Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Negara-negara berkembang di seluruh dunia setiap tahunnya memiliki

target masing-masing untuk mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat yang

lebih baik, termasuk dalam perbaikan mutu kesehatan yang mencakup seluruh

lapisan masyarakat. Masalah kesehatan gigi dan mulut menjadi salah satu masalah

kesehatan yang perlu diperhatikan, khususnya terkait karies gigi. Karies gigi

merupakan salah satu penyakit kesehatan gigi dan mulut terbesar di dunia.

Menurut WHO, hampir 100% dari semua orang dewasa mengalami karies gigi.1

Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2007-2013, secara nasional terjadi

penurunan indeks DMF-T (Decay Missing Filling) yang tidak signifikan dari 4,85

menjadi 4,6, artinya hanya sebesar 0,25 dalam rentang 6 tahun. Indeks DMF-T

menunjukkan jumlah kerusakan gigi yang pernah dialami seseorang, baik D

(Decay) yang merujuk pada jumlah gigi permanen yang mengalami karies dan

belum ditambal, M(Missing) yaitu jumlah gigi permanen yang dicabut atau masih

berupa sisa akar, dan F(Filling) yaitu jumlah gigi permanen yang telah ditambal.

Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi kerusakan gigi sebanyak 460 buah per

100 orang pada semua tingkatan usia.2,.3

1
Suatu hasil penelitian di China tahun 2005, menunjukkan bahwa hampir

60% partisipan tidak memperhatikan adanya karies gigi sebelum timbul sakit gigi,

dan 15% partisipan akan ke dokter gigi bila gusi berdarah. 11 Padahal karies gigi

yang tidak diobati dapat menimbulkan komplikasi di antaranya gangguan fungsi

mastikasi (pengunyahan) makanan sehingga mempengaruhi asupan makanan yang

kemudian berdampak pada status gizi penderita.16 Komplikasi yang lebih serius

adalah pulpitis yang dapat berkembang menjadi gangren pulpa. Angina Ludwig

merupakan salah satu contoh infeksi dentogen serius akibat gangren pulpa yang

dapat menimbulkan kesulitan bernapas, dan infeksi sistemik berupa endokarditis

bakterialis yang mengancam nyawa12. Komplikasi lainnya yang lebih berbahaya

adalah karsinoma sel skuamosa rongga mulut. Kanker tipe ini menduduki kurang

lebih hingga 90% penyebab kanker rongga mulut di seluruh dunia.15

Penyakit ini sebenarnya dapat dicegah melalui peningkatan pengetahuan

tentang cara merawat kebersihan gigi dan mulut dengan baik dan benar.

Pengetahuan yang benar akan menciptakan sebuah kebiasaan baik yang bertahan

lebih lama dibandingkan perilaku tanpa didasari oleh pengetahuan.18 Pengetahuan

ini mencakup pemahaman mengenai karies termasuk faktor penyebab, bahaya

yang diakibatkan dari karies kronik, dan cara mencegah timbulnya karies. Di

Indonesia, pencegahan karies berupa perilaku menggosok gigi sehari dua kali

setelah sarapan pagi dan sebelum tidur pada malam hari, pemilihan pasta gigi dan

sikat gigi yang tepat, konsumsi makanan yang tepat di antara jam makan,

kunjungan rutin ke dokter gigi setiap tahun masih belum merata. Kota-kota besar

dengan tingkat pendidikan dan pendapatan yang lebih baik cenderung memiliki

2
tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku yang lebih baik dalam merawat kesehatan

gigi dan mulut dibandingkan pedesaan.2,3 Namun, dengan adanya akulturasi

budaya dan tingginya kesenjangan sosio-ekonomi di kota-kota besar

mengakibatkan perbedaan yang cukup signifikan pada pola pikir dan kemampuan

untuk menjangkau fasilitas kesehatan yang tersedia.

Berdasarkan dari data-data yang telah diuraikan di atas, penulis tertarik

untuk meneliti tentang gambaran pengetahuan, sikap dan praktik mahasiswa

preklinik terhadap karies gigi di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen

Indonesia angkatan 2014” sehingga melalui hasil penelitian ini diharapkan

mahasiswa sebagai calon dokter dapat melakukan tindakan pencegahan primer

maupun sekunder untuk mengurangi angka morbiditas dan mortalitas akibat

karies gigi beserta komplikasinya baik kepada diri sendiri, keluarga dan

masyarakat luas.

I.2. Rumusan Masalah

Umum

1. Bagaimanakah gambaran pengetahuan, sikap, dan praktik mahasiswa

preklinik terhadap karies gigi di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen

Indonesia angkatan 2014?

3
Khusus

1. Bagaimanakah gambaran pengetahuan mahasiswa preklinik terhadap

karies gigi di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia angkatan

2014?

2. Bagaimanakah gambaran sikap mahasiswa preklinik terhadap karies gigi

di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia angkatan 2014?

3. Bagaimanakah gambaran praktik mahasiswa preklinik terhadap karies gigi

di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia angkatan 2014?

I.2. Tujuan Penelitian

Umum

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku mahasiswa

preklinik terhadap karies gigi di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen

Indonesia angkatan 2014.

Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan mahasiswa preklinik terhadap

karies gigi di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia angkatan

2014.

2. Untuk mengetahui gambaran sikap mahasiswa preklinik terhadap karies

gigi di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia angkatan 2014.

4
3. Untuk mengetahui gambaran praktik mahasiswa preklinik terhadap karies

gigi di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia angkatan 2014.

I.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Dinas Kesehatan

Sebagai bahan pertimbangan untuk mengupayakan peningkatan program-program

kesehatan gigi khususnya pencegahan karies gigi sedari dini.

2. Bagi masyarakat

Sebagai bahan informasi tentang karies gigi dan gambaran pengetahuan, sikap,

dan perilaku mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran Universitas Kristen

Indonesia terhadap karies gigi pada angkatan 2014.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya terkait karies gigi pada tingkat

mahasiswa.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Di bawah ini akan dijelaskan mengenai karies gigi yang meliputi definisi,

klasifikasi, faktor risiko, patogenesis, komplikasi dan pencegahan karies gigi.

Sebelum hal ini dijabarkan satu per satu, sebaiknya kita memahami mengenai

anatomi dan fungsi gigi terlebih dahulu.

A. Anatomi dan Fungsi Gigi

Gigi manusia bila diurutkan dari tengah hingga ke samping berturut-turut

dua insisivus (seri), satu kaninus (taring), dua premolar (geraham depan) dan tiga

molar (geraham belakang). Fungsi masing-masing bagian tersebut yaitu a)

insisivus berguna untuk mengiris/memotong makanan, b) kaninus berguna untuk

mengiris dan menyobek makanan, c) premolar berguna untuk menyobek dan

membantu menggiling makanan, d) molar berguna untuk mengunyah, menumbuk,

dan menggiling makanan.32,34

6
Gambar 1. Susunan gigi manusia mulai dari depan hingga belakang.

Gambar 2. Permukaan-permukaan gigi.

Keterangan :

Permukaan-permukaan gigi

1) Permukaan gigi anterior terdiri dari :

a. permukaan labial (bibir) /fasial (wajah)

b. atas : permukaan palatal (langit-langit)

bawah : permukaan lingual (lidah)

c. permukaan proksimal yaitu permukaan antara dua gigi.

2) Permukaan gigi posterior terdiri dari :

a. Permukaan fasial/bukal (sisi yang menghadap ke pipi)

b. Atas : permukaan palatal

Bawah : permukaan lingual

7
c. Permukaan proksimal

d. Permukaan oklusal yaitu permukaan gigit atau kunyah.

Gambar 3. Bagian – bagian gigi dilihat secara makroskopis

Keterangan :

1. Enamel 7. Tulang alveolar

2. Dentin 8. Sinus maksilaris

3. a. Rongga pulpa 9. Mukosa

a. Tanduk pulpa 10. Submukosa

b. Saluran pulpa/akar 11. Pembuluh darah

4. Foramen apikal 12. Gusi

5. Sementum

B. Karies Gigi

8
1. Definisi Karies Gigi

Karies merupakan suatu penyakit infeksi pada jaringan keras gigi (email,

dentin dan sementum), bersifat multifaktorial, dapat ditularkan yang disebabkan

oleh interaksi kompleks antara flora kariogenik dengan karbohidrat yang dapat

diragikan pada permukaan gigi. 4,17

2. Klasifikasi Karies Gigi

Berdasarkan lokasi anatomis terjadinya karies gigi pada manusia, menurut

ADA (American Dental Association) 2015, klasifikasi karies dibagi menjadi :

a. Karies pit dan fisur

Secara anatomis, karies jenis ini paling banyak ditemukan pada penderita

karies gigi. Hal ini disebabkan bentuk pit dan fisur yang panjang dan sempit di

permukaan gigi oklusal posterior tidak mudah dibersihkan secara sempurna

menggunakan sikat gigi sehingga menjadi tempat kolonisasi bakteri terutama

Streptococcus mutans gram positif. 4,19

Gambar 4. Karies pit dan fisur.

b. Karies aproximal

9
Lokasi ini merupakan lokasi kedua tersering terjadinya karies setelah pit

dan fisur. Sisi aproksimal merupakan tempat ideal berkembangnya bakteri

kariogenik karena relatif tidak terlindung oleh proses pengunyahan dan

pergerakan lidah. Namun, aliran saliva yang cepat bisa memperlambat proses

karies, salah satunya oleh peran sIgA yang menghambat aktivitas S.mutans.20,21

(a)

Gambar 5. Karies aproksimal. (a) Lesi karies tersebut mencapai 1/3 dentin.

c. Karies permukaan halus

Permukaan halus merupakan area yang kurang ideal sebagai tempat

perlekatan plak. Namun, permukaan gigi halus yang kasar akibat karies atau

restorasi gigi yang tidak baik dapat menyulitkan pengangkatan plak secara total

dan mengakibatkan penimbunan plak.20

d. Karies akar

Karies jenis ini lebih sering terjadi pada orang tua karena kebersihan gigi

dan mulut yang buruk, diet kariogenik, karies aktif dan obat-obatan yang

menyebabkan serostomia. Proses karies tipe ini pada umumnya setara dengan

karies di permukaan gigi lain,. namun akibat tidak adanya lapisan enamel gigi dan

10
hanya sementum yang tipis, diperkirakan sebelum mencapai pH 5,5

demineralisasi telah dapat terjadi.20,22

Gambar 6. Karies akar dan permukaan

proksimal.

3. Faktor Risiko dan Faktor Pencegah Karies Gigi

Terdapat beberapa faktor risiko utama yang menyebabkan pembentukan

karies gigi, yaitu bakteri kariogenik, karbohidrat yang dapat diragikan (termasuk

yang paling poten) dan waktu.4,17 Hal ini menunjukkan bahwa karies tidak akan

terbentuk bila tidak terdapat faktor risiko tersebut.

a. Peran bakteri dalam formasi dan retensi plak

Plak merupakan lapisan polisakarida semitransparan yang mengandung

bakteri kariogenik beserta produk-produknya pada permukaan gigi. Plak terbentuk

mula-mulanya dari pelikel (glikoprotein yang melekat pada permukaan gigi yang

diproduksi oleh saliva) yang sangat lengket sehingga dapat menarik sejumlah

bakteri kariogenik yang masuk ke dalam rongga mulut. Spesies yang terbanyak

adalah Streptococcus sp, dan yang paling poten ialah Streptococcus mutans.

Bakteri ini lalu mensintesis polisakarida ekstraseluler yang sangat lengket

(struktur seperti gelatin) dari karbohidrat makanan sehingga memampukan lebih

11
banyak bakteri lain untuk menginfiltrasi masuk dan akhirnya terbentuk plak

bakteri yang tebal.4,17

b. Frekuensi asupan karbohidrat yang dapat diragikan

Metabolisme karbohidrat yang dapat diragikan oleh bakteri kariogenik

dapat menurunkan pH plak dan saliva hingga 2-4 di bawah pH normal saliva

hanya dalam kurun waktu 1-3 menit dan dapat bertahan hingga 30-60 menit

sebelum mencapai pH netral kembali.4,17 Konsumsi karbohidrat terus-menerus

tanpa jeda mengakibatkan penurunan pH plak yang lebih lama dan proses

demineralisasi terus berlanjut memercepat kerusakan enamel gigi.17

Sukrosa adalah sumber karbohidrat utama bagi bakteri kariogenik untuk

mensintesis polisakarida ekstrasel dengan cepat dibandingkan glukosa, laktosa

dan maltosa. Konsumsi sukrosa tersering dapat diperoleh dari coklat dan permen

karet yang mengandung gula di antara jam makan, kue-kue manis, teh atau kopi

manis, serta minuman manis lainnya saat sedang makan Selain itu, minuman

berkarbonasi, minuman anggur manis dan jus buah juga merupakan sumber

asupan asam yang sering dikonsumsi.4,8,23,35

Selain faktor risiko karies gigi yang dapat menyebabkan demineralisasi

pada struktur permukaan gigi, terdapat faktor pencegah utama timbulnya karies

gigi yaitu peran saliva dan ion F-. Hal ini akan dijelaskan sebagai berikut :

a. Mekanisme perlindungan oleh saliva


-
Membentuk pelikel yang melapisi permukaan gigi dan menjadi

12
barrier terhadap asam untuk berdifusi ke dalam gigi maupun produk pemecahan

kristal apatit keluar dari gigi.


-
Aliran saliva yang dirangsang pengeluarannya oleh asam, makanan

ataupun ion fluorida dapat membersihkan gigi dari makanan, debris sel dan

bakteri sehingga mencegah pembentukan plak.


-
Mengontrol pH mulut tetap netral melalui kandungan ion Ca2+ dan HPO43-

sebagai buffer terhadap pH rendah akibat proses metabolisme bakteri terhadap

karbohidrat yang dapat diragikan. Selain itu juga merangsang remineralisasi untuk

mengganti ion-ion yang hilang akibat demineralisasi.

b. Mekanisme protektif oleh ion fluorida (F-)

Fluor merupakan nutrien esensial bagi tubuh dan diperlukan dalam jumlah

yang sangat sedikit. Kadar fluor yang dibutuhkan bergantung pada usia individu,

media pemberian dan kesehatan umum seseorang. 4,17 Fluor dapat diperoleh secara

sistemik dan topikal. Secara sistemik melalui fluoridasi air minum ataupun

makanan. Sedangkan secara topikal dapat diberikan melalui aplikasi langsung ke

gigi, atau menyikat gigi menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor. Pada

umumnya, pasta gigi yang terdapat di pasaran mengandung kira-kira 1 mg F/g (1

gr setara dengan 12mm pasta gigi pada sikat gigi).16

Mekanisme peranan ion F- pada karies gigi di antaranya :


-
Merangsang remineralisasi melalui pembentukan kristal fluoroapatit yang

lebih stabil dan lebih resisten terhadap asam (tidak larut) dibandingkan kristal

13
hidroksiapatit yang mengandung ion Mg2+ dan HCO3- yang relatif mudah

larut.4,17,26
-
Menstimulasi sekresi saliva yang lebih banyak sehingga mekanisme

pembersihan bakteri, dan debris makanan lebih cepat dan dapat mencegah

terbentuknya plak.4,26
-
Menghambat kerja enzim glukosiltransferase yang digunakan oleh bakteri

dalam pembentukan asam, pengangkutan dan penyimpanan glukosa dalam

Streptococcus mutans.4,17,26

Perlu diketahui bahwa konsumsi fluor secara berlebihan (≥10ppm) dapat

menimbulkan fluorosis yang pada awalnya ditandai dengan mulai timbulnya white

spot dan akhirnya gigi menjadi coklat, suatu kondisi yang disebut “mottled

enamel”.17

Gambar 6. Fluorosis ringan

pada insisivus. Tampak bercak-bercak putih pada enamel yang menunjukkan

enamel porus (tidak kompak).

14
FAKTOR RISIKO
FAKTOR
Bakteri
PENCEGAH
kariogenik
KARIES GIGI
Karbohidrat Saliva
yang dapat
difermentasikan Ion F-

Waktu

Permukaan gigi
kasar

Figur 1. Faktor risiko dan faktor pencegah karies gigi

4. Mekanisme terjadinya Karies Gigi

Pada dasarnya, karies gigi terjadi akibat ketidakseimbangan proses

demineralisasi dan remineralisasi pada gigi. Demineralisasi adalah proses

pelarutan kristal hidroksiapatit pada enamel gigi akibat penurunan pH plak yang

mencapai pH kritis <5,5 oleh bakteri kariogenik penghasil asam. 16 Sedangkan

remineralisasi adalah proses mineralisasi kembali kristal hidroksiapatit (HA) yang

telah hilang dari enamel gigi setelah pH saliva mencapai pH netral.16,26

a. Demineralisasi

Saat bakteri kariogenik memetabolisme karbohidrat yang dapat diragikan

melalui jalur anerobik, akan dihasilkan energi bagi kelangsungan hidup bakteri

dan sekaligus asam-asam organik serta air sebagai produk sampingan. Asam

organik ini kemudian melepaskan ion H+ untuk bereaksi dengan grup fosfat yang

15
ada dalam kristal HA pada pH ≤5,5 menyebabkan ketidakstabilan kristal HA. 26,25

Alhasil, terjadilah pelarutan kristal HA dengan reaksi sebagai berikut :

Ca10(PO4)6(OH)2 + 8H+ 10Ca2+ + 6HPO42- + 2H2O

Proses demineralisasi sangat berhubungan erat dengan tingkat keasaman

dan lamanya suasana asam pada gigi.24 Oleh karena itu, peran saliva dan ion F-

sangat penting dalam meremineralisasi enamel gigi yang rusak akibat proses

demineralisasi.

b. Remineralisasi

Pada saat sedang mengunyah makanan, kelenjar air liur akan terstimulasi

untuk mengeluarkan saliva sehingga membantu proses mastikasi dalam mulut.

Ketika saliva dikeluarkan, pH plak dan saliva yang awalnya rendah akibat asam,

perlahan-lahan akan kembali ke pH netral karena adanya kapasitas buffer oleh

ion Ca2+ dan HPO42- dalam saliva. Saat inilah terjadi penempatan (remineralisasi)

enamel gigi oleh ion Ca2+ dan HPO42- yang tersaturasi dalam saliva membentuk

kristal hidroksiapatit kembali. Saliva juga mengandung ion F- yang dapat

berikatan dengan produk-produk pelarutan kristal HA sehingga terbentuklah

kristal fluoroapatit yang lebih resisten terhadap asam dibandingkan enamel gigi

normal.4,26

16
Streptococcus mutans

Karbohidrat diet Plak gigi

Asam pH plak dan saliva

Demineralisasi koloni kuman asidurik


enamel dan dentin dan asidogenik

Karies gigi

Figur 2. Efek saling menguatkan antara produksi asam oleh S.mutans dan
terjadinya terjadinya karies gigi.

5. Komplikasi Karies Gigi

Pada keadaan gigi dan mulut yang senantiasa berada dalam suasana pH

asam dalam jangka waktu yang lama, proses remineralisasi tidak cukup mampu

menyeimbangkan dengan demineralisasi yang terjadi pada enamel. Proses ini

dapat terus berlanjut menembus hingga dentin, sementum, akar hingga pulpa gigi

dan menyerang pembuluh darah dan saraf pada jaringan periapikal yang

menimbulkan rasa nyeri akibat tekanan yang meningkat dalam pulpa. 11,26

Beberapa komplikasi akibat karies gigi di antaranya :

a. Abses periapikal

Merupakan komplikasi tersering akibat karies gigi pada anak-anak. Karies

gigi merusak lapisan pelindung gigi (enamel dan dentin) sehingga bakteri

kariogenik menginvasi masuk ke dalam pulpa mengakibatkan pulpitis. Pulpitis

17
lalu berlanjut menjadi nekrosis pulpa dengan invasi bakteri ke tulang alveolar

menimbulkan abses.27

Gambar 7. Abses periapikal

b. Angina Ludwig (Angina Ludovici)

Angina Ludwig merupakan salah satu jenis abses dalam yang paling sering

disebabkan oleh infeksi akar gigi. Penyebaran bakteri terbanyak terjadi secara

perkontinuitatum (melalui jaringan ikat) yang memiliki celah untuk sampai ke

ruang submandibular, submental, dan sublingual.(Gambar 8). Hal ini

mengakibatkan pasien menjadi sulit bernapas dan dapat membahayakan nyawa.11

Gambar 8. Angina Ludwig dengan

pembengkakan pada area submandibular, submental, dan sublingual sehingga

lidah protrusi.

18
c. Infeksi sistemik

Ketika infeksi bakteri sudah mencapai pulpa, bakteri kemudian dapat

menyebar secara hematogen (bakteremia) dan menimbulkan beragam infeksi

sistemik di antaranya abses mediastinum, meningitis, osteomielitis vertebral,

penyakit hepatobilier, dan endokarditis bakterial. Endokarditis bakterial

menduduki prevalensi tertinggi yang disebabkan oleh Streptococcus mutans.28

Infeksi oleh bakteri ini menyebabkan stenosis katup aorta (kaku) sehingga jantung

tidak efektif dalam memompa darah ke seluruh tubuh dan memerlukan intervensi

bedah segera (menyebabkan aritmia).

Gambar 9. endokarditis

bakterialis.

d. Karsinoma sel skuamosa rongga mulut

Trauma persisten dari mahkota gigi yang tajam pada karies gigi kronik,

ataupun gigi tiruan yang tajam dapat menimbulkan iritasi dan ulkus kronik.

Lokasi tersering ialah pada lateral lidah, bibir ataupun mukosa rongga mulut. Lesi

ini pada akhirnya dapat mengalami infeksi sekunder, dan dapat berkembang

menjadi sel neoplastik pada orang-orang yang rentan (perokok dan penyalahguna

alkohol).13,14,15 Prognosis karsinoma sel skuamosa rongga mulut seringkali buruk

19
akibat metastasis ke jaringan di sekitarnya, menimbulkan destruksi tulang hingga

ke nodus limfe sekitar wajah dan leher. 15 Penyebab lain adalah penderita yang

datang berobat sebagian besar sudah berada pada stadium lanjut.

Gambar 10. karsinoma sel skuamosa pada sisi lateral lidah yang bermanifestasi

sebagai ulkus kronik.

6. Pencegahan Karies Gigi

Pembentukan karies gigi dapat dicegah atau dihambat prosesnya melalui

perilaku menjaga kesehatan gigi dan mulut yang benar. Ketiga domain perilaku

mencakup pengetahuan, sikap, dan tindakan. Pengetahuan mencakup proses tahu

dan memahami faktor-faktor penyebab, komplikasi dan cara mencegah karies.

Sikap meliputi persepsi, keyakinan, emosi dan kecenderungan bertindak yang

dapat dipengaruhi oleh berbagai aspek seperti pengetahuan dari pendidikan,

budaya, atau keluarga. Tindakan merupakan suatu proses seseorang yang telah

menerima suatu stimulus pengetahuan, melakukan penilaian (bersikap) dan

melaksanakan apa yang dinilainya baik.18

Terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan untuk mencegah

terjadinya karies yaitu mengontrol plak pada gigi, modifikasi diet, dan

penggunaan pasta gigi mengandung fluor. Keseluruhan komponen ini terutama

20
bergantung pada kerelaan individu untuk mengubah kebiasaan yang buruk

menjadi kebiasaan (perilaku) yang lebih baik. Berikut akan dibahas pencegahan

karies berdasarkan ketiga komponen di atas, di antaranya :

a. Kontrol plak gigi

Pertama, melalui sikat gigi rutin dua kali sehari setelah sarapan pagi dan

sebelum tidur di malam hari. Fungsi ini dapat berjalan baik bila menyikat dengan

pasta gigi yang mengandung fluor. Suatu penelitian menyatakan bahwa lesi karies

dapat diturunkan hingga 24% pada penggunaan pasta gigi mengandung fluor saat

menyikat gigi secara rutin setiap hari.16,35

Dalam hal menyikat gigi, tidak hanya bahan yang penting diperhatikan,

tetapi alat / sikat gigi juga perlu diganti setiap 3-4 bulan sekali untuk menjaga

performa fungsinya.35,36 Ada dua jenis sikat gigi yang umum kita temukan di

pasaran yaitu sikat gigi manual dan sikat gigi elektrik. Sikat gigi manual paling

banyak digunakan oleh masyarakat umum sedangkan sikat gigi elektrik (dengan

baterai) ditujukan bagi mereka yang cacat fisik sehingga tidak dapat

menggunakan sikat gigi manual. Dengan penggunaan yang tepat, sikat gigi

elektrik ini dapat sangat efektif mengangkat plak dan mengurangi risiko gingivitis

serta meningkatkan kepatuhan untuk menyikat gigi rutin.35

Kedua, yaitu penggunaan dental floss (benang gigi) untuk mengangkat plak

pada area-area yang sulit dibersihkan dengan sikat gigi yaitu permukaan

aproksimal dan maloklusi gigi. Ada teknik yang khusus yang perlu diajarkan

sebelum menggunakannya agar gusi tidak

21
cedera. Seseorang yang termotivasi untuk mengubah perilaku yang buruk akan

dengan cepat belajar penggunaan benang gigi.35 Di Indonesia, benang gigi belum

banyak digunakan sebagai pendamping sikat gigi untuk membersihkan gigi.

Selain karena membutuhkan biaya lebih dan teknik yang dinilai cukup

menghabiskan waktu, juga karena pengetahuan yang kurang akan pentingnya

merawat kesehatan gigi.18,35

(a) (

b)

Gambar 11. (a) dental floss with holder. (b) dental floss without holder.

Ketiga, kumur-kumur dengan larutan yang mengandung chlorhexidine.

Larutan ini mengandung bisbiguanida yang sangat efektif sebagai bakterisidal dan

fungisidal dalam mulut. Namun, metode ini ditujukan bagi individu yang cacat

fisik terutama pada tangan/kaki sehingga tidak mampu menyikat gigi, rongga

mulut inflamasi, atau untuk individu dengan risiko karies tinggi sehingga tidak

cukup hanya dengan menyikat gigi rutin.23,35

b. Modifikasi diet

Diet yang tepat tidak hanya mencegah terjadinya karies, tetapi kesehatan

fisik secara menyeluruh. Karena itu, mengubah jenis asupan diet sangat perlu

22
dianjurkan pada setiap individu dengan perilaku yang berisiko bagi kesehatan

mereka. Konsumsi buah-buahan, kacang-kacangan, produk olahan susu tanpa

pemanis tambahan seperti keju dan yoghurt, pati alami dari nasi, kentang, ubi dan

singkong yang tidak diolah berpotensi rendah menimbulkan karies sehingga dapat

dijadikan alternatif makanan baik saat waktu makan atau di antara jam

makan.4,23,35

Terkadang tidak semua jenis makanan dapat dihindari begitu saja karena

produk-produk makanan/minuman yang mengandung gula kariogenik dapat

dengan mudah ditemukan di supermarket, kantin sekolah, kampus, dan lain

sebagainya. Karena itu, perlu mengetahui jenis pengganti gula lain yang tidak

kariogenik sehingga aman dikonsumsi. Jenis gula ini terbagi dua, yaitu gula

nutritif (mengandung kalori) dan non-nutritif (non-kalori). Gula nutritif seperti

sorbitol dan xylitol. Keduanya bisa ditemukan dalam bentuk permen karet dan

sangat baik dikonsumsi di antara jam makan. Selain merangsang aliran saliva

selama dikunyah, juga menurunkan mikroflora kariogenik dalam mulut. Gula non-

nutritif seperti sakarin, dan aspartam cukup banyak ditemukan pada makanan

ringan dan minuman kemasan.4,35

Proses perubahan perilaku bukanlah proses yang berlangsung cepat segera

setelah individu menerima pengetahuan. Banyak faktor yang dapat

mengintervensi sehingga seseorang memutuskan untuk mengubah perilakunya.

Berikut akan diuraikan beberapa faktor yang berperan pada kerelaan seorang

individu untuk patuh pada anjuran-anjuran kesehatan yang diberikan, yaitu35 :

23
1. Pengetahuan akan komplikasi karies yang kurang cenderung membuat

seseorang tidak kuatir akan bahaya dari karies yang dialaminya.

2. Individu dengan kebiasaan higienitas oral yang baik cenderung patuh pada

anjuran-anjuran kesehatan yang diberikan dibandingkan dengan individu yang

memiliki jumlah plak tinggi pada saat berkunjung ke dokter gigi.

3. The health locus of control theory, yang menyatakan bahwa terdapat dua

jenis sikap seorang individu terkait masalah kesehatan yang dialami. Pertama,

individu yang percaya bahwa masalah kesehatan yang terjadi pada mereka

bergantung pada keberuntungan, takdir atau intervensi dokter ahli sehingga

mereka cenderung tidak patuh dan tidak mau mengusahakan perawatan gigi yang

baik (external locus of control). Kedua, individu yang percaya bahwa mereka

dapat mengontrol kesehatan gigi mereka untuk mencegah karies. (internal locus of

control). Teori ini sangat erat kaitannya dengan nilai-nilai yang ditanamkan sejak

kecil di dalam keluarga, lingkungan, dan pendidikan.

4. Status ekonomi yang rendah berhubungan dengan perilaku kesehatan yang

buruk. Hal ini dapat disebabkan oleh ketidakmampuan menjangkau fasilitas

kesehatan, membeli bahan dan alat untuk menyikat gigi, pendidikan yang rendah

sehingga pengetahuan tentang karies juga rendah, dan persepsi cara

membersihkan gigi yang berbeda karena pengaruh kebudayaan turun-temurun.7,17

5. Perilaku menjaga kesehatan mulut berhubungan erat dengan kebiasaan

atau gaya hidup sehat lainnya seperti tidak merokok, olahraga, dan diet sehat.

6. The theory of reasoned action

24
Seorang individu hanya akan benar-benar merawat kebersihan giginya jika

menurutnya memang layak untuk dilakukan dan hal ini sangat dipengaruhi oleh

orang-orang terdekatnya yang juga memiliki pola pikir atau kebiasaan yang sama.

Misalnya, akibat pengaruh kelompok yang tidak baik, seseorang menganggap

tidak penting untuk kunjungan rutin ke dokter gigi setiap tahun sekalipun sudah

dianjurkan demikian.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

25
Penelitian ini merupakan studi epidemiologi deskriptif dengan pendekatan

cross-sectional.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Fakultas Kedokteran UKI. Waktu penelitian

dimulai sejak bulan Agustus hingga Desember 2016.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi target dari penelitian ini adalah Mahasiswa FK UKI Angkatan

2014.

Cara pemilihan sampel menggunakan metode accidental sampling yaitu

semua subyek yang datang secara berurutan dan memenuhi kriteria

pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek yang

diperlukan terpenuhi. Pada penelitian ini total sampel yang diperlukan

sesuai dengan populasi Mahasiswa FK UKI Angkatan 2014 yang

berjumlah 190 orang.

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

1. Kriteria Inklusi

26
a. Mahasiswa FK UKI Angkatan 2014 yang termasuk kategori usia

remaja yaitu antara 12 – 25 tahun dan setuju mengisi lembar

kuesioner penelitian.

b. Mahasiswa FK UKI Angkatan 2014 yang hadir pada saat lembar

kuesioner dibagikan.

2. Kriteria Eksklusi

a. Mahasiswa FK UKI Angkatan 2014 yang tidak termasuk kategori

usia remaja yaitu antara 12 – 25 tahun dan tidak setuju mengisi

lembar kuesioner penelitian.

b. Mahasiswa FK UKI Angkatan 2014 yang tidak hadir pada saat

lembar kuesioner dibagikan.

c. Mahasiswa FK UKI yang tidak termasuk angkatan 2014.

E. Identifikasi Variabel

Penelitian ini terdiri dari dua variable, yaitu :

1. Variabel bebas (independen)

Variabel bebas yang termasuk dalam penelitian ini yaitu usia, jenis

kelamin, pendidikan terakhir terendah orang tua, pendapatan total

kedua orang tua, pengetahuan, sikap, dan praktik.

2. Variabel terikat (dependen)

27
Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu Mahasiswa FK UKI

Angkatan 2014.

F. Definisi Operasional

1. Usia

Usia yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lama seseorang hidup

mulai sejak dilahirkan hingga saat ini sesuai dengan data yang tertera

dalam lembar kuesioner penelitian dan dinyatakan dalam satuan tahun.

Kategori usia yang digunakan mengacu pada kategori usia menurut

Depkes RI tahun 2009.

Alat ukur : kuesioner penelitian

Kriteria Obyektif :

a. Masa balita : 0 – 5 tahun

b. Masa kanak – kanak : 6 – 11 tahun

c. Masa remaja : 12 – 25 tahun

d. Masa dewasa : 26 – 45 tahun

e. Masa lansia : 46 – 65 tahun

f. Masa manula : > 65 tahun

28
2. Jenis kelamin

Jenis kelamin yang dimaksud dalam penelitian ini adalah identitas pasien

berdasarkan organ reproduksi yang tercatat dalam lembar kuesioner.

Alat ukur : kuesioner penelitian

Kriteria obyektif :

a. Laki-laki

b. Perempuan

3. Pendidikan

Pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lamanya

pendidikan formal yang dimulai sejak pertama kali masuk sekolah hingga

masa studi akhir yang ditempuh yang dinyatakan dalam berbagai

tingkatan.

Alat ukur : kuesioner penelitian

Kriteria obyektif :

a. Tamat SD

b. Tamat SMP

c. Tamat SMA

29
d. Tamat D3-S1

4. Pendapatan

Pendapatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penghasilan berupa

uang yang diperoleh dari hasil pekerjaan dalam bentuk mata uang negara

RI (rupiah) dalam sebulan.

Alat ukur : kuesioner penelitian

Kriteria obyektif :

Berdasarkan penggolongannya BPS (Badan Pusat Statistik) membedakan

pendapatan penduduk menjadi 4 golongan yaitu:

1) Golongan pendapatan sangat tinggi adalah jika pendapatan rata – rata lebih

dari Rp. 3.500.000 per bulan.

2) Golongan pendapatan tinggi adalah jika pendapatan rata - rata antara Rp

2.500.000 s/d Rp. 3.500.000 per bulan.

3) Golongan pendapatan sedang adalah jika pendapatan rata - rata antara Rp.

1.500.000 s/d 2.500.000 per bulan.

4) Golongan pendapatan rendah adalah jika pendapatan rata – rata di bawah

Rp. 1.500.000 per bulan.

5. Cara Ukur

30
 Pengetahuan

Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini mencakup segala bentuk

pengertian dan pemahaman terkait karies gigi.

Alat ukur : kuesioner penelitian

Kriteria obyektif :

Menurut Arikunto 2002, terdapat kategori pengetahuan sebagai berikut :

a. Pengetahuan baik ( >75%)

b. Pengetahuan sedang ( 60 – 75% )

c. Pengetahuan buruk ( <60 % )

Pemberian skor pengetahuan berdasarkan kategori di atas menggunakan skala

guttman pada lembar kuesioner penelitian. Skala ini meliputi pernyataan

dengan pilihan jawaban dikotom (benar/salah) di mana untuk setiap

pernyataan “benar” mendapat skor 2, dan “salah” mendapat skor 1. Masing-

masing jawaban responden kemudian dijumlahkan secara keseluruhan dan

didapatkan skor total dari 190 responden yang kemudian diinterpretasikan

tingkatannya berdasarkan kategori pengetahuan di atas.

Total item pernyataan untuk variabel pengetahuan berjumlah 14 buah.

 Sikap

Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini mencakup segala bentuk ide,

persepsi, keyakinan atau kepercayaan terkait karies gigi.

Alat ukur : kuesioner penelitian

31
Kriteria obyektif :

Klasifikasi kategori sikap didapatkan dari :

Total item pernyataan untuk menguji sikap berjumlah 11 buah.


-
Total nilai maksimum per responden : ( 5 x 11 ) = 55
-
Total nilai minimum per responden : ( 1 x 11 ) = 11

Masing-masing total nilai tersebut kemudian diubah dalam bentuk persen :

55/55 x 100% = 100% (nilai maksimum)

11/55 x 100% = 20% (nilai minimum)

100 % - 20 % = 80%. (nilai antara maksimum dan minimum)

Untuk mendapatkan interval yang tepat antara nilai maksimum dan minimum,

maka : 80%/5 = 16% sehingga didapatkan kategori sikap sebagai berikut :

Hasil perhitungan Kategori sikap

20 – 36% Sangat tidak baik

36 – 52 % Tidak baik

52 – 68 % Cukup baik

68 – 84 % Baik

84 – 100% Sangat baik

Sumber : Hasil olahan penulis menggunakan analisis deskriptif (Wiyono, 2011)

Pemberian skor sikap menggunakan skala likert pada lembar kuesioner

penelitian. Untuk menghindari faktor tebak-tebakan, terdapat dua jenis

32
pernyataan yaitu pernyataan positif dan negatif. Pernyataan positif : SS = 5, S

= 4, R = 3,TS = 2, STS = 1 ; sedangkan pernyataan negatif : SS = 1, S = 2, R =

3, TS = 4, STS = 5.

Setelah skor masing-masing responden dimasukkan, hasilnya lalu

dijumlahkan. Akhirnya didapatkan skor total masing-masing responden yang

kemudian diinterpretasikan dalam bentuk skor baru untuk dimasukkan dalam

kategori sikap di atas dalam SPSS sebagai berikut : sangat tidak baik : 1 ;

tidak baik : 2 ; cukup baik : 3 ; baik : 4 ; sangat baik : 5.

 Praktik

Praktik yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi segala bentuk

kebiasaan berperilaku terkait karies gigi dan pencegahannya.

Alat ukur : kuesioner penelitian

Kriteria obyektif :

Total item pernyataan untuk variabel praktik berjumlah 5 buah.

Klasifikasi kategori praktik didapatkan dari :

Total item pernyataan untuk menguji praktik berjumlah 5 buah.


-
Total nilai maksimum per responden : ( 2 x 5 ) = 10
-
Total nilai minimum per responden : ( 1 x 5 ) = 5

Masing-masing total nilai tersebut kemudian diubah dalam bentuk persen :

10/10 x 100% = 100% (nilai maksimum)

5/10 x 100% = 20% (nilai minimum)

33
100 % - 20 % = 80%. (nilai antara maksimum dan minimum)

Untuk mendapatkan interval yang tepat antara nilai maksimum dan minimum,

maka : 80%/2 = 40% sehingga didapatkan kategori sikap sebagai berikut :

Hasil perhitungan Kategori praktik

20 – 60 % Praktik buruk

60 – 100 % Praktik baik

Sumber : Hasil olahan penulis menggunakan analisis deskriptif (Wiyono, 2011)

Pemberian skor praktik menggunakan skala guttman pada lembar kuesioner

penelitian. Skala ini meliputi pernyataan dengan pilihan jawaban dikotom

( ya/tidak) di mana untuk setiap pernyataan “ya” mendapat skor 2, dan “tidak”

mendapat skor 1.

Total keseluruhan item pernyataan pada lembar kuesioner penelitian

berjumlah 30 buah.

G. Pengumpulan data

Pada awal penelitian diperlukan data sekunder berupa data umum populasi

Mahasiswa FK UKI Angkatan 2014 dari pihak ketua angkatan 2014. Sebelum

kuesioner mulai disebarkan, terlebih dahulu dilakukan uji reliabilitas untuk

menguji kelayakan kuesioner tersebut agar dapat diandalkan mencapai tujuan

34
penelitian yang diharapkan. Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan

cronbach alpha, di mana kuesioner yang dinyatakan reliabel yaitu yang

memiliki α > 0,6. Untuk melakukan uji reliabilitas, kuesioner disebarkan

kepada 20 orang dengan kategori usia yang sama namun bukan responden

yang dituju. Uji reliabilitas kemudian dilakukan menggunakan aplikasi

computer SPSS (Statistical Package of Social Science). Setelah dinyatakan

reliabel, kuesioner kemudian disebarkan kepada responden yang sebenarnya

pada tanggal 06 Desember 2016 yang selanjutnya dianalisis menggunakan

aplikasi computer SPSS.

H. Rencana Pengolahan dan Analisis Data

Terdapat beberapa tahapan pengolahan data sebagai berikut :

a. Editing

Peneliti melakukan pengecekan terhadap kelengkapan identitas data

responden dan memastikan semua item pernyataan telah dijawab sesuai

petunjuk yang tertera pada lembar kuesioner.

b. Coding

Peneliti memberikan kode (skor) pada lembar kuesioner untuk

mempermudah proses tabulasi dan analisis.

c. Entry

35
Peneliti memasukkan data dan skor masing-masing responden ke dalam

program SPSS versi 23.0.

d. Cleaning

Peneliti melakukan pengecekan kembali keseluruhan data yang telah

dimasukkan dengan data pada lembar kuesioner untuk memastikan tidak

ada kesalahan input data.

Untuk mendeskripsikan gambaran pengetahuan, sikap dan praktik

mahasiswa FK UKI angkatan 2014, dilakukan perhitungan frekuensi

menggunakan persentase. Hasil penelitian kemudian ditampilkan dalam

bentuk table distribusi frekuensi.

36
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan kepada mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas


Kristen Indonesia angkatan 2014 pada periode bulan Agustus hingga Desember
2016 dengan alat ukur menggunakan kuesioner. Total sampel yang terkumpul
adalah sebanyak 190 orang yang memenuhi kriteria inklusi penelitian.

Tabel 4.1. Distribusi frekuensi jenis kelamin responden

Frekuensi (n) Persentase (%)


Valid laki-laki 55 28.9
perempuan 129 67.9
Total 184 96.8
Missing System 6 3.2
Total 190 100.0

Berdasarkan pada tabel 4.1 di atas, distribusi frekuensi terbanyak ialah responden

perempuan yaitu 129 orang (67.9%) dan responden laki-laki sebanyak 55 orang

(28.9%).

37
Tabel 4.2. Distribusi frekuensi usia responden

Frekuensi (n) Persentase (%)


Valid 16 1 0.5
18 3 1.6
19 26 13.7
20 124 65.3
21 28 14.7
22 2 1.1
Total 184 96.8
Missing System 6 3.2
Total 190 100.0

Berdasarkan tabel 4.2 di atas, proporsi mahasiswa yang menjawab benar adalah

sebesar 80.5% dibandingkan proporsi yang menjawab salah yaitu sebesar 19.5%.

Tabel 4.3. Distribusi frekuensi pendapatan kedua orang tua responden


dalam sebulan

Frekuensi (n) Persentase (%)


Valid <1500000 9 4.7
1500000 - 2500000 9 4.7
2500000 - 3500000 25 13.2

38
>3500000 147 77.4
Total 190 100.0

Berdasarkan pada tabel 4.3 di atas, dari total 190 responden, kategori pendapatan

orang tua terbanyak ialah > 3500000 yaitu sebanyak 147 orang (77.4%) dan

kategori pendapatan terendah berturut-turut < 1500000 dan 1500000 – 2500000

yaitu sebanyak 9 orang (13.2%). Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan kedua

orang tua responden sebagian besar termasuk golongan pendapatan sangat tinggi.

Tabel 4.4. Distribusi frekuensi pendidikan terakhir terendah orang


tua responden

Frekuensi (n) Persentase (%)


tamat SD 1 0.5
tamat SMP 3 1.6
tamat SMA 29 15.3
tamat D3-S1 156 82.1
Total 189 99.5
Missing System 1 0.5
Total 190 100.0

Berdasarkan pada tabel 4.4 di atas, frekuensi pendidikan terakhir terendah orang

tua terbanyak ialah tamat D3-S1 yaitu sebesar 82.1% (156 orang) dan yang paling

sedikit ialah tamat SD sebesar 0.5% (1 orang). Hasil ini menunjukkan bahwa

39
sebagian besar orang tua mahasiswa responden tergolong kategori berpendidikan

tinggi.

Tabel 4.5. Distribusi frekuensi gambaran tingkat pengetahuan


mahasiswa FK UKI angkatan 2014 terhadap karies gigi

Frekuensi (n) Persentase (%)


pengetahuan buruk 1 0.5
pengetahuan sedang 121 63.7
pengetahuan baik 68 35.8
Total 190 100.0

Di antara 190 total responden, kategori tingkat pengetahuan terbanyak

adalah tingkat pengetahuan sedang yaitu sebanyak 121 orang (63.7%) disusul

urutan kedua yaitu tingkat pengetahuan baik sebanyak 68 orang (35.8%) dan di

urutan terakhir tingkat pengetahuan buruk sebanyak 1 orang (0.5%). Hasil ini

dapat dijelaskan lebih rinci dengan melihat tabel 4.6 yang memuat rincian

subvariabel.pernyataan untuk menguji pengetahuan responden.

40
Tabel 4.6. Distribusi frekuensi jawaban per item
Pernyataan Benar n Salah n (%) Total n
(%) (%)

Karies gigi adalah kematian gigi akibat nekrosis pulpa. 41 (21.6) 149 (78.4)
Mikroorganisme penyebab karies yaitu S.mutans. 37 (19.5) 153 (80.5)
Karbohidrat paling potensial penyebab karies yaitu glukosa. 19 (10.0) 171 (90.0)
Makanan berpotensi rendah menurunkan pH plak yaitu
kacang-kacangan. 70 (36.8) 120 (63.2)

Plak adalah tempat terkumpulnya berbagai jenis


bakteri kariogenik 176 (92.6) 14 (7.4)

Karies mudah terjadi pada permukaan gigi halus 79 (41.6) 111 (58.4)
Fluor bermanfaat meningkatkan kekuatan tulang
alveolar gigi. 16 (8.4) 174 (91.6)

Efek fluoridasi melalui penggunaan pasta gigi adalah 160 (84.2) 30 (15.8)

41
enamel gigi makin resisten terhadap asam.

Definisi dental fluorosis yaitu enamel gigi berubah warna


menjadi coklat akibat kelebihan paparan fluor. 125 (65.8) 65 (34.2)

Waktu yang tepat menyikat gigi yaitu saat mandi pagi hari
dan sebelum tidur di malam hari. 33 (17.4) 157 (82.6) 190

Cara membersihkan rongga mulut yang benar yaitu dengan (100.0)


kumur-kumur menggunakan larutan chlorhexidine 2x 59 (31.1) 131 (68.9)
sehari.

Bagian permukaan gigi yang sering terlupakan saat


menyikat gigi yaitu permukaan lidah. 160 (88.9) 21 (11.1)

Durasi menyikat gigi yang direkomendasikan adalah 2-


3menit. 168 (88.4) 22 (11.6)

Sikat gigi yang tepat yaitu bulu sikat sedang dengan ujung
sikat lengkung kecil. 170 (89.5) 19 (10.0)

Pada tabel 4.6 dapat terlihat persentase masing-masing jawaban pada

subvariabel uji pengetahuan nomor 1 – 14. Pada pernyataan nomor 5

memperlihatkan persentase jawaban benar yang paling tinggi di antara 13 nomor

lainnya yaitu sebesar 92.6% (176 orang) mengenai definisi plak pada gigi sebagai

tempat perlekatan bakteri kariogenik. Hal ini sejalan dengan teori yang

menyatakan bahwa plak merupakan lapisan polisakarida transparan pada

permukaan gigi yang mengandung berbagai jenis bakteri kariogenik. 4,26

Pengetahuan yang baik pada pernyataan ini didukung oleh teori lainnya bahwa

plak gigi sebagai kumpulan bakteri merupakan pengetahuan umum sejak

42
ditemukannya mikroorganisme oleh Antoni Van Leuwenhoek pada giginya yang

dipelajari pada Ilmu Biologi.38

Sebaliknya persentase terendah untuk jawaban yang benar dapat terlihat

pada pernyataan nomor 7 yaitu sebanyak 8.4% (16 orang) dari total 190 orang

mengenai manfaat fluor untuk meningkatkan kekuatan tulang alveolar gigi.

Pernyataan ini merupakan pernyataan negatif sehingga mahasiswa yang

menjawab salah pada lembar kuesioner artinya memberi jawaban yang benar.

Namun, sebanyak 91.6% (174 orang) ternyata menjawab benar sehingga termasuk

dalam kategori jawaban yang salah. Menurut teori, manfaat fluorida adalah

sebagai anti-karies dengan meningkatkan laju aliran saliva dan resistensi enamel

terhadap asam. Ketika dikonsumsi secara berlebihan justru dapat menimbulkan

dental fluorosis atau skeletal fluorosis (fraktur tulang).26,37 Hasil ini menunjukkan

bahwa sebagian besar responden masih memiliki pemahaman yang tidak tepat

mengenai manfaat fluorida sebagai anti-karies.

Untuk ke-12 item pernyataan lainnya juga menyangkut uji pengetahuan mengenai

faktor risiko terjadinya karies dan cara pencegahan timbulnya karies. Berdasarkan

hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa FK

UKI Angkatan 2014 mengenai karies termasuk dalam kategori sedang. Hal ini

dapat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya usia, kebudayaan,

pendidikan, lembaga keagamaan, dan pengalaman pribadi.40

Tabel 4.7. Disribusi Frekuensi Gambaran Kategori Sikap

43
Frekuensi (n) Persentase (%)
tidak baik 12 6.3
cukup baik 134 70.5
baik 43 22.6
sangat baik 1 0.5
Total 190 100.0

Dari 4.7 kategori sikap yang telah ditetapkan, frekuensi terbanyak pada

hasil penelitian ini terlihat pada kategori sikap yang cukup baik (cukup positif)

yaitu sebanyak 134 orang (70.5%). Persentase tertinggi kedua pada kategori sikap

baik (positif) yaitu sebesar 22.6% (43 orang). Selanjutnya persentase yang rendah

terlihat pada kategori sikap yang tidak baik (negatif) sebesar 6.3% (12 orang) dan

yang sangat tidak baik (sangat negatif) sebesar 0.5% (1 orang). Hasil ini dapat

dijelaskan dengan melihat pada tabel 5.1 yang menjabarkan keseluruhan jawaban

responden tiap subvariabel pernyataan yang berjumlah 11 item.

44
Pernyataan Sangat setuju Setuju Ragu-ragu/ netral Tidak setuju Sangat tidak setuju Total

n (%) n (%) n (%) n (%) n (%) n (%)

Plain yoghurt aman dikonsumsi sebagai alternatif cemilan. 91 (47.9) 27 (14.2) 4 (2.1) 2 (1.1)
65 (34.2)
Saya akan mengganti sikat gigi setiap 4 bulan sekali agar 20 (10.5) 21 (11.1) 18 (9.5)
fungsinya tetap efektif. 73 (38.4) 58 (30.5)

Saya malas ke dokter gigi bila tidak ada gigi sakit. 22 (11.6) 39 (20.5) 20 (10.5)
41 (21.6) 68 (35.8)
Saya ingin menyikat gigi sampai bersih secara konsisten 40 (21.1) 5 (2.6) 1 (0.5)
selama 3 menit dalam sehari. 69 (36.3) 75 (39.5)

Saya memilih menyikat gigi sebelum sarapan karena lebih 20 (10.5) 15 (7.9) 11 (5.8)
praktis. 75 (39.5) 67 (35.3)

Saya pikir penting menyikat gigi segera setelah makan 28 (14.7) 18 (9.5) 12 (6.3)
makanan olahan yang manis. 68 (35.8) 64 (33.7)

Saya memilih membeli sikat gigi elektrik karena lebih efektif 51 (26.8) 67 (35.3) 32 (16.8)
dibandingkan manual. 11 (5.8) 28 (14.7)

Pengolesan pasta gigi sepanjang bulu sikat adalah 43 (22.6) 62 (32.6) 32 (16.8)
pemborosan. 20 (10.5) 32 (16.8)

Saya tidak mengutamakan brand sikat gigi selama fungsinya 27 (14.2) 35 (18.4) 14 (7.4)
sama. 43 (22.6) 71 (37.4)

Saya pikir saat tua nanti saya memerlukan gigi palsu. 64 (33.7) 43 (22.6) 39 (20.5)
18 (9.5) 26 (13.7)
Saya senang mempelajari teknik penggunaan benang gigi 62 (32.6) 30 (15.8) 21 (11.1)
sebagai pendamping sikat gigi. 29 (15.3) 48 (25.3)

45
Jumlah subvariabel pada uji sikap ini adalah 11 item. Dari 11 item,

terdapat 5 pernyataan negatif dan 6 pernyataan positif. Pernyataan nomor 3,5,8,9,

dan 10 merupakan pernyataan negatif sedangkan pernyataan nomor 1,2,4,6,7, dan

11 merupakan pernyataan positif. Berdasarkan dari persentase jawaban tertinggi

per item pernyataan, terdapat 5 jawaban yang menunjukkan sikap positif di

antaranya nomor 1, 2, 4, 6 dan 8. Kemudian persentase jawaban tertinggi lainnya

pada pernyataan nomor 3,5,7, dan 9 yang menunjukkan sikap negatif. Sisanya

yaitu pernyataan nomor 10 dan 11 menunjukkan sikap ragu-ragu/netral.

Sikap merupakan persepsi, ide/gagasan, keyakinan/kepercayaan seseorang

yang akan menentukan pemberian respons mengarah ke positif/negatif. 18 Pada

penelitian ini ditemukan 4 pernyataan yang menunjukkan sikap negatif di

antaranya malas ke dokter gigi, memilih sikat gigi sebelum sarapan, sikat gigi

elektrik tidak lebih baik daripada sikat gigi manual dan tidak mengutamakan

brand sikat gigi. Menurut suatu penelitian di India, faktor stress terbukti menjadi

salah satu faktor yang memberi pengaruhi terhadap motivasi untuk memelihara

kesehatan gigi pada mahasiswa yang dapat dipicu dari berbagai aspek seperti

beratnya beban pendidikan, dan kurangnya rasa percaya diri.43 Hal ini dapat

terlihat dari kecenderungan sikap negatif responden yang malas ke dokter gigi bila

tidak ada gigi yang sakit. Pernyataan sikap negatif lainnya seperti sikat gigi

elektrik tidak lebih baik daripada sikat gigi manual, kecenderungan menyikat gigi

sebelum sarapan dan tidak mengutamakan brand sikat gigi berhubungan dengan

46
aspek pengetahuan yang masih kurang mengenai cara pencegahan karies dan

pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.

Selanjutnya, dari hasil penelitian juga menunjukkan terdapat 5 pernyataan

yang menunjukkan sikap positif, di antaranya plain yoghurt aman dikonsumsi

sebagai alternatif makanan cemilan, keinginan mengganti sikat gigi setiap 4 bulan

sekali, keinginan untuk konsisten menyikat gigi selama 3 menit setiap hari,

anggapan pentingnya menyikat gigi segera setelah mengonsumsi makanan olahan

yang manis, dan bahwa pengolesan pasta gigi sepanjang bulu sikat gigi bukan

sebuah pemborosan. Kemudian sisanya terdapat 2 pernyataan yang menunjukkan

sikap ragu-ragu/netral yaitu keragu-raguan akan memerlukan gigi palsu pada saat

tua nanti dan keinginan untuk mempelajari teknik penggunaan benang gigi. Hal

ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa masyarakat cenderung tidak

tertarik mempelajari teknik penggunaan benang gigi oleh karena memerlukan

biaya yang lebih banyak dan waktu yang lebih lama. 26 Keragu-raguan akan

keperluan gigi palsu pada saat tua dapat terlihat dari adanya 4 pernyataan yang

menunjukkan sikap negatif terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut di

samping 5 pernyataan yang menunjukkan sikap positif. Hal ini dapat mendasari

ketidakyakinan/keragu-raguan responden akan keadaan giginnya pada hari tua

nanti oleh karena sikap yang tidak sepenuhnya positif dalam pencegahan karies

dan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.

Melihat berbagai hasil jawaban dari 11 item subvariabel pernyataan, maka

disimpulkan kategori sikap responden termasuk pada kategori sikap cukup baik

(positif). Selain faktor-faktor yang telah dijelaskan di atas, terdapat faktor lainnya

47
yang dapat mempengaruhi sikap seseorang dalam menjaga kesehatan gigi dan

mulut di antaranya aspek kognitif (pengetahuan), aspek afektif (perasaan) yang

menentukan kesehatan mental seseorang, pengalaman pribadi yang dapat

meninggalkan kesan yang mendalam, sosial budaya, pengaruh orang lain yang

dianggap penting (peer-group/idola), dan media massa yang pada akhirnya

membentuk suatu sikap positif/negatif.42 Beragam faktor ini kemudian dapat

menjadi faktor penyebab kategori sikap mahasiswa FK UKI angkatan 2014

termasuk pada kategori sikap yang cukup baik secara keseluruhan.

Tabel 4.9. Disribusi Frekuensi Klasifikasi Praktik Responden

Frekuensi (n) Persentase (%)


praktik
55 28.9
buruk
praktik
134 70.5
baik
Total 189 99.5
Missing System 1 0.5
Total 190 100.0

Berdasarkan pada tabel 4.9 di atas, persentase yang paling tinggi terdapat pada

kategori praktik baik yaitu sebesar 70.5% (134 orang) dan persentase terendah

yaitu sebesar 28.9% (55 orang) pada kategori praktik buruk. Hasil ini

menunjukkan bahwa gambaran praktik mahasiswa FK UKI angkatan 2014

terhadap karies gigi tergolong praktik baik. Hal ini kemudian dapat dijelaskan

48
pada tabel 5.2 yang memuat daftar pernyataan positif untuk menguji praktik

pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut serta pencegahan timbulnya karies.

Pernyataan Jawaban Total


Responden
n (%)

Ya Tidak 189

n (%) n (%) (99.5)

Saya pasti segera berobat ke dokter gigi saat


sedang menderita karies sekalipun tidak 131 58
sakit. (68.9) (30.5)

Saya rutin melakukan kunjungan berkala ke 92 97


dokter gigi sebanyak 2 kali setiap tahun.
(48.4) (51.1)
Waktu rutin menyikat gigi saya adalah
setelah sarapan pagi dan sebelum tidur di 157 32
malam hari. (82.6) (16.8)
Seluruh permukaan gigi dan lidah saya 158 31
pastikan bersih saat menyikat gigi.
(83.2) (16.3)
Saat ada waktu di antara jam makan, saya
sering mengonsumsi buah-buahan keras 99 90
berair. (52.1) (47.4)

Dari 5 item pernyataan uji praktik yang diberikan kepada responden pada

tabel 5.2 di atas, terdapat 4 nomor pernyataan dengan persentase jawaban “ya”

yang lebih tinggi daripada jawaban “tidak” yaitu berturut-turut nomor 1 68.9%

(131 orang), nomor 3 82.6% (157 orang), nomor 4 83.2% (158 orang), dan nomor

5 52.1% (99 orang). Sedangkan hanya nomor 2 dengan persentase jawaban tidak

yang lebih tinggi yaitu sebesar 51.1% (97 orang).

49
Praktik / tindakan merupakan suatu proses seseorang yang telah menerima

suatu stimulus pengetahuan, melakukan penilaian (bersikap) dan melaksanakan

apa yang dinilainya baik.18 Banyak faktor yang dapat mempengaruhi

kecenderungan berperilaku seseorang untuk mengarah ke perilaku kesehatan

positif/negatif, di antaranya faktor sosioekonomi yang mencakup kemampuan

menjangkau fasilitas kesehatan, membeli bahan dan alat untuk menyikat gigi,

faktor pendidikan yang mempengaruhi tingkat pengetahuan, faktor sosial meliputi

peer group yang mendukung perilaku seseorang untuk memelihara kesehatan gigi

dan mulutnya, dan faktor kebudayaan yang berkaitan dengan kebiasaan turun-

temurun tentang cara menjaga kesehatan gigi dan mulut.7,17 Hasil penelitian pada

tabel 4.9 menunjukkan persentase tertinggi untuk kategori praktik responden

terhadap karies gigi terdapat pada kategori praktik baik. Menurut teori, faktor

sosioekonomi termasuk faktor yang sangat penting untuk menentukan perilaku

seseorang yang dalam penelitian ini tergolong baik. Hal ini dapat terlihat dari data

sebelumnya yang menunjukkan bahwa pendapatan kedua orang tua responden

sebagian besar tergolong sangat tinggi yaitu > 3500000 sehingga responden

mampu mencapai pendidikan tinggi di S1 Pendidikan Dokter Umum. Selain itu,

keadaan sosioekonomi yang tinggi ini juga meningkatkan kemampuan untuk

mengakses fasilitas kesehatan, membeli bahan dan alat untuk menyikat gigi, dan

memperoleh asuransi kesehatan.7 Suatu penelitian lain menyatakan bahwa

seseorang yang memiliki perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang

baik cenderung menjaga kesehatan fisik lainnya seperti rajin berolahraga dan diet

sehat.26

50
Pada pernyataan nomor 2 yang memperlihatkan persentase tertinggi pada

jawaban “tidak” menunjukkan bahwa sebagian besar dari total 189 responden

tidak rutin melakukan kunjungan berkala ke dokter gigi sebanyak 2 kali setiap

tahun. Tindakan kunjungan ke dokter gigi secara berkala merupakan suatu bentuk

pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang penting dilakukan. Meskipun faktor

sosioekonomi responden mendukung praktik yang baik, terdapat faktor lain yang

juga dapat menentukan perilaku seseorang. Theory of reasoned action

menjelaskan bahwa seseorang akan melakukan tindakan tertentu bila individu

tersebut menganggap suatu perilaku layak untuk diadopsi dan diterapkan. Hal ini

berkaitan erat dengan faktor sosial yaitu bila anggota keluarga atau peer group-

nya juga memiliki kebiasaan yang sama sehingga mendukung perilakunya. Ketika

seseorang berada dalam sebuah keluarga / komunitas yang tidak menunjukkan

kebiasaan kunjungan rutin secara berkala ke dokter gigi setiap tahun, maka

sekalipun individu tersebut sudah mendengar berbagai anjuran kesehatan,

kecenderungannya akan mengikuti pola pikir/kebiasaan berperilaku yang sama.26

Hal ini menunjukkan bahwa perilaku kesehatan orang-orang sekitar juga sangat

mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang baik secara positif maupun negatif.

Dengan mengacu pada hasil penelitian mengenai praktik kesehatan terkait karies

gigi pada mahasiswa/i FK UKI angkatan 2014 dapat disimpulkan bahwa praktik

mereka termasuk dalam kategori praktik baik.

51
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian gambaran pengetahuan, sikap dan praktik mahasiswa

preklinik terhadap karies gigi di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen

Indonesia angkatan 2014, dapat disimpulkan bahwa:

1. Gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa/i secara keseluruhan termasuk

kategori tingkat sedang.

2. Gambaran kategori sikap mahasiswa/i secara keseluruhan termasuk

kategori sikap cukup baik (cukup positif).

3. Gambaran kategori praktik mahasiswa/i secara keseluruhan termasuk

kategori praktik baik.

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjut dari:

1. Gambaran antara tingkat pengetahuan, sikap dan praktik terkait karies gigi

pada mahasiswa FK UKI pada berbagai angkatan.

2. Hubungan antara tingkat pengetahuan, sikap dan praktik dengan indeks

DMF-T pada mahasiswa FK UKI pada berbagai angkatan.

52

Anda mungkin juga menyukai