Anda di halaman 1dari 9

EVALUASI RISIKO KARIES DENGAN KARIOGRAM DALAM

PENATALAKSANAAN KARIES RAMPAN PADA ANAK


Journal Reading

Disusun oleh :
Nathalia Tiara Mulia K 22010118220064
Gangga Devi Padma 22010118220058
Amaani Sabili Amiin 22010118220164
Akhmad Raulfaro Akbar
Monica Aprilia Pangjaya
Gabriela Rolanda

Pembimbing :
Drg. Diah Ajeng Purbaingrum, MDSc., Sp. KGA

BAGIAN ILMU KESEHATAN GIGI DAN MULUT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
EVALUASI RISIKO KARIES DENGAN KARIOGRAM DALAM
PENATALAKSANAAN KARIES RAMPAN PADA ANAK
ABSTRAK
Latar Belakang: Prevalensi karies rampan yang pada anak-anak masih tinggi.
Penatalaksanaan karies harus segera dilakukan untuk menjaga fungsi gigi. Evaluasi manajemen
karies rampan dapat dilakukan dengan kariogram. Kariogram menggambarkan penyebab dan
urutan risiko karies.
Tujuan: Tujuan dari laporan kasus ini adalah untuk melaporkan hasil evaluasi manajemen
karies rampan menggunakan kariogram pada anak perempuan berusia 6 tahun di Klinik Gigi
Anak RSGMP Prof Soedomo
Metode: Seorang anak perempuan berusia 6 tahun yang ditemani oleh ibunya dilaporkan ke
Klinik Gigi Anak RSGMP Prof. Soedomo Fakultas Kedokteran Gigi UGM dengan keluhan
utama terdapat beberapa gigi yang rusak. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis, dapat
disimpulkan bahwa pasien mengalami karies rampan. Sebuah kariogram dilakukan pada
perawatan awal, diikuti oleh DHE dan topical application fluor. Perawatan dilakukan dengan
mengembalikan gigi 53, 62, 63, 64, 65, 74 dan 84 menggunakan Glass Ionomer Cement (GIC).
Pulpektomi dilakukan gigi 75 dan 85. Gigi 52 dan 54 diekstraksi. Crown and loop space
maintainer dilakukan untuk mengembalikan 55 dan mendapatkan ruang 54.
Hasil: Evaluasi pengobatan menggunakan kariogram dilakukan pada bulan ke-3 dan ke-6.
Kesimpulan: Disimpulkan bahwa ada penurunan besarnya faktor risiko karies. Penurunan
faktor risiko tertinggi terjadi pada faktor kerentanan dan bakteri.
Kata Kunci: Karies, Kariogram, Karies Rampan, Penatalaksanaan

PENDAHULUAN
Karies merupakan sebuah biofilm (plak) yang menyebabkan demeneralisasi enamel atau
dentin yang dimediasi oleh saliva. Karies rampan merupakan terminologi yang dipakai untuk
menjelaskan karies dentis yang muncul tiba-tiba, lalu secara cepat menghasilkan suatu lubang,
mengakibatkan keterlibatan awal dari pulpa dan mempengaruhi gigi-gigi yang biasanya kebal
terhadap kerusakan biasa. Mekanisme dari kerusakannya mirip dengan karies pada umumnya,
namun kerusakan yang terjadi pada karies rampan dapat terjadi tiba-tiba pada gigi yang
sebelumnya sehat selama bertahun-tahun. Timbulnya kerusakan yang terjadi secara tiba-tiba
ini menunjukkan bahwa suatu ketidakseimbangan yang besar pada lingkungan oral telah
terjadi, dan beberapa faktor dalam proses karies tampaknya mempercepat proses terjadinya
kerusakan, sehingga menjadi tidak terkontrol.
Penanganan karies rampan harus dilakukan secara komprehensif. Penanganan dari ECC
(early children caries) dapat dilakukan melalui berbagai jenis intervensi, tergantung pada
progresivitas penyakit, anak, lingkungan sosial, perilaku, dan riwayat penyakit dari anak.
Penilaian risiko dari karies merupakan hal yang paling penting untuk dilakukan dalam suatu
manajemen/penanganan komprehensif dari rampan karies. Penilaian ini dapat dilakukan pada
awal perawatan, maupun sepanjang perjalanan perawatan. Memprediksi risiko karies dapat
menentukan tindakan pencegahan terjadinya karies baru. Apabila faktor etiologi mayor dapat
diketahui, maka perawatan perseorangan dapat menghasilkan hasil yang baik. Tujuan dari
penilaian risiko selama perawatan berguna untuk mengevaluasi keberhasilan perawatan.
Penilaian risiko karies dapat dilakukan dengan kariogram. Kariogram merupakan suau alat
interaaktif berbasis komputer yang digunakan untuk menilai risiko di klinik gigi. Kariogram
menganalisis data seperti riwayat karies, penyakit yang berhubungan dengan karies, jenis dan
jumlah asupan makanan yang biasa dikonsumsi (diet), jumlah plak, streptococcus mutans (flora
normal mulut), aktivitas fluor, sekresi saliva, dan kapasitas buffer dari saliva. Faktor etiologis
dan risiko yang sudah dinilai kemudian di kalkulasikan. Kemungkinan terjadinya karies baru
juga dikalkusikan dengan alat ini. Laporan kasus ini mendeskripsikan hasil evaluasi perawatan
karies rampan pada anak perempuan usia 6 tahun pada klinik gigi RSGMP Soedomo FKG
UGM Yogyakarta menggunakan kariogam.

LAPORAN KASUS
Seorang anak perempuan berusia 6 tahun datang ke Klinik Kedokteran Gigi Anak
RSGMP Prof Soedomo FKG UGM dengan keluhan utama dari beberapa gigi yang rusak. Oral
hygiene pasien buruk. Berdasarkan Skala Perilaku Frankl, perilaku anak adalah positif. Anak
tersebut memiliki kebiasaan minum susu dalam botol sampai usia 4 tahun. Botol digunakan
sebagai dot. Pasien tidak memiliki keluhan tentang kesehatannya secara umum. Hasil
anamnesis riwayat pola makan pasien menunjukkan bahwa pasien sering mengonsumsi
makanan yang mengandung karbohidrat tinggi dan mengonsumsi makanan ringan di antara
waktu makan.
Pada pemeriksaan klinis ditemukan karies pada gigi 55, 53, 62, 63, 64, 65, 74, dan 84;
mobilitas pada gigi 52; radix pada gigi 61 (Gambar 1). Berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan klinis, ditentukan bahwa pasien mengalami rampant karies. Orthopantomogram
(OPG) dan radiografi periapikal dilakukan untuk mendukung diagnosis dan rencana perawatan
(Gambar 2 dan 3). Radiografi menunjukkan keterlibatan pulpa gigi 75 dan 85 dan resorpsi
puncak 54.
Gambar 1. Foto intoral sebelumnya pengobatan. a. depan; b. sisi kanan; c. kiri sisi; d. oklusal
rahang atas; e. mandibular oklusal.

Gambar 2. Orthopantomogram (OPG).

Gambar 3. Radiografi periapikal. Gigi 55,54; b. gigi 61,62; c. gigi 64,65; d. gigi 84,85.
Pada kunjungan pertama, dilakukan penilaian risiko karies menggunakan kariogram.
Hasil kariogram menunjukkan kemungkinan untuk menghindari karies baru 21%, dengan
Faktor karies adalah pola makan 23%, bakteri 23%, kerentanan 23%, dan keadaan 11%.
Pendidikan Kesehatan Gigi (DHE) kepada pasien dan orang tua dilakukan berdasarkan hasil
kariogram. Pasien direkomendasikan untuk mengurangi konsumsi makanan dan minuman
manis antara waktu makan dan mengurangi makanan kariogenik. Pasien juga disarankan untuk
sikat gigi dengan baik menggunakan pasta gigi fluoride. Pada kunjungan ini juga dilakukan
aplikasi fluoric topical dengan menggunakan APF Gel 1,23% (Fluocal, Septodont, Prancis).

Gambar 4. Kariogram sebelum perawatan.


Pengobatan karies pertama kali dilakukan pada kunjungan kedua menggunakan metode
modifikasi blok. Perawatan dimulai dari regio rahang atas anterior kemudian regio rahang atas
posterior kiri, regio mandibula posterior kiri, regio mandibularis posterior kanan dan regio
mandibularis posterior kanan. Pada kunjungan kedua, gigi 53, 62 dan 63 dipulihkan
menggunakan Glass Ionomer Cement (GIC). Pada kunjungan ketiga, 74 dipulihkan dengan
menggunakan GIC dan pulpektomi dilakukan pada 75. Pada kunjungan keempat, 84 dipulihkan
dengan menggunakan GIC dan pulpektomi dilakukan pada 85. Obturasi saluran akar dilakukan
menggunakan pasta kalsium hidroksida-iodoform (Metapex®, META Biomed Co. Ltd.,
Korea). Restorasi gigi 75 dilakukan dengan menggunakan Stainless Steel Crown (SSC) dan 85
menggunakan dengan GIC. Ekstraksi 54 dilakukan pada kunjungan berikutnya dengan anestesi
infiltrasi, dan pada kunjungan terakhir dilakukan perawatan mahkota dan loop ruang untuk
mengembalikan 55 dan mempertahankan ruang 54 (Gambar 5).
Gambar 5. Foto intoral setelah perawatan.a. depan; b. sisi kanan;
c. sisi kiri; d. oklusal rahang atas; e. oklusal mandibula
Pada evaluasi bulan ketiga, restorasi dan pengelola ruang masih bagus. Evaluasi risiko
karies ditegakkan kembali menggunakan kariogram. Hasil kariogram menunjukkan
kemungkinan untuk menghindari karies baru sebesar 48%. Itu berarti telah terjadi peningkatan
24% jika dibandingkan dengan kunjungan pertama. Faktor risiko karies tertinggi adalah diet
sebesar 19%. Faktor risiko karies lainnya adalah bakteri sebesar 14%, kerentanan sebesar 10%,
dan keadaan sekitar 9% (Gambar 6). Edukasi Kesehatan Gigi (DHE) dilakukan lagi kepada
pasien dan orang tuanya dengan mengingat untuk menghindari makanan kariogenik dan
mengendalikan seringnya makan makanan ringan dan makanan serta menyikat gigi secara
teratur.

Gambar 6. Kariogram pada evaluasi bulan ke-3


Pada evaluasi bulan keenam, restorasi dan pemelihara ruang masih terpasang dengan
benar. Penilaian risiko karies menggunakan kariogram dilakukan lagi. Hasil kariogram
menunjukkan kemungkinan untuk menghindari karies baru sebesar 59%. Ini berarti ada
peningkatan 35% bila dibandingkan dengan kunjungan pertama dan 11% dibandingkan dengan
evaluasi pertama. Penyebab karies tertinggi masih sama dengan kunjungan sebelumnya yaitu
diet sebesar 16%. Penurunan faktor makanan hanya 3%. Faktor penyebab karies berikutnya
adalah bakteri sebesar 12%, kerentanan 4%, dan keadaan 8% (Gambar 7). Edukasi Kesehatan
Gigi (DHE) dilakukan lagi kepada pasien dan orang tua untuk terus mengatur kebiasaan makan
dan menjaga kebersihan mulut. Aplikasi fluoride topikal dilakukan lagi pada kunjungan ini.

Gambar 7. Kariogram pada evaluasi 6 bulan

DISKUSI
Kariogram merupakan grafik berisi berbagai faktor etiologi penyebab terbentuknya
karies baru. Kariogram mempresentasikan besarnya pengaruh tiap faktor risiko terhadap
pembentukan karies gigi. Hal ini dapat membantu pasien sebagai mencegah kavitas baru
terbentuk.
Faktor yang meningkatkan risiko karies kemudian disimbolkan dengan warna – warna
tertentu, yakni hijau, biru tua, merah, biru muda, dan kuning. Warna hijau menunjukkan
persentase estimasi kesempatan untuk menghindari pembentukkan kavitas baru. Warna biru
tua menunjukkan faktor diet (komposisi dan frekuensi diet). Warna merah melambangkan
faktor bakteri, yang didasarkan pada kombinasi jumlah plak dan Streptococcus mutans. Warna
biru muda menunjukkan kerentanan seseorang terhadap karies (pemberian fluoride, sekresi
saliva, dan kapasitas penyangga buffer saliva). Sementara warna kuning mengindikasikan
keadaan berdasarkan riwayat karies sebelumnya dan penyakit terkait
Dalam laporan kasus ini, penilaian risiko karies menggunakan kariogram dilakukan 3
kali : 1 kali sebelum pengobatan dan 2 kali setelah pengobatan (evaluasi tiap 3 dan 6 bulan).
Hasil kariogram sebelum pengobatan menunjukkan kemungkinan untuk menghindari karies
baru hanya 24% dengan faktor dominan karies diet dan bakteri. Berdasarkan rekomendasi
kariogram, pengobatan pertama yang dilakukan adalah aplikasi fluorida. Aplikasi fluorida
dalam kasus ini dilakukan secara topikal dan tambahan fluorida dari GIC (Glass Ionomer
Cement). GIC melepaskan fluorida yang nantinya akan meningkatkan tingkat fluorida di saliva,
plak, dan jaringan keras.
Fluorida dapat menginhibisi perkembangan karies karena fluoride memiliki efek
antimikrobial, menginduksi remineralisasi, dan menginhibisi demineralisasi. Fluorida
menginhibisi pertumbuhan bakteri plak dengan memblokir enzim-enzim enolase saat
glikolisis, menginhibisi demineralisasi ketika larut dalam saliva, menstimulasi remineralisasi
dengan membentuk fluoroapatite saat larut dalam saliva, serta mempengaruhi morfologi gigi
dengan membuat pit dan fisura lebih rata sehingga tidak rentan terhadap karies.
Pada follow-up 3 bulan, kemungkinan menghindari karies meningkat menjadi 48%. Hal
ini dikarenakan oleh penurunan faktor risiko. Penurunan faktor risiko tertinggi terjadi pada
faktor bakterial dan kerentanan. Ini dapat disebabkan oleh aplikasi fluorida topikal dan
kemampuan pasien untuk menjaga kebersihan mulut lebih baik sebelum perawatan awal
setelah Pendidikan Kesehatan Gigi (Dental Health Education/DHE). Pasien kemudian
diinstruksikan lagi untuk selalu membersihkan gigi dan mulut dengan pasta gigi yang
mengandung fluoride.
Terdapat hanya sedikit penurunan pada faktor diet. Hal ini kemungkinan disebabkan
oleh pasien yang belum dapat mempertahankan dietnya dengan baik, meskipun DHE telah
diberikan untuk mengurangi konsumsi makanan ringan dan minuman yang manis. Pasien
masih memiliki kebiasaan untuk mengonsumsi makanan ringan manis di antara waktu makan.
Perubahan kebiasaan pada anak-anak dalam perilaku makan membutuhkan waktu yang lama.
Pengonsumsian makanan ringan atau minuman yang manis di antara waktu makan dapat
meningkatkan risiko karies. Meningkatnya frekuensi makan diikuti oleh meningkatnya risiko
karies. Hal ini dikarenakan oleh penurunan pH berulang setelah konsumsi makanan kariogenik.
Pengonsumsian makanan yang lengket dan mengandung gula seperti biskuit manis dan biskuit
juga menyebabkan penurunan pH yang berkepanjangan.
Orang tua pasien juga menjelaskan bahwa pasien tidak suka memakan buah dan sayuran.
Buah-buahan dan sayuran diperlukan untuk pencegahan karies. Pengonsumsian buah-buahan
dan sayuran akan meningkatkan aliran saliva. Sebagian besar buah dan sayuran tidak bersifat
kariogenik karena kandungan polifenolnya. Buah-buahan yang bersifat kariogenik adalah
pisang dan kiwi. Pisang memiliki Indeks Potensi Karies (Caries Potential Index/CPI) yang
tinggi dan kiwi memiliki pH rendah. Berdasarkan laporan kasus ini, dapat disimpulkan bahwa
ada penurunan besarnya faktor risiko karies. Penurunan tertinggi faktor risiko yang terjadi
adalah faktor bakterial dan kerentanan.

Anda mungkin juga menyukai