Anda di halaman 1dari 58

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Diabetes melitus meupakan penyakit yang di tandai
dengan tejadinya hiperglikiemi di daerah tubuh. Sebagian
besar orang – orang menyebutnya dengan penyakit kencing
manis. Biasanya pada penderita Diabetes Mellitus akan di
setai dengan berbagai gejala seperti poliuria, polidipsia,
polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan. Penyebab
Diabetes Mellitus dapat di sebabkan berbagai hal seperti
keturunan, pola hidup yang tidak sehat dan lain – lain.
Penderita Diabetes setiap tahunnya semakin bertambah.

Menurut Departemen Kesehatan RI, diabetes melitus


(DM) membutuhkan perhatian dan perawatan medis dalam
waktu lama, baik untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Diabetes Melitus terdiri dari dua tipe yaitu tipe pertama DM
yang disebabkan keturunan dan tipe kedua disebabkan gaya
hidup. Secara umum, hampir 80 % prevalensi diabetes
melitus adalah DM tipe 2. Ini berarti gaya hidup yang tidak
sehat menjadi pemicu utama meningkatnya prevalensi DM.
Bila dicermati, penduduk dengan obesitas/ kelebihan berat
badan mempunyai risiko terkena DM lebih besar
dibandingkan penduduk yang tidak obesitas.

Diabetes Melitus (DM) merupakan masalah kesehatan


yang besar. Menurut WHO Tahun 2013, diperkirakan 347
juta orang di dunia menderita Diabetes Melitus jika ini
dibiarkan tanpa adanya pencegahan dapat dipastikan jumlah

1
penderita DM semakin meningkat. DM sendiri menduduki
peringkat ke 2 di dunia dengan penderita terbanyak.
International Diabetes Federation Tahun 2013 juga
menyatakan bahwa lebih dari 382 juta orang di dunia
menderita DM dan Indonesia merupakan negara yang
menempati urutan ke 5 di dunia dengan jumlah penderita
diabetes sebanyak 8,5 juta jiwa (International Diabetes
Federation, 2013).
International Diabetes Federation (IDF)
memperkirakan bahwa sebanyak 183 juta orang tidak
menyadari bahwa mereka mengidap DM. Sekitar 80% orang
dengan DM tinggal di negara berpenghasilan rendah dan
menengah. Pada tahun 2011, terdapat lebih dari 50 juta
orang yang menderita DM di Asia Tenggara, jumlah
penderita DM terbesar berusia antara 40 - 59 tahun.

Terjadinya peningkatan penderita DM di negara-


negara berkembang dikarenakan adanya perubahan pola
makan, yaitu dari makanan tradisional yang sehat, tinggi
serat, rendah lemak, rendah Kalori dengan meningkatnya
konsumsi makanan mengandung Kalori seperti karbohidrat
sederhana dan rendah serat. Data menunjukkan adanya
peningkatan dalam persediaan makanan hewani dan asupan
asam lemak jenuh terutama di negara-negara Asia Selatan
dan AsiaTenggara.

Penyakit Diabetes Mellitus , antara lain; genetik,


pertambahan usia, kurangnya aktifitas fisik dan pola makan
tidak seimbang yang memicu terjadinya obesitas. Pola makan
berupa asupan makanan tinggi energi dan tinggi lemak
tanpa disertai

2
Dengan aktifitas fisik yang teratur akan mengubah
keseimbangan energi dengan disimpannya energi sebagai
lemak simpanan yang jarang digunakan. Asupan energi yang
berlebihan akan meningkatkan resistensi insulin sekalipun
belum terjadi kenaikan berat badan yang signifikan. Diet tinggi
kalori, tinggi lemak dan rendah karbohidrat berkaitan dengan
DM tipe 2.

Kasus DM di Indonesia semakin meningkat sesuai


dengan pola hidup yang cenderung mengadopsi pola hidup
negara barat yaitu mengkonsumsi makanan cepat saji yang
tinggi akan kandungan karbohidrat dan lemak namun rendah
serat. DM juga dikenal sebagai penyakit yang berhubungan
dengan asupan makanan, baik sebagai faktor penyebab
maupun pengobatan. Asupan makanan yang berlebihan
merupakan faktor risiko pertama yang diketahui menyebabkan
DM. Asupan makanan tersebut yaitu asupan karbohidrat,
protein, lemak dan energi.

penatalaksanaan diet pada penderita diabetes melitus


tipe II bertujuan untuk mengatur jumlah kalori dan
karbohidrat yang dikonsumsi setiap hari dengan prinsip diet
tepat jumlah, jadwal dan jenis. Diet tepat jumlah, jadwal dan
jenis merupakan prinsip pada diet DM yang harus
memperhatikan jumlah kalori yang diberikan harus habis,
jangan dikurangi atau ditambah sesuai dengan kebutuhan,
jadwal diet harus sesuai dengan intervalnya, yang dibagi
menjadi 6 waktu makan, yaitu 3 kali makanan utama dan 3
kali makanan selingan

3
Dilihat dari uraian diatas menunjukkan bahwa asupan
makanan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap DM terutama Gambaran Diet pada penderita
Diabetes Mellitus tipe II di Rumah Sakit Universitas Kristen
Indoensia Jakarta Timur Tahun 2016 - 2017.

2. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah terjadi Pengaruh Karbohidrat pada pasien Diabetes


Melitus di Rumah Sakit Umum Universitas Kristen
Indonesia (RSU UKI) Cawang?
2. Apakah terjadi Jenis Diet pada pasien Diabetes Melitus di
Rumah Sakit Umum Universitas Kristen Indonesia (RSU
UKI) Cawang?

3. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Pengaruh Asupan
Karbohidat & Jenis Det pada penderita Diabetes Mellitus tipe
II di Rumah Sakit Universitas Kristen Indoensia Jakarta Timur
Tahun 2016 - 2017.

1. Tujuan Khusus
1. Mengetahui pada Pengaruh Asupan Karbohidrat penderita
Diabetes Mellitus Tipe II di Rumah Sakit Universitas Kristen
Indonesia Jakarta Timur Tahun 2016 – 2107 .

4
2. Mengetahui jenis dan komposisi bahan makan diet pada
penderita Diabetes Mellitus Tipe II di Rumah Sakit Universitas
Kristen Indonesia Jakarta Timur Tahun 2016 - 2017.

4. MANFAAT PENELITIAN
A. Bagi Peneliti
1. Sebagai sarana pengembangan diri dan penerapan
kemampuan dalam melakukan penelitian.
2. Sebagai penambahan pengetahuan dan pengalaman dalam
penelitian mengenai Asupan Kabrohidrat & Jenis diet pada
Diabetes Melitus.

2. Bagi Institusi Pendidikan


1. Memberikan informasi dan kepustakaan kepada Fakultas
Kedokteran Universitas Kristen Indonesia.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Diabetes Mellitus
a. Definisi Diabetes Mellitus
Penyakit DM ditandai dengan tingginya kadar gula darah
akibat tubuh tidak memiliki hormon insulin atau insulin tidak
dapat bekerja sebagaimana mestinya. Insulin disekresikan oleh
sel-sel beta yang merupakan salah satu dari empat tipe sel dalam
pulau-pulau Langerhans pankreas. Sekresi insulin akan
meningkat dan menggerakkan glukosa ke dalam sel-sel otot, hati
serta lemak. Insulin di dalam sel-sel tersebut menimbulkan efek
seperti menstimulasi penyimpanan glukosa dalam hati dan otot
(dalam bentuk glikogen), meningkatkan penyimpanan lemak
dari makanan dalam jaringan adiposa dan mempercepat
pengangkutan asam amino (yang berasal dari protein makanan)
ke dalam sel.
Menurut American Diabetes Association (ADA),
Diabetes Mellitus atau yang sering disebut dengan kencing
manis adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik kadar glukosa darah diatas normal yang terjadi
karena defisiensi insulin oleh pankreas, penurunan efektivitas
insulin atau kedua – duanya.
Diabetes Mellitus merupakan sindrommetabolik yang
ditandai dengan hiperglikemia karena defek pada sekresi insulin,
kerja insulin, atau keduanya. Hiperglikemia kronis pada DM
dapat diasosiasikan dengan terjadinya kerusakan jangka

6
panjang, disfungsi serta kegagalan multi organ terutama mata,
ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah.
Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit yang
ditandai dengan kadar glukosa darah melebihi normal. Insulin
yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas sangat penting untuk
menjaga keseimbangan kadar glukosa darah yaitu untuk orang
normal (non diabetes) waktu puasa antara 60-120 mg/dL dan
dua jam sesudah makan dibawah 140 mg/dL. Bila terjadi
gangguan pada kerja insulin, keseimbangan tersebut akan
terganggu sehingga kadar glukosa darah cenderung naik. Gejala
bagi penderita diabetes mellitus adalah dengan keluhan keluhan
banyak minum (polidipsi), banyak makan (poliphagia), banyak
buang air kecil (poliuri), badan lemas serta penurunan berat
badan yang tidak jelas penyebabnya, kadar gula darah pada
waktu puasa ≥126 mg/dL dan kadar gula darah sewaktu ≥ 200
mg/dL.
Diabetes Melitus adalah penyakit yang ditandai dengan
terjadinya hiperglikemia dan gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein yang dihubungkan dengan
kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau sekresi
insulin. Gejala yang dikeluhkan pada penderita Diabetes
Melitus yaitu polidipsia ,poliuria, polifagia, penurunan berat
badan, kesemutan.

b. Klasifikasi Diabetes Mellitus


Secara umum klasifikasi diabetes mellitus di bagi menjadi 2 :
1. Diabetes Mellitus Tipe 1 :

Diabetes Mellitus tipe 1 merupakan kelainan sistemik akibat


gangguan metabolisme glukosa yang ditandai dengan

7
hiperglikemia kronik. Keadaan ini disebabkan oleh kerusakan
sel beta pankreas baik oleh proses autoimun maupunidiopatik
sehingga produksi insulin berkurang atau berhenti.
Diabetes jenis ini terjadi akibat kerusakan sel β pakreas.
Dahulu, DM tipe 1 disebut juga diabetes onset-anak (atau onset-
remaja) dan diabetes rentan-ketosis(karena sering menimbulkan
ketosis). Onset DM tipe 1 biasanya terjadi sebelum usia 25-30
tahun (tetapi tidak selalu demikian karena orang dewasa dan
lansia yang kurus juga dapat mengalami diabetes jenis ini).
Sekresi insulin mengalami defisiensi (jumlahnya sangat rendah
atau tidak ada sama sekali).
Dengan demikian, tanpa pengobatan dengan insulin
(pengawasan dilakukan melalui pemberian insulin bersamaan
dengan adaptasi diet), pasien biasanya akan mudah terjerumus
ke dalam situasi ketoasidosis diabetik.
Gejala biasanya muncul secara mendadak, berat dan
perjalanannya sangat progresif; jika tidak diawasi, dapat
berkembang menjadi ketoasidosis dan koma. Ketika diagnosa
ditegakkan, pasien biasanya memiliki berat badan yang rendah.
Hasil tes deteksi antibodi islet hanya bernilai sekitar 50-80% dan
KGD >140 mg/Dl.
Suatu keadaan dimana tubuh sama sekali tidak dapat
memproduksi hormon insulin. Penderita penyakit diabetes harus
menggunakan suntikan insulin dalam mengatur gula darahnya.
Sebagian besar penderita penyakit diabetes ini adalah anak -
anak dan remaja.

2. Diabetes Mellitus Tipe 2 :


Diabetes Melitus tipe 2 merupakan kelompok kelainan
dengan karakteristik seperti resistensi insulin, gangguan sekresi

8
insulin, dan meningkatnya produksi glukosa. DM tipe2
didahului dengan suatu periode homeostasis glukosa yang
abnormal yaitu impaired fasting glucose(IFG) atau impaired
glucose tolerance (IGT).
Diabetes Melitus tipe 2 menurut WHO cenderung bersifat
familia dan prevalensi yang amat tinggi (mencapai 35% dari
semua orang dewasa) tercatat pada masyarakat yang telah
merubah gaya hidupnya, dari tradisional menjadi modern.
Berbeda dengan diabetes tipe 1, pada diabetes tipe 1 muncul
akibat 14 pankreas yang memproduksi sel beta mengalami
kerusakan total, sama sekali tidak mampu menghasilkan insulin.
Sedangkan pada diabetes tipe 2 pankreas bekerja dengan baik,
kondisi insulin cukup, tetapi reseptor insulin yang jelek.
Diabetes Melitus tipe 2 disebabkan dan dipercepat oleh gaya
hidup: konsumsi gula dan lemak berlebihan dan proses penuaan
yang menyebabkan turun massa otot yang merupakan konsumen
gula terbesar dalam tubuh kita serta tidak melakukan olahraga
dengan sadar karena kedua kejadian tersebut. Hal ini membuat
sel – sel kesulitan menerima insulin atau biasa dikenal resistensi
insulin.
Diabetes tipe kedua ini disebabkan oleh kurang sensitifnya
jaringan tubuh terhadap insulin. Pankreas tetap menghasilkan
insulin, kadang kadarnya lebih tinggi dari normal. Tetapi tubuh
membentuk kekebalan terhadap efeknya, sehingga terjadi
kekurangan insulin relatif. Gejala pada tipe kedua iuni terjadi
secara perlahan-lahan. Dengan pola hidup sehat, yaitu
mengkonsumsi makanan bergizi seimbang dan olah raga secara
teratur biasanya penderita berangsur pulih. Penderita juga harus
dapat mempertahankan berat badan yang normal. Namun, bagi
penderita stadium terakhir, kemungkinan akan diberikan
suntikan insulin.

9
Berdasarkan pemaparan di atas, maka pengertian Diabetes
Melitus Tipe 2 adalah kondisi medis yang ditandai dengan
ketidakcukupan atau gangguan fungsi insulin.

3. Diabetes Mellitus Gestasional


Diabetes mellitus gestasional yaitu Diabetes Mellitus yang
timbul selama kehamilan. Pada masa kehamilan terjadi
perubahan yang mengakibatkan melambatnya reabsorpsi
makanan, sehingga menimbulkan keadaan hiperglikemik yang
cukup lama. Menjelang aterm kebutuhan insulin meningkat
hingga tiga kali lipat dibandingkan keadaan normal, yang
disebut sebagai tekanan diabetonik dalam kehamilan. Keadaan
ini menyebabkan terjadinya resistensi insulin secara fisiologik.
DM gestasional terjadi ketika tubuh tidak dapat membuat dan
menggunakan seluruh insulin saat selama kehamilan. Tanpa
insulin, glukosa tidak dihantarkan ke 13 jaringan untuk dirubah
menjadi energi, sehingga glukosa meningkat dalam darah yang
disebut dengan hiperglikemi.

c. Epidemiologi Diabetes Melitus


Indonesia menduduki peringkat ke- 4 terbesar penderita
Diabetes Melitus di dunia. International Diabetes Federation
menyebutkan bahwa pada tahun 2014 terdapat 387 juta orang
yang menderita DM dan diperkirakan jumlah penderita Diabetes
Melitus di dunia mencapai 592 juta orang pada tahun 2035.
International Diabetes Federation(IDF) menyebutkan
bahwa prevalensiDiabetes Melitus di dunia adalah 1,9% dan
telah menjadikan DM sebagai penyebab kematian urutan ke
tujuh di dunia sedangkan tahun 2012 angka kejadian diabetes
me litus didunia adalah sebanyak 371 juta jiwa dimana proporsi

10
kejadian diabetes melitus tipe 2 adalah 95% dari populasi dunia
yang menderita diabetes mellitus.
Di Indonesia, prevalensi Diabetes Melitus yang
terdiagnosis dokter atau gejala tertinggi terdapat di Sulawesi
Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%), Sulawesi Selatan
(3,4%), dan Nusa Tenggara Timur (3,3 %).

d. Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Penyakit


Diabetes Melitus
1. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi:
1. Usia
Risiko terkena diabetes akan meningkat dengan
bertambahnya usia, terutama diatas 40 tahun, serta mereka yang
kurang gerak badan, massa ototnya berkurang, dan berat
badannya makin bertambah. Namun, belakangan ini, dengan
makin banyaknya anak yang mengalami obesitas, angka
kejadian diabetes tipe 2 pada anak dan remaja pun meningkat.

2. Jenis kelamin
Distribusi penderita diabetes mellitus menurut jenis kelamin
sangat bervariasi. Di Amerika Serikat penderita diabetes
mellitus lebih banyak terjadi pada perempuan daripada laki-laki.
Namun, mekanisme yang menghubungkan jenis kelamin dengan
kejadian diabetes mellitus belum jelas.

3. Genetik
Diabetes mellitus cenderung diturunkan, bukan ditularkan.
Adanya riwayat diabetes mellitus dalam keluarga terutama
orang tua dan saudara kandung memiliki risiko lebih besar
terkena penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga
yang tidak menderitadiabetes. Ahli menyebutkan bahwa

11
diabetes mellitus merupakan penyakit yang terpaut kromosom
seks atau kelamin. Umumnya laki-laki menjadi penderita
sesungguhnya, sedangkan perempuan sebagai pihak yang
membawa gen untuk diwariskan kepada anak-anaknya.

2. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi:


1. Obesitas
Berdasarkan beberapa teori menyebutkan bahwa obesitas
merupakan faktor predisposisi terjadinya resistensi insulin.
Semakin banyak jaringan lemak pada tubuh, maka tubuh
semakin resisten terhadap kerja insulin, terutama bila lemak
tubuh atau kelebihan berat badan terkumpul didaerah sentral
atau perut (central obesity). Lemak dapat memblokir kerja
insulin sehingga glukosa tidak dapat diangkut kedalam sel dan
menumpuk dalam pembuluh darah, sehingga terjadi peningkatan
kadar glukosa darah. Obesitas merupakan faktor risiko
terjadinya diabetes mellitus tipe 2 dimana sekitar 8090%
penderita mengalami obesitas.

2. Pola makan
Pola makan yang salah dapat mengakibatkan kurang gizi
atau kelebihan berat badan. Kedua hal tersebut dapat
meningkatkan risiko terkena diabetes. Kurang gizi (malnutrisi)
dapat menganggu fungsi pankreas dan mengakibatkan gangguan
sekresi insulin. Sedangkan kelebihan berat badan dapat
mengakibatkan gangguan kerja insulin

3. Aktifitas fisik yang kurang


Berdasarkan penelitian bahwa aktifitas fisik yang
dilakukan secara teratur dapat menambah sensitifitas insulin.

12
Prevalensi diabetes mellitus mencapai 2-4 kali lipat terjadi pada
individu yang kurang aktif dibandingkan dengan individu yang
aktif. Semakin kurang aktifitas fisik, maka semakin mudah
seseorang terkena diabetes. Olahraga atau aktifitas fisik dapat
membantu mengontrol berat badan. Glukosa dalam darah akan
dibakar menjadi energi, sehingga sel-sel tubuh menjadi lebih
sensitif terhadap insulin. Selain itu, aktifitas fisik yang teratur
juga dapat melancarkan peredaran darah, dan menurunkan faktor
risiko terjadinya diabetes mellitus.

4. Stres
Kondisi stres kronik cenderung membuat seseorang
mencari makanan yang manis-manis dan berlemak tinggi untuk
meningkatkan kadar serotonin pada otak. Serotonin mempunyai
efek penenang sementara untuk meredakan stresnya. Tetapi efek
mengkonsumsi makanan yang manis manis dan berlemak tinggi
terlalu banyak berbahaya bagi mereka yang berisiko terkena
diabetes mellitus.

e. Gejala klinis
Gejala klinis merupakan salah satu pedoman untuk
menegakkan diagnosis penyakit Diabetes Melitus. Diabetes
Melitus merupakan salah satu penyakit yang memiliki keluhan
klasik yang khas dan kecurigaan Diabetes Melitus perlu
dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik berikut:

1. Poliuria
Kekurangan insulin yang mengangkut glukosa ke dalam
membran sel menyebabkan hiperglikemia dan serum plasma
meningkat (hiperosmolar). Keadaan hiperosmolar
menyebabkan cairan intrasel berdifusi ke dalam sirkulasi atau

13
cairan intravaskular, aliran darah ke ginjal meningkat sebagai
akibat dari hiperosmolaritas dan akibatnya akan terjadi diuresis
osmotik.

2. Polidipsia
Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam
vaskular menyebabkan penurunan volume intrasel yang
menimbulkan dehidrasi sel. Hal ini yang menyebabkan
seseorang haus terus dan ingin selalu minum.

3. Poliphagia
Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari
menurunnya kadar insulin maka produksi energi menurun,
penurunan energi akan menstimulasi rasa lapar. Maka reaksi
yang terjadi adalah seseorang akan lebih banyak makan.

4. Penurunan berat badan


Karena glukosa tidak dapat di transpor ke dalam sel maka
sel kekurangan cairan dan tidak mampu mengadakan
metabolisme, akibat dari itu maka sel akan mengecil,
sehingga seluruh jaringan terutama otot mengalami atrofi dan
penurunan deposit lemak dan massa tubuh.

5. Malaise atau kelemahan


Keluhan lain dapat berupa : badan lemah, kesemutan,
gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus
vulvae pada wanita

f. Fisiologi Kerja Insulin


1. Anatomi fisiologi pankreas

14
Pankreas terdiri ada dua jaringan utama, yakni asini yang
menekresikan getah pencernaan je dalam duodenum, dan pulau –
pulau Langerhans, yang mensekresikan insulin dan glukagon ke
dalam darah. Pankreas manusia mempunyai 1 – 2 juta pulau
langerhans, setiap pulau langerhans yang berdiameter 0,3 milimeter
dan tersusun mengelilingi pembulu darah kapiler keci; yang
merupakan tempat penampungan hormon yang di sekresikan oleh
sel – sel tersebut.

15
16
Pulau langerhans mengandung tiga jenis sel utama yaitu alfa,

beta dan delta. Sel beta mencakup 60 % dari semua sel pulau, terutama

berada di bagian tengah dari setiap pulau dan mensekresikan insulin dan

amilin. Sel alfa mencakup 25 % dari seluruh pulau dan menskresikan

glukagon. Sel delta mencakup 10 % dari seluruh pulau dan menskerikan

somatostatin.

2. Insulin

Insulin diisolasi pertama kali dari pankreas pada tahun 1922 oleh

banting dan best. Mereka memperhatikan pasien diabetes parah

dalam waktu hampir semalam yang memburuk dengan cepat dan men

inggal, dibandingkan dengan orang yang hampir normal. Dahulu,

insulin dihubungkan dengan “ Gula Darah,” dan ada benarnya karena

insulin sangat berpengaruh terhdapat metabolisme lemak, yang

menimbulkan keadaan seperti asidosis dan arteriosklerosis. Selain itu,

pada pasien mengalami diabetes berkepanjangan, berkurang

kemampuan untuk menyintesis protein akan menyebabkan kehilangan

jaringan dan banyak kelaina fungsi sel. Oleh karena itu, jelaslah sudah

bahwa pengaruh insulin terhadap metabolisme lemak dan metabolisme

17
protein, hampir samma besar dengan pengaruh insulin tehadapat

metabolisme karbohidrat.

Insulin merupakan hormon yang terdiri dari rangkaian asam amino

dihasilkan oleh sel- 𝜷 kelenjar pankreas. Dalam keadaan normal,

terjadi peningkatan kadar glukosa dalam darah, insulin di sintesis

dan kemudian disekresikan ke dalam darah sesuai kebutuhan tubuh

untuk keperluan regulasi glukosa darah.

Untuk menimbulkan efek insulin pada sasaran, insulin awalnya

berikatan dengan dan mengaktifkan suatu protein reseptor membran

yang mempunyai berat molekul kira – kira 300. 000. Efek selanjutnya

disebebkan oleh reseptor yang teraktivasi, bukan karena insulin.

Reseptor inuslin merupakan suatu kombinasi empat subunit yang

dihubungkan bersama – sama oleh ikatan disulfida: dua subunit alfa

yang terletak di luar membran sel dan dua subunit beta yang

menembus membran sel, yang menonjol ke dalam sel. Insulin

berikatan dengan subunit alfa di bagian luar sel, namun karena ikatan

subunit alfa dengan subunit beta, bagian dari subunit beta yang

menonjol ke dalam sel mengalami autofosforilasi. Proses

autofosforilasi subunit beta di reseptor akan mengaktifkan tirosin

kinase, yang selanjutnya menimbulkan fosforilasi berbagai enzim

intrasel lainnya termasuk kelompok enzim yang disebut substrat

reseptor- insulin (IRS). Berbagai tipe IRS (misalnya, IRS-1, IRS- 2,

adalah untuk mengakifkan beberapa enzim ini sambil menon-

18
aktifkan enzim yang lian, dengan cara demikian, insulin mengatur

proses metabolisme intrasel untuk menghasilkan efek yang di

inginkan terhadap metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.

3. Mekanisme Insulin

Ketika menyantap makan tinggi-karbohidrat, glukosa yang diabsobsi

ke dalam darah menyebabkan sekresi insulin dengan cepat. Insulin

selanjutnya menyababkan ambilan, penyimpanan, dan penggunaan

glukosa yang cepat oleh hampir semua jaringan tubuh, namun terutama

oleh otot, jaringan adiposa dan hati.

Sintesis insulin diawali dengan dengan translasi RNA insulin oleh

ribosom yang melekat pada retikulum endoplasma untuk membentuk

proprohormon insulin. Proprohormon terpecah di retikulum endoplasma

untuk membentuk proinsulin. Sebagian besar proinsulin tebelah di

apparatus golgi untuk membentuk insulin dan fragmen peptida sebelum

terbungkus dalam granula skretorik.

Mekanisme dasar sekresi insulin sebagai respon dari kenaikan

kadar gula darah. Sel – sel beta tersebut mempunyai sejumlah besar

glucose transpoter (GLUT-2) yang memungkinkan terjadinya ambilan

glukosa dengan kecepatan yang sebanding dengan kosentrasi glukosa

dalam darah. Ketika glukosa sudah memasuki sel, glukosa akan

terfosforilasi menjadi glukosa-6 fosfat oleh glukokinase. Tahap ini

merupakan langkah awal (penentuan kecepatan) metabolisme glukosa di

19
sel beta dan merupakan mekanisme utama untuk mendekati glukosa dan

menyesuaikan jumlah insulin yang akan disekresikan. Glukosa-6-fosfat

selanjutnya dioksidasi untuk membentuk adnosin trifosfat (ATP) yang

menghambat kanal kalium, penuntuan kanal kalium menyebabkan

depolarisasi membran sel melalui pembukaan kanal kalsium. Keadaan

depolarisasi ini menimbulkan alran masuk kalsium, yang selanjutnya

merangasang vesikel – vesikel yang berisi insulin mendeteksi membran

sel dan mensekresi insuin dalam cairan ekstrasel melalui proses

ekositisis.

g. Patofisiologi Diabetes Mellitus

1. Diabetes Mellitus tipe I

Terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin

karena sel-sel pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun.

Glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam

hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan

hiperglikemia postprandial (sesudah makan).

Dalam keadaan normal, glukosa difasilitasi oleh hormon

insulin menuju sel target, yaitu sel otot, dan jaringan tubuh

lainmya. Gangguan pada sel beta pankreas dapat menyebabkan

terjadinya defisiensi insulin atau kekurangan insulin sehingga

terjadi kondisi peningkatan gula dalam darah. Meningkatnya

20
glukosa dalam darah memberikan beban bagi tubulus ginjal

dalam absorbsi glukosa, sehingga tidak semua glukosa diserap,

ada sebagian yang dikeluarkan bersama urin atau disebut

glukosuria. Pasien mengalami peningkatan frekuensi berkemih

(poliuria) dan rasa haus (polidipsi).

Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan

(polifagia) akibat 14 menurunnya simpanan kalori. Gejala

lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan

normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan

glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan

glukosa baru dari asam-asam amino serta substansi lain), namun

pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa

hambatan dan lebih lanjut turut menimbulkan hiperglikemia.

Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak sehingga

mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang

merupakan produk sampingan dari pemecahan lemak.

3. Diabetes Mellitus tipe II

Pada DM tipe II terdapat dua masalah utama yang

berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan

gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan

reseptor khusus pada permukaan sel. Akibat terikatnya insulin

dengan reseptor tersebut, akan terjadi suatu rangkaian reaksi

21
dalam metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi insulin pada

DM tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel. Dengan

demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi

pengambilan glukosa oleh jaringan.

Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah

terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan

jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi

glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin

yang berlebihan dan kadar glukosa akan 15 dipertahankan pada

tingkat yang normal/ sedikit meningkat. Namun demikian, jika

sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan

akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi

DM tipe II.

Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin, yang

merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat insulin

dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak

dan produksi badan keton yang menyertainya.

h. Diagnosis Diabetes Mellitus Tipe 2

Diagnosis Dm tipe 2 dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan

kadar gula darah dan ada tidaknya gejala klinis DM. Gejala khas

DM terdiri dari poliuria, polidipsia, polifagia dan berat badan

menurun tanpa sebab yang jelas. Keluhan lain DM dapat berupa

22
lemas, kesemuatan, luka yang sulit disembuh, gatal, mata kabur,

sidfungsi ereksi (pria) dan pruritus vulva (wanita).

Jika ditemukan gejala klasik DM dan pemeriksaan

glukosa darah sewaktu (GDS) ≥ 200 mg/Dl diagnosis sudah

dapat di tegakkan. Hasil pemeriksaan glukosa darah puasa (GDS)

≥126 mg /Dl juga dapat digunakan untuk pedoman diagnosis

DM. Untuk pasien tanpa gejala Klasik DM, hasil pemeriksaaan

glukosa darah abnormal satu kali saja belum vukup kuat untuk

mengekkan diagnosis DM.

Tabel

1. Gejala kalsik DM + glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/

Dl (11,1 mmol/L)

Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaaan

sesaaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan

terakhir

Atau

2. Gejala klasik DM + kadar glukosa plsama puasa ≥ 126 mg/ dl

(7,0 mmol/L)

Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tamabahan

sedikitnya 8 jam

Atau

23
3. Glukosa plasma 2 jam pada TTGO ≥ 200 mg/ dl (11,1

mmol/L)

TTGO dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban

glukosa yang setara dengan 75 gram glukosa anhidrus yang

dilarutkan ke dalam air

I. Penatalaksaan Diabetes Mellitus Tipe 2

a. Non farmakologi Diabetes Mellitus Tipe 2

1. Rencana Diet

Rencana diet pada pasien diabetes dimaksudkan untuk

mengatur jumlah kalori dan karbohidrat yang dikonsumsi

setiap hari. Jumlah kalori yang di sarankan bervariasi,

bergantung pada kebutuhan apakah untuk mempertahankan,

menurunkan atau meningkatkan berat tubuh. Rencana diet

harus didapat dengan berkonsultasi dahulu dengan ahli gizi

yang terdaftar dan berdasarkan pada riwayat diet pasien,

makan yang lebih disukai, gaya hidup, latar belakang budaya

dan aktivitas fisik.

Untuk mencegah hiperglikemia postpradial dan glikosuria,

pasien – pasien diabetik tidak boleh makan karbohidrat

berlebihan, umumnya karbohdrat merupakan 50% dari jumlah

total kalori per hari. Karbohidrat ini harus dibagi rata

24
sedemikan rupa sehingga apa yang dimakan oleh pasien sesuai

dengan kebutuhannya sepanjang hari.

2. Latihan fisik

Latihan fisik merupakan salah satu pilar dalam

pengolahan DM tipe 2 selain bisa memperbaiki sensitivitas

insulin, juga untuk menjaga kebugaran tubuh. Beberapa

penelitian membuktikan dengan latihan fisik bisa memasukkan

glukosa kedalam sel tanpa membutuhkan insulin, selain itu

latihan fisik bisa untuk menurunkan berat badan bagi diabetisi

dengan obesitas serta mencegah laju profresivitas gangguan

toleransi glukosa menjadi DM tipe 2.

Latuhan fisik kelihatanya mempermudah transpror glukosa ke

dalam sel- sel dan meningkatkan kepekaan terhadap insulin.

Dengan menyesuaikan waktu pasien dalam melakukan latihan

fisik, pasien mungkin dapat meningkatkan pengontoral kadat

glukosa.

Pentunjuk umum pelaksaan latihan fisik:

1. Kontrol metabolik, sebelum latihan fisik periksa glukosa darah

— Hindari latihan fisik bila glukosa darah puasa ≥ 250 mg/ dl

dan didapatkan ketosis, namun bila glukosa darah ≥ 300

mg/ dl dan tidak didapatkan ketosis maka latihan fisik

hartus dilakukan dengan hati – hati.

25
— Tambahan asupan karbohidrat bila glukosa darah ≤ 100

mg/dl.

2. Monitoring glukosa darah sebelum dan sesudah latihan fisik

— Perhatikan apakah perlu dilakukan perubahan dosis insulin

ataupun asupan makanan

— Pelajari respon glikemia terhadap kondisi latihan fisik yang

berbeda

3. Asupan makanan

— Bila perlu tambahlah asupan karbohidrat untuk menghindari

hipoglikemia

— Makanan yang mengandung karbohidrat harus siap tersedia

selama dan sesudah melakakuan latihan fisik.

3. Pengawasan glukosa darah

Pasien – pasien dengan gejala Diebetes Mellitus tipe 2

dini dapat mempertahankan kadar glukosa darah normal hanya

dengan menjalankan rencana diet dan latihan fisik saja.

Untuk menurunkan peningkatan kadar glukosa pospramdial

pada pasien ini, absobsi karbohidrat dapat diturunkan atau

diperlamabat alfa glukosida yang berkerja pada usus halus

dengan menyekat perncernaan kompleks karbohidrat.

b. Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe 2

26
Pemilihan penggunaan intervensi farmakologil sangat

tergantung pada fase mana diagnosis diabetes ditegakkan yaitu

sesuai dengan kelainan dasar yang terjadi pada saat tersebut

seperti :

— Resistensi insulin pada jaringan lemak, otot, dan hati

— Kenaikan produksi glukosa oleh hati

— Kekurangan sekresi insulin oleh pankreas.

Terapi farmakologi terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan.

1. Obat antihiperglikemia oral

Berdasarkan cara kerjanya, obat antihiperglikemiaoral

dibagi menjadi 5 golongan:

a. Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue):

Sulffonilurea dan Glinid.

b. Peningkat sensitivitas terhadap insulin: metformin,

tiazolidindion (TZD).

c. Penghambatan absorpsi glukosa di saluran

pencernaanL: penghambat alfa glukosidase.

d. Penghambat DPP-IV (dipeptidyl Peptidase-IV):

Sitagliptin, Linagliptin

e. Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucose CO-

transporter 2): Canagliflozin, Empagliflozin.

2. Obat Antihiperglikemia Suntik

27
Termasuk antihiperglikemia suntik yaitu insulin.

B. Asupan Karbohidrat

1. Pengertian Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energy utama yang
menjadi bahan bakar bagi berbagai proses dalam tubuh
dengan menyediakan glukosa sebagai bahan bakar untuk
tubuh dalam beraktifitas.
Dalam menu makanan orang Asia Tenggara termasuk
Indonesia, umumnya kandungan karnohidrat cukup tinggi yaitu
berkisar 70 – 80 %. Bahan makanan sumber karbohidrat sumber
karbohidrat ini antara lain : padi – padian ( serealia) contohnya
gandum, beras, Ubi – umbian contohnya: kentang, singkong, ubi
jalar.
Asupan karbohidrat adalah jumlah asupan dan jenis
bahan makanan yang dikonsumsi perhari. Kebutuhan energi
berlangsung terus sehingga karbohidrat harus sering
dikonsumsi sepanjang hari. Setiap gram karbohidrat
memberikan 4 Kalori. Pencernaan karbohidrat di mulai didalam
mulut, pati dikunyah, enzim amilase (ptyalin) yang disekresikan
oleh kelenjar parotis dalam saliva akan memulai proses
pemecahan pati menjadi dekstrin dan maltosa. Dekstrin
merupakan produk pencernaan pati dan dibentuk melalui
hidrolisa parsial pati.
Penderita Diabetes Mellitus harus memperhatikan takaran
karbohidrat yang dikonsumsi, sebab lebih dari separuh
kebutuhan energi diperoleh dari karbohidrat. ada dua golongan:
karbohidrat kompleks dan karbohidrat sederhana dari sisi
makanan penderita diabetes dianjurkan mengkonsumsi
karbohidrat berserat seperti kacang – kacangan, sayuran buah

28
segar. Pemberian diet karbohidrat pada penderita diabetes
mellitus adalah diit dengan komposisi 68 % karbohidrat, 20 %
lemak, 12 % protein, sangat cocok untuk orang Indonesia karena
mengandung karbohidrat tinggi, kaya serat dan rendah
kolesterol. Dengan diet karbohidrat kompleks akan terbagi,
dapat memperbaiki kepekaan sel beta pangkreas.
Pemberian diit karbohidrat pada penderita diabetes
mellitus adalah diet dengan komposisi 68 % karbohidrat, 20 %
lemak, 12 % protein, sangat cocok untuk orang Indonesia karena
mengandung karbohidrat tinggi, kaya serat dan rendah
kolesterol. Dengan diet karbohidrat kompleks dalam perestasi
terbagi, dapat memperbaiki kepekaan sel beta pangkreas.Hal
tersebut

2. Fungsi Karbohidrat
Fungsi utamanya adalah menyediakan kerpeluan energi
tubuh, selain itu karbohidrat juga mempunyai fungsi lain yaitu
karbohidrat diperlukan bagi kelangsungan proses metabolisme
lemak. Diketahui karbohidrat mengadakan suatu aksi
penghematan terhadap protein. Orang – orang yang membatasi
penmasukan Kalori, akan membakar lebih banyak asam amino
(unit pembangun molekul protein) bersama dengan lemak akan
dibakar untuk menghasilkan energi. Akibatnya, orang tersebut
akan mengalami kehilangan banyak asam amino yang berfungsi
membangun jaringan tubuh.
Akan tetapi bila kebutuhan tenaga bisa dicukupi oleh
karbohidrat, maka tubuh cukup mengoksidasinya tanpa harus
mempergunakan protein yang sebenarnya mempunyai fungsi
yang lebih penting sebagai zat pembangun. Dengan demikian
akan menyelamatkan asam amino untuk fungsinya yang lain
daripada sekedar penghasilan energi.

29
Diketuhai juga kelebihan karbohidrat akan disimpan
dalam bentuk gikogen sebagai energi siap pakai pada saat tubuh
mengalami kekurangan. Keseluruhan fungsi teserbut, akan
dibahas dibawah ini:

1. Karbohidrat Sebagai Sumber Energi Utama


Sel – sel tubuh membutuhkan ketersedian energi siap pakai yang
konstan (selalu ada), terutama dalam bentuk glukosa serta hasil
antaranya. Lemak juga merupakan energi, tetapi cadangan
lemak tidak dapat segera dipergunakan sebagai sumber energi
siap pakai. 1 gram karbohidrat menyediakan 4 Kalori, dan
diketahui hanya 10 gram glukosa beredar dalam darah atau 70 –
100 mg glukosa per 100 ml darah. Kadar glukosa harus dapat
dipertahankan.

2. Pengatur Metabolisme Lemak


Karbohidrat mencegah terjadinya oksidasi lemak yang tidak
sempurna. Bila energi tidak cukup tersedia maka akan
mengakibatkan terjadinya peningkatan katabolisme lemak,
akibatnya tejadi penumpukan/ akumulasi bahan – bahan keton,
dan terjadi kesamaan pada darah (asidosis). Dalam hal ini
Karbohidrat berfungsi sebagai “Fat –Sparer”.

3. Penghemat fungsi Protein ( Protein Sparer)


Energi merupakan kebutuhan utama bagi tubuh, sehingga bila
karbohidrat yang berasal dari makanan tidak mencukupi, maka
protein akan dirombak untuk menghasilkan panas dan sejumlah
energi. Padahal protein mempunyai fungsi yang lebih utama
yaitu zat pembangun dan memperbaiki jarigan . agar dapat
dipergunakan sesuai fungsinya maka kebutuhan Karbohidrat
harus dipenuhi dalam menu sehari – hari.

30
4. Karbohidrat Sebagai Sumber Energi Utama Bagi Otak dan
Susunan Syaraf
Otak dan Susunan Syaraf hanya dapat mepergunakan glukosa
sebagai energi, sehingga ketersediaan glukosa yang konstan
harus tetap terjaga bagi keseatan jaringan tubuh/ organ tersebut.
Demikian juga kekurangan glukosa dan oksigen akan
menyebabkan kerusakan otak/ kelainan syaraf yang tidak dapat
diperbaiki.

3. Jenis Kabohidrat

a. Karbohidrat kompleks
Makanan sumber karbohidrat kompleks adalah padi – padian
(beras, jagung, gandum), umbi – umbian (singkong, ubi jalar,
kentang), sagu dan lain – lain. Makanan tersebut mengandung
zat gizi lain selain karbohidrat. Proses pencernaan dan
penyerapan karbohidrat kompleks di dalam tubuh berlangsung
lebih lama perbandingan karbohidrat sederhana, sehingga
dengan mengkonsumsi karnohidrat kompleks, orang tidak
merasa lapar. Tepung – tepungan mempunyai kandungan Kalori
lebih rendah dari pada makanan tinggi lemak serta gula sehingga
tepung – tepungan sangat baik untuk penyandang diabetes.

b. Karbohidrat Sederhana
Karbohidrat Sederhana juga terdapat secar alamiah seperti yang
ada pada buah, sayuran dan susu. Bahan makanan tersebut selain
mengandung karbohidrat, mengandung zat gizi lain yang sangat
bermanfaat. Sedangkan karbohidrat sederhana yang diproses
seperti gula, madu, sirup, caes, jam dan lain – lain. Langsung

31
dapat diserap dan dipergunakan tubuh seperti energi, sehingg,
cepar, menimbulkan rasa lapar, ,lgula tidak m$engandung zat
gizi lain, hanya karbohidarat saja. Kosumsi gula yang berlebihan
dapat mengurangi peeluang terpenuhinya zat gizi lain.

4. Peran karbohidrat

Peranan karbohidrat didalam tubuh adalah menyediakan


glukosa bagi sel-sel tubuh yang diubah menjadi energi. Glukosa
memegang peranan sentral dalam metabolisme karbohidrat.
Jaringan tertentu hanya memperoleh energi dari karbohidrat
seperti sel darah merah, sel otak dan sistem syaraf. Karbohidrat
dapat berfungsi secara optimal, tubuh harus dapat
mempertahankan konsentrasi glukosa dalam batas-batas tertentu
yaitu 70/120 mg/ml, dalam keadaan puasa. bila gula darah naik
diatas 170 mg/ml, glukosa akan dikeluarkan lewat urine.
Apabila gula darah turun sampai 40-50 mg/100 ml terjadi
gugup, lemas, pusing. Pengaturan kegagalan gula darah terjadi
karena terganggunya sistim pengaturan gula darah dalam tubuh.

Bagi penderita diabetes Tipe II (diabetes non insulin dependent)


untuk konsumsi karbohidrat kompleks bersama serat makanan
akan menekan gula darah sedemikian rupa sehingga jauh lebih
rendah dari biasanya dan itu sangat membantu untuk terapi
diitnya. Karbohidrat didalam tubuh meningkatkan kadar gula
darah. Dalam perencanaan makanan harus memperhatikan jenis,
jumlah karbohidrat, jadwal makan, agar keseimbangan terhadap
efek hipoglikemik dari pemberian insulin, umumnya 70 % dari
total karbohidrat berupa karbohidrat kompleks dan membatasi
gula murni. Dimana karbohidrat kompleks akan dicerna dan
diserap lebih lambat daripada bentuk gula murni, sehingga dapat

32
terhindar kadar gula darah yang terlalu tinggi. Untuk konsumsi
gula murni dimasukkan dalam perhitungan total Kalori, jumlah
Kalori yang masuk lebih penting daripada jenis sumber Kalori.

Asupan karbohidrat pada diabetes merupakan komponen


pengelolaan diabetes sehingga perlu penerapan komposisi diit
yang sesuai untuk kontrol gula darah. Pada penelitian bagi
diabetes didapatkan bahwa 75 % diabetes tidak mematuhi dalam
hal pengaturan makan sesuai dengan diit yang dianjurkan.

Pada diet dengan komposisi karbohidrat 70 % total energi, lebih


dapat diterima oleh diabetes Indonesia. Dikatakan bahwa
penggunaan diet 68 % karbohidrat, berupa karbohidrat
kompleks dengan dosis terbagi dapat meningkatkan dan
memperbaiki pembakaran glukosa di jaringan perifer dan
memperbaiki sel β pangkreas.

Pada asupan karbohidrat dengan serat makanan akan dapat


memperlambat penyerapan dan pencernaan karbohidrat, dan
membatasi insulin yang dilepas pembuluh darah.

C. Tinjauan Umum Tentang Diet Diabetes Mellitus

1. Pengertian Diet Diabetes Mellitus

Pasien yang memerlukan insulin untuk membantu

mengendalikan kadar gula darah, dapat mempertahankan

konsistensi jumlah kalori dan karbohidrat yang dikonsumsi pada

jam-jam makan yang berbeda.. Di samping itu konsistensi

interval waktu diantara jam makan dengan mengkonsumsi

33
cemilan juga dapat dilakukan, ini akan membantu mencegah

reaksi hipoglikemia dan pengendalian keseluruhan kadar

glukosa darah.

Terapi diet merupakan komponen penting pada

pengobatan diabetes baik itu tipe I maupun tipe II. Rencana diet

diabetes dihitung secara individual bergantung pada kebutuhan

pertumbuhan, rencana penurunan berat badan, dan tingkat

aktivitas. Sebagian pasien diabetes tipe II mengalami pemulihan

kadar glukosa darah mendekati normal hanya dengan intervensi

diet.

Pengaturan makan merupakan pilar utama dalam

pengelolaan diabetes mellitus, namun penderita diabetes

mellitus sering memperoleh sumber informasi yang kurang tepat

yang dapat merugikan penderita tersebut, seperti penderita

tidak lagi menikmati makanan kesukaan mereka. Sebenarnya

anjuran makan pada penderita diabetes mellitus sama dengan

anjuran makan sehat umumnya yaitu makan menu seimbang

dan sesuai dengan kebutuhan kalori masing-masing

penderita diabetes mellitus.

Pengaturan diet pada penderita diabetes mellitus

merupakan pengobatan yang utama pada penatalaksanaan

diabetes mellitus yaitu mencakup pengaturan dalam:

34
a. Jumlah Makanan

Syarat kebutuhan kalori untuk penderita diabetes

mellitus harus sesuai untuk mencapai kadar glukosa normal

dan mempertahankan berat badan normal. Komposisi energi

adalah 60 - 70 % dari karbohidrat, 10 - 15 % dari protein, 20 –

25 % dari lemak. Makanlah aneka ragam makanan yang

mengandung sumber zat tenaga, sumber zat pembangun serta

zat pengatur.

1. Makanan sumber zat tenaga mengandung zat gizi

karbohidrat, lemak dan protein yang bersumber dari nasi

serta penggantinya seperti: roti, mie, kentang dan lain - lain.

2. Makanan sumber zat pembangun mengandung zat gizi

protein dan mineral. Makanan sumber zat pembangun

seperti kacang - kacangan, tempe, tahu, telur, ikan, ayam,

daging, susu, keju dan lain - lain.

3. Makanan sumber zat pengatur mengandung vitamin dan

mineral. Makanan sumber zat pengatur antara lain: sayuran

dan buah - buahan.

b. Jenis Bahan Makanan

Banyak yang beranggapan bahwa penderita diabetes

mellitus harus makan makanan khusus, anggapan tersebut

tidak selalu benar karena tujuan utamanya adalah menjaga

35
kadar glukosa darah pada batas normal. Untuk itu sangat

penting bagi kita terutama penderita diabetes mellitus untuk

mengetahui efek dari makanan pada glukosa darah. Jenis

makanan yang dianjurkan untuk penderita diabetes mellitus

adalah makanan yang kaya serat seperti sayur – mayor dan

buah - buahan segar. Hal yang terpenting adalah jangan

terlalu mengurangi jumlah makanan karena akan

mengakibatkan kadar gula darah yang sangat rendah

(hypoglikemia) dan juga jangan terlalu banyak makan

makanan yang memperparah penyakit diabetes mellitus.

Ada beberapa jenis makanan yang dianjurkan dan

jenis makanan yang tidak dianjurkan atau dibatasi bagi

penderita diabetes mellitus yaitu:

1. Jenis bahan makanan yang dianjurkan untuk penderita

diabetes mellitus adalah:

a) Sumber karbohidrat kompleks seperti nasi, roti, mie, kentang,

singkong, ubi dan sagu.

b) Sumber protein rendah lemak seperti ikan, ayam tanpa kulitnya,

susu skim, tempe, tahu dan kacang-kacangan.

c) Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan

yang mudah dicerna. Makanan terutama mudah diolah

dengan cara dipanggang, dikukus, disetup, direbus dan

dibakar.

36
2. Jenis bahan makanan yang tidak dianjurkan atau dibatasi

untuk penderita diabetes mellitus adalah:

a) Mengandung banyak gula sederhana, seperti gula pasir, gula

jawa, sirup, jelly, buah - buahan yang diawetkan, susu kental

manis, soft drink, es krim, kue - kue manis, dodol, cake dan

tarcis.

b) Mengandung banyak lemak seperti cake, makanan siap saji

(fast - food), goreng-gorengan.

c) Mengandung banyak natrium seperti ikan asin, telur asin dan

makanan yang diawetkan.

c. Jadwal Makan Penderita Diabetes Mellitus

Makanan porsi kecil dalam waktu tertentu akan

membantu mengontrol kadar gula darah. Makanan porsi

besar menyebabkan peningkatan gula darah mendadak dan

bila berulang - ulang dalam jangka panjang, keadaan ini

dapat menimbulkan komplikasi diabetes mellitus. Oleh

karena itu makanlah sebelum lapar karena makan disaat lapar

sering tidak terkendali dan berlebihan. Agar kadar gula darah

lebih stabil, perlu pengaturan jadwal makan yang teratur.

Makanan dibagi dalam 3 porsi besar yaitu makan pagi (20 %),

siang (30 %), sore (25 %) serta 2 - 3 kali porsi kecil untuk

makanan selingan masing - masing (10 - 15 %).

37
2. Tujuan Diet

Tujuan diet penyakit diabetes mellitus adalah

membantu pasien memperbaiki kebiasaan makan untuk

mendapatkan kontrol metabolik yang baik, dengan cara :

a. Mempertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati

normal dengan menyeimbangkan asupan makanan dengan

insulin (endogenous dan exogenous), dengan obat penurun

glukosa oral dan aktivitas.

b. Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal.

c. Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai

berat badan normal.

d. Menghindari atau menangani komplikasi akut pasien yang

menggunakan insulin seperti hipoglikemia, komplikasi jangka

pendek, dan jangka lama serta masalah yang berhubungan

dengan latihan jasmani.

e. Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui

gizi yang optimal.

3. Syarat Diet

Syarat - syarat diet penyakit diabetes mellitus sebagai berikut:

a. Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat

normal. Kebutuhan energi ditentukan dengan

memperhitungkan kebutuhan untuk metabolisme basal

38
sebesar 25 - 30 kkl / kg BB normal ditambah kebutuhan

untuk aktivitas fisik dan keadaan khusus, misalnya

kehamilan atau laktasi serta ada tidaknya komplikasi.

b. Kebutuhan protein normal, yaitu 10 - 15% dari kebutuhan

energi total.

c. Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20 - 25% dari kebutuhan

energi total, dalam bentuk < 10% dari kebutuhan energi total

berasal dari lemak jenuh, 10% dari lemak tidak jenuh ganda,

sedangkan sisanya dari lemak tidak jenuh tunggal. Asupan

kolesterol makanan dibatasi, yaitu ≤ 300 mg per hari.

d. Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energi

total, yaitu 60 - 70%.

e. Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak

diperbolehkan kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu.

Bila kadar glukosa darah sudah terkendali, diperbolehkan

mengkonsumsi gula murni sampai 5% dari kebutuhan energi

total.

f. Penggunaan gula alternatif dalam jumlah terbatas. Gula

alternatif adalah bahan pemanis selain sakarosa.

g. Asupan serat dianjurkan 25 gram per hari dengan

mengutamakan serat larut air yang terdapat didalam sayur

dan buah.

39
h. Pasien DM dengan tekanan darah normal diperbolehkan

mengkonsumsi natrium dalam bentuk garam dapur seperti

orang sehat yaitu 3000 mg/ hari. Apabila mengalami

hipertensi, asupan garam harus dikurangi.

i. Cukup vitamin dan mineral. Apabila asupan makanan cukup,

penambahan vitamin dan mineral dalam bentuk suplemen

tidak diperlukan.

4. Jenis Diet Diabetes Mellitus

Sebelum menentukan jumlah Kalori yang di butuhkan

pada pasien DM, tentukan dulu status gizi diabetes berdasarkan:

Berat badan dan Tinggi badan dengan menggunakan rumus indek

massa tubuh (IMT) atau dengan rumus berat badan relatif (BBR).

IMT = Indeks Masa Tubuh = BB


¿¿

Keterangan: BB dalam kg, TB dala meter

Klasifikasi IMT:

 IMT ≤ 18,5 : BB Kurang

 IMT 18,5 – 22,9 : BB Normal

 IMT ≥23,0 : BB Lebih

 IMT 23,0 – 24,9 : denngan resiko

 IMT 25,0 – 29,9 : obes I

 IMT ≥ 30 : obes II

40
BB
BBR = Berat Badan Relatif = X 100 %
TB−100

Keterangan berat badan (BB) dalam kg, tinggi badan (TB) dalam

cm

 Gizi buruk : ≤ 90 %

 Normal : 90 - 100 %

Gizi lebih : 110 – 120 %

 Gemuk (obesitas) : ≥120 %

Kebutuhan kalori/ hari untuk menuju ke berat badan normal:

1. Berat badan kurang (BBR ≤ 90 % ), kebutuhan kalori sehari:

40 – 60 kal/kg BB.

2. Berat badan normal ( BBR 90 - 100 %), kebutuhan kalori

sehari: 30 kal/kg BB.

3. Berat badan lebih (BBR ≥110), kebutuhan kalori sehari: 20

kal/kg BB.

4. Gemuk atau obesitas ( BBR ≥120 ) kebutuhan kalori sehari:

10 – 15 kal/kg BB.

Untuk memudahkan dalam tenik pelaksaan diet diabetes di

bagi sesuai dengam jumlah kalorinya dengan perincian

sebagai berikut:

 Diet DM I (1100 kal )

 Diet DM II (1300 kal )

41
 Diet DM III (1500 kal )

 Diet DM IV (1700 kal )

 Diet DM V (1900 kal )

 Diet DM VI (2100 kal )

 Diet DM VII (2300 kal )

 Diet DM VIII (2500 kal )

 Diet DM IX (2700 kal )

 Diet DM X (2900 kal )

 Diet DM XI (3100 kal )

 Diet DM XII (3300 kal )

Diet yang digunakan sebagai bagian dari

penatalaksanaan DM dikontrol berdasarkan kandungan energi,

protein, lemak, dan karbohidrat. Sebagai pedoman dipakai 8

jenis diet DM sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.

Penetapan diet ditentukan oleh keadaan pasien, jenis DM,

dan program pengobatan secara keseluruhan.

Tabel 2. Diet DM menurut kandungan energi, protein


lemak, dan karbohidrat

Energi Protein
Jenis Diet Lemak (g) Karbohidrat (g)
(kkal ) (g)
I 1100 43 30 172
II 1300 45 35 192

42
III 1500 51,5 36.5 235
IV 1700 55,5 36.5 275
V 1900 60 48 299
VI 2100 62 53 319
VII 2300 73 59 369
VIII 2500 80 62 396
Sumber : Almatsier, 2013.

Keterangan:

a. Diet I s/d III diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk.

b. Diet IV s/d V diberikan kepada penderita diabetes tanpa

komplikasi.

c. Diet VI s/d VIII diberikan kepada penderita kurus, diabetes

remaja (juvenile diabetes) atau diabetes dengan komplikasi.

Tabel 3. Contoh Menu Berdasarkan Daftar Bahan Makanan


Penukar Kebutuhan Bahan Makanan Dalam Penukar Diet
1700 Kalori
SEHARI PAGI SIANG SORE SNACK
(P) (P) (P) (P) (P)
Nasi/penukar
5 1 2 2 -

Ikan/penukar 2 - 1 1 -
1 1 -1 - -
Daging/penukar 1
2 - 1 1 -
2
Tempe/penukar
S S S S -
Sayuran A
2 - 1 1 -
Sayuran B
4 - 1 1 2
Buah/penukar 4 1 2 1 -

43
Minyak/penukar

Tabel 4. CONTOH MENU DM 1700 KALORI


Waktu B. makanan KEBUTUHAN CONTOH MENU
Penukar BAHAN
PAGI Roti Iris (1P) Roti panggang
Margarin ½ sdm (1P) Margarin
Telur 1 btr (1P) Telur rebus
Teh panas
10.00 Pisang 1 buah (1P) pisang
SIANG Nasi 1 ½ gelas (2P) Nasi
Udang 5 ekor (1P) Oseng-oseng
Tahu 1 potong (1P) Udang, tahu, cabe ijo
Urap syuran
Minyak 1 sdm (2P)
Sayuran 1 gelas (1P)
Kelapa 5 sdm (1P) Jeruk
Jeruk 1 buah (1P)
16.00 Duku 16 buah (1P) duku
MALAM Nasi 1 ½ gelas (2P) Nasi
Ayam 1 potong (1P)
Kacang merah 2 sdm (1P) Sop+k.merah
Sayuran 1 gelas (1P) Tumis sayuran
Minyak ½ sdm (1P)
Apel malang 1 buah (1P) apel

44
1. Bahan Makanan Sehari

Jumlah bahan makanan sehari untuk tiap standar diet Diabetes Mellitus dinyatakan dalam satuan penukar.

Tabel 5. Jumlah bahan makanan sehari menurut Standar Diet DM dalam satuan penukar II

Golongan Standar Diet


Bahan 1100 1300 1500 1700 1900 2100 2300 2500
Makanan Kkal Kkal Kkal Kkal Kkal Kkal Kkal Kkal
Nasi atau penukar 21/2 3 4 5 51/2 6 7 71/2
Ikan atau penukar 2 2 2 2 2 2 2 2
Daging atau penukar 1 1 1 1 1 1 1 1
Tempe atau penukar 2 2 21/2 21/2 3 3 3 5
Sayuran/ penukar A S S S S S S S S
Sayuran/ penukar B 2 2 2 2 2 2 2 2
Buah atau penukar 4 4 4 4 4 4 4 4
Susu atau penukar - - - - - - 1 1
Minyak atau penukar 3 4 4 4 6 7 7 7
Sumber : Almatsier, 2013.

45
Tabel 6. Pembagian makanan sehari tiap Standar Diet DM dan Nilai Gizi dalam satuan penukar II
Energi (kkal) 1100 1300 1500 1700 1900 2100 2300 2500
Pagi Nasi ½ 1 1 1 1 1/2
11/2 11/2 2
Ikan 1 1 1 1 1 1 1 1
Tempe - - 1/2 1/2 1 1 1 1
Sayuran A S S S S S S S S
Minyak 1 1 1 1 2 2 2 2
Pukul 10:00 Buah 1 1 1 1 1 1 1 1
Susu - - - - - - 1 1
Siang Nasi 1 1 2 2 2 21/2 3 3
Daging 1 1 1 1 1 1 1 1
Tempe 1 1 1 1 1 1 1 2
Sayuran A S S S S S S S S
Sayuran B 1 1 1 1 1 1 1 1
Buah 1 1 1 1 1 1 1 1
Pukul 16:00 Minyak 1 2 2 2 2 3 3 3
Malam Buah 1 1 1 1 1 1 1 1
Nasi 1 1 1 2 2 2 21/2 21/2
Ikan 1 1 1 1 1 1 1 1
Tempe 1 1 1 1 1 1 1 2
Sayuran A S S S S S S S S
Sayuran B 1 1 1 1 1 1 1 1
Buah 1 1 1 1 1 1 1 1
Nilai Gizi Minyak 1 1 1 1 2 2 2 2
Energi (kkal) 1100 1300 1500 1700 1900 2100 2300 2500
Protein (g) 43 45 51.1 55.5 60 62 73 80
Lemak (g) 30 35 36.5 36.5 48 53 59 62
KH (g) 172 192 235 275 299 319 369 396

46
Sumber : Almatsier, 2013.

47
5. Daftar Bahan Makanan Penukar

Daftar bahan makanan penukar yang digunakan adalah bahan makanan

penukar II yaitu suatu daftar nama bahan makanan dengan ukuran tertentu dan

dikelompokkan berdasarkan kandungan kalori, protein, lemak dan hidrat arang

yang diberikan oleh rumah sakit. Setiap kelompok bahan makanan mempunyai

nilai gizi yang kurang lebih sama. Menurut (Arisman dalam Apriyanti R.,

2011) bahan makanan dikelompokkan menjadi 7 bagian yaitu:

a. Golongan 1: Bahan Makanan Sumber Karbohidrat

1 Satuan Penukar = 175 kalori , 4 gr protein, 40 gr karbohidrat

Tabel 7. Makanan Penukar dari Sumber Karbohidrat


Berat Ukuran rumah tangga
Bahan Makanan
(gr) (URT)
Golongan 1A
Nasi 100 ¾ gelas
Nasi tim 200 1 gelas
Bubur beras 400 2 gelas
Nasi jagung 100 ¾ gelas
Kentang 200 2 bj sedang
Biscuit/ krekers 50 5 buah
Roti putih 80 4 iris
Mie basah 100 1 ½ gelas
Mie kering 50 1 gelas
Bihun 50 ½ gelas
Havermouth 50 6 sdk makan
Tepung beras 50 12 sdk makan
Makaroni 50 ½ gelas
Golongan 1B
Talas 200
Ubi 150 1 Bh sedang
Singkong 100 1 Bh sedang
Maziena 40 1 ptg sedang
Tepung singkong 37 40 7 sdk makan
Tepung Hunkwe 40 8 sdk makan
Tepung sagu 40 7 sdk makan
Sumber: buku penuntun gizi hal 255 - 258

b. Golongan 5 : Buah-buahan

1 Satuan Penukar = 40 kalori , 10 gr karbohidrat

Tabel 10. Makanan Penukar dari Sumber Buah-buahan

Bahan Makanan Berat (gr) URT


Alpukat 50 1 bh bsr
Apel 75 1 bh bsr
Belimbing 125 1 bh bsr
Duku 75 15 bh
Jambu air 100 2 bh sdg
Jambu biji 100 1 bh sdg
Jeruk manis 100 1 bh bsr
Mangga 50 1 bh sdg
Nanas 75 1/6 bh sdg
Papaya 100 1 ptg sdg
Pir 100 1 bh
Pisang ambon 75 1 bh sdg
Pisang raja 50 2 bh kcl
Semangka 150 1 ptg sdg

c. Golongan 3 : Bahan Makanan Sumber Protein Hewani

1 Satuan Penukar = 95 kalori , 10 gr protein, 6 gr lemak

Tabel 8. Makanan Penukar dari Sumber Protein Hewani

Bahan Makanan Berat (gr) URT


Daging sapi 50 1 ptg sdg
Daging babi 25 1 ptg sdg
Daging ayam 50 1 ptg sdg
Hati sapi 50 1 ptg sdg
Babat 60 2 ptg sdg
Usus sapi 75 3 bulatan
Telor ayam negeri 60 1 butir
Telor bebek 60 1 butir
Ikan segar 50 1 ptg sdg

38
Ikan asin 25 1 ptg sedang
Udang basah 50 ¼ gls
Baksi daging 100 5 btr besar

d. Golongan 4: Bahan Makanan Sumber Protein Nabati

1 Satuan Penukar = 80 kalori, 6 gr protein, 3 gr lemak, 8 gr karbohidrat

Tabel 9. Makanan Penukar dari Sumber Protein Nabati

Bahan Makanan Berat (gr) URT


Kacang hijau 25 20 sdm
Kacang kedele 25 20 sdm
Kacang merah 25 20 sdm
Oncom 50 2 ptg sdg
Tahu 100 1 bj bsr
Tempe 50 2 ptg sdg

e. Golongan 5 : Susu

1 Satuan Penukar = 110 kalori , 7 gr protein , 9 gr karbohidrat, 7 gr lemak

Tabel 12. Makanan Penukar dari Sumber Susu

Bahan Makanan URT Berat (gr)


Susu sapi 1 gls 200
Susu kambing 1 gls 150
Susu kental manis 1 gls 100
Tepung susu skim 4 sdm 20
Yoghurt 1 gls 200

f. Golongan 6 : Minyak

1 Satuan Penukar = 45 kalori, 45 gr lemak

Tabel 11. Makanan Penukar dari Sumber Minyak

Bahan Makanan URT Berat (gr)


Minyak goreng 1 sdm 5
Minyak ikan 1 sdm 5
Margarin 1 sdm 5

39
Kelapa 1 ptg kcl 30
Kelapa parut 5 sdm 30
Lemak sapi 1 ptg kcl 5
g. Golongan 7: Sayuran

1. Sayuran A

Bebas dimakan, kandungan kalori dapat diabaikan, sumbernya dari, , ,

Daun bawang Kangkung Petsay


Daun koro Ketimun Rebung
Daun labu Tomat Sawi
Daun waluh Kecipir Salada
Daun lobak Kol Sledri
Jamur segar Kembang kol Tauge
Oyong/ Gambas Labu air Terong
Daun kacang Lobak Terubuk

2. Sayuran C

1 Satuan Penukar ± 1 gls , (100 gr) = 50 kalori , 3 gr protein, 10 gr karbohidrat

Bayam Daun melinjo Katuk

Bit Daun pakis Kucai

Buncis Daun Labu waluh


singkong
Nangka muda Daun kecipir Pare

Kacang kapri Daun leunca Tekokak

Kacang panjang Daun Wortel


lompong

Keterangan :

Bh = buah Gr = gram

40
Bj = biji Kcl = kecil

Btg = batang Ptg = potong

Btr = butir Sdg = sedang

Bsr = besar Sdm = sendok makan

Gls = gelas (240 ml) Sdt = sendok the

6. Standar Jenis Diet Untuk Penderita Diabetes Mellitus

Standar jenis diet pada penderita diabetes mellitus yang rawat inap ada

dua jenis yaitu:

1) Jenis diet diabetes mellitus IV (1700 kalori)

Kandungan energi dari jenis diet diabetes mellitus IV adalah 1700

kalori dan jumlah kandungan zat gizi karbohidrat 275 gram, protein 55,5 gram

dan lemak 36,5 gram.

2) Jenis diet diabetes mellitus V (1900 kalori)

Kandungan energi dari jenis diet diabetes mellitus V adalah 1900 kalori

dan jumlah kandungan zat gizi karbohidrat 299 gram, protein 60 gram dan

lemak 48 gram.

B. Pola Makan Pada Penderita Diabetes Mellitus

Pola makan merupakan makanan yang seimbang antara zat gizi karbohidrat,
protein, lemak, vitamin dan mineral. Makanan yang seimbang adalah makanan yang tidak
mementingkan salah satu zat gizi tertentu dan dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pola diartikan sebagai suatu sistem, cara
kerja atau usaha untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian pola makan dapat diartikan
sebagai suatu cara untuk melakukan kegiatan makan secara sehat.

41
Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai
macam dan jumlah makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan mempunyai
ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat. Konsumsi makanan adalah jumlah total dari
makanan yang tersedia untuk dikonsumsi.

Kebiasaan pola makan dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain kebiasaan
kesenangan, budaya, agama, taraf ekonomi, lingkungan, ketersediaan bahan pangan dan
sebagainya dan yang menjadi alasan terakhir adalah nilai gizinya.

Pola makan yang baik, teratur, berimbang, beragam dan bergizi akan
memberikan dampak positif bagi tubuh. Dampak tersebut ditandai dengan status tubuh
yang normal atau lazimnya disebut IMT. Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah standar
yang digunakan untuk menghitung berat badan (kg) terhadap tinggi badan (cm) guna
mengetahui status keadaan tubuh yang sebenarnya. Dewasa ini keputusan memilih
makanan pada kebanyakan orang bukannya karena nilai gizinya melainkan cita rasa,
budaya, dan ketersediaan bahan pangan itu sendiri.

Pola makan bergizi seimbang bukan hanya memperhatikan sumber zat - zat gizi
makro (karbohidrat, lemak dan protain) dan air, melainkan juga sumber zat - zat gizi
mikro (vitamin dan mineral) dengan memperhatikan beberapa faktor di luar makanan
yang berpengaruh pada kemanfaatan zat - zat gizi tersebut bagi kesehatan. Pola makan
bergizi seimbang mengatur secara proporsional keragaman golongan makanan, baik
dalam jenis maupun jumlah sesuai dengan kebutuhan.

Pola makan sehat adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis
makanan dengan maksud tertentu, seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi,
mencegah atau membantu kesembuhan penyakit. Pola makan sehari - hari merupakan
pola makan seseorang yang berhubungan dengan kebiasaan makan sehari – hari.

KERANGKA TEORI

42
Asupan Karbohidrat

DIABETES MELLITUS

Jenis Diet

KERANGKA KONSEP :

POLA MAKAN

Jumlah Zat Gizi JUMLAH JENIS DIET

JENIS BAHAN MAKANAN


DIABETES MELLITUS
GENETIK/ KETURUNAN

BAB III
METODE PENELITIAN
43
A. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang dipakai adalah Penilitian non eksperimental yaitu


penelitian yang dilakukan secara tidak langsung , dan lebih mengarah kepada
pengumpulan data dengan menggunakan survei deskripsif, yaitu penelitian
yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu
terjadi. Pendekatan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
data retrospektif dengan melakukan penelusuran dokumen terdahulu, yaitu
rekam medis pasien diabetes mellitus di Rumah Sakit Universitas Kristen
Indonesia Jakarta Timur.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


a. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Universitas Kristen Indonesia
Jakarta Timur.

b. Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai sejak bulan Desember 2017 yang mencakup tahapan
persiapan sampai dengan laporan.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi dari target penelitian ini adalah pasien yang menderita penyakit
diabetes mellitus di Rumah Sakit Universitas Kristen Indonesia Jakarta Timur.

2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang di teliti. Sampel dalam
penelitian ini adalah pasien yang menderit penyakit diabetes mellitus di Rumah

44
Sakit Universitas Kristen Indonesia Jakarta Timur. Pada waktu dilakukan
penelitian yang memenuhi kriteria saja.

3. Sampling
Samplig pada penelitian ini menggunakan Qouta Sampling . Sampling dalam
penelitian ini adalah jumlah pasien yang menderita Diabetes Mellitus Tipe II di
Rumah Sakit Universitas Kristen Indonesia Jakarta Timur.

D. Kriteria Sampel
Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek peneliti dapat mewakili dalam
sampel peneliti yang memenuhi syarat sebagai sampel atau persyaratan umum
yang harus dipenuhi oleh subjek agar dapat diikutkan dalam penelitian.

Kriteria inksklusi pada penelitian ini adalah:

1. Seluruh pasien Diabetes Melitus yang berstatus sebagai pasien di Rumah Sakit
Universitas Kristen Indonesia Jakarta Timur.

Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili
sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai peneltian.
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:
1. Pasien yang bukan menderita penyakit Diabetes Melitus.
2. Tidak berstatus sebagai pasien di RSU UKI Cawang.

E. Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen : Diabetes Mellitus
2. Variabel Independen : Asupan gizi ( Asuapan karbohidrat dan serat)
pada pasien menderita penyakit diabetes mellitus.

45
F. Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional


 penyakit kronis yang masih menjadi masalah utama dalam dunia
kesehatan di Indonesia.
Diabetes Mellitus  kelaninan metabolik dengan etiologi multifaktoria yang di tandai
dengan hiperglikemia kronis dan mempengaruhi metabolisme
karbohidrat, protein, lemak.

Pola makan

Jumlah zat gizi

Jumlah bahan makanan

G. Cara Pengumpulan Data


Pengumpulan data dengan data sekunder yang di peroleh dari Rekam
Medik yang ada di Rumah Sakit Universitas Kristen Indonesia Jakarta Timur
pada tahun 2016 – 2017.

H. Instrumen Penelitian
a. Alat tulis
b. Kertas berisi format dalam bentuk tabel untuk mengklasifikasi variabel yaitu
nomor urut, nomor rekam medik, jenis kelamin, umur, berat badan, asupan
gizi, asupan serat pada pasien penderita diabetes mellitus.

I. Rencana Pengelolahan Data dan Analisis Data


Pengelolahan data dilakukan dengan program Statistical Program for the
Social Sciences (SPSS).

46
Langkah pengelolahan data:
1. Pemeriksaan data (Editing)
Peneliti memeriksa data sekunder dari rekam medis sebagai data mentah
yang masuk dan memeriksa kelengkapan isinya agar data yang diperoleh
tersebut valid dan dapat dipertanggung jawabkan.

2. Pemberian kode (Coding)


Peneliti mengode data rekam medis yang didapatkan, contohnya yang
berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.

3. Processing atau Data Entry


Menyusun data yang dikumpulkan setelah melewati proses editing dan
coding, dikelompokkan dengan cara yang diteliti dan teratur, kemudian
dimasukkan ke dalam program SPSS for Windows. Lalu, data dihitung dan
dijumlahkan ke dalam beberapa kategori.

4. Cleaning
Peneliti memastikan tidak ada data yang terlewatkan dan kesalahan
dalam pengodean. Jika terdapat kesalahan, dilakukan pembetulan atau koreksi
(data cleaning).

5. Analisis
Analisis data dalam penelitian ini mengunakan uji statistik deskriptif univariat
dan untuk mengetahui gambaran jenis diet pada penderita Diabetes Mellitus
Tipe II di Rumah Sakit Uki Jakarta Timur.

47

Anda mungkin juga menyukai