Formulir penilaian risiko karies American Dental Association (ADA) digunakan sebagai
alat bantu dokter gigi dalam menilai risiko individu terhadap terjadinya karies. Di dalam
penggunaannya, formulir ini terbagi menjadi dua jenis berdasarkan kategori umur pasien yaitu,
formulir penilaian risiko karies untuk usia 0-6 tahun dan formulir penilaian karies untuk usia
di atas 6 tahun. Formulir ini juga digunakan sebagai sarana komunikasi dengan pasien dalam
menyoroti faktor risiko yang potensial terhadap terjadinya karies. Faktor risiko yang dimuat
dalam formulir ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada pasien yang dapat membantu
di dalam menurunkan risiko karies dari waktu ke waktu.
Formulir penilaian risiko karies dirancang untuk memuat berbagai faktor yang
mudah diamati atau ditemukan selama evaluasi kesehatan mulut secara rutin. Bagian
Contributing Conditions dan General Health Conditions dalam form ini dapat dilengkapi
oleh anggota dental team, sedangkan bagian Clinical Conditions harus ditentukan sendiri
oleh dokter gigi. Warna yang digunakan dalam formulir ini mengindikasikan tingkat
risiko, dimana hijau untuk mengindikasikan risiko dengan tingkat rendah, kuning untuk
tingkat sedang, dan merah untuk tingkat tinggi. Untuk masing-masing faktor risiko diisi
dengan cara melingkari atau memberikan tanda checklist sesuai dengan kolom tingkat risiko.
Selain itu, terdapat beberapa informasi tambahan terkait dengan faktor risiko spesifik,
diantaranya:
1. Paparan fluorida
2. Makanan dan minuman yang mengandung gula
3. Pasien dengan kebutuhan khusus
4. Medikasi yang dapat menurunkan curah saliva
Tabel 2.1. Formulir Penilaian Risiko Karies untuk Usia 0-6 Tahun
Tabel 2.2. Formulir Penilaian Risiko Karies untuk Usia di Atas 6 Tahun
A. CAMBRA
Caries management by risk assessment (CAMBRA) adalah salah satu pendekatan untuk
mencegah atau merawat penyebab karies gigi pada tahap paling awal sebelum gigi berlubang
(ADHA, 2012). Penilaian resiko karies pada usia 6 tahun sampai dewasa menggunakan
metode yang dilakukan melalui 2 tahap. Tahap pertama, melakukan pemeriksaan klinis
pada inidividu yang memiliki karies meliputi indikator, faktor resiko dan faktor
pencegah. Tahap kedua, dokter atau petugas kesehatan menentukan level resiko karies
pasien ( low, moderate, high, or extreme ) berdasarkan adanya indikator penyakit karies
dan keseimbangan antara patologis dan faktor pencegah ( Darby ML dan Walsh MM,
2010).
1. Gigi dengan lubang atau lesi pada gambaran radiografi yang terlihat berpenetrasi kedalam
dentin
2. Gambaran radiografi lesi approximal hanya pada enamel
3. Terlihat adanya white spots pada permukaan halus
4. Terdapat restorasi 3 tahun terakhir
Menurut Darby ML dan Walsh MM (2010), faktor resiko karies merupakan faktor
biologis yang menyebabkan meningkatnya level resiko karies sehingga menimbulkan lesi yang
baru. Terdapat 9 faktor resiko yang teridentifikasi berkaitan mengenai penilaian resiko karies
yaitu :
Faktor pencegah karies merupakan faktor biologis atau terapeutik yang bisa digunakan
untuk mencegah atau memicu patologi dari faktor risiko karies. Semakin tinggi keparahan
faktor risiko, semakin tinggi pula intensitas faktor pelindung yang diperlukan untuk melawan
proses karies (Darby ML dan Walsh MM, 2010).
Faktor pencegah karies yang termasuk didalam formulir pemeriksaan resiko karies:
1. Tinggal, bekerja, dan sekolah dilingkungan yang baik kandungan flournya
2. Menggunakan pasta gigi berflouride minimal dua hari sekali
3. Menggunakan obat kumur berflouride (0,05% NaF) setiap hari
4. Menggunakan 5000 ppm pasta gigi berflouride setiap hari
5. Varnish Fluoride pada 6 bulan terakhir
6. Mengunjungi dokter gigi untuk topikal aplikasi flour 6 bulan sekali
7. Peresepan / penggunaan chlorhexidine perhari dalam 1 minggu selama 6 bulan terakhir
8. Xylitol gum / lozenges 4x sehari dalam 6 bulan terakhir
9. Menggunakan pasta supplement kalsium dan fosfat sampai 6 bulan
10. Aliran saliva yang adekuat ( 1 mL / min stimulated) (Darby ML dan Walsh MM, 2010).
Faktor pelindung karies merupakan faktor biologis yang digunakan untuk mencegah
patologi dari faktor risiko karies. Semakin tinggi keparahan faktor risiko, semakin tinggi pula
intensitas faktor pelindung yang diperlukan untuk mencegah terjadinya karies (Darby dan
Walsh, 2010). Hurlbutt (2011) menyatakan bahwa terdapat empat faktor pelindung dalam
mengatasi ketidakseimbangan karies, yangmana disingkat dengan SAFE, yaitu:
1) Saliva and Sealants
Saliva normal memiliki pH 6,6. Pengujian saliva termasuk pengujian bakteri yang
disarankan pada semua pasien baru. Sealant merupakan cara yang digunakan untuk
meningkatkan ketahanan gigi terhadap karies pada pit dan fisura gigi. Pedoman klinis
CAMBRA merekomendasikan bahwa sealant didasarkan pada risiko pasien. Pasien
dengan resiko karies rendah dapat menggunakan sealant dari bahan resin dan ionomer
kaca, sedangkan untuk pasien dengan resiko karies moderat, tinggi dan pasien dengan
resiko karies ekstrem direkomendasikan untuk menggunakn fluoride-releasing sealant
untuk lubang yang dalam.
2) Antimicrobials or antibacterials (including xylitol)
Agen antimikroba dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Agen antimikroba
direkomendasikan untuk anak usia diatas 6 tahun dengan resiko karies tinggi atau ekstrim.
Obat kumur seperti klorheksidin glukonat telah disetujui FDA untuk mengobati gingivitis.
Klorheksidin glukonat juga efektif dalam mengurangi kadar bakteri Streptococci mutans,
namun pemakaian klorheksidin dalam jangka waktu yang panjanga dapat menyebabkan
perubahan warna gigi dan restorasi resin komposit.
3) Fluoride and other products that enhance reminalization
Penggunaan pasta gigi berfluoride bertujuan untuk menurunkan karies, dan untuk
mencegah karies pada anak dan remaja, pasta gigi minimal 1.000 ppm fluor. Penggunaan
5.000 ppm fluoride pasta gigi dan obat kumur berfluoride juga direkomendasikan.
Xylitol dapat digunakan pada pasien dengan usia lebih dari 6 tahun dalam
mengontrol bakteri Streptococcus mutans, sedangkan untuk anak dibawah usia 6 tahun
dengan resiko karies moderet atau ekstrim dapat menggunakan produk yang mengandung
xylitol. Penggunaan xylitol sesuai dengan yang dibutuhkan untuk memberikan efek pada
plak disarankan tidak lebih dari 6-10 gram/hari dan dicerna sebanyak 6,44 gram sampai
10,32 gram xylitol /per hari.
4) Effecrive lifestyle habits
Faktor penting bagi pasien dengan resiko karies tinggi yaitu mengurangi jumlah dan
frekuensi makanan yang mengandung gula. Penting bagi pasien untuk mematuhi apa yang
direkomendasikan oleh tenaga kesehatan. Selain itu, tenaga kesehatan perlu memotivasi
pasien dalam perubahan perilaku ke arah yang positif.
Faktor pelindung
Fluoridasi lingkungan keluarga/kerja/sekolah YES
Pasta gigi berfluor minimal sekali sehari YES
Pasta gigi berfluor minimal 2x sehari YES
Obat kumur berfluor setiap hari (0,05% NaF) YES
Ex : Ovi-rinse, Cavi-rinse
Pasta gigi berfluor 5000 ppm F setiap hari YES
Ex : Pasta gigi Colgate Duraphat 5000 ppm fluoride
Varnish Fluoride pada 6 bulan terakhir YES
Fluoridasi topical pada 6 bulan terakhir YES
Resep / penggunaan chlorhexidine perhari dalam 1 YES
minggu selama 6 bulan terakhir
Xylitol gum / lozenges 4x sehari dalam 6 bulan YES
terakhir
Pasta supplement kalsium dan phosphate selama 6 YES
bulan terakhir
Aliran saliva adequate (> 1 ml/min stimulated) YES
American Academy of Pediatric Dentistry, penilaian risiko karies (CRA) pada anak
berdasarkan atas tiga bagian besar indikator karies yaitu:
1. Kondisi klinik
2. Karakteristik lingkungan, dan
3. Kondisi kesehatan umum.
Tabel 2.6. Penilaian resiko karies menurut American Academy of Pediatric Dentistry
Indikator Resiko Resiko rendah Resiko sedang Resiko tinggi
karies
Kondisi-klinis - Tidak ada yng - Ada karies selama 24 - Ada karies selama 12
karies selama 24 bulan terakhir bulan
bulan terakhir - Terdapat satu area Terakhir
demineralisai - Terdapat satu area
- Tidak ada Enamel (karies demineralisasi enamel
demineralisai enamel white spot (karies enamel white spot
enamel (karies lesion) lesion)
enamel white spot - Gingivitis - Secara radiografi
lesion) dijumpai karies enamel
- Tidak dijumpai - Dijumpai plak pada gigi
plak, tidak ada Anterior
gingivitis - Banyak jumlah S. mutans
Menggunakan alat
ortodontik
Karakteristik - Keadaan optimal - Keadaan yang Penggunaan topikal fluor
Lingkungan dari penggunaan suboptimal pengguna yang suboptimal
fluor secara fluor secara sistemik - Sering memakan gula
sistemik dan topikal dan optimal pada atau
- Mengkonsumsi penggunaan topikal makanan yang sangat
sedikit gula atau aplikasi berhubungan dengan karies
makanan yang - Sekali-sekali (satu di antara waktu makan
berkaitan erat atau dua) diantara - Status sosial ekonomi
dengan permulaan waktu makan terkena yang rendah
karies terutama gula simpel atau - Karies aktif pada ibu
pada saat makan makanan yang sangat - Jarang ke dokter gigi
- Status sosial berkaitan terjadinya
ekonomi yang tinggi karies
- Kunjungan berkala - Status sosial ekonomi
ke dokter gigi secara menengah
teratur - Kunjungan berkala ke
dokter gigi
- tidak teratur
Keadaan -Anak-anak dengan
kesehatan membutuhkan pelayanan
umum kesehatan khusus
- Kondisi yang
mempengaruhi aliran saliva
Other codes: Crown C, Filled & sound F, Filled & recurrent decay R, Filled/crowned & over/under-hang H
3. Kriteria Penilaian Resiko Karies
Kriteria untuk Risiko Karies pada Primary Dentition
Kriteria untuk Risiko Karies pada Gigi Bercampur atau Gigi Permanen
Kriteria untuk Risiko Karies pada Orang Dewasa
Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007 menyebutkan bahwa
prevalensi rata-rata penduduk Indonesia bermasalah gigi dan mulut sebesar 23,4%, dimana
prevalensi karies melalui pemeriksaan DMF-T untuk rata-rata nasional sebesar 4,85% yang
berarti rata-rata penduduk Indonesia telah mengalami kerusakan gigi sebanyak 5 buah gigi per
orang. Beberapa upaya telah dilakukan untuk mengurangi prevalensi karies gigi, di antaranya
dengan melakukan pengukuran resiko karies. Risiko karies merupakan peluang seseorang
untuk mempunyai beberapa lesi karies selama kurun waktu tertentu. Risiko karies pada setiap
orang tidak sama dan tidak tetap seumur hidup oleh karena hal ini dapat berubah apabila pasien
melakukan tindakan pencegahan baik oleh dirinya sendiri maupun dokter gigi. Salah satu
metode pengukuran resiko karies yaitu kariogram (Kawung dkk, 2014).
Kariogram merupakan perangkat lunak pada komputer yang menggambarkan interaksi
berbagai faktor yang berhubungan dengan karies (Wardani dkk, 2012). Kariogram bertujuan
untuk menunjukkan grafik risiko, upaya pencegahan untuk menghindari karies baru dalam
waktu dekat. Selain itu kariogram juga bertujuan untuk upaya pencegahan sebelum karies baru
berkembang (Bratthall dan Petersson, 2005).
Menurut Bratthall dan Petersson (2005) kariogram terlihat seperti bentuk diagram pie
yang memiliki lima sektor dalam lima warna yaitu hijau, biru tua, merah, biru muda, dan
kuning yang menunjukkan berbagai kelompok faktor yang berhubungan dengan karies.
Gambar 1. Grafik pengukuran risiko karies dengan Kariogram (Bratthall dan Petersson,
2005).
1. Sektor hijau menunjukkan estimasi 'kesempatan sebenarnya untuk menghindari karies
baru'.
2. Sektor biru tua menunjukkan diet yang didasarkan pada kombinasi isi diet dan
frekuensi diet.
3. Sektor merah didasarkan pada kombinasi jumlah plak dan Streptococcus mutans.
4. Sektor biru muda menunjukkan kerentanan yang didasarkan pada kombinasi
program fluoride, sekresi air liur dan kapasitas buffer saliva.
5. Sektor kuning menunjukkan keadaan yang didasarkan pada kombinasi pengalaman
karies masa lalu dan penyakit terkait.
Kesimpulan dari grafik tersebut adalah semakin besar sektor hijau, semakin baik jika
dilihat dari sudut pandang kesehatan gigi, artinya semakin banyak kesempatan untuk
menghindari karies sehingga risiko karies rendah. Sebaliknya jika sektor selain hijau
semakin besar, semakin tinggi risiko kariesnya.
Menurut Amila dkk (2007) ada 10 parameter yang harus diisi dan diberi skor (0-3).
Untuk semua parameter, skor 0 berarti nilai paling baik dan 3 adalah nilai paling buruk
yaitu:
2. Penyakit general
Skor Keterangan
0 = Tidak ada penyakit Tidak ada tanda-tanda dari penyakit
general yang berhubungan dengan
karies gigi. Pasien sehat.
1 = Ada penyakit / kondisi Ada penyakit general yang secara
dengan derajat ringan tidak langsung dapat mempengaruhi
proses karies, atau kondisi lain yang
dapat menyebabkan risiko karies
yang lebih tinggi. Misalnya
penglihatan terbatas,
ketidakmampuan untuk bergerak.
2 = Derajat berat, jangka Pasien yang terbaring di tempat
panjang tidur atau membutuhkan obat secara
terus-menerus. Misalnya yang bisa
mempengaruhi sekresi saliva.
3. Diet karbohidrat
Skor Keterangan
0 = Fermentasi karbohidrat Fermentasi karbohidrat sangat
sangat rendah rendah, diet yang sangat baik dari
sudut pandang karies.
1 = Fermentasi karbohidrat Karbohidrat difermentasi rendah,
rendah, diet non kariogenik diet 'non-kariogenik', diet yang
tepat dari perspektif karies. Gula
atau karbohidrat lain yang
merangsang karies pada tingkat
rendah.
2 = Fermentasi kandungan Fermentasi kandungan karbohidrat
karbohidrat sedang sedang. Diet dengan kandungan
yang relatif tinggi gula atau
karbohidrat lain yang merangsang
karies.
3 = Asupan karbohidrat tnggi, Diet yang tidak baik dari perspektif
diet yang tidak tepat. karies. Asupan tinggi gula atau
karbohidrat lainnya merangsang
karies.
4. Frekuensi diet
Skor Keterangan
0 = maksimal tiga kali per hari Frekuensi asupan diet yang sangat
(termasuk makanan ringan) rendah, maksimal tiga kali per 24
jam sebagai rata-rata di bawah
periode waktu lebih lama.
1 = maksimal lima kali per hari Frekuensi asupan diet rendah,
maksimal lima kali setiap 24 jam.
2 = maksimal tujuh kali per hari Frekuensi asupan diet tinggi,
maksimal tujuh kali per 24 jam.
3 = lebih dari tujuh kali per hari Frekuensi asupan diet sangat tinggi,
rata-rata lebih dari tujuh kali per 24
jam.
8. Sekresi saliva
Skor Keterangan
0 = sekresi saliva normal Sekresi saliva normal, lebih dari 1,1
ml stimulated saliva per menit.
a. Keluar, digunakan jika ingin menutuPasien baru, digunakan jika ingin membuat
halaman (pasien) baru.
b. Mengenai, digunakan untuk mengetahui tujuan program.
c. Bantuan, digunakan untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang penggunaan
program.
d. Catatan, digunakan untuk mendaftar dan menulis komentar pasien.
e. Rekomendasi secara umum, digunakan untuk mengetahui tindakan preventif dan
klinis yang berdasarkan nilai yang telah dimasukkan.
f. Cetak, digunakan untuk mencetak kariogram.
3. Mendaftar pasien
Untuk mendaftar pasien baru, dapat dilakukan dengan mengklik ikon catatan yang
terdapat pada ujung kiri atas program. Untuk mendaftar pasien, diperlukan beberapa
data, yaitu nama, nomor, tanggal, dan pemeriksa.
Informasi rincian data pasien yang telah dimasukkan akan muncul di sudut kiri
layar seperti gambar di bawah ini. Informasi data pasien tidak dapat disimpan dalam
program ini. Oleh karena itu, disarankan untuk mencetak informasi data dan komentar
tersebut.
Gambar 5. Data yang telah diisi
9. Cetak
Program kariogram ini dapat mencetak dalam dua pilihan warna, yaitu cetakan
berwarna dan cetakan berwarna hitam putih. Program ini juga dapat mencetak komentar
dan interpretasi awal dan tindakan yang diusulkan.
Risiko karies rendah menandakan sektor hijau (peluang untuk menghindari karies
baru) diatas 75%, maka dapat disimpulkan bahwa pasien memiliki peluang yang besar
terhindar dari karies baru dengan catatan bahwa kondisi tidak berubah. Apabila sektor
hijau bernilai 25% - 75% menandakan risiko karies sedang dan apabila sektor hijau
dibawah 25%, menandakan bahwa risiko karies sangat tinggi.
Tujuan utama diberikannya sealant adalah agar terjadinya penetrasi bahan ke dalam pit
dan fisura serta berpolimerisai dan menutup daerah tersebut dari bakteri dan debris
(Kenneth J Anusavice, 2004: 260-261). Bahan sealant ideal mempunyai kemampuan
retensi yang tahan lama, kelarutan terhadap cairan mulut rendah, biokompatibel dengan
jaringan rongga mulut, dsn mudah diaplikasikan (Donna Lesser, 2001).
Dua bahan sealant yang sering digunakan adalah sealant berbasis resin dan sealant semen
ionomer kaca (SIK). Bahan sealant berbasis resin dapat melakukan polimerisasi secara
autopolimerisasi dan fotopolimerisasi. Sedangkan sealant SIK yang sering digunakan
bersifat autopolimerisasi (Sari Kervanto, 2009: 20).
Sealant berbasis resin bertahan lebih lama dan kuat karena memiliki kemampuan
penetrasi yang lebih bagus. Hal ini karena adanya proses etsa pada enamel gigi yang
menghasilkan kontak yang lebih baik antara bahan resin dengan permukaan enamel
(Mahadevan Ganesh, 2007).
Etsa menghilangkan mineral enamel gigi dan menghasilkan resin tag dan secara klinis
nampak lebih putih dan pudar. Bahan sealant yang diberikan pada area yang dietsa akan
berpenetrasi ke dalam resin tag. Hal ini dapat meningkatkan retensi mekanis bahan sealant
dengan permukaan enamel gigi (Carline Paarmann, 1991:13).
Sealant ionomer kaca memiliki kemampuan mencegah karies yang hampir sama dengan
sealant berbasis resin. Manipulasi sealant semen ionomer kaca lebih mudah, dan tidak
diperlukan tahapan pengetsaan pada permukaan gigi (Subramaniam, 2008).
Berbeda dengan sealant berbasis resin, bahan sealant semen ionomer kaca melakukan
interaksi khusus dengan enamel gigi dengan melepaskan kalsium, strontium dan ion fluor
yang bersifat kariostatik dan mengurangi perkembangan karies pada daerah yang diberi
sealant (Laurence J. Walsh, 2006).
CARIES RISK ASSESSMENT (CRA) AMERICAN DENTAL ASSOCIATION
Formulir ini dirancang dengan menyertakan faktor yang mudah diamati dan ditemukan
dalam evaluasi kesehatan mulut. Di dalam formulir terdapat 3 jenis warna yang digunakan
untuk mengindikasi karies yaitu hijau, kuning dan merah. Warna hijau menunjukkan reiko
rendah (low risk), kuning untuk resiko sedang (moderate risk) dan merah untuk resiko tinggi
(high risk). Cara pengisiannya dengan memberi tanda cek pada kotak di bawah kolom low risk,
moderate risk,atau high risk untuk masing-masing faktor risiko.
Childrens dental health Erupsi gigi : gigi desidui dan gigi permanen,
gigi pertama bayi
Fluoride Fluoride Treatment in the dental office,
Flouride natures cavity fighter, the fact
about bottled water
Diet Kebiasaan makan
2. Plak
a. pH dari plak
Merah : kurang dari 5,5
Kuning : antara 6,9 dan 5,5
Hijau : di atas 7
b. kematangan plak
Merah : pewarnaan biru
Hijau : pewarnaan hijau
c. jumlah bakteri S. Mutans
Merah : > 500.000 cfu/ml
Hijau : < 500.000 cfu/ml
3. Diet
a. Jumlah gula yang dikonsumsi setiap hari
b. Frekuensi terpapar asam
Adapun penilaian untuk diet, yaitu :
Merah : gula > 2, asam > 3
Kuning : gula > 1, asam > 2
Hijau : gula tidak, asam < 2
4. Fluor
Riwayat sebelum dan sesudah mendapat fluor
Adapun penilaian untuk fluor, yaitu :
Merah : pasta gigi dan air minum tidak mengandung fluor
Kuning : pasta gigi atau air minum mengandung fluor
Hijau : pasta gigi dan air minum mengandung fluor
5. Faktor Modifikasi
a. Status pemeriksaan gigi dulu dan sekarang
b. Status medis dulu dan sekarang
c. Pencegahan dan pemeliharaan
d. Gaya hidup
e. Status sosial ekonomi
Pertanyaan-pertanyaan yang biasanya diajukan berkaitan dengan faktor
modifikasi adalah 1. Konsumsi obat-obatan yang dapat menurunkan laju aliran
saliva, 2. Penyakit yang dapat mengakibatkan mulut kering, 3. Pasien
menggunakan protesa lepasan (termasuk alat ortodontik), 4. Kerjasama pasien
buruk, 5. Pasien memiliki karies aktif baru-baru ini.
Adapun penilaian untuk faktor modifikasi, yaitu :
Merah : YA untuk salah satu pertanyaan di atas.
Kuning : tidak diterapkan.
Hijau : TIDAK untuk semua pertanyaan di atas.
Penarikan Kesimpulan
Apabila dari semua pemeriksaan pasien memiliki jawaban warna merah yang paling
banyak, maka pasien memiliki risiko karies yang tinggi. Apabila dari semua pemeriksaan
pasien memiliki jawaban warna kuning yang paling banyak, maka pasien memiliki risiko
karies yang sedang. Apabila dari semua pemeriksaan pasien memiliki jawaban warna hijau
yang paling banyak, maka pasien memiliki risiko karies yang rendah.
Pemeriksaan
1. Saliva
Salah satu faktor dari lingkungan oral yang harus diperiksa dan dinilai dalam
menentukan faktor resiko karies adalah saliva. Lima faktor yang dinilai dalam tes saliva
adalah derajat hidrasi, viskositas, pH, kuantitas, dan kapasitas buffer (kualitas) (Mount
& Hume, 2005).
a. Tes Derajat Hidrasi
Unstimulated saliva memiliki peran penting untuk hidrasi dan kenyamanan
rongga mulut, karena stimulated saliva hanya diproduksi selama mastikasi.
Kelenjar saliva minor menghasilkan 15% dari seluruh produksi saliva harian,
dan kelenjar submandibula merupakan kelenjar yang memberi kontribusi
utama. Terdapat banyak variasi flow rate pada kelenjar saliva minor yang
terdapat pada berbagai macam area dalam mulut. Penurunan flow rate
unstimulated saliva pada kelenjar saliva minor di daerah palatum dapat terjadi
seiring pertambahan usia individu, namun tidak terdapat perubahan yang
berhubungan dengan usia dari kelenjar-kelenjar minor yang terdapat pada
daerah bukal dan labial, sehingga pemeriksaan dilakukan pada kelenjar saliva
minor yang terdapat pada bagian dalam bibir bawah.
Cara pemeriksaan:
Pasien duduk tegak
Bibir bawah pasien ditarik ke arah luar dan dikeringkan dengan kasa
Waktu yang dibutuhkan saliva untuk keluar dari duktus kelenjar saliva
minor dicatat
Petunjuk interpretasi hasil tes hidrasi pada pemeriksaan saliva dengan
menggunakan Saliva Check Buffer Kit
c. Tes pH
Permukaan gigi dilapisi oleh lapisan tipis unstimulated saliva, sehingga
keadaan pH saliva dapat mempengaruhi keadaan biofilm pada permukaan gigi.
Cara kerja:
- Pasien diminta untuk meludah ke dalam kontainer plastik
- Strip pH dicelupkan ke dalam saliva yang telah terkumpul
- Setelah 10 detik, pH diukur berdasarkan aturan pabrik
Hasil dan interpretasi:
pH unstimulated saliva merupakan indikator umum keadaan asam rongga
mulut. Umumnya, pH kritis hidroksi apatit adalah 5,5, sehingga semakin dekat
pH unstimulated dengan pH kritis, maka semakin besar resiko demineralisasi.
d. Tes Kuantitas
Komposisi stimulated saliva tergantung pada flow rate yang merupakan
representasi produksi kelenjar saliva mayor dan minor. Rata-rata flow rate
stimulated saliva adalah 1,6 ml/menit. Flow stimulated saliva sebesar 0,7
ml/menit dianggap sebagai ambang, dimana flow rate di bawah batas tersebut
menunjukkan peningkatan resiko terjadinya karies.
Cara kerja:
- Pasien duduk tegak
- Pasien diminta untuk mengunyah permen paraffin tanpa rasa
- Setelah 30 detik, pasien diminta untuk membuang saliva yang
terkumpul
- Pasien diminta untuk mengunyah paraffin kembali selama 5 menit
- Pasien diminta untuk membuang saliva ke dalam kontainer plastik
dengan interval teratur pada 5 menit pengunyahan.
- Setelah 5 menit, volume saliva dicatat
- Saliva dipersiapkan untuk tes kapasitas buffer
Hasil dan interpretasi:
2. Plak
Pemeriksaan pH dan kematangan plak dengan menggunakan GC Plaque Check +
pH sedangkan jumlah s.mutans dalam saliva dapat diukur dengan menggunakan Saliva
Check Mutans dari GC.
Kematangan plak dapat diamati dengan menggunakan disclosing solution. Warna
merah menunjukkan bahwa plak tersebut baru terbentuk dan warna biru menunjukkan
plak sudah matang (GC Asia Dental, 2008).
Untuk mengetahui jumlah dari s.mutans dapat dilakukan dengan mengunyah permen
karet selama 1 menit kemudian keluarkan saliva yang terkumpul pada kontainer,
memasukan reagent pertama sebanyak satu tetes, tutup kontainer dan tepuk kontainer
sebanyak 15 kali selama 10 detik, setelah itu tambahkan lagi reagent kedua sebanyak
empat tetes, goyangkan kontainer sampai larutan saliva berubah menjadi warna hijau,
ambil saliva dengan menggunakan pipet dan masukkan kedalam uji tes. Apabila
terdapat garis merah pada sisi huruf T menandakan jumlah s.mutans dalam saliva
melebihi 500.000 cfu/ml, apabila tidak terdapat garis merah pada sisi T menunjukkan
jumlah s.mutans dalam saliva kurang dari 500.000 cfu/ml (GC Asia Dental, 2008).
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer dilakukan pada masa individu belum menderita sakit, upaya yang
dilakukan ialah:
Dokter gigi akan membantu membersihkan gigi secara profesional. Tidak hanya
akan mendapatkan gigi bersih yang sempurna untuk tersenyum, tapi gigi kita akan
bebas dari plak dan bakteri3.
Dokter gigi akan membantu memilih dan menyarankan produk kebersihan oral
terbaik guna beruntuk membantu agar memiliki gigi lebih putih, bersih dan sehat
dan gusi. Hal ini sering dimulai dengan pemilihan pasta gigi terbaik, sikat gigi, serta
menentukan frekuensi menggunakan produk ini3.
Dokter gigi akan mengajarkan cara yang tepat menyikat gigi serta flossing. Ini akan
membersihkan gigi anda dari bakteri dan plak yang akan merusak gigi3.
5. Pencegahan Dini
Mulailah setiap hari membersihkan gigi segera setelah gigi pertama anak
erupsi. Kunjungi dokter gigi anak saat gigi pertama erupsi.
6. Mengindari merokok dan minuman beralkohol
Merokok dan minuman beralkohol dapat mempengaruhi kesehatan
mulut. Selain mulut kering ,perubahan warna gigi dan penumpukan plak, merokok
menyebabkan penyakit gusi, kehilangan gigi dan bahkan kanker mulut .
7. Manajemen kesehatan oral
Perawatan gigi untuk penyakit gigi kronis secara konsisten sangat penting untuk
menahan atau menghindari efek berbahaya dari penyakit tersebut.
8. Mengkonsumsi makanan yang baik untuk kesehatan rongga mulut
Beberapa makanan dapat berperan dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut. dokter
gigi akan membantu dengan menyarankan makanan mana yan harus dimakan lebih
banyak setiap hari. Ini adalah kedokteran gigi pencegahan yang mungkin tidak
begitu mudah diikuti bagi kebanyakan orang karena mereka memiliki waktu sulit
mengubah cara mereka ketika datang ke makanan sehat3.
9. Penggunaan Florida
Flour sistemik tersedia dalam bentuk air mengandung fluoride, dan makanan alami
seperti apel dan gandum. Aplikasi topical dari florida tersedia sebagai : florida
pencuci mulut, misalnya : colgate flourigard.
2. Pencegahan sekunder
a. Diagnosa dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment),
tujuan utama dari tindakan ini ialah 1) mencegah penyebaran penyakit bila
penyakit ini merupakan penyakit menular, dan 2) untuk mengobati dan
menghentikan proses penyakit, menyembuhkan orang sakit dan mencegah
terjadinya komplikasi dan cacat12.
b. Pembatasan cacat (disability limitation) pada tahap ini cacat yang terjadi diatasi,
terutama untuk mencegah penyakit menjadi berkelanjutan hingga
mengakibatkan terjadinya cacat yang lebih buruk lagi12.
1. Restorasi gigi
Dokter gigi melakukan restorasi atau penambalan terhadap gigi pasien sebagai tindakan
untuk mencegah terjadinya infeksi selanjutnya pada gigi serta untuk mengembalikan
estetis dan kepercayaan diri pasien10.
3.Pencegahan tersier
a. Rehabilitasi, pada proses ini diusahakan agar cacat yang di derita tidak menjadi
hambatan sehingga individu yang menderita dapat berfungsi optimal secara
fisik, mental dan sosial12.
1. Pemasangan bridge
Jembatan Gigi (bridge) digunakan untuk "menjembatani kesenjangan" yang diciptakan
oleh satu atau lebih gigi yang hilang. Sebuah jembatan gigi terdiri dari dua mahkota
porselen untuk gigi pada kedua sisi-celah kedua penahan gigi disebut gigi penyangga dan
gigi palsu (atau gigi) di antara.Dokter gigi bisa menggunakan bridge untuk
mengembalikan gigi yang hilang9.
2. Crown
Dokter gigi akan memasangkan mahkota (crown) pada kerusakan gigi depan yang cukup
parah,misalnya gigi patah atau tidak bisa lagi ditambal karena lubang sudah terlalu luas
.Bila kondisi gigi dinyatakan sehat, saat itu juga proses pembuatan crown dapat
dilakukan8.
3. Implan
Kehilangan gigi merupakan suatu kasus yang sering dijumpai di bidang kedokteran gigi.
Kasus kehilangan gigi ini idealnya harus segera direstorasi. Ada beberapa cara untuk
menggantikan gigi yang hilang, yaitu salah satunya dengan implant. Dokter gigi akan
memasangkan implant pada pasien dengan kehilangan gigi13.
4. Perbaikan Maloklusi
Dokter gigi akan memperbaiki gigi dengan kelainan posisi atau crowded salah satunya
dengan menggunakan pemasangan ortho fix.
Adapun skema dari ketiga upaya pencegahan itu dapat di lihat pada gambar dua. Pada gambar
dua proses perjalanan penyakit dibedakan atas a) fase sebelum orang sakit: yang ditandai
dengan adanya keseimbangan antara agen (kuman penyakit, bahan berbahaya), host/tubuh
orang dan lingkungan dan b) fase orang mulai sakit: yang akhirnya sembuh atau mati.
4. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI PREVENTIVE KARIES ?
Indikasi pemberian sealant pada pit dan fisura adalah sebagai berikut:
Secara umum resin memiliki sifat mekanis yang baik, kelarutan bahan resin
sangat rendah. Sifat termis bahan resin sebagai isolator termis yang baik. Bahan resin
memiliki koefisien termal yang tinggi. Kebanyakan resin bersifat radiopaque (E.C
Combe, 1992: 176-7).
Bahan I :
Semen ini memiliki sifat kekerasan yang baik, namun jauh inferior dibanding
kekerasan bahan resin. Kemampuan adhesi melibatkan proses kelasi dari gugus
karboksil dari poliasam dengan kalsium di kristal apatit enamel dan dentin. Semen ini
memiliki sifat anti karies karena kemampuannya melepaskan fluor. Dalam proses
pengerasan harus dihindarkan dari saliva karena mudah larut dalam cairan dan
menurunkan kemampuan adhesi. Ikatan fisiko kimiawi antara bahan dan permukaan
gigi sangat baik sehingga mengurangi kebocoran tepi tumpatan (Kenneth J. Anusavice,
2004: 453). Bahan II
Indikasi penggunaan Fissure sealant dengan semen ionomer kaca sebagai berikut:
Indikasi :
- Pada anak rendah karies tetapi memiliki pit dan fissure yang dalam
- Tidak terdapat karies pada interproksimal
- Umur gigi erupsi gigi kurang dari 4 tahun
- Memungkinkan isolasi adekuat kontaminasi saliva
- Pit dan fissure dengan deklasifikasi minimal
- Semua gigi permanen muda pada anak yang termasuk resiko karies sedang/tinggi
- Untuk lesi dangkal sebatas enamel, lesi sebatas dentin dan lesi kelas I yang dangkal
dengan ukuran kecil.
Kontraindikasi :
- Self cleansing yang baik pada pit dan fissure yang dangkal
- Gigi erupsi hanya sebagian dan tidak memungkinkan untuk dilakukan isolasi
- Umur erupsi gigi lebih dari 4 tahun
- Terdapat tanda klinis karies interproksimal
Ada 3 tipe preventive resin restoration berdasarkan luas dan dalam lesi kariesnya,yaitu :
1. Tipe A : karies sebatas enamel
DAFTAR PUSTAKA
American Academy of Pediatric Dentistry., 2002, Guidline on caries risk assessment and
Management for inflants, children, and Adolescents, Clinical Guidelines
Bird, D.L., Robinson, D.S., 2012, Modern Dental Assisting, 10th ed., St. Louis: Elsevier
Saunders
Bratthall, D., 2004, Cariogram Manual: A New and Interactive Way of Illustrating The
Interaction of Factors Contributing to The Development of Dental Caries, Cariogram
Internet Version, Sweden
Darby, ML.,Walsh, MM., 2010, Dental Hygiene : Theory and Practice, Canada: Saunders
Featherstone, J.D.B., dkk. Caries Risk Assessment in Practice for Age 6 through Adult, CDA
Journal., 35(10)
Garg, N., Garg, A., 2013, Text Book of Operative Dentistry, 2nd ed., New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publisher
Gomez, F.R.J., dkk., 2007, Caries Risk Assessment Appropriate for the Age 1 Visit (Infants
and Toddlers), CDA Journal, 35(10): 687-782
http://www.ada.org/~/media/ADA/Public%20Programs/Files/topics_caries_educational_over
6.ashx diakses pada 07/01/2015 16:43
http://usupress.usu.ac.id/files/Menuju%20Gigi%20dan%20Mulut%20Sehat%20_Pencegahan
%20dan%20Pemeliharaan__Normal_bab%201.pdf
http://www.ada.org/~/media/ADA/Member%20Center/FIles/topics_caries_instructions.ashx
diakses pada 07/01/2015 16:42
http://www.ada.org/~/media/ADA/Member%20Center/FIles/topics_caries_under6.ashx
diakses pada 07/01/2015 16:43
Kidd, EAM., Joyston-Bechal, S., 1991, Dasar-Dasar Karies: Penyakit dan Penanggulangan
(alih bahasa: Narlan Sumawinata dan Safrida Faruk), Jakarta: EGC
Limeback, H., 2012, Comprehensive Preventive Dentistry, Oxford: A John Wiley & Sons
Putri, M.H., Herijulianti, E.,Nurjannah, N., 2009, Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras
dan Jaringan Pendukung Gigi, Jakarta: EGC
Riset Kesehatan Dasar, 2007, Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2007, Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Republik Indonesia
Yadav, P., Saha, S., Singh, S., Kumari, M., Mohd, S., Narang, R., TT., Different Manual
Tooth Brush Design and Their Effect on Dental Plaque and Gingival Status A Double
Blind Cross-Over Randomized Clinical Trial, International Journal of Oral Health
Research & Review, 68-76
Kidd, Edwina A. M. Dasar Dasar Karies Penyakit dan Penanggulangannya. Jakarta: EGC,
1991
Kuliah pakar drg. Rudy Budiraharjo Sp. KGA tentang PRR (Preventive Resin Restoration)
Silverstone L.M. 1982. The use of pit and fissure sealant in dentistry, present status and future
developments. Pediatric Dentistry, 4, 16-21
Richard R. Welbury, Monty S. Duggal: Paediatric Dentistry, Oxford Medical Publication,
2005.