Anda di halaman 1dari 53

PREVENTI

VE
DENTISTR
Y
KELOMPOK DKK 7
20190710003KELOMP
Julia Setia Dinata Nim:

Dini Ismira Nuryanjaya Nim: 20190710012

OK 7
Ryenita Aulia Faradila Nim: 20190710027
Musyaffa Teguh Fahlevi Nim: 20190710036
Afiyah Putri Ameliawati Nim: 20190710045
Dyah Kusumaning Fitriyah Nim:
20190710049
Hanifah Hasnaa Khansa Nim: 20190710060
Nanda Putri Yosan Nim: 20190710074
Jennifer Wahyudi Nim: 20190710085
Ariel Aleffibert Rehuel K Nim:
20190710087
PENDAHULUAN
Karies gigi adalah penyakit yang paling sering dijumpai dalam rongga mulut. Karies gigi dapat terjadi
segera setelah gigi erupsi, prosesnya berjalan dengan cepat sehingga dapat menyebabkan kerusakan gigi dari yang paling
ringan hingga yang paling parah. Sampai saat ini karies masih menjadi masalah di seluruh dunia, terutama di negara
berkembang seperti Indonesia yang secara perlahan terus meningkat. Permukaan oklusal, pit dan fissure adalah suatu
daerah pada gigi yang paling banyak terserang karies. Sekitar 30% anak usia 1 sampai dengan 3 tahun pernah menderita
karies pada gigi sulung, dan 67% dari karies ini merupakan karies oklusal. Pada gigi tetap 65% gigi molar pertama
mengalami karies oklusal pada usia 12 tahun.

Tingginya prevalensi karies pada gigi molar pertama permanen disebabkan pit dan fissure yang dalam pada
permukaan oklusal gigi, sehingga memudahkan tertimbunnya sisa makanan, mikroorganisme yang sukar dibersihkan
dengan bulu sikat gigi. Makanan yang tertimbun pada pit dan fissure yang dalam akan difermentasikan oleh
mikroorganisme sehingga menyebabkan demineralisasi jaringan gigi dan dengan berjalannya waktu maka timbullah
karies. Faktor lain yang menyebabkan cepatnya terjadinya karies pada gigi molar pertama permanen bawah adalah gigi ini
merupakan gigi permanen yang pertama tumbuh.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunkan prevalensi karies pada gigi molar satu permanen pada
anak-anak. Upaya tersebut mengingat bahwa pentingnya fungsi gigi molar permanen dalam sistem stomatognatik. Gigi
molar satu permanen mudah diserang karies gigi karena bentuk anatomisnya, permukaannya memiliki pit dan fisur yang
memudahkan retensi makanan dan merupakan tempat ideal bagi pertumbuhan bakteri karies. Selain itu, sulit bagi anak
untuk membersihkan secara baik daerah pit dan fisur gigi molarnya dengan sikat gigi, karena sebagian besar bagian dalam
pit dan fisur tidak dapat dicapai dengan bulu sikat gigi. Dengan demikian gigi molar satu permanen paling mudah terkena
karies dibandingkan gigi permanen lainnya. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk melindungi molar permanen dari
karies.
PEMICU 1
Seorang anak laki-laki usia 8 tahun datang ke
dokter gigi diantar ibunya dengan keluhan gigi bawah
belakang kanan terasa linu saat terkena air dingin. Ibu
pasien mengeluh anaknya malas sikat gigi dan dan suka
mengkonsumsi makanan manis dan lengket. Pemeriksaan
klinis ekstra oral tidak terdapat kelainan. Pemeriksaan
intra oral, banyak terdapat debris dan plak pada gigi
rahang atas dan rahang bawah, gigi 46 karies media
pada salah satu pit dan fissure serta sudah erupsi
sempurna dengan diagnosis pulpitis reversible.

.
ERMINOLOGI ISTILAH 1
1. Linu : Rasa sakit, nyeri, tidak nyaman pada gigi dan jaringan sekitarnya.
2. Pemeriksaan Klinis : Pemeriksaan fisik tubuh pasien oleh ahli medis untuk memeriksa
kondisi kesehatan pasien.
3. Pemeriksaan klinis ekstra oral : pemeriksaan klinis yang meliputi kepala, wajah, leher, mata,
bibir, kelenjar saliva, temporomandibular joint, otot - otot ekstra oral, yang perlu diamati
apakah ada perubahan warna, tekstur, pembengkakan, kelainan / lesi & rasa sakit pada
tempat - tempat tersebut.
4. Pemeriksaan intra oral : Pemeriksaan di dalam rongga mulut pasien untuk menemukan tanda
klinis penyakit.
5. Debris : Deposit lunak berwarna putih yang terdapat di sekitar leher gigi yang terdiri dari
bakteri dan partikel-partikel sisa makanan.
6. Plak : Lapisan putih lengket yang melapisi permukaan gigi, terbentuk dari sisa makanan yang
melekat pada gigi dan mengandung bakteri. Plak yang mengeras menjadi kalkulus.
7. Gigi 46 : Gigi molar 1 rahang bawah kanan permanen.
8. Karies : Kerusakan jaringan keras gigi akibat aktivitas bakteri dalam plak yang mengubah
karbohidrat dalam sisa makanan yang melekat pada gigi menjadi asam sehingga terjadi
demineralisasi gigi.
ERMINOLOGI ISTILAH 1
9. Karies media : Karies yang sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin.
10. Pit dan fissure : Anatomi gigi posterior pada bagian oklusal yang rentan karies, umumnya
sempit dan tidak teratur.
11. Pit : Titik pada oklusal gigi posterior yang menghubungkan beberapa groove.
12. Fissure : Celah sempit pada oklusal gigi posterior.
13. Erupsi : Pergerakan gigi di dalam procesus alveolaris ke rongga mulut.
14. Erupsi sempurna : Mahkota gigi sudah muncul seluruhnya sampai batas servikal gigi.
15. Diagnosis : Penetapan suatu keadaan yang menyimpang atau keadaan normal melalui dasar
pertimbangan ilmu pengetahuan.
16. Pulpitis reversible : Peradangan ringan pada pulpa gigi yang menyebabkan rasa sakit/tidak
nyaman saat gigi terpapar makanan manis atau dingin, rasa sakit akan menghilang saat
stimulus dihilangkan.
NTIFIKASI MASALAH 1
1. Seorang anak laki-laki usia 8 tahun datang ke dokter gigi diantar ibunya dengan keluhan gigi bawah
belakang kanan terasa linu saat terkena air dingin.
2. Ibu pasien mengeluh anaknya malas sikat gigi
3. Ibu pasien mengeluh anaknya suka mengkonsumsi makanan manis dan lengket.
4. Pemeriksaan intra oral, banyak terdapat debris dan plak pada gigi rahang atas dan rahang bawah,
5. Gigi 46 karies media pada salah satu pit dan fissure serta sudah erupsi sempurna dengan diagnosis
pulpitis reversible.

MUSAN MASALAH 1
1. Mengapa gigi belakang kanan terasa linu saat terkena air dingin?
2. Apa hubungan malas sikat gigi dengan kondisi pasien?
3. Apa hubungan suka makan makanan manis dengan keluhan pasien?
4. Apa arti dari pemeriksaan intra oral?
5. Perawatan apakah yang tepat untuk gigi 46 pada pasien yang didiagnosis pulpitis
reversible ?
HIPOTESIS 1
1. Karena karies sudah mencapai dentin.
2. Malasnya pasien menyikat gigi dapat menyebabkan penumpukan sisa makanan
pada permukaan gigi dan dapat terakumulasi bila tidak dibersihkan secara adekuat
sehingga menyebabkan karies.
3. Akibat anak suka makan makanan yang manis dan lengket yaitu PH di dalam RM
akan terus menerus dalam keasaan asam sehingga anak akan rentan terkena
karies.
4. Pemeriksaan intraoral menunjukkan bahwa OH pasien buruk sehingga mudah
terjadi karies.
5. Preventive Resin Restoration tipe B karena karies media melibatkan pit dan fissure.
PEMICU 2
Dokter gigi melakukan tes resiko
karies menggunakan AAPD
Caries Risk Assessment, dengan
hasil seperti pada tabel di bawah.
Dokter gigi merencanakan
perawatan pencegahan karies
pada gigi tersebut.

.
ERMINOLOGI ISTILAH 2
1. Tes Resiko Karies : adalah Tes yang dilakukan untuk melihat kemungkinan berkembangan gigi karies
pada individu atau terjadinya perubahan status kesehatan yang mendukung terjadinya karies
2. AAPD Caries Risk Assessment : American academy of pediatric dentistry (AAPD) caries-risk
assessment tool. Caries-risk Assessment Tool merupakan metode penilaian risiko karies pada bayi, anak-
anak dan remaja.

DENTIFIKASI MASALAH 2
1. Dokter gigi melakukan tes resiko karies menggunakan AAPD Caries Risk
Assessment
2. Hasil tabel AAPD Caries Risk Assessment.
3. Dokter gigi merencanakan perawatan pencegahan karies pada gigi tersebut.
Rumusan Masalah 2
1. Mengapa dokter gigi melakukan tes resiko karies menggunakan AAPD Caries Risk Assessment?
2. Apa arti tes resiko karies pada tabel?
3. Apa rencana perawatan pencegahan karies pada gigi tersebut?

Hipotesis 2
1. Karena AAPD Caries Risk Assessment mengukur resiko karies anak berdasarkan faktor
biologis, perlindungan, dan kondisi klinis pasien terdapat lesi white spot / defek pada
enamel , terdapat debris dan plak pada gigi rahang atas dan rahang bawah , gigi 46
karies media , sehingga memudahkan tenaga kesehatan gigi menentukan rencana
perawatan dan pencegahan karies yang sesuai dengan tingkat keparahan resiko karies.
2. Hasil tes menunjukkan pasien suka mengkonsumsi snack lebih dari 3x sehari dan
adanya lesi white spot aktif/defek enamel yang menunjukkan bahwa pasien memiliki
resiko karies tinggi.
3. Preventive resin restoration tipe B pada gigi 46 dan menginstruksikan pasien untuk
menjaga OH, DHE, dan kontrol diet.
Peta
konsep
Learning Issues
1. Faktor terjadinya karies 5. Pencegahan Karies
a. Faktor Internal Definisi
b. Faktor Eksternal Tujuan
2. Pulpitis Reversible Macam
a. Definisi 6. PAR (preventive adhesive restoration)
b. Etiologi a. Definisi
3. Tes resiko karies b. Tipe
a. Definisi c. Indikasi dan kontra indikasi tiap tipe
b. Tujuan d. Tahapan tiap tipe
c. Macam 7. DHE
4. AAPD Caries Risk Assessment 8. Kontrol diet yang dilakukan pada kasus
a. Definisi a. Analisa diet
b. Tujuan b. Saran diet
c. Stephen curve and sugarclock
1. Faktor terjadinya karies
a. Faktor Internal
Karies terjadi disebabkan karena serangkaian proses yang terjadi selama beberapa kurun
waktu. Ada empat faktor utama yang memegang peranan yaitu faktor host, agen atau mikroorganisme,
substrat, dan waktu. Untuk terjadinya karies, kondisi setiap faktor tersebut harus saling mendukung yaitu
tuan rumah yang rentan, mikroorganisme yang banyak, substrat yang kariogenik, serta paparan waktu yang
lama (Muhajirin, 2018).
Kehilangan mineral awalnya hanya dapat diamati secara mikroskopis, tetapi lama kelamaan
akan terlihat pada email sebagai lesi putih (white spot). Proses penyakit multifaktorial ini dimulai dari
bakteri endogen (streptococcus mutans) yang memproduksi asam organik lemah sebagai hasil
metabolisme karbohidrat yang dapat difermentasi, asam menyebabkan pH lokal turun di bawah ambang
kritis sehingga terjadilah demineralisasi jaringan gigi. Jika mineral (kalsium, fosfat dan karbonat) terus
dibiarkan keluar dari gigi, maka lama kelamaan akan terbentuk kavitas (Muhajirin, 2018).
1. Faktor Host (Gigi dan Saliva)
Ada beberapa hal yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah terhadap karies gigi
(ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel (email), faktor kimia dan kristalografis, dan saliva. Kawasan-
kawasan yang mudah diserang karies adalah pit dan fisure pada permukaan oklusal dan premolar. Permukaan
gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak yang mudah melekat dan membantu perkembangan karies gigi.
Kepadatan kristal enamel sangat menentukan kelarutan enamel. Semakin banyak enamel mengandung
mineral maka kristal enamel semakin padat dan enamel akan semakin resisten. Gigi susu lebih mudah
terserang karies daripada gigi tetap, hal ini dikarenakan gigi susu lebih banyak mengandung bahan organik
dan air dari pada mineral, dan secara kristalografis mineral dari gigi tetap lebih padat bila dibandingkan
dengan gigi susu. Alasan mengapa susunan kristal dan mineralisasi gigi susu kurang adalah pembentukan
maupun mineralisasi gigi susu terjadi dalam kurun waktu 1 tahun sedangkan pembentukan dan mineralisasi
gigi tetap 7-8 tahun (Muhajirin, 2018).
1. Faktor Host (Gigi dan Saliva)
Ada beberapa hal yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah terhadap karies gigi
(ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel (email), faktor kimia dan kristalografis, dan saliva. Kawasan-
kawasan yang mudah diserang karies adalah pit dan fisure pada permukaan oklusal dan premolar. Permukaan
gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak yang mudah melekat dan membantu perkembangan karies gigi.
Kepadatan kristal enamel sangat menentukan kelarutan enamel. Semakin banyak enamel mengandung
mineral maka kristal enamel semakin padat dan enamel akan semakin resisten. Gigi susu lebih mudah
terserang karies daripada gigi tetap, hal ini dikarenakan gigi susu lebih banyak mengandung bahan organik
dan air dari pada mineral, dan secara kristalografis mineral dari gigi tetap lebih padat bila dibandingkan
dengan gigi susu. Alasan mengapa susunan kristal dan mineralisasi gigi susu kurang adalah pembentukan
maupun mineralisasi gigi susu terjadi dalam kurun waktu 1 tahun sedangkan pembentukan dan mineralisasi
gigi tetap 7-8 tahun (Muhajirin, 2018).
Saliva berfungsi sebagai pelumas, pelindung, buffer, pembersih, dan antibakteri.
Jumlah dan komposisi saliva, pH/derajat keasaman, kekentalan/viskositas, flow/aliran, dan
kemampuan buffer mempengaruhi resiko terjadinya karies. Saliva mampu me
remineralisasikan karies yang masih dini karena banyak sekali mengandung ion kalsium (Ca)
dan fosfat (P). Kemampuan saliva dalam melakukan remineralisasi meningkat jika ada ion
fluor. Selain mempengaruhi komposisi mikroorganisme di dalam plak, saliva juga
mempengaruhi pH. Saliva mempunyai peranan utama dalam melindungi gigi geligi melawan
tantangan asam. Kualitas dan kuantitas saliva yang disekresi akan bervariasi sepanjang hari,
tetapi akan terdepresi selama tidur. Pengurangan aliran saliva maksimum sampai 0,7
mL/menit akan menambah risiko karies gigi, walaupun hal ini tergantung banyak faktor faktor
lain yang berinteraksi. Saat aliran saliva di bawah 0,7 ml/menit, saliva tidak akan mampu
membilas karbohidrat yang menempel pada permukaan gigi. Rendahnya aliran saliva
mengindikasikan aktivitas buffer saliva yang kurang (Muhajirin, 2018).
2. Mikroorganisme
Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Plak
adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak
di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak
dibersihkan. Komposisi mikroorganisme dalam plak berbeda-beda, pada awal pembentukan
plak, kokus gram positif merupakan jenis yang paling banyak dijumpai seperti Streptococcus
mutans, Streptococcus sanguis. Streptococcus mitis, Streptococcus salivarus, serta beberapa
strain lainnya, karena bakteri ini memproduksi senyawa glukan (mutan) dalam jumlah yang
besar dari sukrosa dengan pertolongan enzim. Selain itu dijumpai juga Lactobacillus dan
beberapa beberapa spesies Actinomyces. Populasi Lactobacillus dipengaruhi oleh kebiasaan
makan. Bakteri ini hanya dianggap sebagai faktor pembantu karies. Semua spesies
Actinomyces memfermentasikan glukosa, terutama membentuk asam laktat, asetat, dan asam
format. Plak bakteri ini dapat setebal beratus-ratus bakteri sehingga tampak sebagai lapisan
putih.Secara histometris plak terdiri dari 70% sel-sel bakteri dan 30% materi interseluler yang
pada pokoknya berasal dari bakteri (Muhajirin, 2018).
3. Substrat
Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu
perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel. Selain itu, dapat
mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk
memproduksi asam serta bahan lain yang aktif yang menyebabkan timbulnya karies. Dibutuhkan waktu minimum
tertentu bagi plak dan karbohidrat yang menempel pada gigi untuk membentuk asam dan mampu mengakibatkan
demineralisasi email. Karbohidrat bersifat kariogenik dan menyediakan substrat untuk pembuatan asam bagi bakteri
dan sintesa polisakarida ekstra sel. Orang yang banyak mengkonsumsi karbohidrat terutama sukrosa cenderung
mengalami kerusakan gigi, sebaliknya pada orang dengan diet banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit
atau sama sekali tidak memiliki karies gigi. Hal ini dikarenakan adanya pembentukan ekstraseluler matriks
(dekstran) yang dihasilkan karbohidrat dari pemecahan sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Glukosa ini dengan
bantuan Streptococcus mutans membentuk dekstran yang merupakan matriks yang melekatkan bakteri pada enamel
gigi. Oleh karena itu sukrosa merupakan jenis gula yang paling kariogenik (makanan yang dapat memicu timbulnya
kerusakan karies gigi atau makanan yang kaya akan gula). Sukrosa merupakan gula yang paling banyak dikonsumsi,
maka sukrosa merupakan penyebab karies yang utama. Makanan dan minuman yang mengandung gula akan
menurunkan pH plak dengan cepat sampai pada level yang dapat menyebabkan demineralisasi email. Plak akan
tetap bersifat asam selama beberapa waktu. Untuk kembali pH normal sekitar 7 dibutuhkan waktu 30-60 menit.
Oleh karena itu, konsumsi gula yang sering dan berulang-ulang akan tetap menahan pH plak di bawah normal dan
menyebabkan demineralisasi email (Muhajirin, 2018).
4. Waktu
Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang berkembang dalam
waktu beberapa bulan atau tahun. Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral
selama berlangsungnya proses karies, menandakan bahwa proses karies tersebut terdiri atas perusakan dan
perbaikan yang silih berganti. Adanya saliva di dalam lingkungan gigi mengakibatkan karies tidak
menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun. Lamanya waktu
yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48
bulan. Dengan demikian sebenarnya terdapat kesempatan yang baik untuk menghentikan penyakit ini
(Muhajirin, 2018).

b. Faktor Eksternal
1. Usia
Anak usia sekolah mempunyai resiko karies yang tinggi. Anak-anak pada usia ini rentan
terhadap pertumbuhan dan perkembangan karies gigi karena pada umumnya memiliki kebiasaan jajan
makanan dan minuman sesuai keinginannya baik di sekolah maupun di rumah. Sejalan pertambahan
seseorang, jumlah karies akan bertambah. Hal ini karena dengan usia faktor resiko terjadinya karies akan
lebih lama berpengaruh terhadap gigi (Muhajirin, 2018).
2. Jenis Kelamin
Prevalensi karies gigi tetap pada wanita lebih tinggi dibanding pria. Hal ini karena erupsi gigi anak
lebih cepat perempuan dibanding anak laki-laki, sehingga perempuan akan lebih lama berhubungan dengan faktor
resiko terjadinya karies (Muhajirin, 2018).
3. Pengetahuan
Tingkat pengetahuan mengenai karies gigi adalah faktor yang penting dalam mempengaruhi kesehatan
dan penyakit gigi. terutama dalam hal pencegahan terjadinya karies gigi, hal ini dapat menimbulkan motivasi dan
tanggung jawab anak untuk memelihara kesehatan gigi dan mulutnya (Muhajirin, 2018).
4. Kebiasaan Makan
Ada tiga jenis karbohidrat yaitu polisakarida, disakarida dan monosakarida. Sukrosa merupakan jenis
disakarida yang paling banyak dikonsumsi padahal bersifat lebih kariogenik daripada karbohidrat jenis lainnya,
karena mempunyai kemampuan yang lebih efisien terhadap pertumbuhan mikroorganisme asidogenik dibanding
karbohidrat lain. Sukrosa dimetabolisme dengan cepat untuk menghasilkan zat-zat asam. Sifat makanan kariogenik
adalah banyak mengandung karbohidrat, lengket dan mudah hancur di dalam mulut sehingga dapat menempel pada
permukaan gigi apabila tidak dibersihkan dengan baik. Kariogenitas suatu makanan tergantung dari bentuk fisik,
jenis, frekuensi dan cara mengkonsumsi makanan itu sendiri. Dalam hal kebiasaan mengkonsumsi gula atau
karbohidrat pada anak sekolah, kurangnya pengetahuan orang tua tentang faktor gula terhadap kejadian karies pada
anak juga mempengaruhi perilaku anak dalam mengkonsumsi karbohidrat gula. Faktor lain seperti lingkungan
sekolah juga sangat mempengaruhi dengan begitu banyaknya iklan makanan yang berbentuk kariogenik seperti
snack ataupun beberapa western food, membentuk kebiasaan ngemil di waktu jam kosong (Muhajirin, 2018).
5. Asupan Fluor
Fluor merupakan faktor penting yang harus diperhatikan secara serius, mengingat tingginya
prevalensi karies yang ada. Rendahnya perhatian terhadap pentingnya fluor pada anak sekolah masih
belum dipahami oleh orang tua, guru maupun pengambil kebijakan, sehingga pemahaman pentingnya
fluor pada gigi anak kurang diperhatikan. Penggunaan fluor bertujuan untuk melindungi gigi dari karies.
Penambahan kadar fluor dapat meningkatkan mineralisasi gigi dengan mencegah perkembangbiakan
bakteri yang menghasilkan asam sehingga mencegah proses pembentukan karies gigi (Muhajirin, 2018).
6. Sosial Ekonomi
Tingkat Sosial Ekonomi berhubungan dengan prevalensi karies. Anak dari keluarga dengan
tingkat sosial ekonomi rendah mengalami jumlah karies gigi yang lebih banyak dan kecenderungan untuk
tidak mendapatkan perawatan gigi lebih tinggi dibanding dengan anak dengan tingkat sosial ekonomi
tinggi. Kemiskinan pada golongan minoritas juga meningkatkan risiko kesehatan mulut yang buruk.
Pendidikan dan penghasilan berhubungan dengan diet, kebiasaan merawat gigi dan lain-lain (Muhajirin,
2018).
7. Suku bangsa
Beberapa menunjukkan perbedaan tentang bangsa dengan prevalensi karies gigi.
Hal ini karena perbedaan keadaan social ekonomi, makanan, cara pencegahan karies dan
jangkauan pelayanan kesehatan gigi yang berada di setiap suku (Muhajirin, 2018).

8. Letak Geografis
Faktor-faktor yang perbedaan ini kemungkinan karena dan Intensitas cahaya
matahari, suhu, cuaca, air, keadaan tanah dan jarak dari laut. Telah dibuktikan bahwa
menyebabkan perbedaan lama kandungan fluor sekitar 1 ppm air akan berpengaruh terhadap
penurunan karies (Muhajirin, 2018).

9. Kesadaran, sikap, dan perilaku individu terhadap pemeliharaan kesehatan gigi (Muhajirin,
2018).
2. Pulpitis Reversible
a. Definisi
Pulpitis reversibel adalah inflamasi pulpa yang tidak parah atau
merupakan peradangan ringan pada saraf gigi (pulpa). jika penyebab radang
dihilangkan maka, pulpa akan kembali normal (Walton & Torabinejad, 2008).

b. Etiologi
faktor - faktor yang menyebabkan pulpitis reversibel adalah erosi
servikal, stimulus ringan. contohnya karies implan, atrisi oklusal, kesalahan dalam
prosedur operatif, kuratase perodontium yang dalam, fraktur email yang
menyebabkan tubulus dentin terluka (Walton & Torabinejad, 2008).
3. Tes resiko karies
a. Definisi b. Tujuan
Penilaian / tes yang dilakukan untuk melihat kemungkinan Tes resiko karies bertujuan untuk
berkembangnya gigi karies pada individu atau terjadinya mengevaluasi tingkat perkembangan resiko
perubahan status kesehatan yang mendukung terjadinya karies untuk menentukan intensitas perawatan
karies.penilaian/tes yang dilakukan untuk melihat dan frekuensi dari kunjungan berkala
kemungkinan berkembangnya gigi karies pada individu selanjutnya. Serta membantu
atau terjadinya perubahan status kesehatan yang mengidentifikasi faktor etiologi utama yang
mendukung terjadinya karies (Senawa, Wowor, Juliatri, berperan pada karies tersebut. Selain itu tes
2015). resiko karies bertujuan untuk dapat memilih
Tes Resiko Karies ini harus: rencana perawatan serta bahan yang akan
Memiliki dasar teori yang kuat digunakan (Senawa, Wowor, Juliatri, 2015).
Terdapat korelasi maksimal dengan status klinis
Akurat
Sederhana
Tidak mahal
Efisiensi waktu
Memiliki validitas, reliabilitas, kelayakan
c. Macam
Berdasarkan Pemeriksaan Kekentalan Saliva
• Resiko karies rendah, bila saliva encer
• Resiko karies sedang, bila saliva normal
• Resiko karies tinggi, bila saliva kental
Berdasarkan Pemeriksaan Aliran Saliva
• Resiko karies rendah, bila aliran saliva lambat
• Resiko karies sedang, bila saliva normal
• Resiko karies tinggi, bila saliva cepat
(Senawa, Wowor, Juliatri, 2015).
4. AAPD Caries Risk Assessment
a. Definisi
AAPD telah menetapkan pengukuran risiko karies yang dapat digunakan oleh
klinisi untuk dapat menetapkan rencana perawatan sesuai dengan tingkat risiko karies anak
per individu. Penilaian faktor risiko karies pada anak menurut AAPD berdasarkan atas tiga
bagian besar indikator karies, yaitu: kondisi klinis, karakteristik lingkungan, dan Kesehatan
umum (American Academy of Pediatric Dentistry, 2010).
b. Tujuan
AAPD Caries Risk Assessment bertujuan mengukur resiko karies anak
berdasarkan faktor biologis, perlindungan, dan kondisi klinis pasien terdapat lesi white spot /
defek pada enamel , terdapat debris dan plak pada gigi rahang atas dan rahang bawah , gigi 46
karies media , sehingga memudahkan tenaga kesehatan gigi menentukan rencana perawatan
dan pencegahan karies yang sesuai dengan tingkat keparahan resiko karies (American
Academy of Pediatric Dentistry, 2010) .
5. Pencegahan Karies
a. Definisi
Pencegahan Karies adalah suatu proses belajar yang ditujukan kepada
individu dan kelompok masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan gigi
yang setinggi-tingginya
b. Tujuan
Menurut Tarigan (2014) pencegahan karies gigi bertujuan untuk
mempertinggi taraf hidup dengan memperpanjang kegunaan gigi di dalam
mulut. Pencegahan karies gigi diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu
pencegahan primer, sekunder, dan tersier (Fitri, 2015).
c. Macam
a. Pencegahan primer
Menurut Alpers (2006) mencegah pembusukan dengan tindakan pencegahan sebagai berikut :
1) Memilih makanan dengan cermat Makanan yang mengandung karbohidrat juga berfenmentasi termasuk
gula dan tepung kemudian akan diolah menjadi roti dan keripik kentang. Karena karbohidrat merupakan
sumber makanan penting sehingga jangan mengurangi karbohidrat yang akan di konsumsi. Mengatur
kebiasaan makan anak dengan sebagai berikut : a) Menghindari makanan yang lengket dan kenyal seperti
snack. Makanan seperti gula, kacang bersalut gula, sereal kering, roti dan kismis juga buah yang
dikeringkan akan menempel pada gigi. Usahakan untuk membersihkan gigi dalam waktu 20 menit setelah
makan. Apabila tidak menyikat gigi maka berkumurlah dengan air putih. b) Memilih snack dengan cermat.
Efek makanan seperti snack dapat menyebabkan gigi berlubang. Makan snack setiap hari memungkinkan
bakteri terus membentuk asam yang merusak gigi. Jangan makan makanan manis terus, mengunyah
permen karet atau permen penyegar nafas. Jika ingin menguyah permen dengan memilih produk yang
tidak mengandung gula karena mengandung xylitol atau aspartam sehingga mengurangi bakteri pembuat
lubang pada gigi.
2) Pemeliharaan gigi Mulut tidak bisa dihindarkan dari bakteri, tetapi mencegah bakteri dengan membersihkan
mulut dengan teratur. Ajarkan anak untuk menyikat gigi > 2 kali sehari. Menganjurkan untuk melakukan
pemeriksaan gigi tiap 6 bulam sekali. 9 3) Pemberian flour Membubuhkan flour dalam air minum yang
kekurangan flour untuk mencegah karies gigi. Tambahan tersebut dapat berupa tetes atau tablet. Obat ini
biasanya dikumurkan dalam mulut sekitar 30 detik kemudian dibuang. Anak rentan terhadap gigi
berlubang sehingga pemberian flour secara topikal termasuk pasta gigi yang mengandung flour sangat
bermanfaat.

b. Pencegahan sekunder
1) Penambalan gigi, kerusakan gigi biasanya dihentikan dengan membuang bagian gigi yang rusak dan diganti
dengan tambalan gigi. Jenis bahan tambalan yang digunakan tergantung dari lokasi dan fungsi gigi.
Geraham dengan tugas mengunyah memerlukan bahan yang lebih kuat dibandingkan gigi depan. Perak
amalgam digunakan pada gigi belakang. Tambalan pada gigi depan dibuat tidak terlihat, silikat sejenis
semen porselen yang mirip dengan email. Resin komposit adalah bahan yang sering digunakan pada gigi
depan dan belakang bila lubangnya kecil dan merupakan bahan yang warnanya sama dengan warna gigi.
Jika saraf gigi telah rusak dan tidak dapat diperbaiki maka gigi perlu dicabut.
2) Dental sealant, perawatan untuk mencegah gigi berlubang dengan menutupi
permukaan gigi dengan suatu bahan. Dental sealant dilakukan pada permukaan
kunyah gigi premolar dan molar. Gigi dicuci dan dikeringkan kemudian memberi
pelapis pada gigi (Lithin, 2008).

c. Pencegahan tersier, gigi dengan karies yang sudah dilakukan pencabutan terhadap
rehabilitasi dengan pembuatan gigi palsu
Restoration)
a. Definisi
Perawatan konservatif yang melibatkan penggalian terbatas untuk menghilangkan jaringan
karies, restorasi area yang diisi dengan resin komposit, dan aplikasi sealant di atas permukaan restorasi,
sisa pit dan fissure yang masih ada (Jain et al, 2020).
b. Tipe
• Tipe A
Tipe A ini digunakan untuk karies superficial. Pit dan fissure yang mencurigakan
dimana karies hanya terbatas pada enamel (Gambar 1A). Anestesi lokal tidak diperlukan.
Menggunakan low speed round bur no ¼ atau ½ untuk menghilangkan karies. Sealant
kemudian diletakkan pada permukaan gigi dan dietsa dengan asam fosfat 37% (Jain et al,
2020).
• Tipe B
Tipe B ini digunakan untuk karies media. Lesi karies yang meluas secara
substansial ke dalam email atau bahkan ke dentin tetapi terbatas pada pit dan fisura dan kecil
dan terbatas dapat dicabut menggunakan bur bulat ukuran 1 atau 2 dan dapat direstorasi
dengan menempatkan material komposit berbasis resin yang dapat mengalir untuk
menggantikan struktur gigi yang hilang diikuti dengan penempatan sealant di seluruh
permukaan oklusal untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. Metode konservatif pencegahan
karies ini sekarang sering disebut sebagai Microdentistry.
• Tipe C
Tipe C ini digunakan untuk karies profunda.
c. Indikasi dan kontra indikasi tiap tipe
• Tipe A
Menurut Senjaya, dkk (2019) Indikasi Tipe A :
a. Pit dan fisura dalam,retentive.
b. Pit dan fisura dengan dekalsifikasi minimal.
c. Karies pada pit dan fisura atau restorasi pada gigi sulung atau permanen lainnya.
d. Tidak adanya karies interproximal.
e. Memungkinkan isolasi adekuat terhadap kontaminasi saliva.
f. Umur gigi erupsi kurang dari 4 tahun.

Menurut Senjaya, dkk (2019) Kontraindikasi Tipe A :


a. Self cleansing yang baik pada pit dan fisura.
b. Terdapat tanda klinis maupun radiografis adanya karies interproximal yang memerlukan
perawatan.
c. Banyaknya karies interproximal dan restorasi.
d. Gigi erupsi hanya sebagian dan tidak memungkinkan isolasi dari kontaminasi saliva.
e. Umur erupsi gigi lebih dari 4 tahun.
Tipe B
a. Indikasi :
- Pada anak rendah karies tetapi memiliki pit dan fissure yang dalam
- Tidak terdapat karies pada media
- Umur erupsi gigi kurang dari 4 tahun
- Memungkinkan isolasi adekuat kontaminasi saliva
- Pit dan fissure dengan dekalsifikasi minimal
- Semua gigi permanen muda pada anak yang termasuk resiko karies sedang/tinggi
- Untuk lesi dangkal sebatas enamel, lesi sebatas dentin dan lesi kelas I yang dangkal dengan
ukuran kecil

b. Kontraindikasi :
- Self cleansing yang baik pada pit dan fissure yang dangkal
- Gigi erupsi hanya sebagian dan tidak memungkinkan untuk dilakukan isolasi
- Umur erupsi gigi lebih dari 4 tahun
- Terdapat tanda klinis karies interproksimal
Tipe C

indikasi :
- terdapat gambaran klinis yang opak sepanjang pit & fissure yang mengindikasikan karies dini
pada pit & fissure
- explorer tertahan pada pit & fissure pada permukaan yang utuh yang menandkan adanya karies
- tidak ada karies interproksimal
- umur gigi erupsi kurang dari 4 tahun

kontra indikasi
-terdapat tanda klinis dan radiografi karies interproksimal yang dilakukan perawatan
- gigi erupsi hanya sebagian dan tidak memungkinkan isolasi dari kontaminasi saliva
- erupsi gigi lebh dari 4 tahun
d. Tahapan tiap tipe
Tipe A (Richard R et al, 2005)
1. Bersihkan permukaan oklusal
2. Isolasi gigi dengan cotton rolls
3. Hilangkan decalcified enamel pada pit & fissure menggunakan low speed round bur (no ½ atau ¼) enameloplasty
4. Pada pembuangan jaringan karies, maka daerah pit dan fisur yang buang adalah daerah yang mengalami dekalsifikasi atau
yang dicurigai telah terjadi karies dengan menggunakan round bur kekuatan rendah. Daerah retnsi tidak diperlukan karena
restorasi ini mendapatkan perlekatan ke jaringan dengan tehnik etsa asam. Tujuannya adalah untuk membuang seluruh
jaringan karies dan struktur gigi seminimal mungkin.
5. Selanjutnya dilakukan profilaksi dengan pumis.
6. Dilakukan menggunakan pumis yang tidak mengandung fluor sehingga permukaan enamell benar-benar bersih dan dibur
sebelum dietsa. Sebagai alternatif untuk memperoleh tujuan yang sama, dapat menggunakan sikat gigi dan pasta gigi.
Dengan metode ini nilai retensi yang diperoleh sebanding dengan metode menggunakan profilaksis pumis.
7. Etsa 20’-60 detik, bilas 20 detik dan keringkan 15 detik
8. Tahap selanjutnya adalah penetsaan asam menggunakan asam fosfat 37% yang diletakkan pada permukaan email di oklusal
gigi (pit dan fisur). Pengetsaan ini menghasilkan pori-pori yag memungkinakan infiltrasi nikroskopis resin ke dalam
permukaan gigi yang kemudian resin akan berpolimerisasi dan membentuk ikatan dengan gigi.
9. Aplikasi sealant, hindari gelembung
10. Polimerisasi sinar 20 detik atau sesuai aturan pabrik
Tipe B
1. Bersihkan permukaan gigi dengan brush dan pasta gigi
2. Gambar outline kavitas
3. Hilangkan karies yang kedalamannya sebatas dentin yang dangkal dari pit dan fissure
menggunakan low speed round bur.
4. Menghaluskan seluruh permukaan bidang preparasi dengan fine finishing diamond bur
5. Isolasi gigi dengan cotton rolls
6. Dentin yang terbuka di beri liner Ca(OH)2
7. Etsa 15 detik, lepas cotton roll, bilas 20’ dan keringkan 15’
8. Aplikasi bonding agent dengan menggunakan cotton pellet kemudian dikeringkan dengan
chip blower supaya merata dan disinar selama 10 detik
9. Aplikasi komposit ke dalam kavitas hingga bentuk sesuai dengan anatomi gigi. dan disinar
selama 40 detik.
10. Aplikasi sealant diatas bahan restorasi dan pada pit, fissure yang tidak terkena karies dengan
menggunakan aplikator (sonde bengkok) hindari gelembung udara
11. Polimerisasi sinar selama 20 detik
12. Lepas cotton roll dan cek oklusi dengan menggunakan articulating paper
Tipe C
- bersihkan permukaan oklusal
- isolasi gigi dengan cotton rolls / rubber dam disertai dengan saliva ejector
- hilangkan karies dengan high speed no. 2 / lebih
- di etsa 20 detik, bilas 20 detik dan keringkan 15 detik
- aplikasi bonding agent dan komposit resin
- aplikasi sealant di atas restorasi dan pit & fissure sekitarnya, jangan lupa
untuk hindari gelembung
- polimerisasi dengan sinar selama 20 detik atau sesuai aturan pabrik
7. DHE
Dental Health Education atau Pendidikan Kesehatan Gigi adalah suatu proses
belajar yang ditujukan kepada individu dan kelompok masyarakat untuk mencapai derajat
kesehatan gigi yang setinggi-tingginya. DHE disampaikan pada usia anak dan sebaiknya
didampingi oleh orang tua anak agar dapat mengerti apa yang telah disampaikan. DHE yang
disampaikan adalah mengenai pencegahan karies yang meliputi pengertian karies, etiologi
karies, faktor resiko, pencegahan, serta penanganan terhadap karies pada usia anak.
Untuk mengatasi penyakit periodontal yang disebabkan oleh plak dan kalkulus,
maka terapi standar yang diperlukan adalah scaling atau pembersihan karang gigi. Skeling dan
root planing (SRP) konvensional atau debridement ultrasonik telah terbukti sangat efektif
untuk periodontitis ringan hingga sekarang.
Tujuan DHE
a. Edukasi:
- Menjelaskan apa itu kalkulus (karang gigi)
- Menjelaskan apa itu penyakit periodontal
- Menjelaskan pentingnya menjaga kesehatan rongga mulut
- Menjelaskan bahaya akibat penyakit periodontal
- Menjelaskan pada pasien pentingnya kontrol enam bulan sekali ke dokter gigi
b. Motivasi
- Memberi penjelasan agar pasien dapat mengontrol plak dan kesehatan rongga mulutnya
- Memberi penjelasan pada pasien agar meninggalkan kebiasaan buruk yang dapat menyebabkan
terakumulasinya plak seperti mengunyah pada satu sisi
- Memberi penjelasan tentang bahay merokok bagi kesehatan rongga mulut khususnya jaringan periodontal
- Mengajarkan cara mengontrol plak pada pasien dengan memperagakan bagaimana cara menyikat gigi yang
benar, penggunaan dental floss dan obat kumur.
- Mengajarkan pada pasien pentingnya menyikat gigi secara rutin minimal dua kali sehari pagi setelah sarapan
dan malam sebelum tidur
- Mengajarkan pada pasien bagaimana cara memilih makanan yang sehat dan bergizi
8. Kontrol diet yang dilakukan pada kasus
a. Analisa diet
-Metode Food Record
Metode food record merupakan metode survei konsumsi pangan yang
digunakan untuk menilai asupan makanan pada tingkat individu dan dapat juga
digunakan untuk tingkat keluarga. Prinsip dari metode ini adalah responden
mencatat semua makanan dan minuman yang dikonsumsi selama 24 jam.
Responden dapat melakukan pencatatan makanan dengan dua cara yakni dengan
cara melakukan estimasi dan dengan cara melakukan penimbangan makanan.
Pencatatan makanan dengan cara estimasi disebut juga dengan estimated food
record. Pencatatan makanan dengan cara melakukan penimbangan disebut juga
dengan weighed food record. Sebagaimana metode survei konsumsi pangan yang
lain, metode food record juga mempunyai kelebihan dan kelemahan.
Metode Weighing
Metode food weighing atau metode penimbangan adalah metode survei
konsumsi pangan yang dilakukan dengan cara menimbang makanan yang
dikonsumsi oleh responden. Prinsip dari food weighing adalah ahli gizi atau
petugas pengumpul data melakukan penimbangan makanan yang akan dikonsumsi
dan menimbang sisa makanan yang tidak dikonsumsi oleh seseorang. Setiap
metode survei konsumsi pangan mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-
masing. Demikian juga dengan metode penimbangan ini. Di samping mempunyai
beberapa kelebihan, metode ini juga mempunyai kelemahan yang harus
diperhatikan oleh peneliti dalam menentukan pilihan metode survei konsumsi
pangan.
Interview Methode
• Diet Recall
Metode food recall 24 jam adalah metode mengingat tentang pangan yang dikonsumsi pada
periode 24 jam terakhir (dari waktu tengah malam sampai waktu tengah malam lagi, atau dari bangun tidur
sampai bangun tidur lagi) yang dicatat dalam ukuran rumah tangga (URT). Data survei konsumsi pangan
diperoleh melalui wawancara antara petugas survei (disebut enumerator) dengan subyek (sasaran survei)
atau yang mewakili subyek (disebut responden). Pangan yang dicatat meliputi: nama masakan atau
makanan, porsi masakan dalam ukuran rumah tangga (URT), bahan makanan dalam URT, serta informasi
harga per porsi.
• Diet History (Metode Riwayat Makanan)
Mewawancarai responden untuk me recall makanan yang dikonsumsi 24 jam yang lalu,
ditambah informasi kebiasaan konsumsi menggunakan food frequency questionnaire. Jumlah pangan yang
dikonsumsi ditaksir menggunakan URT. Menemukan pola konsumsi pangan pada jangka waktu lama yang
berkaitan dengan konsumsi pangan dan kejadian penyakit tertentu.
• Kuisioner
Metode kuesioner / angket adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data
penelitian yang berisi sejumlah pertanyaan-pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden tentang pengalaman dan keyakinan pribadi responden. Kelebihan dari metode ini
yaitu memudahkan responden untuk menjawab pertanyaan, karena responden tinggal memilih jawaban
yang ada sesuai dengan keadaannya. Kuesioner, terdiri 2 komponen, yaitu daftar jenis pangan dan
frekuensi konsumsi pangan.
b. Saran diet
Saran diet atau pola makan untuk pencegahan karies gigi memiliki dua tingkatan.
Tingkat saran pertama adalah saran dasar. Saran dasar meliputi pengurangan frekuensi dan jumlah
asupan karbohidrat yang dapat difermentasi. Energi yang telah disediakan oleh gula harus diganti
dan sangat penting untuk memulai kebiasaan makan yang positif.
Tingkat saran kedua lebih fokus pada analisis pola makan anak-anak dengan masalah
karies. Metode yang bisa diterima dengan baik adalah catatan buku harian selama 3 hari untuk
mengetahui pola makan anak-anak.Kunjungan awal di mana anak diberikan motivasi dan informasi
tentang prosedur dan buku harian diet. Kunjungan kedua untuk mengumpulkan buku harian, dan
kunjungan terpisah untuk pemberian saran dan membuat kesepakatan dengan target untuk hidup
dengan pola makan yang baik.
Serta diharapkan untuk mengurangi konsumsi jajanan kariogenik seperti permen, coklat,
es krim dan meningkatkan konsumsi buah-buahan yang berserat dan banyak mengandung air dan
serat seperti jambu, jeruk, semangka, apel, dan pir. Melakukan upaya kebersihan gigi dan mulut
yang baik, dengan menyikat gigi sebelum tidur dan berkumur-kumur serta minum air putih setelah
mengkonsumsi jajanan kariogenik. (Worotitjan, Mintjelungan and Gunawan, 2013)
c. Stephan Curve and Sugar Clock
Bakteri asidogenik dalam plak gigi dengan cepat me-
metabolisme fermentasi karbohidrat sehingga
menghasilkan produk akhir yang bersifat asam. Di
mulut, perubahan-perubahan ini dari waktu ke waktu
sebagai tanggapan terhadap rangsangan (biasanya
makanan kariogenik) dikenal sebagai stephan’s curve pH
plak gigi dalam kondisi istirahat (yaitu, ketika tidak ada
makanan atau minuman yang dikonsumsi), cukup
konstan. Namun, ketika kita mengkonsumsi makanan,
Respons setelah paparan plak gigi terhadap karbohidrat
yang dapat difermentasi adalah pH menurun dengan
cepat, mencapai minimum dalam sekitar 5 hingga 10
menit. Ini diikuti oleh pemulihan bertahap ke nilai
awalnya, biasanya lebih dari 30 hingga 60 menit. Oleh
karena itu dianjurkan untuk kumur dengan air putih
setelah makan dan sikat gigi agar pH dapat kembali
normal (Stephan, 1943).
Faktor penting dalam pencegahan karies
gigi adalah membatasi berapa kali dalam sehari
konsumsi gula. Hal ini dapat diilustrasikan dengan
menggunakan sugar clock. Dimana sugar clock
menunjukkan bukan seberapa banyak gula yang kita
konsumsi dapat menyebabkan karies, tetapi seberapa
sering kita mengkonsumsi gula sehingga dapat
menyebabkan karies. Dimana konsumsi gula yang lebih
sering diantara waktu jam makan memiliki resiko tinggi
terkena karies dibandingkan dengan konsumsi gula yang
dilakukan tepat pada jam makan. Hal ini disebabkan
karena ketika kita makan, pH mulut akan menurun dan
akan kembali normal setelah 30-60 menit, oleh karena
itu semakin sering konsumsi gula, maka pH dalam mulut
akan lebih sering turun dan menjadi pH kritis yang dapat
meningkatkan resiko karies (Dhingra, 2020).
F. KESIMPULAN
Pasien usia 8 tahun datang dengan keluhan gigi bawah belakang kanan terasa linu
saat terkena air dingin. Berdasarkan hasil anamnesis, pasien malam menyikat gigi dan sua
mengkonsumsi makanan manis dan lengket. Pemeriksaan klinis intra oral terdapat debris dan
plak pada gigi RA dan RB., gigi 46 karies media pada pit dan fissure serta sudah erupsi
sempurna. Berdasarkan hasil pemeriksaan maka drg mendiagnosa pulpitis reversibel, yaitu
peradangan pada pulpa yang disebabkan terbukanya tubulus dentin yang menghantarkan rasa
nyeri. Untuk menentukan rencana perawatan dan pencegahan karies yang tepat, maka
dilakukan tes resiko karies dengan menggunakan AAPD Caries Risk Assessment dan hasilnya
menunjukan resiko karies tinggi pada pasien. Perawatan yang dilakukan untuk karies media
adalah preventive restoration tipe B karena karies media melibatkan pit dan fissure. Setelah
itu drg melakukan DHE dan kontrol diet dengan pengawasan dari orangtua.
DAFTAR PUSTAKA
1. American Academy of Pediatric Dentistry. Guideline on caries-risk assesment and management for
infants, children, and adolescents. Clin Practice Guidelines 2010;32(6):101-8.
2. Depkes R.I. 1990. Pedoman Penyelenggara Upaya Kesehatan Gigi di PUSKESMAS. Jakarta: Direktorat
Kesehatan Gigi, DEPKES R.I
3. Dhingra, S., Gupta, A., Tandon, S., & Marya, C. M. (2020). Sugar Clock: A Primordial Approach to
Prevent Dental Caries. International Journal of Clinical Pediatric Dentistry, 13(2), 174.
4. Jain, S. et al. (2020) ‘Principles and Practice of Conservative Adhesive Restorations: A brief review’,
International Journal of Dentistry Research, 5(2), pp. 110–116. Available at: www.dentistryscience.com.
5. Muhajirin, A. 2018. THE RELATIONSHIP OF CARIOGENIC FOOD CONSUMPTION WITH DENTAL
CARARY IN CHILDREN (7-9 YEARS OLD) AT MARDIYUANA ELEMENTARY SCHOOL BOGOR:
HUBUNGAN KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA
ANAK USIA SEKOLAH (7-9 TAHUN) DI SD MARDIYUANA KABUPATEN BOGOR. Jurnal Ilmiah
Wijaya, 10(1):32-39
6. Rao, Arathi., 2012, Principles and Practice of Pedodontic, Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd:
New Delhi.
DAFTAR PUSTAKA
7. Richard R. Welbury, Monty S. Duggal: Paediatric Dentistry, Oxford Medical Publication, 2005.
8. Senawa, Wowor, Juliatri, (2015). .PENILAIAN RESIKO KARIES MELALUI PEMERIKSAAN ALIRAN
DAN KEKENTALAN SALIVA PADA PENGGUNA KONTRASEPSI SUNTIK DI KELURAHAN BANJER
KECAMATAN TIKALA. Jurnal e-GIGI, Vol 3 Nomor 1.
9. Senjaya, A. A. dkk. (2019) ‘Pit and Fissure Sealent Sebagai Pencegahan Karies Gigi Bagi Siswa Sekolah
Dasar Negeri Kukuh Kecamatan Marga Tabanan Tahun 2018’, Jurnal Pengabmas Masyarakat Sehat, pp.
170–176.
10. Stephan, R. M., & Miller, B. F. (1943). A quantitative method for evaluating physical and chemical agents
which modify production of acids in bacterial plaques on human teeth. Journal of Dental Research, 22(1),
45-51.
11. Worotitjan, I., Mintjelungan, C. N. and Gunawan, P. (2013) ‘Pengalaman Karies Gigi Serta Pola Makan
Dan Minum Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Kiawa Kecamatan Kawangkoan Utara’, e-GIGI, 1(1), pp.
59–68. doi: 10.35790/eg.1.1.2013.1931.
12. Walton RE, Torabinejad M. prinsip dan praktik ilmu endodonsia edisi 3. Jakarta: EGC; 2008, hal.36-45
DAFTAR PUSTAKA
13. Jain, S. et al. (2020) ‘Principles and Practice of Conservative Adhesive Restorations: A brief review’,
International Journal of Dentistry Research, 5(2), pp. 110–116. Available at: www.dentistryscience.com.
14. Richard R. Welbury, Monty S. Duggal: Paediatric Dentistry, Oxford Medical Publication, 2005.

Anda mungkin juga menyukai