih putih dan pudar. Bahan sealant yang diberikan pada area yang dietsa akan
berpenetrasi ke dalam resin tag. Hal ini dapat meningkatkan retensi mekanis bahan sealant
dengan permukaan enamel gigi (Carline Paarmann, 1991:13).

Sealant ionomer kaca memiliki kemampuan mencegah karies yang hampir sama dengan
sealant berbasis resin. Manipulasi sealant semen ionomer kaca lebih mudah, dan tidak
diperlukan tahapan pengetsaan pada permukaan gigi (Subramaniam, 2008).

Berbeda dengan sealant berbasis resin, bahan sealant semen ionomer kaca melakukan
interaksi khusus dengan enamel gigi dengan melepaskan kalsium, strontium dan ion fluor
yang bersifat kariostatik dan mengurangi perkembangan karies pada daerah yang diberi
sealant (Laurence J. Walsh, 2006).
CARIES RISK ASSESSMENT (CRA) AMERICAN DENTAL ASSOCIATION

Penilaian risiko karies menurut ADA (American Dental Association) digunakan


sebagai alat bantu dokter gigi dalam mengevaluasi perkembangan karies pada pasien. Formulir
penilaian risiko karies menurut ADA terbagi menjadi dua, yaitu formulir penilaian risiko karies
pada pasien usia 0-6 tahun dan formulir penilaian risiko karies pada pasien usia lebih dari 6
tahun. Faktor risiko yang dimuat dalam formulir ini bertujuan untuk memberikan informasi
kepada pasien yang dapat membantu di dalam menurunkan risiko karies dari waktu ke waktu.

Formulir ini dirancang dengan menyertakan faktor yang mudah diamati dan ditemukan
dalam evaluasi kesehatan mulut. Di dalam formulir terdapat 3 jenis warna yang digunakan
untuk mengindikasi karies yaitu hijau, kuning dan merah. Warna hijau menunjukkan reiko
rendah (low risk), kuning untuk resiko sedang (moderate risk) dan merah untuk resiko tinggi
(high risk). Cara pengisiannya dengan memberi tanda cek pada kotak di bawah kolom low risk,
moderate risk,atau high risk untuk masing-masing faktor risiko.

Formulir caries risk assessment untuk anak usia 0-6 tahun

Formulir caries risk assessment untuk anak usia di atas 6 tahun


Rekomendasi resiko karies menurut ADA :
Usia 0 6 tahun
a. Low Risk (Risiko Rendah)
Pada pasien risiko karies rendah (low risk) dilakukan pemberian fluoridasi air dan
penggunaan pasta gigi berfluoride yang dapat mencegah karies pada kategori risiko
ini. Pemberian topikal aplikasi fluor atau tidak pada pasien merupakan keputusan yang
diambil secara seimbang melalui pertimbangan praktisi profesional dan preferensi
pasien.
b. Moderate risk
Pada pasien resiko karies sedang (moderate risk) harus mendapatkan aplikasi
varnish fluoride pada interval 6 bulan. Varnish fluoride mengandung fluoride lebih
sedikit dibanding fluoride gel sehingga penggunaannya mengurangi risiko tertelan
pada anak usia dibawah 6 tahun.
c. High risk
Pada pasien resiko karies tinggi (high risk) harus mendapatkan aplikasi varnish
fluoride atau fluoride gel pada interval 3-6 bulan.

Usia lebih dari 6 tahun


a. Low Risk (Risiko Rendah)
Pada pasien risiko karies rendah (low risk) dapat diberikan fluoridasi air dan
penggunaan pasta gigi berfluoride yang dapat mencegah karies pada kategori risiko
ini. Pemberian topikal aplikasi fluor atau tidak pada pasien merupakan keputusan yang
diambil secara seimbang melalui pertimbangan praktisi profesional dan preferensi
pasien.
b. Moderate risk
Pada pasien resiko karies sedang (moderate risk) harus mendapatkan aplikasi
varnish fluoride atau fluoride gel pada interval 6 bulan.
c. High risk
Pada pasien dengan moderate risk harus menerima varnish fluoride atau aplikasi
gel fluoride dalam interval 3- 6 bulan. Dalam interval 3 bulan dengan varnish fluoride
dan 3 bulan selanjutnya dengan gel fluoride.

Edukasi Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Pasien

Childrens dental health Erupsi gigi : gigi desidui dan gigi permanen,
gigi pertama bayi
Fluoride Fluoride Treatment in the dental office,
Flouride natures cavity fighter, the fact
about bottled water
Diet Kebiasaan makan

Saliva Insufficiency Oral Moisturizers: produk yang dapat


membantu meredakan mulut kering
Tobacco habits Membantu untuk berhenti merokok,
menjaga senyum sehat
Drug Habit Methamphetamine Use and oral health
Restoration Does your filling need replacing? ;dental
radiographs A diagnostic tool; when a
filling needs to be replaced
Chemo/Radiation Therapy Perawatan mulut untuk pasien kanker

Expossed Root Surface Gigi sensitif: Penyebab dan Pengobatan

Dental/Orthodontic Menghisap jari dan penggunaan dot


Appliances
Caries Experience of Meskipun hamil tetap menjaga kesehatan
mother rongga mulut untuk menjaga senyum sehat

Informasi Tambahan Tentang Faktor Risiko Spesifik


1. Paparan Fluoride
Menanyakan kepada pasien mengenai paparan fluor yang pernah diterima. Pasien yang
belum pernah mendapatkan paparan fluoride maka dapat di anggap memiliki risiko pada
tingkat sedang (moderate risk) terhadap kejadian karies.
2. Makanan dan Minuman yang Mengandung Gula
Makanan yang mengandung gula dapat mempengaruhi perkembangan karies. Gula
dapat terkandung dalam makanan, minuman dan obat. Pasien mungkin tidak menyadari
adanya kandungan gula dalam suatu produk. Tabel berikut berisi daftar berbagai bentuk
gula yang digunakan dalam olahan dalam makanan.
3. Pasien dengan Kebutuhan Khusus
Pasien dengan kebutuhan khusus memiliki keterbatasan dalam rutinitas perawatan
kesehatan mulut, hal ini menyebabkan mereka lebih berisiko terhadap karies.
4. Medikasi yang dapat Menurunkan Produksi Saliva
Berkurangnya aliran saliva akan menyebabkan mulut kering. Mulut kering akan
mengiritasi jaringan lunak dalam mulut yang dapat menyebabkan timbulnya inflamasi dan
lebih rentan terhadap infeksi. Jika tidak ada selfcleansing saliva, maka akan menimbulkan
masalah kerusakan gigi dan kesehatan mulut.
TRAFFIC LIGHT MATRIX
TrafficLight-Matrix (TL-M) merupakan salah satu tabel model pemeriksaan faktor
risiko karies. Fungsi utamanya adalah sebagai peringatan kepada klinisi tentang adanya
lingkungan yang kondusif bagi karies, sehingga adanya satu atau lebih faktor risiko ini
dapat dipertimbangkan dalam menentukan diagnosis dan rencana perawatan. Traffic Light
Matrix (TLM) terdiri atas 2 elemen. Elemen pertama disebut lampu lalu lintas (traffic
light) dan elemen ke dua adalah tabel atau matrix (Mount dan Hume, 2005).
Elemen pertama dari model ini tidak hanya menilai risiko yang ada, namun juga
menilai motivasi pasien dan gaya hidup pasien. Model ini dirancang untuk membantu
dokter gigi untuk menentukan treatment yang tepat untuk pasien yang berdasarkan dengan
risiko karies individu tersebut. Model TLM mengalokasikan nilai ambang batas untuk
setiap kategori risiko. Jika informasi dari pertanyaan atau hasil pengujian klinis melibihi
ambang batas yang ditentukan akan membuat peringatan untuk dokter akan adanya
kemungkinan masalah (Mount dan Hume, 2005).

(Lampu lalu lintas)


Elemen kedua dari model ini adalah matriks. Matriks dirancang sebagai sarana untuk
menilai keadaan penyakit saat ini dan sikap pasien dalam menjaga kesehatan gigi. Hal ini
dapat membantu operator untuk mengukur kemampuan dan kemauan pasien untuk
mematuhi arahan pengobatan. Selain itu, hal ini juga merupakan cara untuk memberikan
informasi tentang kepatuhan pasien kepada operator yang berbeda dalam praktek yang
sama atau pada saat rujukan ke praktisi lain (Mount dan Hume, 2005).
(Matriks)
Sikap terhadap kesehatan gigi ditandai pada sumbu vertikal. Sikap merupakan
evaluasi yang dilakukan oleh diri pasien sendiri. Adapun kriteria penilaian, yaitu :
a. Termotivasi: Pasien sadar dan memiliki motivasi tinggi dalam menjaga
kesehatan gigi dan mulut.
b. Menyadari: Pasien sadar tetapi masih bergantung pada tim kesehatan gigi untuk
memotivasi dan membantu menjaga kesehatan gigi dan mulut.
c. Tidak termotivasi: Motivasi untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut pasien
berada pada tingkat terendah serta tidak sadar tentang kesehatan gigi dan mulut.
Status penyakit saat ini ditandai pada sumbu horizontal. Status penyakit saat ini
merupakan evaluasi yang dilakukan oleh operator. Adapun kriteria penilaian, yaitu :
1. Tidak ada penyakit, tidak ada pengobatan pada saat ini, belum atau tidak ada
restorasi atau bukti penyakit masa lalu.
2. Perlu perawatan, mungkin ada pengobatan yang diperlukan untuk alasan
fungsional, seperti restorasi yang rusak, tetapi tidak ada tanda-tanda penyakit
aktif.
3. Penyakit aktif, Penyakit aktif jelas terjadi seperti adanya lesi baru atau adanya
aktivitas penyakit restorasi disekitarnya (Mount dan Hume, 2005).
Model Traffic Light Matrix (TLM) memiliki 19 kriteria yang terdapat dalam 5
kategori. Kategori tersebut yaitu saliva, biofilm oral, diet, fluor, dan faktor modifikasi.
Warna merah menunjukkan bahwa pasien memiliki risiko karies yang tinggi, warna
kuning menunjukkan pasien memiliki risiko karies sedang dan warna hijau menunjukkan
bahwa risiko karies rendah.
1. Saliva
a. Kemampuan kelenjar ludah minor memproduksi saliva (hydration)
Ada perbedaan dalam tingkat aliran kelenjar ludah minor yang terletak di
daerah yang berbeda. Mungkin ada penurunan laju aliran saliva yang tidak
distimulasi pada daerah langit-langit karena usia pasien, tetapi tingkat aliran
saliva tidak terkait dengan usia pada kelenjar yang terletak di pipi dan bibir.
Inilah sebabnya mengapa kelenjar ludah minor yang terletak di bagian
dalam bibir bawah yang dipilih untuk pemeriksaan. Adapun penilaian dari
kemampuan kelenjar ludah minor memproduksi saliva, yaitu :
Merah : jika produksi saliva > 60 detik.
Kuning : jika produksi saliva 30-60 detik.
Hijau : jika produksi saliva < 30 detik.
b. Konsistensi saliva (viscosity) unstimulated
Adapun penilaian untuk konsistensi saliva normal, yaitu :
Merah: kental dan berbusa
Kuning: tidak terlihat saliva yang menyatu, sedikit lengket
Hijau: tidak kental dan air liur jernih
c. pH saliva unstimulated
pH saliva dapat diukur menggunakan kertas lakmus dan pH meter.
Adapun penilaian untuk pH saliva, yaitu :
Merah : pH < 5,8
Kuning : pH 5,8 6,8
Hijau : pH > 6,8
d. Laju aliran saliva stimulated
Komposisi air liur yang dirangsang tergantung pada laju aliran dan itu
merupakan produksi gabungan dari kedua kelenjar mayor dan minor. Rerata laju
alir adalah 1.6ml/menit.
Cara melakukan pemeriksaan ini adalah dengan meminta pasien untuk
mengunyah sepotong lilin parafin selama lima menit tanpa menelan dan
mengeluarkan air liur dalam gelas ukur plastik. Adapun penilaian untuk aliran
saliva stimulated, yaitu :
Merah : setelah 5 menit < 3,5ml
Kuning : setelah 5 menit 3,5 5ml
Hijau : setelah 5 menit > 5ml
e. Kapasitas buffer saliva
Kapasitas buffer saliva adalah ukuran dari kemampuan air liur untuk
menetralkan asam dan ini tergantung pada konsentrasi bikarbonat. Ada 2 sistem
yang tersedia untuk mengukur kapasitas buffer saliva yang terstimulasi, yaitu,
CRT buffer (Vivadent) dan Saliva Check Buffer (GC Corp). Adapun penilaian
untuk kapasitas buffer saliva, yaitu :
Merah : skor akhir 0-5
Kuning : skor akhir 6-9
Hijau : skor akhir 10-12

2. Plak
a. pH dari plak
Merah : kurang dari 5,5
Kuning : antara 6,9 dan 5,5
Hijau : di atas 7
b. kematangan plak
Merah : pewarnaan biru
Hijau : pewarnaan hijau
c. jumlah bakteri S. Mutans
Merah : > 500.000 cfu/ml
Hijau : < 500.000 cfu/ml
3. Diet
a. Jumlah gula yang dikonsumsi setiap hari
b. Frekuensi terpapar asam
Adapun penilaian untuk diet, yaitu :
Merah : gula > 2, asam > 3
Kuning : gula > 1, asam > 2
Hijau : gula tidak, asam < 2
4. Fluor
Riwayat sebelum dan sesudah mendapat fluor
Adapun penilaian untuk fluor, yaitu :
Merah : pasta gigi dan air minum tidak mengandung fluor
Kuning : pasta gigi atau air minum mengandung fluor
Hijau : pasta gigi dan air minum mengandung fluor
5. Faktor Modifikasi
a. Status pemeriksaan gigi dulu dan sekarang
b. Status medis dulu dan sekarang
c. Pencegahan dan pemeliharaan
d. Gaya hidup
e. Status sosial ekonomi
Pertanyaan-pertanyaan yang biasanya diajukan berkaitan dengan faktor
modifikasi adalah 1. Konsumsi obat-obatan yang dapat menurunkan laju aliran
saliva, 2. Penyakit yang dapat mengakibatkan mulut kering, 3. Pasien
menggunakan protesa lepasan (termasuk alat ortodontik), 4. Kerjasama pasien
buruk, 5. Pasien memiliki karies aktif baru-baru ini.
Adapun penilaian untuk faktor modifikasi, yaitu :
Merah : YA untuk salah satu pertanyaan di atas.
Kuning : tidak diterapkan.
Hijau : TIDAK untuk semua pertanyaan di atas.
Penarikan Kesimpulan
Apabila dari semua pemeriksaan pasien memiliki jawaban warna merah yang paling
banyak, maka pasien memiliki risiko karies yang tinggi. Apabila dari semua pemeriksaan
pasien memiliki jawaban warna kuning yang paling banyak, maka pasien memiliki risiko
karies yang sedang. Apabila dari semua pemeriksaan pasien memiliki jawaban warna hijau
yang paling banyak, maka pasien memiliki risiko karies yang rendah.
Pemeriksaan
1. Saliva
Salah satu faktor dari lingkungan oral yang harus diperiksa dan dinilai dalam
menentukan faktor resiko karies adalah saliva. Lima faktor yang dinilai dalam tes saliva
adalah derajat hidrasi, viskositas, pH, kuantitas, dan kapasitas buffer (kualitas) (Mount
& Hume, 2005).
a. Tes Derajat Hidrasi
Unstimulated saliva memiliki peran penting untuk hidrasi dan kenyamanan
rongga mulut, karena stimulated saliva hanya diproduksi selama mastikasi.
Kelenjar saliva minor menghasilkan 15% dari seluruh produksi saliva harian,
dan kelenjar submandibula merupakan kelenjar yang memberi kontribusi
utama. Terdapat banyak variasi flow rate pada kelenjar saliva minor yang
terdapat pada berbagai macam area dalam mulut. Penurunan flow rate
unstimulated saliva pada kelenjar saliva minor di daerah palatum dapat terjadi
seiring pertambahan usia individu, namun tidak terdapat perubahan yang
berhubungan dengan usia dari kelenjar-kelenjar minor yang terdapat pada
daerah bukal dan labial, sehingga pemeriksaan dilakukan pada kelenjar saliva
minor yang terdapat pada bagian dalam bibir bawah.
Cara pemeriksaan:
Pasien duduk tegak
Bibir bawah pasien ditarik ke arah luar dan dikeringkan dengan kasa
Waktu yang dibutuhkan saliva untuk keluar dari duktus kelenjar saliva
minor dicatat
Petunjuk interpretasi hasil tes hidrasi pada pemeriksaan saliva dengan
menggunakan Saliva Check Buffer Kit

Hasil dan interpretasi:


Waktu yang dibutuhkan bagi titik-titik saliva untuk muncul mengindikasikan
keadaan kelenjar saliva minor:
Merah menunjukkan tidak adanya fungsi kelenjar saliva minor yang dapat
disebabkan karena:
Dehidrasi parah
Kerusakan kelenjar saliva karena radioterapi atau karena proses
patologis
Ketidakseimbangan hormonal
Efek samping obat
Kuning menunjukkan level ringan:
Dehidrasi
Efek samping obat
Hijau menunjukan fungsi normal kelenjar saliva minor.
b. Tes Viskositas
Saliva terdiri dari 99% air dan 1% protein dan elektrolit, sehingga saliva
seharusnya tampak jernih, encer, dan mengandung sedikit buih serta memiliki
kemampuan untuk membentuk lapisan yang sangat tipis pada seluruh jaringan
keras dan lunak. Ketebalan film bervariasi antara 10-100 m, tergantung
lokasinya pada rongga mulut. Kaca mulut digunakan untuk mengangkat saliva
yang terkumpul pada dasar mulut. Ketika instrumen diangkat, jaring dari saliva
akan terbentuk, terenggang hingga akhirnya putus. Saliva normal dapat
membentuk web saliva yang dapat terenggang hingga 2-5 cm, sedangkan pada
saliva kental web saliva dapat terenggang hingga 15 cm.
Cara kerja:
- Pasien duduk tegak
- Pasien diminta untuk berhenti menelan saliva selama 30 detik
- Kepala pasien dimiringkan ke depan
- Pasien diminta untuk membuka mulut dan keadaan saliva dicatat
- Pasien diminta untuk menyentuhkan ujung lidah ke daerah palatum
- Keadaan mukosa dan saliva pada dasar mulut dicatat
- Web test dilakukan dan hasil dicatat
Hasil dan interpretasi:
Salah satu fungsi penting saliva adalah untuk membersihkan debris dari
rongga mulut. Saliva yang berbuih memiliki kandungan air yang lebih sedikit
dan memiliki kemampuan protektif yang lebih rendah terhadap jaringan lunak
dan keras yaitu berkurangnya kemampuan clearance dan ketidakmampuan
saliva dalam membentuk lapisan yang dapat melindungi permukaan gigi.

c. Tes pH
Permukaan gigi dilapisi oleh lapisan tipis unstimulated saliva, sehingga
keadaan pH saliva dapat mempengaruhi keadaan biofilm pada permukaan gigi.
Cara kerja:
- Pasien diminta untuk meludah ke dalam kontainer plastik
- Strip pH dicelupkan ke dalam saliva yang telah terkumpul
- Setelah 10 detik, pH diukur berdasarkan aturan pabrik
Hasil dan interpretasi:
pH unstimulated saliva merupakan indikator umum keadaan asam rongga
mulut. Umumnya, pH kritis hidroksi apatit adalah 5,5, sehingga semakin dekat
pH unstimulated dengan pH kritis, maka semakin besar resiko demineralisasi.

d. Tes Kuantitas
Komposisi stimulated saliva tergantung pada flow rate yang merupakan
representasi produksi kelenjar saliva mayor dan minor. Rata-rata flow rate
stimulated saliva adalah 1,6 ml/menit. Flow stimulated saliva sebesar 0,7
ml/menit dianggap sebagai ambang, dimana flow rate di bawah batas tersebut
menunjukkan peningkatan resiko terjadinya karies.

Cara kerja:
- Pasien duduk tegak
- Pasien diminta untuk mengunyah permen paraffin tanpa rasa
- Setelah 30 detik, pasien diminta untuk membuang saliva yang
terkumpul
- Pasien diminta untuk mengunyah paraffin kembali selama 5 menit
- Pasien diminta untuk membuang saliva ke dalam kontainer plastik
dengan interval teratur pada 5 menit pengunyahan.
- Setelah 5 menit, volume saliva dicatat
- Saliva dipersiapkan untuk tes kapasitas buffer
Hasil dan interpretasi:

e. Tes Kapasitas Buffer


Kapasitas buffer menunjukkan kemampuan saliva dalam menetralisir
asam dan hal ini tergantung pada konsentrasi bikarbonat dalam saliva.
Cara kerja:
- Sampel yang digunakan adalah saliva yang dikumpulkan pada tes
kuantitas saliva
- Masing-masing strip test ditetesi oleh saliva
- Kelebihan saliva dibuang dengan memiringkan strip sebesar 90 derajat
untuk memastikan volume konstan
- Setelah 5 menit, warna pada strip test dibandingkan dengan panduan dari
pabrik
Hasil dan interpretasi:
Masing-masing warna memiliki skor berdasarkan instruksi pabrik.
Seluruh skor dijumlahkan dan diinterpretasikan sesuai:
Hasil test saliva

2. Plak
Pemeriksaan pH dan kematangan plak dengan menggunakan GC Plaque Check +
pH sedangkan jumlah s.mutans dalam saliva dapat diukur dengan menggunakan Saliva
Check Mutans dari GC.
Kematangan plak dapat diamati dengan menggunakan disclosing solution. Warna
merah menunjukkan bahwa plak tersebut baru terbentuk dan warna biru menunjukkan
plak sudah matang (GC Asia Dental, 2008).

Untuk mengetahui jumlah dari s.mutans dapat dilakukan dengan mengunyah permen
karet selama 1 menit kemudian keluarkan saliva yang terkumpul pada kontainer,
memasukan reagent pertama sebanyak satu tetes, tutup kontainer dan tepuk kontainer
sebanyak 15 kali selama 10 detik, setelah itu tambahkan lagi reagent kedua sebanyak
empat tetes, goyangkan kontainer sampai larutan saliva berubah menjadi warna hijau,
ambil saliva dengan menggunakan pipet dan masukkan kedalam uji tes. Apabila
terdapat garis merah pada sisi huruf T menandakan jumlah s.mutans dalam saliva
melebihi 500.000 cfu/ml, apabila tidak terdapat garis merah pada sisi T menunjukkan
jumlah s.mutans dalam saliva kurang dari 500.000 cfu/ml (GC Asia Dental, 2008).

Rekomendasi untuk pasien :


Beberapa tindakan yang bisa dilakukan pasien dengan risiko karies tinggi adalah :
1. Peningkatan teknik kebersihan mulut
2. Meningkatkan pH
3. Peningkatan asupan kalsium dan fosfat
4. Penggunaan flouride
5. Penggunaan bahan antibakteri
6. Menurunkan frekuensi konsumsi karbohidrat terfermentasi (GC Asia Dental, 2008).
Rekomendasi
1. Menjaga oral hygiene
2. Berkumur dengan Chlorhexidine
3. Penggunaan fluoride
4. Penggunaan CPP-ACP Casein Phosphopeptides Amorphous Calcium Phosphate
(CPP-ACP)
Pasien ortodontik sulit untuk membersihkan giginya sehingga mudah terjadi
akumulasi plak pada permukaan gigi. Akumulasi plak dapat menyebabkan karies
dengan melalui proses demineralisasi. Sehingga pengguna orthodontik disarankan
menggunakan CPP-ACP untuk meningkatkan proses remineralisasi (Walsh, 2008).
Peranan CPP pada gigi, yaitu untuk mereduksi karies dengan cara :
a. Meningkatkan ion kalsium untuk menghambat fermentasi plak.
b. Berikatan dengan molekul perlekatan yang ada pada Streptococcus mutans
lalu merusak penyatuan bakteri tersebut ke plak.
c. Menyediakan buffer protein dan fosfat untuk menekan pertumbuhan bakteri
saat terdapat karbohidrat terfermentasi berlebihan (Hasanah dkk., 2014).
Untuk cara pengaplikasian CPP-ACP dapat dilakukan oleh tenaga
profesional maupun klien sendiri. Untuk aplikasi oleh klien sendiri klien
dapat diajarkan cara aplikasi pasta CPP-ACP. Salah satu produk pasta CPP-
ACP adalah GC Tooth Mousse Plus. Pasta GC Tooth Mousse Plus
diaplikasikan pada seluruh permukaan gigi dengan ujung jari atau cotton bud.
Pasta diaplikasikan langsung pada permukaan gigi dan biarkan selama 3
menit.
5. Konsumsi sugar free gum
Mengunyah dapat meningkatkan aliran saliva di rongga mulut. Jika mengunyah
setelah makan, aliran saliva dapat membantu menetralkan dan membersihkan asam
yang dihasilkan ketika makanan dipecah. Studi klinis telah membuktikan bahwa
mengunyah permen karet tanpa gula selama 20 menit setelah makan dapat
membantu mencegah kerusakan gigi.
6. Perubahan gaya hidup
Gaya hidup merupakan faktor modifikasi yang dapat mempengaruhi karies gigi.
Apaila seseorang suka mengkonsumsi makanan yang manis dan mengandung asam
dan tidak didukung dengan menjaga kebersihan rongga mulutnya maka dapat
mengakibatkan risiko karies tinggi. Gaya hidup yang seperti ini harus diubah. Boleh
saja mengkosumsi makanan manis dan mengandung asam, asal jangan terllu sering
dan kebersihan rongga mulutnya juga harus dijaga.

3. APA SAJA MACAM MACAM TINDAKAN PREVENTIVE KARIES ?


Kedokteran gigi pencegahan terdiri dari tiga bagian :

1. Pencegahan primer: promosi kesehatan (health promotion) dan perlindungan khusus


(specific protection)12.
2. Pencegahan sekunder: diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and
prompt treatment), pembatasan cacat (disability limitation)12.
3. Pencegahan tersier: rehabilitasi12.

1. Pencegahan primer
Pencegahan primer dilakukan pada masa individu belum menderita sakit, upaya yang
dilakukan ialah:

a. Promosi kesehatan/health promotion yang ditujukan untuk meningkatkan daya tahan


tubuh terhadap masalah kesehatan12.
b. Perlindungan khusus (specific protection): upaya spesifik untuk mencegah terjadinya
penularan penyakit tertentu, misalnya melakukan imunisasi, peningkatan ketrampilan
remaja untuk mencegah ajakan menggunakan narkotik dan untuk menanggulangi stress
dan lain-lain12.

Pada kedokteran gigi,upaya promosi kesehatan meliputi pengajaran tentang cara


menyingkirkan plak yang efektif atau cara menyikat gigi dan menggunakan benang gigi
(flossing) Upaya perlindungan khusus termasuk pelayanan yang diberikan untuk melindungi
host dari serangan penyakit dengan membangun penghalang untuk melawan
mikroorganisme11. Aplikasi pit dan fisur silen merupakan upaya perlindungan khusus untuk
mencegah karies11. Dalam kedokteran gigi pencegahan,menggunakan gel fluoride topikal
untuk mencegah karies adalah contoh pencegahan primer7.berikut ini merupakan beberapa
tindakan kedokteran gigi pencengahan primer , yaitu :

1. Pemeriksaan gigi rutin


Dengan pemeriksaan gigi rutin,dokter gigi dapat membantu dengan mudah
mengenali masalah apapun dan mengarahkan kita ke pengobatan yang tepat untuk
itu. Ini akan membantu menjaga masalah gigi dari keadaan memburuk3.
2. Membersihkan gigi

Dokter gigi akan membantu membersihkan gigi secara profesional. Tidak hanya
akan mendapatkan gigi bersih yang sempurna untuk tersenyum, tapi gigi kita akan
bebas dari plak dan bakteri3.

3. Memilih Produk perawatan oral yang tepat

Dokter gigi akan membantu memilih dan menyarankan produk kebersihan oral
terbaik guna beruntuk membantu agar memiliki gigi lebih putih, bersih dan sehat
dan gusi. Hal ini sering dimulai dengan pemilihan pasta gigi terbaik, sikat gigi, serta
menentukan frekuensi menggunakan produk ini3.

4. Mendapatkan bimbingan tentang kebersihan gigi dan mulut yang tepat.

Dokter gigi akan mengajarkan cara yang tepat menyikat gigi serta flossing. Ini akan
membersihkan gigi anda dari bakteri dan plak yang akan merusak gigi3.

5. Pencegahan Dini
Mulailah setiap hari membersihkan gigi segera setelah gigi pertama anak
erupsi. Kunjungi dokter gigi anak saat gigi pertama erupsi.
6. Mengindari merokok dan minuman beralkohol
Merokok dan minuman beralkohol dapat mempengaruhi kesehatan
mulut. Selain mulut kering ,perubahan warna gigi dan penumpukan plak, merokok
menyebabkan penyakit gusi, kehilangan gigi dan bahkan kanker mulut .
7. Manajemen kesehatan oral
Perawatan gigi untuk penyakit gigi kronis secara konsisten sangat penting untuk
menahan atau menghindari efek berbahaya dari penyakit tersebut.
8. Mengkonsumsi makanan yang baik untuk kesehatan rongga mulut
Beberapa makanan dapat berperan dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut. dokter
gigi akan membantu dengan menyarankan makanan mana yan harus dimakan lebih
banyak setiap hari. Ini adalah kedokteran gigi pencegahan yang mungkin tidak
begitu mudah diikuti bagi kebanyakan orang karena mereka memiliki waktu sulit
mengubah cara mereka ketika datang ke makanan sehat3.
9. Penggunaan Florida
Flour sistemik tersedia dalam bentuk air mengandung fluoride, dan makanan alami
seperti apel dan gandum. Aplikasi topical dari florida tersedia sebagai : florida
pencuci mulut, misalnya : colgate flourigard.

2. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder dilakukan pada masa individu mulai sakit

a. Diagnosa dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment),
tujuan utama dari tindakan ini ialah 1) mencegah penyebaran penyakit bila
penyakit ini merupakan penyakit menular, dan 2) untuk mengobati dan
menghentikan proses penyakit, menyembuhkan orang sakit dan mencegah
terjadinya komplikasi dan cacat12.
b. Pembatasan cacat (disability limitation) pada tahap ini cacat yang terjadi diatasi,
terutama untuk mencegah penyakit menjadi berkelanjutan hingga
mengakibatkan terjadinya cacat yang lebih buruk lagi12.

Dalam kedokteran gigi pncegahan,restorasi gigi adalah contoh pencegahan


sekunder7.berikut ini merupakan beberapa tindakan kedokteran gigi pencengahan
sekunder, yaitu :

1. Restorasi gigi
Dokter gigi melakukan restorasi atau penambalan terhadap gigi pasien sebagai tindakan
untuk mencegah terjadinya infeksi selanjutnya pada gigi serta untuk mengembalikan
estetis dan kepercayaan diri pasien10.

3.Pencegahan tersier

a. Rehabilitasi, pada proses ini diusahakan agar cacat yang di derita tidak menjadi
hambatan sehingga individu yang menderita dapat berfungsi optimal secara
fisik, mental dan sosial12.

Dalam kedokteran gigi pencegahan,bridge adalah contoh pencegahan tersier7.berikut ini


merupakan beberapa tindakan kedokteran gigi pencengahan tersier, yaitu :

1. Pemasangan bridge
Jembatan Gigi (bridge) digunakan untuk "menjembatani kesenjangan" yang diciptakan
oleh satu atau lebih gigi yang hilang. Sebuah jembatan gigi terdiri dari dua mahkota
porselen untuk gigi pada kedua sisi-celah kedua penahan gigi disebut gigi penyangga dan
gigi palsu (atau gigi) di antara.Dokter gigi bisa menggunakan bridge untuk
mengembalikan gigi yang hilang9.
2. Crown
Dokter gigi akan memasangkan mahkota (crown) pada kerusakan gigi depan yang cukup
parah,misalnya gigi patah atau tidak bisa lagi ditambal karena lubang sudah terlalu luas
.Bila kondisi gigi dinyatakan sehat, saat itu juga proses pembuatan crown dapat
dilakukan8.
3. Implan
Kehilangan gigi merupakan suatu kasus yang sering dijumpai di bidang kedokteran gigi.
Kasus kehilangan gigi ini idealnya harus segera direstorasi. Ada beberapa cara untuk
menggantikan gigi yang hilang, yaitu salah satunya dengan implant. Dokter gigi akan
memasangkan implant pada pasien dengan kehilangan gigi13.
4. Perbaikan Maloklusi
Dokter gigi akan memperbaiki gigi dengan kelainan posisi atau crowded salah satunya
dengan menggunakan pemasangan ortho fix.
Adapun skema dari ketiga upaya pencegahan itu dapat di lihat pada gambar dua. Pada gambar
dua proses perjalanan penyakit dibedakan atas a) fase sebelum orang sakit: yang ditandai
dengan adanya keseimbangan antara agen (kuman penyakit, bahan berbahaya), host/tubuh
orang dan lingkungan dan b) fase orang mulai sakit: yang akhirnya sembuh atau mati.
4. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI PREVENTIVE KARIES ?

Indikasi pemberian sealant pada pit dan fisura adalah sebagai berikut:

a. Dalam, pit dan fisura retentif


b. Pit dan fisura dengan dekalsifikasi minimal
c. Karies pada pit dan fisura atau restorasi pada gigi sulung atau permanen lainnya
d. Tidak adanya karies interproximal
e. Memungkinkan isolasi adekuat terhadap kontaminasi saliva
f. Umur gigi erupsi kurang dari 4 tahun.
g. Semua gigi permanen muda pada anak yang termasuk resiko karies sedang atau tinggi
Sedangkan kontraindikasi pemberian sealant pada pit dan fisura adalah

a. Self cleansing yang baik pada pit dan fisura


b. Terdapat tanda klinis maupun radiografis adanya karies interproximal yang
memerlukan perawatan
c. Banyaknya karies interproximal dan restorasi
d. Gigi erupsi hanya sebagian dan tidak memungkinkan isolasi dari kontaminasi saliva
e. Umur erupsi gigi lebih dari 4 tahun.
(M. John Hick dalam J.R Pinkham, 1994: 459-61)

Sifat bahan resin

Secara umum resin memiliki sifat mekanis yang baik, kelarutan bahan resin
sangat rendah. Sifat termis bahan resin sebagai isolator termis yang baik. Bahan resin
memiliki koefisien termal yang tinggi. Kebanyakan resin bersifat radiopaque (E.C
Combe, 1992: 176-7).

Bahan I :

sealant berbasis resin

a. Polimer (bisphenol A glycidil metacrylate)

b. Monomer (methyl metacrylate)

c. Katalis (benzoil methyl ether)

d. Bahan etsa (asam phosphat 35-50%)

Resin memiliki karakteristik warna yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan


perawatan. Sifat mekanis yang baik sehingga dapat digunakan pada gigi dengan beban
kunyah besar. Terjadinya pengerutan selama proses polimerisasi yang tinggi
menyebabkan kelemahan klinis dan sering menyebabkan kegagalan. Kebocoran tepi
akibat pengerutan dalam proses polimerisasi dapat menyebabkan karies sekunder.
Pemolesan bahan harus bagus karena kekasaran pada permukaan komposit dapat
dijadikan tempat menempelnya plak (Kenneth J Anusavice, 2004: 247).

Indikasi fisure sealant berbasis resin

Penggunaan sealant berbasis resin digukanan pada hal berikut:

a. Digunakan pada geligi permanen


b. Kekuatan kunyah besar
c. Insidensi karies relatif rendah
d. Gigi sudah erupsi sempurna
e. Area bebas kontaminasi atau mudah dikontrol
f. Pasien kooperatif, karena banyaknya tahapan yang membutuhkan waktu lebih lama.
Sifat semen ionomer kaca

Semen ini memiliki sifat kekerasan yang baik, namun jauh inferior dibanding
kekerasan bahan resin. Kemampuan adhesi melibatkan proses kelasi dari gugus
karboksil dari poliasam dengan kalsium di kristal apatit enamel dan dentin. Semen ini
memiliki sifat anti karies karena kemampuannya melepaskan fluor. Dalam proses
pengerasan harus dihindarkan dari saliva karena mudah larut dalam cairan dan
menurunkan kemampuan adhesi. Ikatan fisiko kimiawi antara bahan dan permukaan
gigi sangat baik sehingga mengurangi kebocoran tepi tumpatan (Kenneth J. Anusavice,
2004: 453). Bahan II

sealant semen ionomer kaca (SIK)

Bahan ionimer kaca tipe III

Indikasi fisure sealant semen ionomer kaca

Indikasi penggunaan Fissure sealant dengan semen ionomer kaca sebagai berikut:

a. Digunakan pada geligi sulung


b. Kekuatan kunyah relatif tidak besar
c. Pada insidensi karies tinggi
d. Gigi yang belum erupsi sempurna
e. Area yang kontaminasi sulit dihindari
f. Pasien KURANG KOOPERATIF
5. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI PRR

Indikasi :
- Pada anak rendah karies tetapi memiliki pit dan fissure yang dalam
- Tidak terdapat karies pada interproksimal
- Umur gigi erupsi gigi kurang dari 4 tahun
- Memungkinkan isolasi adekuat kontaminasi saliva
- Pit dan fissure dengan deklasifikasi minimal
- Semua gigi permanen muda pada anak yang termasuk resiko karies sedang/tinggi
- Untuk lesi dangkal sebatas enamel, lesi sebatas dentin dan lesi kelas I yang dangkal
dengan ukuran kecil.
Kontraindikasi :
- Self cleansing yang baik pada pit dan fissure yang dangkal
- Gigi erupsi hanya sebagian dan tidak memungkinkan untuk dilakukan isolasi
- Umur erupsi gigi lebih dari 4 tahun
- Terdapat tanda klinis karies interproksimal

6. CARA PENGAPLIKASIAN PRR


PRR Tipe A
Menggunakan unfilled composit resin
Tenik aplikasinya :
- Bersihkan permukaan oklusal
- Isolasi gigi dengan cotton rolls
- Hilangkan decalcified enamel pada pit & fissure menggunakan low speed round bur
(no atau )enameloplasty
Pada pembuangan jaringan karies, maka daerah pit dan fisur yang buang adalah daerah yang
mengalami dekalsifikasi atau yang dicurigai telah terjadi karies dengan menggunakan round
bur kekuatan rendah. Daerah retnsi tidak diperlukan karena restorasi ini mendapatkan
perlekatan ke jaringan dengan tehnik etsa asam. Tujuannya adalah untuk membuang seluruh
jaringan karies dan struktur gigi seminimal mungkin.
- Selanjutnya dilakukan profilaksi dengan pumis.
Dilakukan menggunakan pumis yang tidak mengandung fluor sehingga permukaan email
benar-benar bersih dan dibur sebelum dietsa. Sebagai alternatif untuk memperoleh tujuan yang
sama, dapat menggunakan sikat gigi dan pasta gigi. Dengan metode ini nilai retensi yang
diperoleh sebanding dengan metode menggunakan profilaksis pumis (Yoga,1997).
- Etsa 20-60, bilas 20 dan keringkan 15.
Tahap selanjutnya adalah penetsaan asam menggunakan asam fosfat 37% yang diletakkan pada
permukaan email di oklusal gigi (pit dan fisur). Pengetsaan ini menghasilkan pori-pori yag
memungkinakan infiltrasi nikroskopis resin ke dalam permukaan gigi yang kemudian resin
akan berpolimerisasi dan membentuk ikatan dengan gigi (Simonsen 1980; Yoga, 1997).
- Aplikasi sealant, hindari gelembung
- Polimerisasi sinar 20(atau sesuai aturan pabrik)
PRR Tipe B
Menggunakan diluted composit resin
Tehnik aplikasinya :
- Bersihkan permukaan oklusal
- Isolasi gigi dengan cotton rolls
- Hilangkan karies dengan high speed bur, dentin di liner Ca(OH)2
- Etsa 20-60, bilas 20 dan keringkan 15
- Aplikasi bonding agent dan komposit
- Aplikasi sealant
- Polimerisasi sinar
PRR Tipe C
Menggunakan filled composit resin dan sebagian besar membutuhkan anastesi local.
Tehnik aplikasinya :
- Bersihkan permukaan oklusal
- Isolasi gigi dengan cotton rolls
- Hilangkan karies dengan high speed bur, dentin di liner Ca(OH)2
- Etsa 20, bilas 20 dan keringkan 15
- Aplikasi bonding agent dan komposit resin-curing
- Aplikasi sealant
- Polimerisasi sinar.
Pada saat mengaplikasikan PRR, lakukan isolasi daerah kerja dengan menjaga permukaan gigi
agar tetap kering agar keberhasilan retemsinya baik. Isolasi dapat dilakukan dengan pemberian
cotton roll atau rubber dam. Namun pada anak kecil, mungkin kurang nyaman jadi memerlukan
upaya lebih oleh operator untuk menjaganya.
Untuk preparasi kavitasnya gunakan bur intan bulat kecil dengan kecepatan rendah untuk
membuang dentin karies sehingga daerah ini harus tidak berwarna dan terasa keras jika di cek
dengan sonde. Selain itu, karies lunak yang menutupi pulpa dibuang, baik mengguanakan bur
kecepatan rendah atau ekskavator tajam.
Pada saat pelapikan (liner) setiap dentin yang terbuka gunakan dengan Ca(OH)2. Kavitas yang
dalam, dapat diberi pelapik kedua berupa semen ionomer dan lakukan secara hati-hati agar
dinding email yang akan teretsa tidak tertutup. Kemudian dinding email dan permukaan oklusal
di etsa, dan dicuci setelah dilakukan pengeringan selama 20 detik.
Dalam penumpatan atau pengaplikasian gunakan resin komposit untuk gigi posterior, dan
bahan tidak akan terpolimerisasi dengan baik jika ketebalan resin melebihi 2mm sehingga
bahan harus diaplikasikan selapis demi selapis, serta setiap lapisan dipolimerisasi dengan sinar.
Kemudian aplikasikan bahan penutup ceruk atau pit dan fissure (unfilled resin) dan
meratakannya dengan sonde. Pastikan juga tidak ada gelembung udara dan kelebihan bahan
dapat diambil dengan butiran kapas sebelum dipolimerisasi.
Setelah pengaplikasian resin selesai, lakukan evaluasi dengan cara mengecek oklisi dengan
articulator paper, jika ada kelebihan buang dengan bur dan pulas akhir komposit. Sealant harus
diperiksa ulang setiap 6 bulan dan jika sealant hilang maka prosedur diatas dapat diulang
kembali.
7. TIPE DARI PRR

Ada 3 tipe preventive resin restoration berdasarkan luas dan dalam lesi kariesnya,yaitu :
1. Tipe A : karies sebatas enamel

Tipe A karies masih mengenai enamel


2. Tipe B : karies melibatkan dentin yang kecil dan terbatas
3. Tipe C : karies yang melibatkan dentin yang lebih luas dan dalam.
Tipe B karies yang mengenai sedikit dentin
8. BAHAN YANG DIGUNAKAN DALAM PRR

- Bahan yang digunakan :


Menurut Simonsen, terdapat tiga tipe bahan restorasi pencegahan dengan resin (tipe A, tipe
B dan tipe C) yang diklasifikasikan berdasarkan pada perluasan dan kedalaman karies.
Klasifikasi ini untuk menentukan bahan restorasi yang akan dipakai (Simonsen 1980;
Yoga,1997).
Bahan yang dipakai adalah bahan sealant tanpa partikel pengisi (unfilled) untuk tipe A,
resin komposit yang dilute untuk tipe B dan filled resin komposit untuk tipe C. Dengan
perkembangan teknologi ditemukan bahan yang lebih tahan terhadap pemakaian,
pengerasannya diaktivasi sinar yakni resin komposit untuk gigi posterior. Generasi baru
dari bahan tersebut akan mempertinggi keberhasilan restorasi resin pencegahan. Selain
resin komposit, dipakai juga bahan tambal lain agar dapat didapat kekuatan yang lebih
besar. Seperti pada teknik glass ionomer resin preventive restoration, glass ionomer
preventive restoration dan sealant-amalgam preventive restoration

DAFTAR PUSTAKA

American Academy of Pediatric Dentistry., 2002, Guidline on caries risk assessment and
Management for inflants, children, and Adolescents, Clinical Guidelines

Bird, D.L., Robinson, D.S., 2012, Modern Dental Assisting, 10th ed., St. Louis: Elsevier
Saunders

Bratthall, D., 2004, Cariogram Manual: A New and Interactive Way of Illustrating The
Interaction of Factors Contributing to The Development of Dental Caries, Cariogram
Internet Version, Sweden

Darby, ML.,Walsh, MM., 2010, Dental Hygiene : Theory and Practice, Canada: Saunders
Featherstone, J.D.B., dkk. Caries Risk Assessment in Practice for Age 6 through Adult, CDA
Journal., 35(10)

Garg, N., Garg, A., 2013, Text Book of Operative Dentistry, 2nd ed., New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publisher

Gomez, F.R.J., dkk., 2007, Caries Risk Assessment Appropriate for the Age 1 Visit (Infants
and Toddlers), CDA Journal, 35(10): 687-782

http://www.ada.org/~/media/ADA/Public%20Programs/Files/topics_caries_educational_over
6.ashx diakses pada 07/01/2015 16:43

http://usupress.usu.ac.id/files/Menuju%20Gigi%20dan%20Mulut%20Sehat%20_Pencegahan
%20dan%20Pemeliharaan__Normal_bab%201.pdf

http://www.ada.org/~/media/ADA/Member%20Center/FIles/topics_caries_instructions.ashx
diakses pada 07/01/2015 16:42

http://www.ada.org/~/media/ADA/Member%20Center/FIles/topics_caries_under6.ashx
diakses pada 07/01/2015 16:43

Kidd, EAM., Joyston-Bechal, S., 1991, Dasar-Dasar Karies: Penyakit dan Penanggulangan
(alih bahasa: Narlan Sumawinata dan Safrida Faruk), Jakarta: EGC

Limeback, H., 2012, Comprehensive Preventive Dentistry, Oxford: A John Wiley & Sons

Putri, M.H., Herijulianti, E.,Nurjannah, N., 2009, Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras
dan Jaringan Pendukung Gigi, Jakarta: EGC

Riset Kesehatan Dasar, 2007, Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2007, Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Republik Indonesia

Yadav, P., Saha, S., Singh, S., Kumari, M., Mohd, S., Narang, R., TT., Different Manual
Tooth Brush Design and Their Effect on Dental Plaque and Gingival Status A Double
Blind Cross-Over Randomized Clinical Trial, International Journal of Oral Health
Research & Review, 68-76

Kidd, Edwina A. M. Dasar Dasar Karies Penyakit dan Penanggulangannya. Jakarta: EGC,
1991

Kuliah pakar drg. Rudy Budiraharjo Sp. KGA tentang PRR (Preventive Resin Restoration)
Silverstone L.M. 1982. The use of pit and fissure sealant in dentistry, present status and future
developments. Pediatric Dentistry, 4, 16-21
Richard R. Welbury, Monty S. Duggal: Paediatric Dentistry, Oxford Medical Publication,
2005.

Anda mungkin juga menyukai