Anda di halaman 1dari 19

BLOK PENYAKIT JARINGAN KERAS 1

LAPORAN INDIVIDU
PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
MODUL 1: GIGI GELIGI RUSAK PADA ANAK

PRIA BINTANG RUSSEL BAHAS


J011221085
KELOMPOK 4

Tutor Pendamping: Prof. Dr. drg. Barunawaty Yunus, M.kes, Sp.RKG(K)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HASANUDDIN
2023
A. Skenario
Seorang anak laki-laki usia 5 tahun diantar ibunya ke RSGMP dengan keluhan
gigi berlubang, nyeri dan bau mulut. Berdasarkan keterangan dari ibu, anaknya
masih sering mengemut makanan dan minum susu botol saat tidur pada malam
hari. Pada pemeriksaan klinis terlihat karies pada bagian cervical 6 gigi anterior
RA berwarna kecoklatan, gigi 71, 81, 72, dan 82 karies superfisial pada daerah
proksimal, gigi 74,75, 84, dan 85 karies profunda pada permukaan oklusal, gigi 55
dan 65 karies media pada bagian distal.

B. Kata Kunci
1. Seorang anak laki-laki usia 5 tahun
2. Keluhan gigi berlubang, nyeri, dan bau mulut
3. Anaknya masih sering mengemut makanan
4. Anak meminum susu botol di saat tidur di malam hari
5. Gigi 74, 75, 84 dan 85 karies profunda pada permukaan oklusal
6. Karies pada bagian servikal 6 gigi anterior rahang atas berwarna
kecoklatan
7. Gigi 65 dan 55 karies media pada bagian distal
8. Gigi 71,81,72,82 karies superfisial pada daerah proksimal

C. Pertanyaan Penting
1. Apa yang dimaksud dengan karies?
2. Apa saja klasifikasi karies?
3. Apa saja faktor penyebab karies pada anak?
4. Bagaimana patomekanisme terjadinya karies?
5. Apa saja tanda dan gejala dari karies pada anak?
6. Apa dampak terjadinya karies pada anak?
7. Apa dampak sering mengemut makanan dan minum susu botol saat tidur
sesuai pada skenario?
8. Bagaimana gambaran klinis karies yang terjadi pada skenario?
9. Apa hubungan antara gigi berlubang, nyeri dan bau mulut sesuai pada
skenario?
10. Apa diagnosis dari keluhan yang dialami pasien pada skenario?
11. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis pada pasien sesuai skenario?
12. Bagaimana pencegahan dan perawatan karies sesuai skenario?

D. Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi, klasifikasi, dan penyebab karies
2. Mahasiswa mampu menjelaskan diagnosis kasus sesuai skenario
3. Mahasiswa mampu menjelaskan pencegahan karies
4. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang kasus pada
skenario
5. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan kasus pada skenario

E. Pembahasan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi, klasifikasi, dan penyebab
karies
Karies merupakan kelainan gigi yang bersifat progresif, diawali
proses demineralisasi oleh asam hasil produksi bakteri dan merupakan
penyebab utama kehilangan gigi.1 Karies gigi atau gigi berlubang adalah
suatu penyakit pada jaringan keras gig yang ditandai oleh rusaknya email
dan dentin disebabkan oleh aktivitas metabolism bakteri dalam plak yang
menyebabkan terjadinya demineralisasi akibat interaksi antar produk-
produk mikroorgaanisme, ludah dan bagian-bagian yang berasal dari
makanan dan email. 2
Untuk memudahkan mendeteksi penyakit karies gigi, maka telah
dilakukan pengelompokkan atau klasifikasi oleh G.V Black. Berikut
adalah klasifikasi gigi menurut G.V. Black :3
1) Kelas I. Karies yang terjadi pada bagian oklusal (pits dan fissure)
dari gigi premolar dan molar (gigi posterior, gigi 4- 8).Dapat juga
terdapat pada gigi anterior di foramencaecum.
2) Kelas II. Karies yang terdapat pada bagian approximal (mesial
dan distal) dari gigi-gigi molar atau premolar (gigi posterior, gigi
4-8), yang umumnya meluas sampai bagian oklusal.
3) Kelas III. Karies yang terdapat pada bagian approximal dari gigi
depan, tetapi belum mencapai margo incisalis (belum mencapai ⁄
incisal gigi).Lubang di permukaan gigi yang menghadap ke langit-
langit
4) Kelas IV. Kelanjutan Kelas III. Karies telah meluas dari
approximal dari gigi-gigi depan dan sudah mencapai margo
incisalis (telah mencapai ⁄incisal gigi).
5) Kelas V. Karies yang terdapat pada bagia 1/3 leher gigi-gigi
depanatau permukaan halus dan fasial maupun gigi belakang pada
permukaan labial, lingual, palatal ataupun bukal dari gigi.Lebih
dominan timbul dipermukaan yang menghadap ke bibir dan pipi
dari pada lidah.
6) Kelas VI. Karies yang terdapat pada incisal edge dan cusp oklosal
pada gigi belakang yang disebabkan oleh abrasi, atrisi atau erosi.

International Caries Detection and Assessment System (ICDAS)


dikembangkan untuk berfungsi sebagai panduan untuk penilaian standar
tampilan karies yang dapat digunakan pada praktek klinis, pendidikan,
dan epidemiologi. Klasifikasi karies menurut ICDAS yaitu: 4

1) Kode 0: permukaan gigi yang sehat; tidak ada perybahan karies


setelah pengeringan udara (5 detik); atau hipoplasia, keausan,
erosi, dan fenomena non karies lainnya.
2) Kode 1: perubahan visual pertama dalam email; hanya terlihat
setelah pengeringan udara atau berwarna, berubah “tipis” terbatas
pada Batasan dari daerah pit dan fissure.
3) Kode 2: Perubahan visual yang berbeda dalam email; terlihat
ketika basah, putih atau berwarna, "lebih lebar" dari celah/fossa.
4) Kode 3: Enamel terlokalisasi rusak tanpa dentin yang terlihat atau
bayangan yang mendasari; diskontinuitas dari email permukaan,
pelebaran celah.
5) Kode 4: Dasar gelap bayangan dari dentin, dengan atau tanpa
email terlokalisasi kerusakan
6) Kode 5: Kavitas yang jelas pada dentin yang terlihat, kavitas frank
yang melibatkan kurang dari setengah permukaan gigi.
7) Kode 6: Kavitas yang sangat jelas terlihat pada dentin; kavitasnya
dalam dan lebar melibatkan lebih dari setengah bagian gigi.

Klasfikasi karies gigi radiografi bite wing (Grondahl, dimodifikasi


dari Moller dan Poulsen):5

1) 0: Suara di bitewing
2) 1: Radiolusensi terbatas pada email
3) 2: Radiolusensi pada email sampai dentino-enamel junction
4) 3: Radiolusensi pada email dan setengah bagian luar dentin.
5) 4: Radiolusensi pada email dan mencapai setengah bagian dalam
dentin.

Berdasarkan penilain klinis lesi proksimal di dasar kotak perkiraan

(oleh Bille dan Thylstrup):5

1) Skor 1 dan 2: Perubahan yang progresif pada enamel


2) Skor 3: Perubahan pada dentin, tanpa kavitasi pada enamel
3) Skor 4 dan 5: perubahan pada dentin dan kavitasi progresif pada
enamel (yaitu pada tahap ini tidak terjadi invasi bakteri ke tubulus
dentin dan tidak ada indikasi untuk intervensi operatif).
4) Skor 6: kavitasi yang melibatkan dentin (kemungkinan indikasi
untuk operasi intervensi)
Sistem World Health Organization (WHO), yaitu berdasarkan bentuk
dan kendalaman lesi karies dapat diklasifikasikan menjadi 4 poin

pengukuran, yaitu:5

1) D1: Lesi enamel terdeteksi klinis dengan permukaan utuh (non


kavitas)
2) D2: Secara klinis terdeteksi kavitas yang terbatas pada enamel
3) D3: Secara klinis terdeteksi lesi pada dentin (dengan dan tanpa
kavitas pada dentin)
4) 4) D4: Lesi hingga ke pulpa

Klasifikasi oleh GJ Mount, yaitu berdasarkan s situs utama dan

terbagi menjadi 4 ukuran:5

1) Situs 1: Pit dan fissure, cacat enamel pada permukaan posterior


gigi atau permukaan halus lainnya.
2) Situs 2: Enamel aproksimal dalam kaitannya dengan area yang
bersentuhan dengan yang berdekatan gigi.
3) Situs 3: Sepertiga servikal dari mahkota atau setelah resesi
gingival, akar yang terbuka.

Setiap situs dikategorikan lebih lanjut menurut ukurannya: 5

1) Ukuran 0: Kecil dan cukup awal untuk diremineralisasi atau


diremineralisasi lesi dengan hanya sisa noda.
2) Ukuran 1: penyebaran dentin minimal, dapat diremineralisasi
3) Ukuran 2: keterlibatan dentin sedang.
4) Ukuran 3: Diperbesar dengan cusp atau tepi insisal yang lemah
(membutuhkan perlindungan dari beban oklusal).
5) Ukuran 4: kehilangan struktur gigi yang luas.

Penjelasan mengenai ukuran:5


1) Keterlibatan minimal dentin setelah perawatan dengan
remineralisasi sendiri.
2) Keterlibatan dentin sedang setelah preparasi kavitas, email yang
tersisa baik, disangga dengan baik oleh dentin dan tidak mungkin
gagal di bawah beban oklusal normal. Artinya, struktur gigi yang
tersisa cukup kuat untuk mendukung restorasi.
3) Kavitas lebih besar dari rata-rata. Struktur gigi yang tersisa
melemah sejauh cusp dan tepi insisal terbelah, atau mungkin gagal
atau dibiarkan terkena beban oklusal atau insisal. Kavitas tersebut
harus diperbesar lebih lanjut sehingga restorasi dapat dirancang
untuk memberikan dukungan dan perlindungan untuk struktur yang
tersisa.
4) Karies yang luas dengan kehilangan sebagian besar struktur gigi
telah terjadi.

Faktor penyebab karies gigi terdiri dari penyebab dalam individu dan
penyebab luar individu. Faktor dalam penyebab karies gigi adalah faktor
di dalam mulut yang berhubungan langsung dengan proses terjadinya
karies gigi antara lain host, mikroorganisme, substrat , dan waktu.
Sedangkan faktor luar individu adalah status ekonomi, keluarga,
pekerjaan, fasilitas kesehatan gigi dan pendidikan kesehatan gigi yang
pernah diterima.6

Selain faktor- faktor yang ada didalam mulut yang langsung


berhubungan dengan karies, terdapat faktor- faktor yang tidak langsung
yang disebut faktor resiko luar, yang merupakan faktor predisposisi dan
faktor penghambat terjadinya karies. Faktor luar antara lain adalah usia,
jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, lingkungan, sikap dan
perilaku yang berhubungan dengan kesehatan gigi. Ada dua faktor yaitu
faktor dalam dan faktor luar yaitu:6

a. Faktor dalam

1) Mikroorganisme
Mikroorganisme merupakan faktor paling penting dalam proses
awal terjadinya karies. Mereka memfermentasi karbohidrat untuk
memproduksi asam.Plak gigi merupakan lengketan yang berisi
bakteri produk- produknya, yang terbentuk pada semua permukaan
gigi. Akumulasi bakteri ini tidak terjadi secara kebetulan
melainkan terbentuk melalui serangkaian tahapan. Asam terbentuk
dari hasil fermentasi sakar diet oleh bakteri di dalam plak gigi.
Sumber utamanya adalah glukosa yang masuk dalam plak gigi,
sedangkan kuantitatif, sumber utama glukosa adalah sukrosa.
Penyebab utama terbentuknya asam tadi adalah Streptococcus
mutans serotipe c yang terdapat di dalam plak karena kuman ini
memetabolisme sukrosa menjadi asam lebih cepat dibandingkan
kuman lain. 6

2) Host

Terbentuknya karies gigi diawali dengan terdapatnya plak yang


mengandung bakteri pada gigi. Oleh karena itu kawasan gigi yang
memudahkan pelekatan plak sangat memungkinkan diserang
karies. Kawasan-kawasan yang mudah diserang karies tersebut
adalah:6

a) Pit dan fisur pada permukaan oklusal molar dan premolar


pit bukal molar dan pit palatal insisif.
b) Permukaan halus di daerah aproksimal sedikit di bawah
titik kontak.
c) Email pada tepian di daerah leher gigi sedikit di atas tepi
gingiva.
d) Permukaan akar yang terbuka, yang merupakan daerah
tempat melekatnya plak pada pasien dengan resesi gingiva
karena penyakit periodonsium
e) Tepi tumpatan terutama yang kurang atau mengeper
diserang karies tersebut adalah:6
3) Substrat

Penelitian menunjukkan bahwa makanan dan minuman yang


bersifat fermentasi karbohidrat lebih signifikan memproduksi
asam, diikuti oleh demineralisasi email.Tidak semua karbohidrat
benar-benar kariogenik. Produksi polisakarida ekstraseluler dari
sukrosa lebih cepat dibandingkan dengan glukosa, fruktosa, dan
laktosa. Sukrosa merupakan gula yang paling kariogenik,
walaupun gula lain juga berpotensi kariogenik.6

4) Waktu

Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral


selama berlangsungnya proses karies, menandakan bahwa proses
karies tersebut terdiri dari saliva ada di dalam lingkungan gigi,
maka karies tidak menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau
minggu, melainkan dalam bulan atau tahun. Dengan demikian
sebenarnya terdapat kesempatan yang baik untuk menghentikan
penyakit ini.6

b. Faktor luar

1) Ras

Amat sulit menentukan pengaruh ras terhadap terjadinya karies


gigi. Namun, keadaan tulang rahang suatu ras bangsa mungkin
berhubungan dengan presentase karies yang semakin meningkat
atau menurun.Misalnya, pada ras tertentu dengan rahang sempit
sehingga gigi - geligi pada rahang sering tumbuh tak teratur.
Dengan keadaan gigi yang tidak teratur ini akan mempersulit
pembersihan gigi, dan ini akan mempertinggi persentase karies
pada ras tersebut.6

2) Jenis kelamin
Dari pengamatan yang dilakukan oleh Milhahn- Turkeheim yang
dikutip dari Tarigan pada gigi M1, didapat hasil bahwa persentase
karies gigi pada wanita lebih tinggi dibanding dengan pria.
Dibanding dengan molar kanan, persentase karies molar kiri lebih
tinggi karena faktor penguyahan dan pembersihan dari masing-
masing bagian gigi.6

3) Usia

Pada periode gigi campuran, molar 1 paling sering terkena karies.


Anak usia 6-12 tahun masih kurang mengetahui dan mengerti
bagaimana cara memelihara kebersihan gigi dan mulut. Anak-anak
usia sekolah perlu mendapat perhatian khusus sebab pada usia ini
anak sedang menjalani proses tumbuh kembang.6

4) Makanan

Makanan sangat berpengaruh terhadap gigi dan mulut, pengaruh ini


dapat dibagi menjadi 2 yaitu komposisi dari makanan yang
menghasilkan energi dan fungsi mekanis dari makanan yang
dimakan. Komposisi makanan misalnya karbohidrat, protein,
lemak, vitamin, serta mineral. Unsur-unsur ini berpengaruh pada
masa pra-erupsi serta pasca-erupsi dari gigi geligi. Maksud dari
fungsi mekanis adalah makanan yang bersifat membersihkan
gigi.Makanan bersifat membersihkan gigi ini adalah apel, jambu
air, bengkuang, dan lain sebagainya. Sebaliknya makanan-
makanan yang lunak dan melekat pada gigi amat merusak gigi,
seperti bonbon, coklat, biskuit, dan lain sebagainya.

Karies terjadi ketika proses remineralisasi menjadi lebih lambat


dibandingkan proses demineralisasi.6

Remineralisasi gigi dapat terjadi pada pH lingkungan yang


bersifat:6
1. sedikit jumlah bakteri kariogenik
2. Keberadaan fluoride
3. gagalnya substansi penyebab metabolisme bakteri
4. peningkatan sekresi saliva
5. kemampuan buffer yang tinggi

2. Mahasiswa mampu menjelaskan diagnosis kasus sesuai scenario


Early Childhood Caries (ECC) adalah penyakit karies gigi yang
terjadi pada gigi sulung bayi dan anak salah dan merupakan salah satu
penyakit yang paling umum pada anak-anak di seluruh dunia. ECC
ditandai dengan satu atau lebih
kerusakan gigi, baik lesi dengan kavitas atau tanpa kavitas,
kehilangan gigi akibat karies,atau penambalan permukaan gigi sulung
pada usia prasekolah antara usia lahir hingga 71 bulan. ECC tidak hanya
mempengaruhi kesehatan mulut anak, tetapi juga kesehatan anak secara
umum. Sindrom ini dapat disebabkan oleh penggunaan botol yang tidak
sesuai. Kebanyakan ECC tidak tertangani sampai anak usia 20
bulan.Tidak hanya nyeri mulut, masalah ortodontik, dan defek email,
tetapi juga masalah makan dan berbicara dapat terjadi serta peningkatan
risiko perkembangan karies pada gigi permanen. Kehilangan dini gigi
sulung akibat ECC juga sering menyebabkan masalah ortodontik di masa
dewasa. ECC didorong oleh keadaan disbiotik mikroorganisme mulut
yang terutama disebabkan oleh diet kaya gula. Selain itu, kebersihan
mulut yang buruk atau pembersihan plak gigi yang tidak memadai
menyebabkan perkembangan ECC yang cepat. Anak-anak dengan ECC
memiliki risiko tinggi untuk mengalami karies pada gigi permanen dan
akan memiliki masalah lain dengan berbicara dan/atau makan.11

3. Mahasiswa mampu menjelaskan pencegahan karies pada scenario


Langkah pertama yang harus dilakukan pada manajemen ECC
adalah pencegahan ECC. Strategi pencegahan dimulai dengan edukasi
prenatal pada calon orangtua, perkembangan selama perinatal, dan
dilanjutkan pada ibu serta bayinya. Perawatan gigi yang tepat dan
pemeliharaan kebersihan rongga mulut selama kehamilan dapat
mengurangi atau menunda ECC pada bayi.7
Strategi pencegahan ECC berikutnya pada level pemeliharan dari
rumah yaitu menjaga diet yang dikonsumsi untuk anak. Pembatasan
jumlah /intake susu formula yang mengandung sukrosa dan minuman lain
yang manis yang diberikan dengan botol, terutama yang diberikan pada
malam hari sampai anak tertidur. Pola pemberian minuman yang
mengandung gula dengan botol harus dihentikan ketika anak memasuki
usia satu tahun, dan mulai mengajari anak minum menggunakan sippy
cup/ gelas.7
Untuk menjaga kebersihan rongga mulut, anak diharuskan
menyikat gigi minimal dua kali sehari, dengan dibantu oleh orangtua atau
pengasuhnya. Penggunaan pasta gigi berfluor disarankan untuk anak usia
dibawah 2 tahun hanya selapis tipis sedangkan untuk anak usia diatas 2
tahun serta sudah bisa berkumur sebesar biji polong /pea size. Transmisi
mikroorganisme Streptococcus mutans secara vertikal pada anak didapat
dari ibunya melalui saliva, sedangkan secara horizontal dapat terjadi
dengan kakak atau adiknya. Kedua hal tersebut dapat menyebabkan
tingkat Streptococcus mutans anak menjadi tinggi. Anak-anak dengan
tingkat Streptococcus mutans tinggi akan 5 kali lebih mudah terkena
karies.Untuk mencegah tingkat Streptococcus mutans anak menjadi
tinggi, ibu tidak boleh memberikan makan yang telah dikunyah kepada
anaknya, dan anak- anak tidak boleh makan makanan atau minum dengan
gelas yang digunakan bersamaan dengan saudaranya.7
Strategi pencegahan ECC pada level dokter gigi dengan cara
melakukan deteksi awal karies pada anak-anak setelah gigi desidui erupsi.
Konseling tentang diet dan perawatan pencegahan aplikasi fluor serta
fissure sealant.7
4. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang kasus pada
scenario
a. Pemeriksaan Konvensional10
1) Pengamatan
Saat melakukan pemeriksaan karies gigi di tempat yang dicurigai, kita
dapat menemukan area hitam atau berkapur atau rongga yang terbentuk.
Daerah ridge marginal interproksimal memiliki perubahan warna noda
tinta di bawah email atau rongga yang terlihat. Untuk pengamatan pada
daerah servikal gigi, pipi dan lidah harus ditarik untuk mengekspos
sepenuhnya permukaan bukal dan lingual gigi posterior.
2) Probing
Probe tajam digunakan untuk memeriksa area yang diduga terkena karies.
Dengan bantuan probe, kedalaman dan perluasan rongga dapat diperiksa.
Jika rongga proksimal dicurigai dan tidak dapat ditemukan melalui
inspeksi, probe berguna untuk menemukan area yang terkena ketika
dikaitkan dengan tepi rongga. Probe juga dapat digunakan pada
permukaan gigi untuk menemukan area hipersensitivitas dentin. Paparan
pulpa juga dapat ditemukan saat memeriksa lesi karies yang dalam.
3)Perkusi/pukulan
Perkusi dilakukan dengan cara memberi pukulan cepat tetapi tidak keras
dengan ujung cari,kemudian intensitas pukulan ditingkatkan,Karies tidak
menyebabkan peradangan periodontal dan periapikal, sehingga reaksi
terhadap perkusi selalu negatif.

b. Metode Pemeriksaan Khusus10

1). Radiografi

Pemeriksaan radiografi dapat membantu dalam menemukan karies


proksimal,karies yang tidak tampak dengan pengamatan, dan karies
sekunder. Hal ini juga dapat digunakan untuk menilai kedekatan karies
dengan kamar pulpa. radiografi periapikal dan bite-wing biasanya
digunakan untuk penilaian klinis karies Radiolusensi pada jaringan keras
akibat demineralisasi diidentifikasi sebagai lesi karies. Serangkaian
penelitian telah mengungkapkan bahwa lebih dari setengah karies
proksimal terlihat pada radiografi. Karena radiografi adalah gambar dua
dimensi, hasil diagnosis harus dianalisis dan dikombinasikan dengan
pemeriksaan klinis.

2). Uji Iritasi Dingin dan Panas

Respon pulpa gigi terhadap iritasi dingin dan panas dapat diketahui
melalui metode ini. Pemeriksaan dilakukan dengan meletakkan bola kapas
yang telah dibasahi chloroethane atau stik gutta-percha panas pada
permukaan gigi, dan respon pasien dievaluasi. Rangsangan eksternal ini
dapat menimbulkan nyeri akut. Pulpa dianggap sehat jika nyeri hilang
segera setelah rangsangan dihilangkan. Tetapi jika rasa sakitnya bertahan
lama, pulpa kemungkinan mengalami peradangan. Akan tetapi, kita harus
mampu membedakan karies denganhipersensitivitas dentin.

3). Pemeriksaan Benang Gigi

Karies pada daerah kontak proksimal sulit diperiksa dengan pengamatan


dan probing. Benang gigi dapat digunakan sebagai metode yang nyaman.
Dengan meletakkan benang gigi melintasi celah gigi.

4). Pemeriksaan Kavitas Gigi

Setelah menghilangkan email yang tidak mendukung, dokter gigi dapat


mengamati lesi karies yang tersembunyi. Untuk mengidentifikasi daerah
yang mengalami karies dan kedalaman rongga.dentin infeksius di dasar
dan dinding kavitas harus dihilangkan sepenuhnya. Mematikan dentin
yang terdekalsifikasi dengan 0,5% basic fuchsin dapat membantu dokter
gigi untuk mengidentifikasi dan menghilangkan dentin yang terinfeksi.
Setelah itu, area kerusakan gigi dan kondisi pulpa dapat dengan mudah
ditentukan.Karies gigi merupakan penyakit kronis, progresif, dan bakterial.
Karakter utama karies gigi adalah perubahan warna, bentuk, dan kualitas
jaringan keras gigi. Perubahan patologis yang khas penting untuk
diagnosis karies. Saat ini, metode diagnosis karies gigi utamanya
didasarkan pada pemeriksaan klinis dan pemeriksaan rontgen. Namun,
sulit untuk mengidentifikasi karies dini yang berada di area tersembunyi.
Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknolog, beberapa teknik
dan metode digunakan untuk diagnosis karies. Metode ini telah sangat
meningkatkan akurasi untuk diagnosis karies.

c. Teknologi Baru Untuk pemeriksaan Karies10

1) Transiluminasi Serat Optik,( FOTI)

Teknik diagnostik baru untuk karies disebut transiluminasi serat optik.


Sistem ini menggunakan transiluminasi serat untuk diagnosis potensi
karies. Prinsipnya didasarkan pada fakta bahwa indeks transiluminasi
cahaya pada jaringan yang membusuk lebih rendah dari pada jaringan
normal. Umumnya, area yang membusuk menunjukkan bayangan gelap.

2) Teknologi Impedansi Listrik

Teknologi impedansi listrik adalah cara alternatif untuk diagnosis karies


dengan memeriksa perbedaan potensial gigi. Rongga karies diisi oleh
jaringan mati dan membusuk, air liur, dan elektrolit. Oleh karena itu, area
ini menjadi lebih konduktif listrik daripada jaringan normal. Dengan
prinsip ini, resistensi yang diberikan pada permukaan gigi diukur di
bawah pengeringan terkontrol. Konduktivitas diukur dengan probe di
celah oklusal, dan arus melewati pulpa ke tanah melalui timah genggam
yang membentuk sirkuit. Alat pendeteksi karies listrik mengukur
hambatan listrik,dan beda potensial. Metode ini sederhana, sensitif, dan
stabil untuk deteksi karies oklusal.

3) Teknik Ultrasonik
Teknik ultrasonik merupakan metode baru untuk pendeteksian karies
dengan mengukur gelombang yang dipantulkan kembali dari struktur gigi.
Gelombang ultrasonik ini diterima oleh sensor ketika dipantulkan kembali
dari permukaan gigi. Permukaan gigi normal dan gigi berlubang
seharusnya memiliki gelombang pantul yang berbeda. Saat ini, gelombang
frekuensi 18 MHz digunakan untuk diagnosis karies.

4) Teknik Modulus Pemisah Elastomerik

Modul pemisah elastomer digunakan untuk memisahkan gigi yang


berdekatan sementara untuk pemeriksaan permukaan proksimal. Metode
ini dapat membantu terutama ketika karies permukaan proksimal
diperiksa.

5) Teknik Pewarnaan

Teknik pewarnaan biasanya menodai area jaringan keras yang terkena


karies dan tidak pernah menodai area yang utuh atau sehat. Untuk alasan
ini, pewarna digunakan di rongga karies untuk menodai jaringan gigi yang
mati dan membusuk. Dengan teknik ini, dokter gigi dapat menentukan
keberadaan karies dan memperkirakan kedalaman lesi karies. Pewarna
yang umum digunakan adalah basic fuchsin 1%.

6) Teknik Fluoresensi Laser Kuantitatif

Autofluorescence adalah fenomena emisi cahaya dari struktur biologis.


Autofluoresensi jaringan gigi menurun jika ada demineralisasi jaringan.
Perangkat fluoresensi laser kuantitatif menggunakan lampu halogen
intensitas tinggi untuk merangsang gigi untuk memancarkan fluoresensi
dalam spektrum hijau. Cahaya yang dipantulkan ini dideteksi oleh
spektrum dan direkam dalam komputer kemudian demineralisasi dapat
dihitung. Teknologi baru terkait lainnya adalah dye-enhanced laser
fluorescence (DELF), fluoresensi yang diinduksi cahaya kuantitatif, dan
pemindaian laser confocal mikroskop.10
5. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan kasus pada
scenario
Lesi awal ECC atau white spot terjadi pada permukaan halus maka
aplikasi agen remineralisasi, seperti CPP ACP (Casein Phosphopeptide
Amorphous Calcium Phosphat) harus dilakukan. Lesi karies dengan
kavitasi dilakukan restorasi yang sesuai dengan indikasi untuk
mengembalikan bentuk anatomi gigi, dan perawatan saluran akar
dilakukan bila karies sudah mencapai pulpa. Perawatan gigi tersebut akan
mengembalikan fungsi gigi desidui sebagai alat penguyahan dan estetika
sampai gigi permanen erupsi. 7
Penanganan yang cepat dan tepat terhadap anak yang memiliki
tanda karies gigi sangatlah penting dalam meningkatkan kesehatan gigi
anak. Perawatan ECC tergantung kepada kecepatan perkembangan
penyakit, usia anak, dan luasnya penyakit. Perawatan yang ideal dapat
dilakukan untuk anak pada tahun pertama. Anak dengan risiko sedang
memerlukan restorasi lesi karies dan juga white spot. Sedangkan untuk
anak dengan risiko tinggi memerlukan restorasi dengan segera dan juga
tindakan pencegahan untuk menghambat perkembangan karies yang
bertujuan untuk menurunkan perkembangan karies.8
Perawatan standar baru dalam melakukan tatalaksana terhadap
ECC memerlukan anestesi umum karena adanya perbedaan tingkat
kekooperatifan bayi dan anak prasekolah. Perawatan ECC biasanya hanya
terbatas pada pencabutan gigi dan restorasi gigi yang mengalami karies. 8
Atraumatic Restorative Treatment (ART) merupakan prosedur dasar yang
bertujuan untuk menghilangkan lesi karies dengan menggunakan
instrument tangan dan mengembalikan bentuk gigi dengan menggunakan
bahan adhesif. Teknik ini merupakan teknik yang sangat sederhana
dengan banyak keuntungan, seperti tidak memerlukan peralatan yang
menggunakan listrik, biaya yang dikeluarkan lebih murah, dan juga tidak
memerlukan anestesi. Oleh karena itu teknik ini diindikasikan untuk
menangani ECC terutama di negara berkembang.8
Perawatan yang dibutuhkan pertama-tama adalah menghilangkan
rasa nyeri. Adanya rasa nyeri perlu segera ditanggulangi, karena dapat
mengganggu aktivitas anak. Penanggulangannya dapat secara lokal pada
gigi maupun secara oral. Secara lokal dengan menumpat secara langsung
dengan obat- obatan eugenol melalui kapas dan selanjutnya ditumpat
sementara atau langsung dengan zinc oxide eugenol tanpa kapas.
Pemberian obat sedatif dan analgesik dapat diberikan secara oral terutama
pada rasa nyeri yang telah lanjut. Kedua dengan mengurangi aktivitas
bekteri untuk menghentikan karies dan mencegah penjalaran yang cepat
ke arah pulpa dengan profilaksis oral, yaitu menyikat gigi secara benar,
atau skeling. Ketiga dengan melakukan impreginasi karies yang diberikan
pada karies yang baru terbentuk atau karies email dan karies dentin,
misalnya dengan pengulasan stannum flouride, silver nitrate, atau silver
diamine fluoride. Selanjutnya dapat dilakukan penumpatan kavitas
dengan tumpatan tetap merupakan tujuan utama agar kesehatan gigi dan
mulut serta fungsi dan estetiknya dapat kembali, perawatan saraf gigi bila
telah mencapai pulpa, sesuai dengan indikasinya, mencabut gigi yang
sudah tidak dapat dirawat lagi, dan pengontrolan karies secara klinis
dapat dilakukan dengan memantau kebiasaan makannya dengan cara
analisis diet.9
DAFTAR PUSTAKA

1. Sa’di Sibarani MR. Karies: Etiologi, karakteristik klinis dan tatalaksana.


Majalah kedokteran UKI. 2014; 30(1): 14
2. Ramayanti S, Purnakarya I. Peran makanan terhadap kejadian karies gigi.
Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2013; 7(2): 89.
3. Meisida N, Soesanto O, Chandra HK. K-Means untuk klasifikasi penyakit
karies gigi. KLIK. 2014; 114.
4. Ritter AV, Boushell LW, Walter R. Sturdevant’s Art and Science of
Operative Dentistry: Seventh edition. Elsevier: China; 2019. pp. 98.
5. Sikri VK. Dental caries. CBS Publisher: New Delhi; 2017. pp. 30-35.
6. Listrianah, Zainur RA, Hisata LS. Gambaran karies gigi molar pertama
permanen pada siswa siswi sekolah dasar negeri 13 palembang tahun
2018. JPP. 2018; 13(2): 139-40.
7. Astuti ESY. Etiologi, dampak dan manajemen early childhoold caries
(ECC). Interdent. 2020; 16(2): 57-9.
8. Jeffrey. Prevention and treatment of early childhood caries (ECC). Journal
of medicine and health. 2016; 1(3): 302-3.
9. Fajriani, Handayani H. Penatalaksanaan early childhood caries.
Dentofasial. 2011; 10(3): 181.
10. Xuedong Z. Dental Caries Principles and Management. Chengdu:springer.
11. 2016: p.85-8 Meyer F, Enax J. Early Childhood Caries : Epidemiologi,
Aetiology, and Prevention. International J of Dentistry.2018; 18(7) : 1

Anda mungkin juga menyukai