Anda di halaman 1dari 8

DIABETES MELITUS TIPE I

MAKALAH

oleh:
Laili Fajariyatul Hasanah NIM 142310101022
Fauziyah NIM 142310101040
Nifta Rahmawardani NIM 142310101055
Hafidz Wa’idz Alqorni NIM 142310101079
Musrifah NIM 142310101088
Nilam Ganung P.M. NIM 142310101129

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit yang sering dijumpai dan
prevalen di seluruh dunia. Pada diabetes melitus bisa terdapat penurunan sekresi
insulin atau resistensi terhadap insulin. Tanpa efek yang ditimbulkan oleh insulin,
glukosa tidak dapat dibawa ke dalam sel dan hiperglikemia (peningkatan kadar
gula darah) dapat terjadi.
Diabetes Melitus sangat erat dengan mekanisme pengaturan gula normal.
Pada kondisi normal, kadar gula tubuh akan selalu terkendali, berkisar 70-110
mg/dl, oleh pengaruh kerja hormon insulin yang diproduksi oleh kelenjar
pankreas. Pada orang yang sehat, karbohidrat dalam makanan yang dimakan akan
diubah menjadi glukosa di usus yang akan didistribusikan ke seluruh sel tubuh
untuk dijadikan energi dengan bantuan insulin.
Berkat pengaruh insulin ini, gula dalam darah sebagian besar akan masuk ke
dalam berbagai macam sel tubuh (terbanyak sel otot) dan akan digunakan sebagai
bahan energi dalam sel tersebut. Sel otot kemudian menggunakan gula untuk
beberapa keperluan yakni sebagai energi, sebagian disimpan sebagai glikogen dan
jika masih ada sisa akan diubah menjadi lemak dan protein. Kriteria yang paling
dapat diterima untuk menegakkan diagnosis diabetes melitus adalah sebagai
berikut:
 Kadar glukosa plasma puasa sepanjang malam ≥ 140 mg/dL pada sedikitnya
dua kali pemeriksaan
 Sesudah mengonsumsi 75 g glukosa per oral diambil contoh darah setiap
1 1
setengah jam sekali pada saat jam, 1 jam, 1 jam dan 2 jam sesudahnya.
2 2
Diagnosis diabetes melitus ditegakkan apabila kadar glukosa plasma 2 jam
sesudahnya dan sedikitnya pada salah satu dari sampel yang diperiksa setiap
1
jam sekali adalah lebih besar atau sama dengan 200 mg/dL.
2
Pada orang yang menderita DM, glukosa sulit masuk ke dalam sel karena
sedikit atau tidaknya zat insulin dalam tubuh. Akibatnya kadar glukosa dalam
darah menjadi tinggi sehingga air seni penderita kencing manis akan mengandung
glukosa. Selanjutnya orang tersebut akan kekurangan energi/ tenaga, mudah lelah,
lemas, mudah haus dan lapar, sering buang air kecil, gatal-gatal, dan sebagainya.
Tidak jarang bagi penderita yang parah, anggota tubuhnya bisa diamputasi karena
pembusukan. Namun pengambilan keputusan tersebut dengan melihat diagnosa
pada penderita karena diabetes memiliki tiga macam jenis yakni; diabetes tipe I
(tergantung insulin) dan diabetes tipe 2 (tidak tergantung insulin).
Bagi yang individu yang masih sehat maupun yang sudah sakit, sangat
dianjurkan melakukan perawatan yang serius yaitu melaksanakan/ menjalani gaya
hidup yang sehat ataupun melakukan terapi dan diet diabetes. Berbagai penelitian
menunjukan bahwa kepatuhan pada pengobatan penyakit yang bersifat kronis baik
dari segi medis maupun nutrisi, pada umumnya rendah. Dan penelitian terhadap
penyandang diabetes mendapatkan 75 % diantaranya menyuntik insulin dengan
cara yang tidak tepat, 58 % memakai dosis yang salah, dan 80 % tidak mengikuti
diet yang tidak dianjurkan. Sehingga pada makalah ini akan dibahas secara singkat
mengenai diabetes melitus tipe I dan terapi serta diet yang dilakukan oleh
penderita.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan diabetes melitus tipe I?
2. Bagaimanakah terapi dan pengobatan yang harus diberikan?
3. Bagaimanakah diet sehat bagi penderita diabetes melitus tipe I tersebut?

1.3 Tujuan Penulisan


Untuk memberikan wawasan mengenai diabetes melitus tipe I, cara
pengobatan dan terapinya, serta diet sehat yang pada penderita DM I.

1.4 Manfaat Penulisan


Dapat memberikan informasi atau wawasan lebih banyak mengenai diabetes
melitus tipe I pada pembaca.
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Diabetes Melitus Tipe I


Pada penderita diabetes tipe I dikenal sebagai diabetes yang tergantung
insulin. Tipe ini berkembang jika sel-sel beta pankreas memproduksi insulin
terlalu sedikit atau bahkan tidak memproduksi insulin terlalu sedikit atau bahkan
tidak memproduksi sama sekali. Jenis ini biasanya muncul sebelum usia 40
tahunan bahkan termasuk pada usia anak-anak.
Diabetes tipe I merupakan kondisi autoimun yang menyebabkan kerusakan
sel β pancreas sehingga timbul defisiensi insulin absolut. Infiltrasi pulau
pankreas oleh makrofag yang teraktivasi, limfosit T sitotoksin dan supresor, dan
limfosit B menimbulkan insulitis destruktif yang sangat selektif terhadap populasi
sel β. Sekitar 70-90% sel β hancur sebelum timbul gejala klinis. DM tipe 1
merupakan gangguan poligenik dengan peran factor genetic sebesar 30%.
Terdapat kaitan dengan HLA halotipe DR3 dan DR4 didalam kompleks
histokompatibilitas mayor pada kromosom 6, walaupun alel ini dapat merupakan
marker untuk lokus lain yang berperan dalam antigen HLA klas II yang terlibat
dalam inisiasi respon imun. Faktor lingkungan dapat juga berperan penting
sebagai etiologi diabetes tipe 1.
Sampai saat ini diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah karena penyebabnya
bukan dari pola makan yang tidak sehat melainkan karena adannya kesalahan
reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas
tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.
Diet dan olahraga tidak bisa menyembuhkan ataupun mencegah diabetes
tipe 1 walaupun memiliki kesehatan dan berat badan yang baik saat penyakit ini
mulai diderita. Selain itu, sensitivitas maupun respons tubuh terhadap insulin
umumnya normal pada penderita diabetes tipe ini, terutama pada tahap awal.
Dimana penderita dirawat dengan menyuntikkan insulin dan dianjurkan untuk
melakukan pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui alat
monitor pengujian darah. 5-10% dari penderita diabetes menderita diabetes tipe 1.
2.2 Patofisiologi Diabetes Melitus
Hiperglikemia merupakan salah satu gambaran utama penyakit DM.
Kenaikan gula darah ini disebabkan olehberkurangnya penggunaan glukosa dalam
jaringan perifer yang disertai peningkatan glukoneogenesis. Hiperglikemia
sepintas yang ringan tidak berbahaya dan terjadi sesudah setiap kali makan.
Tetapi, ketika kadar glukosa darah mengalami kenaikan yang nyata dan kronis,
maka dapat timbul komplikasi berikut ini:
1. Glikosuria dan piliura
Ketika sadar glukosa darah melampaui ambang renal untuk glukosa, maka
glukosa dapat terlihat di dalam urine. Eksresi-renal molekul glukosa yang
osmotis-aktif menyebabkan ekskresi sejumlah besarair ke dalam urine
(poliuria,diuresis osmotik). Dehidrasi yang diakibatkan akan mengaktifkan
mekanisme rasa haus yang menyebabkan polidipsia. Hilangnya glukosa ke dalam
urine berarti hilangnya energi dari dalam tubuh. Na+ dan K+ dengan jumlah yang
signifikan juga menghilang ke dalam urine sebagai efek samping diuresis
osmotik.
2. Gangguan fungsi fagositik
Pasien DM lebih mudah mengalami infeksi dibandingkan orang yang bukan
penyandang diabetes. Semua aspek fungsi fagositik leukosit (pelekatan,
diapedesis, fagositosis, dan pembunuhan intrasel) tampaknya terganggu oleh
hiperglikemia.
3. Glikosilasi Hemoglobin
Pada orang yang normoglikemik, molekul glukosa secara non-enzimatim
akan melekat pada sebagian kecil hemoglobin A(<7%). Produk ini dinamakan
hemoglobin A yang terglikosilasi (HbA1). Ada tiga varian HbA1 yang sudah
berhasil diisolasi lewat teknik kromatografi atau elektroforesis yaitu HbA1a ,
HbA1b , dan HbA1c . pada HbA1c , glukosa melekat pada ujung terminal valin dari
setiap rantai β. Glikosilasi akan menyekat reaksi 2,3 DPG dengan hemoglobin
yang menyebabkan sedikit peningkatan afinitasnya terhadap oksigen kendati
secara klinis tidak signifikan.
2.3 Terapi dan Pengobatan Diabetes Melitus Tipe 1
Tujuan terapi adalah mempertahankan kadar glukosa darah sedekat
mungkin dengan nilai normal, yang bervariasi sekitar 4-9 mmol/L. Terapi modern
untuk klien dengan diabetes tipe 1 menggunakan pendekatan multidisiplin yang
melibatkan dokter, perawat spesialis, ahli gizi, ahli mata, dan ahli chiropody,
semuanya memegang peranan penting. Edukasi pasien merupakan hal vital dalam
terapi semakin seorang penyandang diabetes mengerti kondisinya dan dapat
mengatur penggunaan insulin dan makanannya, maka semakin baik control
glukosanya dan semakin kecil kemungkinan terjadinya. Namun, pada diabetes tipe
I ini hanya dapat diberi insulin berupa injeksi dan belum ada insulin yang
berbentuk tablet karena dapat menyebabkan kerusakan lambung. Selain itu
pemberian injeksi insulin ini juga perlu memperhatikan dosis yang tepat karena
jika tidak tepat penderita akan terkena hiperglikemi.

2.4 Diet Diabetes Melitus Tipe 1


Pasien diabetes tipe 1 (diabetes melitus tergantung insulin, DMTI)
memerlukan terapi diet untuk mengendalikan kadar glukosa darah. Terapi nutrisi
untuk mengendalikan glukosa darah pada pasien DM tipe 1 harus mencakup
pedoman berikut ini:
 Makan makanan secara teratur (tiga kali makanan pokok dan tiga kali cemilan
per hari dengan waktu yang kurang lebih setiap hari) dengan jumlah kalori
yang adekuat untuk memungkinkan tumbuh kembang yang normal.
 Karbohidrat 60 – 65% , protein 25%, lemak <30%
 Makan hidratarang dengan jumlah yang sama setiap kali makan makanan
utama atau makanan camilan untuk meningkatkan pengendalian glukosa darah.
 Membatasi asupan lemak, khususnya lemak jenuh rantai panjang dan kolesterol
serta membatasi asupan gula sederhana termasuk gula pasir, gula aren, madu,
sirup jagung, dan mungkin pula fruktosa.
 Jumlah kalori : 1000 + (usia(tahun)x100) kalori perhari.
 Melakukan olahraga satu jam sebelum makan untuk meningkatkan
pengendalian glukosa darah.
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Diabetes melitus merupakan penyakit yang ditandai dengan kadar gula yang
tinggi. Dalam keadaan puasa, artinya setelah 8 jam tidak makan dan tidak minum,
ketika hasil tes darah menunjukkan gula darah >100mg/dL dan setelah 2 jam
makan diperiksa kembali dan hasil kadar gula darahnya >140mg/dL maka orang
tersebut didiagnosis menderita diabetes.
Diabetes dibedakan menjadi dua yaitu diabetes tipe I (tergantung insulin)
dan diabetes tipe II (tidak tergantung insulin). Pada pembahasan tersebut, diabetes
tipe I merupakan kondisi autoimun yang menyebabkan kerusakan sel β pancreas
sehingga timbul defisiensi insulin absolut.
Sampai saat ini diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah karena penyebabnya
bukan dari pola makan yang tidak sehat melainkan karena adanya kesalahan
reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas
tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh. Hanya saja terapi dapat
mempertahankan kadar glukosa darah sedekat mungkin dengan nilai normal dan
dengan melakukan diet sehat setidaknya dapat meminimalisir diabetes melitus tipe
I tersebut.

3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka disampaikan beberapa saran sebagai
berikut:
a. Bagi Penulis
Penulis dapat belajar dalam menulis makalah dan makalah ini belum
sempurna. Sehingga, masih membutuhkan pembelajaran lebih lanjut
dalam penulisan makalah selanjutnya.
b. Bagi Pembaca
Bagi penderita diabetes melitus jagalah selalu pola makan anda, hindari
makan makanan yang tidak dianjurkan oleh dokter serta jika perlu lakukan
terapi secara teratur maupun melakukan diet.
DAFTAR PUSTAKA

Shabella, Rifdah. 2013. T-E-R-A-P-I Herbal Buah Sayuran untuk Diabetes. Jawa
Tengah:Cable book
Hartono, Andry. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta: EGC
Toruan, Phaidon L. 2012. Fat-Loss Not Weight Loss For: Diabetes Sakit Tapi
Sehat. Jakarta: Transmedia
Berkowitz, Aaron. 2013. Patofisiologi Klinik. Tangerang Selatan: Binarupa
Aksara

Anda mungkin juga menyukai