(Sari Pustaka)
Oleh:
1406580481
Pembimbing:
UNIVERSITAS INDONESIA
2015
0
PENDAHULUAN
Karies pada anak usia dini atau early childhood caries (ECC), dan karies
rampan, merupakan tipe yang sangat virulent dari karies ini, dimulai segera setelah
erupsi gigi, berkembang pada permukaan halus, dengan cepat dan memiliki
dampak yang merugikan pada gigi geligi.1 Karies merupakan penyakit infeksi yang
paling sering ditemukan pada anak. Di Amerika Serikat, prevalensi karies
diperkirakan sebanyak lima kali lebih tinggi dari pada asma dan tujuh kali lebih
tinggi daripada rhinitis alergi.2,3 Ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat
yang serius dan pengendaliannya harus menjadi prioritas, adanya karies yang lanjut
bahkan harus dilakukan pencabutan mungkin dapat menyebabkan terjadinya
maloklusi gigi permanen dan menyebabkan masalah fonetik serta rendah diri pada
anak.4 Beberapa penelitian sebelumnya menyatakan bahwa populasi yang terdiri
dari individu yang rentan terhadap karies terus meningkat seiring dengan
bertambahnya usia.5
1
gigi dan pencegahannya terletak pada memodifikasi dan mengoreksi complex
dental biofilm dan mengubah faktor oral untuk mendukung kesehatan.5
TINJAUAN PUSTAKA
2
(karena karies) atau tumpatan dipermukaan gigi sulung pada anak usia dibawah 6
tahun (0-71 bulan). Bedasarkan definisi ini, sebutan Severe Earlychildhood Caries
diadopsi untuk menggantikan sebutan karies rampan dengan adanya paling tidak
salah satu dari kriteria sebagai berikut,yaitu:8 adanya tanda dari karies pada
permukaan halus pada anak dibawah usia 3 tahun; adanya lubang pada permukaan
halus pada gigi sulung anteroposterior, kehilangan gigi sulung (karena karies) atau
tumpatan dipermukaan gigi sulung pada anak antara usia tiga hingga lima tahun;
serta lubang gigi, kehilangan gigi dan tumpatan pada permukaan gigi dengan indeks
DMFT setara atau lebih besar dari 4 pada usia 3 tahun, 5 pada usia 4 tahun dan 6
pada usia 5 tahun.
3
pembersihan empeng menggunakan mulut, dapat membantu menurunkan
perolehan mikroba kariogenik pada bayi dan balita.8
Anak-anak berada pada tingkatan resiko yang bervariasi terhadapa karies
selama hidupnya. Dengan meningkatnya penemuan baru-baru ini menytakan bahwa
untuk berhasil dalam pencegahan karies, dokter gigi harus memulai intervensi
pencegahan sejak satu tahun pertama kehidupan. Konsekuensi dari ECC meliputi
resiko yang lebih tinggi terhadap kavitas lesi karies baru baik pada gigi sulung dan
pada gigi tetap, meningkatnya resiko hospitalisasi dan kunjungan unit gawat
darurat, meningkatnya biaya dan waktu perawatan, perkembangan fisik yang tidak
cukup (khususnya pada tinggi dan berat badan), kehilangan waktu di sekolah dan
berkuranganya kemampuan untuk menerima pelajaran, dan berkurangnya kualitas
kehidupan yang berhubungan dengan kesehatan gigi dan mulut.8
4
Ini adalah keseimbangan dinamis dan sensitif, berbalik kedua arah beberapa kali
dalam sehari. Berlanjut atau berbaliknya (demineralisasi atau remineralisasi) proses
terjadinya karies ditentukan oleh keseimbangan dan ketidakseimbangan diantara
indikator dan faktor resiko disatu sisi dan faktor protektif di sisi yang berlawanan.
Indikator Karies
5
pemeriksaan radiograf; dan Cavitation dari lesi karies yang terlihat pada radiograf
telah berpenetrasi ke dentin.
Respon yang positif pada salah satu dari keempat indikator ini
menempatkan pasien pada resiko karies tinggi, kecuali telah dilakukan intervensi
terapeutik dan perkembangannya telah dihentikan. Seorang pasien dengan kavitas
yang terbuka memiliki kadar bakteri kariogenik yang tinggi, dan restorasi saja tidak
dapat secara signifikan menurunkan kadar asidogenik dari bakteri tersebut di
rongga mulut.10
6
Tabel 1, Lembar Penilaian Faktor Resiko Karies, Featherstone dkk.12
7
seperti diet yang tidak bergizi, seringnya konsumsi karbohidrat yang mudah
difermentasi, penggunaan obat-obatan, dll)
Tidak semua bakteri pada rongga mulut patologis, tetapi saat sejumlah besar
dari bakteri kariogenik berada di dalam biofilm plak dan melekat pada permukaan
gigi, mencerna gula dari proses fermentasi karbohidrat menjadi ikatan asam organic
yang lemah yang dapat menyebabkan demineralisasi dari struktur hidroksiapatit.
Dikarenakan karies merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan karena
lesi karies merupakan tahap akhir dari gejala penyakit ini, evaluasi dari penemuan
mikrobiologis akan memandu dokter gigi dalam mengimplementasikan intervensi
dini untuk membantu mencegah atau menghentikan jalannya penyakit.5 Penelitian
terbaru telah menunjukan sebuah perbedaan yang khas antara mikroflora yang
sehat, pada individu yang bebas karies dibandingkan dengan mikroflora pada
individu dengan karies dental.13
8
Faktor Pelindung Karies
Faktor pelindung karies adalah faktor biologis ataupun terapi yang dapat
secara bersamaan dapat mengimbangi suatu kondisi patologis yang muncul karena
adanya faktor-faktor resiko karies yang telah disebutkan di atas. Semakin parah
faktor resiko karies, semakin tinggi intensitas faktor pelindung yang diperlukan
untuk menyeimbangkan kondisi rongga mulut pasien atau untuk membalikan
proses karies yang telah terjadi.6 Faktor pelindung ini meliputi sejumlah produk-
produk yang beragam dan intervensi yang dapat meningkatkan mineralisasi dan
menjaga keseimbangan antara faktor patologis dan pelindung pada kesehatan
rongga mulut pasien. Faktor pelindung juga meliputi kondisi tempat tinggal yang
dekat dengan sumber air yang mengandung fluoride, penggunaan pasta gigi dengan
fluoride yang teratur, obat kumur yang mengandung fluoride, dan apakah pasien
pernah menerima aplikasi fluoride, chlorhexidine dan agen kalsium fosfat topical.5
Pada Gambar 1, Featherstone memberikan daftar apa yang diketahui sebagai faktor
yang sangat protektif dan dapat dengan mudah diingat sebagai “SAFER”, untuk
menggambarkan faktor protektif tersebut, yang terdiri dari :Saliva dan Sealants;
Antibakteri; Flouride dan Kalsium / Fosfat (sebagai pendukung fungsi fluoride
bukan sebagai pengganti); Effective lifestyle habits, kebiasaan dan gaya hidup yang
efektif; serta dilengkapi dengan adanya Risk-based reassessment.
Setiap dokter gigi harus dapat mengidentifikasi resiko karies dari masing-
masing pasien, apakah pasien beresiko karies rendah, moderat atau tinggi,
kemudian merencakan sebuah rencana perawatan atau pencegahan bagi masing-
masing pasien tersebut. Protocol intervensi klinis telah dikembangkan secara terus
menerus melalui penelitian, dan perawatan secara individual bagi pasien harus
dapat dijelaskan dengan baik pada pasien. Panduan klinis berbasis bukti (evidence-
based) dikembangkan sejak tahun 2007, dan kemudian dimodifikasi dengan
protocol pediatric pada 2010, guna untuk membantu dokter gigi merencanakan dan
menerapkan manajemen karies yang efekif bagi tiap pasien.16
9
Pemeriksaan dan pemetaan jaringan keras
Adanya karies sebelumnya atau pada saat ini adalah prediktor tertinggi bagi
karies di masa depan. Oleh karena itu pemeriksaan jaringan keras yang seksama
harus mengawali CRA untuk mendeteksi tanda-tanda dari caries sebelumnya atau
pada saat ini (karies indikator). Ada banyak cara untuk mencatat penemuan pada
jaringan keras gigi. Menanggapi kurangnya system deteksi lesi karies yang dapat
diterima secara universal, sebuah kelompok yang terdiri dari cariologist dan
epidemiologis menciptakan International Caries Detection Assessment System
(ICDAS) pada tahun 2002 di Skotlandia. Sistem visual ini dikembangkan sebagai
sistem deteksi bagi lesi karies di oklusal, dengan sistem pengkodean 2 digit, digit
yang pertama (0-9) mengidentifikasi status gigi dan digit yag kedua
menggambarkan keparahan dari lesi karies tersebut.5,6 ICDAS telah dibuktikan
sebagai sistem yang valid untuk menggambarkan dan mengukur perbedaan derajat
dari keparahan suatu lesi karies serta memiliki hubungan yang signifikan antara
kedalaman lesi dan pemeriksaan histologis.17
10
Tabel 2, Kode ICDAS, http://www.icdas.org/clinical-practice.17
11
ditentukan oleh sebuah keseimbangan dari faktor protektif dan patologis,19 maka
para klinisi harus mampu untuk mengidentifikasi dan mendokumentasi faktor-
faktor tersebut, memahami lebih berat kemana faktor ini, apakah berkembang
menjadi karies atau sebaliknya, dan menyediakan rekomendasi bagi para pasien
yang nantinya dapat mengurangi faktor resiko dari setiap pasien.20 Protokol
CAMBRA bertujuan untuk membingkai faktor-faktor ini kedalam rancangan yang
mudah diikuti, dan juga akan memandu dokter gigi dalam membuat rekomendasi
bagi setiap pasiennya.21
Inti dari filosofi CAMBRA perawatan adalah penilaian setiap pasien secara
individu indicator penyakitnya, faktor resiko dan faktor protektif untuk menentukan
penyakit karies dental saat ini dan dimasa depan.16 Penilaian Faktor Resiko karies,
caries risk assessment (CRA) adalah komponen penting dalam manajemen karies
dan harus dipertimbangkan sebagai standar untuk perawatan dan diikutsertakan
sebagai bagian dari pemeriksaan dental. Ini penting dalam pembuatan keputusan
untuk membimbing dokter gigi dalam menentukan diagnosis, prognosis dan
rencana perawatan bagi setiap pasien. Menggunakan pemeriksaan resiko karies ini
menyediakan efektifitas biaya dan kesuksesan perawatan yang lebih baik
dibandingkan dengan pendekatan yang lebih tradisional dimana perawatan yang
diterapkan pada setiap pasien identic dan tidak mempertimbangkan faktor resiko
mereka.5 Ada berbagai bentuk dari formulir penilaian resiko karies yang tersedia
dari asosiasi professional dan publikasi industri untuk mendampingi dokter gigi
dalam menentukan resiko karies pasiennya.
12
(kecanduan narkotika, alcohol, merokok), riwayat diet, dan setiap kebiasaan
individual dan budaya lain yang dapat berkontribusi pada karies. Terakhir CRA
dapat mengikutsertakan beberapa uji seperti penilaian saliva/pH/buffer dan juga
penilaian jumlah bakteri. Kesemua uji ini memiliki tingkat petunjuk yang lemah,
namun keuntungan yang sebenarnya adalah ini dapat dijadikan sebagai sarana
pengajaran dan motivasi untuk membantuk memodifikasi perilaku pasien.6
Sementara semua formulir ini berbeda pada faktor resiko, indikator penyakit
dan faktor protektif, kesemuanya sepakat bahwa prediktor terkuat dari karies dental
di masa depan adalah pengalaman pasien terhadap karies, seperti lesi karies atau
restorasi baru dalam waktu tiga tahun terakhir, walaupun setiap form menggunakan
variable yang berbeda untuk menggambarkan pengalaman karies.5,6
Hasil akhir dari setiap CRA adalah untuk menkombinasikan riwayat pasien
dan data klinis saat ini, informasi dari form CRA, termasuk setiap test tambahan
seperti uji saliva atau penilaian ph dan penilaian jumlah bakteri, untuk akhirnya
13
memungkinkan penentuan dari resiko karies pasien secara keseluruhan. Ini akan
membantu menciptakan sebuah diagnosis karies dan tingkat aktivitasnya (karies
aktif dan tidak aktif).6 Dikarenakan resiko karies mengalami perubahan, penilaian
ulang secara berkala terhadap faktor resiko karies setiap pasien dipertimbangkan
sebagai perawatan terbaik dan harus diadakan lagi 3 hingga 12 bulan setelah
penilaian resiko karies pertama, dengan interval waktu bergantung pada tingkat
resiko dari setiap pasien.5,6
Sebuah penilaian resiko karies secara individual dari bayi atau balita akan
membantu baik penyedia layanan kesehatan dan para orang tua/pengasuh
mengidentifikasi dan memahami faktor-faktor yang berhubungan dengan early
childhood caries, agar sebuah rencana perawatan pencegahan yang kooperatif dan
proaktif dapat dikembangkan. Informasi yang spesifik dikumpulkan melalui
penilaian yang sistematik dari CAMBRA, memandu dokter gigi dalam proses
pengambilan keputusan untuk menciptakan protocol perawatan dan pencegahan
bagi anak dengan karies atau bagi anak-anak yang beresiko terkena karies.24
Untuk mendapatkan manajemen dan hasil terbaik bagi kesehatan gigi dan
mulut yang baik, penilaian faktor resiko karies ini harus dilaksanakan sedini
mungkin, lebih disarankan sebelum karies muncul. Penilaian resiko karies dan
manajemen penyakit yang menyertakannya sangatlah penting pada anak karena
diketahui fakta bahwa caries pada gigi sulung adalah prediktor yang paling kuat
dari karies pada gigi permanen nantinya.25 Terdapat enam langkah dasar dalam
kunjungan dokter gigi bagi bayi. Pemeriksaan faktor resiko karies merupakan
langkah yang pertama dalam enam langkah-langkah penting ini, memberikan
dokter gigi informasi lebih untuk membantu mereka mempertimbangkan resiko dan
status kesehatan dari setiap pasien sebelum memulai pemeriksaan.26
14
lembar pemeriksaan CAMBRA memberikan kemudahan untuk menggabungkan
dan menyimpan data dari informasi yang akan membantu dokter gigi dalam
menentukan resiko karies bayi atau anak tersebut. Lembaran CRA yang digunakan
American Academy of Pediatric Dentistry dibagi menjadi tiga kategori mayor:
faktor resiko biologis, faktor protektif, dan indikator penyakit dari pemeriksaan
klinis.24
15
enamel karena dekalsifikasi atau lesi yang jelas terlihat pada pemeriksaan klinis
pada anak.27 Kondisi pasien yang spesifik ini akan membantu baik dokter gigi dan
orang tua memahami faktor-faktor yang dapat berkontribusi untuk atau menjaga
pasien dari karies.24 Informasi tersebut juga membantu dokter gigi untuk
memformulasikan profi resiko karies bagi anak, dan langkah pertama yang penting
untuk menentukan rencana pencegahan dan perawatan, serta periode yang
dibutuhkan bagi pasien untuk kunjungan berikutnya (recall/follow-up), apakah
setiap bulan, tiga bulan, 6 bulan atau satu tahun.26
Rangkuman
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Nowak AJ WJ. Infant oral health and oral habits. Pediatr Clin North Am.
2000;47:1043–66.
3. McDonald RE, Avery DR, Stookey GK, Chin JR, Kowolik JE. Dental Caries in
the Child and Adolescent. In: Mc Donald, Dentistry for the Child and Adolescent.;
2011:177.
17
10. Featherstone JDB, Gansky SA, Hoover CI R-, Hilo M, Weintraub JA WR et al.
A randomized clinical trial of caries management by risk assessment. Caries Res.
2005;39:295.
11. Young DA FJ. Implementing caries risk assessment and clinical interventions.
Dent Clin North Am. 2010;54:495–505.
13. Aas JA, Pastor BJ, Stokes LN, Olsen I DF. Defining the normal bacterial flora
of the oral cavity. J Clin Microbiol. 2005;43:5721.
15. Beighton D SBS. Lactobacilli and actinomyces: their role in the caries process.
In: L. Stösser (Hrsg.) Kariesdynamik und Kariesrisiko. Berlin: Quintessenz
Verlags-GmbH; 1998.
16. Jenson L, Budenz AW, Featherstone JDB. Clinical Protocols for Caries
Management by Risk Assessment. J Calif Dent Assoc. 2007;35(10):714–723.
17. Ismail AI, Sohn W, Tellez M, Amaya A, Sen A, Hasson H PN. The International
Caries Detection and Assessment System (ICDAS): an integrated system for
measuring dental caries. Community Oral Epidemiol. 2007;35(3):170–178.
18. Takahashi N NB. Caries ecology revisited: microbial dynamics and the caries
process. Caries Res. 2008;42:409–418.
19. Featherstone JDB, Gansky SA, Hoover CI R-. The science and practice of caries
prevention. Am Dent Assoc. 2000;131(7):887.
18
20. Sorin T. Teich, D.M.D. MBA, Catherine Demko PD, Wisam Al-Rawi DMD,
Tom Gutberg BS. Assessment of Implementation of a CAMBRA-Based Program
in a Dental School Environment. J Dent Edu. 2012;77(4):438–447.
21. Featherstone JD, Adair SM, Anderson MH B, RJ, Bird WF, Crall JJ et al. Caries
management by risk assessment: consensus statement. J Calif Dent Assoc.
2003;31(3):257–69.
23. Zero D, Fontana M LA. Clinical applications and outcomes of using indicators
of risk in caries management. J Dent Edu. 2001;65:1126–32.
26. American Academy of Pediatric Dentistry. Policy on the dental home. AAPD
Reference Manual. 31(6):2–23.
27. Ramos-gomez F. Into the Future : Keeping Healthy Teeth Caries Free : Pediatric
CAMBRA Protocols. J Calif Dent Assoc. 2012;39(10):1–5.
19