LAPORAN PENDAHULUAN
OLEH:
Nilam Ganung Permata Mahardita, S. Kep
NIM 182311101025
Tempat : Ruang 18
Mahasiswa
BERITA ACARA
Pada hari ini, Jum’at tanggal 02 November 2018 jam 09.00 s/d 09.30 WIB
bertempat di Ruang 18 RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Propinsi Jawa Timur
telah dilaksanakan Kegiatan Pendidikan Kesehatan tentang Kanker dan Nutrisi
oleh Mahasiswa Program Studi Pendidikan Profesi Ners Universitas Jember.
Kegiatan ini diikuti oleh 3 orang (daftar hadir terlampir).
Mahasiswa
Penyuluh
Nilam Ganung Permata Mahardita, S.Kep.
NIM 182311101025
Mengetahui Pembimbing Klinik Ruang 18
RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
2. Definisi
Kanker pankreas merupakan tumor yang relatif sering terjadi. Lokasi
timbulnya tersering pada daerah kaput pankreas, yaitu 60% kemudian disusul
kanker kaudal 30% dan kanker seluruh pankreas yaitu 10%. Ada banyak faktor
resiko yang dapat menyebabkan kanker pankreas, diantaranya merokok,
obesitas, kronik pancreatitis, dan mutasi gen (Japaris, 2008; Mayer, 2005).
Kanker pankreas ini merupakan penyebab kematian keempat akibat kanker
(selain kanker paru, colon dan payudara), baik pada pria maupun wanita di
Amerika Serikat. Menifestasi klinik dari karsinoma kaput pankreas yang paling
sering di jumpai adalah sakit perut, berat badan turun dan ikterus. Diagnosis
sulit ditegakkan, sehingga tumor biasanya tidak ditemukan kecuali bila telah
menyebar terlalu luas sehingga tidak dapat dilakukan reseksi lokal.
3. Epidemiologi
Karsinoma pankreas di Amerika Serikat merupakan penyebab
kematian keempat akibat keganasan setelah kanker paru, kolon, dan
payudara, baik pada pria maupun wanita. Pada tahun 2018, American
Cancer Society memperkirakan terdapat sekitar 55.440 kasus baru karsinoma
pankreas yang terdiagnosis (29.200 pria dan 26.240 wanita) dan 44.330 kasus
yang meninggal karena karsinoma pankreas (23.020 pria dan 21.310
wanita). Data (GLOBOCAN, 2012) karsinoma pankreas di Indonesia
disebutkan insidens kanker pankreas 5.829 dan kematian karena kanker
pankreas sebanyak 5.642. Di RSUP Dr. Kariadi Semarang, pada tahun 1997-
2004 terdapat 53 kasus karsinoma pankreas. Di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo, pada tahun 2012-2015 terdapat 73 kasus karsinoma kaput
pankreas. Insidensi kanker pankreas sedikit lebih tinggi laki-laki daripada
perempuan, dan 2/3 dari kasus baru terjadi pada orang > 65 tahun, dan pada
perokok dua kali lebih tinggi dibanding dengan bukan perokok. Sebagian
besar, pasien meninggal dalam waktu 1 tahun setelah diagnosis penyakit.
Secara keseluruhan, angka kelangsungan hidup 1 tahun sekitar 12 % dan 5
tahun sekitar 0,4%-4% .
4. Etiologi
Etiologi karsinoma pankreas masih belum jelas. Penelitian
epidemiologik menunjukkan hubungan karsinoma pankreas dengan
beberapa faktor predileksi. Faktor endogen yang berperan dalam terjadinya
karsinoma pankreas antara lain usia, penyakit pankreas (pankreatitis kronik,
diabetes melitus), dan mutasi gen (p16, p53). Faktor eksogen yang berperan
dalam terjadinya karsinoma pankreas antara lain kebiasaan merokok, diet
tinggi lemak, alkohol, kopi, dan terpajan zat karsinogen industri (Irmayanti
et al, 2018).
5. Patofisiologi/Patologi
Kanker pankreas hampir 90 % berasal dari duktus, dimana 75 % bentuk
klasik adenokarsinoma sel duktal yang memproduksi musin. Sebagian besar
kasus (±70%) lokasi kanker pada kaput pankreas, 15- 20% pada badan dan
10% pada ekor. Pada karsinoma daerah kaput pankreas dapat menyebabkan
obstruksi pada saluran empedu dan ductus pankreatikus daerah distal, hal ini
dapat menyebabkan manifestasi klinik berupa ikterus (Castillo, Carlos,
Jimenez, & Ramon, 2006; Sudoyo, 2006).
Kanker dimulai ketika sel-sel di bagian tubuh mulai tumbuh di luar
kendali. Ada berbagai jenis kanker, tetapi itu semua dimulai karena out-of-
control dari pertumbuhan sel yang abnormal. Pertumbuhan sel kanker berbeda
dari pertumbuhan sel normal. Bukannya mati, sel-sel kanker terus tumbuh dan
membentuk sel-sel abnormal baru. Sel-sel kanker juga dapat menyerang dan
tumbuh menjadi jaringan lain, hal yang sel-sel normal tidak dapat lakukan.
Tumbuh di luar kendali dan menyerang jaringan lain adalah hal yang membuat
sel menjadi sel kanker.Begitu juga dengan karsinoma pankreas.
Sel-sel kanker sering melakukan perjalanan ke bagian tubuh lainnya, di
mana mereka mulai tumbuh dan membentuk tumor baru yang menggantikan
jaringan normal. Proses ini disebut metastasis. Hal ini terjadi ketika sel-sel
kanker masuk ke dalam aliran darah atau pembuluh getah bening tubuh. Para
peneliti masih belum mengetahui secara jelas apa yang menjadi penyebab
utama dari kanker pankreas, tapi mereka menemukan beberapa faktor risiko
yang dapat membuat seseorang menjadi lebih mudah untuk mendapatkan
penyakit ini. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa beberapa dari faktor risiko
ini mempengaruhi DNA dari sel pankreas, dimana dapat menghasilkan
pertumbuhan sel yang abnormal dan mungkin menyebabkan pembentukan
tumor.
Biasanya, karsinoma pankreas pertama kali bermetastasis ke kelenjar
getah bening regional, lalu ke hati dan yang lebih jarang, ke paru-paru. Hal ini
juga dapat langsung menyerang sekitar organ visceral seperti duodenum, perut,
dan usus besar, atau dapat bermetastasis ke permukaan dalam rongga perut
melalui penyebaran peritoneal. Ascites bisa terjadi, dan ini memiliki prognosis
yang buruk. Kanker pankreas dapat menyebar ke kulit sebagai metastasis
nodular yang menyakitkan. Metastasis ke tulang jarang terjadi. Kanker
pankreas jarang menyebar ke otak, tetapi bisa menghasilkan karsinomatosis
meningeal.
Umumnya tumor meluas ke retroperitonel ke belakang pankreas,
melapisi dan melekat pada pembuluh darah. Secara mikroskopik terdapat
infiltrasi di jaringan lemak peripankreas, saluran limfe , dan perineural. Pada
stadium lanjut, kanker kaput pankreas sering bermetastasis ke duodenum,
lambung, peritonium, hati dan kandung empedu (Castillo. et. al., 2006).
Karsinoma pankreas diyakini berasal dari sel-sel duktal dimana
serangkaian mutasi genetik telah terjadi di protooncogene dan gen supresor
tumor. Mutasi pada onkogen K-ras diyakini menjadi peristiwa awal dalam
perkembangan tumor dan terdapat lebih dari 90 % tumor. Hilangnya fungsi
dari beberapa gen supressor tumor (p16, p53, DCC, APC, dan DPC4)
ditemukan pada 40-60% dari tumor. Deteksi mutasi K-ras dari cairan pankreas
yang diperoleh pada endoskopik retrograde cholangiopancreatography telah
digunakan dalam penelitian klinis untuk mendiagnosa kanker pancreas (Brand,
2003).
Pada sebagian besar kasus, tumor sudah besar (5-6 cm) dan atau telah
terjadi infiltrasi dan melekat pada jaringan sekitar, sehingga tidak dapat di
reseksi, sedangkan tumor yang dapat direseksi berukuran 2,5-3,5 cm (Sudoyo,
2006).
6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada kanker caput pankreas adalah berkaitan dengan
invasi atau kompresi dari struktur yang berdekatan. Gejala awal penyakit ini
seringkali tidak spesifik dan sering terabaikan, sehingga pasien terlambat
didiagnosis. Gejala paling khas karsinoma kaput pankreas adalah ikterus
obstruktif akibat penekanan tumor pada duktus koledokus (Gambar 1).
Gejala klinis kembung, anoreksia, muntah, diare, steatorea, dan badan lesu
biasanya berlangsung lebih dari dua bulan sebelum diagnosis. Ikterus,
nyeri abdomen, dan penurunan berat badan merupakan gejala klasik yang
sering menjadi. Berikut merupakan penjelasan terkait dengan manifestasi klinis
pada kanker caput pankreas.
a. Rasa penuh, kembung di ulu hati, anoreksia, mual, muntah, diare
(steatore), dan badan lesu. Keluhan tersebut tidak khas karena dijumpai
pada pancreatitis dan tumor intraabdominal. Keluhan awal biasanya
berlangsung >2 bulan sebelum diagnosis kanker. Keluhan utama yang
sering adalah sakit perut, berat badan turun (>75 % kasus) dan ikterus
(terutama pada kanker kaput pankreas).
b. Lokasi sakit perut biasanya di ulu hati, awalnya difus, selanjutnya
terlokalisir. Sakit perut biasanya disebabkan invasi tumor pada pleksus
coeliac dan pleksus mesenterikus superior. Dapat menjalar ke punggung,
disebabkan invasi tumor ke daerah retroperitoneal dan terjadi infiltrasi
pada pleksus saraf splanknikus.
c. Penurunan berat badan awalnya melambat, kemudian menjadi progresif,
disebabkan berbagai faktor: asupan makanan kurang, malabsorbsi lemak
dan protein, dan peningkatan kadar sitokin pro-inflamasi (tumor necrosis
factor-a dan interleukin-6).
d. Ikterus obstruktivus, dijumpai pada 80-90 % kanker kaput pankreas berupa
tinja berwarna pucat (feses akolik).
Selain itu tanda klinis lain yang dapat kita temukan antara lain, pembesaran
kandung empedu (Courvoisier’s sign), hepatomegali, splenomegali (karena
kompresi atau trombosis pada v. porta atau v. lienalis, atau akibat metastasis
hati yang difus), asites (karena infiltrasi kanker ke peritoneum), nodul
periumbilikus (Sister Mary Joseph’s nodule), trombosis vena dan migratory
thrombophlebitis (Trousseau’s syndrome), perdarahan gastrointestinal, dan
edema tungkai (karena obstruksi VCI) serta limfadenopati supraklavikula
sinistra (Virchow’s node) ( Padmomarono, 2006).
7. Klasifikasi
Jaime Ruiz-Tovar mengemukakan bahwa 95% dari tumor pankreas
berasal dari komponen eksokrin (ductal dan acinar cells) yang memberi
gambaran adenocarcinoma. Neoplasma endokrin dijumpai sekitar 1-2% dan
frekuensi “non epithelial malignancies” jarang. Ductal carcinoma merupakan
tipe tumor eksokrin pankreas yang paling banyak ditemukan pada kaput
pankreas. Ductal adenocarcinoma, colloid carcinoma, adenosquamous
carcinoma, phleomorphic carcinoma, sarcomatoid carcinoma dan giant
carcinoma merupakan beberapa subtype ductal carcinoma. Dari sub tipe
tersebut di atas, adenocarcinoma yang paling sering dijumpai (60-70%) ada
tumor kaput pancreas (Hua & Liang, 2009).
Gambar 8: TNM Classification
Para pasien dianalisa berdasarkan staging tumor-node-metastasis
(TNM) kanker pankreas dari International Union of Counter Cancer (UICC)
(1997). 45,5% pasien berada pada TNM tahap Ⅰ dan Ⅱ, dan sisanya (54,5%)
pada tahap Ⅲ dan Ⅳ. Metastasis jauh biasanya ditemukan pada kanker
pankreas. Berdasarkan penelitian, 25,9% (49/189) dari pasien ditemukan
memiliki metastasis jauh. Hati adalah lokus metastasis umum, dan yang
kejadiannya adalah 67,3% (33/49) (Hua & Liang, 2009).
8. Komplikasi
Adapun komplikasi dari karsinoma kaput pankreas adalah (Buchler &
Waldemar, 2004):
a. Ikterus Obstruktif
b. Obstruksi gastric outlet
c. Pankreatitis akut (5% sebagai tanda )awal karsinoma
d. Perdarahan traktus gastrointestinal (jarang)
e. Ascites
f. Splenomegaly/ varises esofagus
g. Diabetes melitus
h. Steatorrhea
i. Thrombophlebitis migrans
j. Thromboembolic disease
9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengetahui
keadaan pankreas yaitu:
a. Laboratorium
Pada sebagian besar pasien didapatkan tanda-tanda anemia karena
defisiensi nutrisi atau perdarahan per anal, atau akibat penyakit menahun,
peningkatan laju endap darah (LED), peningkatan dari serum alkali fosfat,
bilirubin, dan transaminase. Karena sebagian besar kanker pankreas
terjadi di kaput, maka obstruksi dari saluran empedu sering ditemui.
Obstruksi dari saluran empedu distal menyebabkan tingginya serum alkali
fosfat empat sampai lima kali di atas batas yang normal, begitu pun
dengan billirubin (Brand, 2003). Penanda tumor CA 19-9 (antigen
karbohidrat 19,9) sering meningkat pada kanker pankreas. CA 19-9
dianggap paling baik untuk diagnosis kanker pankreas, karena memiliki
sensitivitas dan spesifivitas tinggi (80% dan 60-70%), akan tetapi
konsentrasi yang tinggi biasanya terdapat pada pasien dengan besar tumor
> 3 cm, dan merupakan batas reseksi tumor (Sudoyo, 2006). Beberapa
pemeriksaan darah yang dapat diketahui yaitu sebagai berikut (Irmayanti
et al, 2018).
1) Serum amilase dan lipase meningkat
2) Tes faal hati meningkat, terutama pada kolestasis ekstrahepatik
(bilirubin, ALP, AST, ALT, hasil elektroforesis protein).
3) Kadar glukosa darah meningkat (±20%)
4) CEA (carcino-embryonic antigen). Merupakan glikoprotein yang
diberntuk di saluran gastrointestinal dan pankreas sebagai antigen
permukaan sel yang disekresikan ke dalam cairan tubuh. CEA
meningkat dapat mendeteksi karsinoma kaput pankreas, tetapi tidak
cukup sensitif untuk deteksi dini.
5) CA 19-9 (carbohydrate antigen 19-9), merupakan substansi yang
dihasilkan oleh sel-sel kanker kelenjar eksokrin pankreas dan dapat
dideteksi pada pemeriksaan darah. Penanda tumor CA 19-9 meningkat
pada karsinoma kaput pankreas dan dianggap paling baik untuk
diagnosis dengan spesifisitas 60-70% dan sensitivitas 80%.
6) Dalam feses ditemukan tanda-tanda steatorea, yaitu tinja terapung dan
kadar lemak yang tinggi.
7) Dalam urin ditemukan hasil urinalisis bilirubin positif dalam urin
(bilirubinuria).
b. Gambaran Radiologi
1) Gastroduodenografi
Gambar 5. USG: karsinoma pankreas yang berada pada kaput pankreas (Bates,2004)
Gambar 8. CT-scan gambaran hipodense pada tumor kaput pankreas( panah putih),
distended kantung empedu (Ahuja et al, 2006)
4) Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI secara jelas mencitrakan parenkim pankreas, pembuluh darah
sekitar pankreas dan struktur anatomis organ padat sekitar di regio
abdomen atas. Sangat berguna untuk diagnosis karsinoma pankreas
stadium dini dan penentuan stadium preoperasi.
Kolangiopankreatigrafi MRI (MRCP) menghasilkan gambar serupa
dengan ERCP (endoscopic retrograde cholangio- pancreaticography),
secara jelas mencitrakan saluran empedu intra dan extrahepatik, serta
saluran pankreas (Japaries, 2008).
Gambar 10. Gambaran striktur pada duktus biliaris (Bowles dan Benjamin, 2002)
6) EUS (Endoskopik Ultrasonografi)
EUS mungkin tes yang paling akurat dalam mendiagnosis kanker
pankreas. Beberapa studi membandingkan dengan CT telah
menunjukkan bahwa EUS memiliki sensitivitas yang lebih tinggi dan
spesifisitas untuk mendiagnosis, terutama mengevalasi tumor kecil.
Selain itu EUS sangat akurat untuk melihat invasi lokal dan
metastasis nodal dari kanker pankreas. Selain itu EUS juga dapat
membantu dalam proses biopsi tumor (Castillo. et. al., 2006).
Gambar 18. Pencitraan EUS pada pasien dengan massa pada kaput pankreas, yang
mengenai vena porta (Varadarajulu dan Wallace, 2004).
10. Penatalaksanaan
Penanganan karsinoma pankreas terdiri atas 3 modalitas terapi yaitu
pembedahan, kemoterapi dan radioterapi. Pilihan untuk pembedahan kuratif
meliputi pankreatikoduodenektomi (prosedur Whipple), pankreatektomi distal,
dan pankreatektomi total. Pankreatektomi total merupakan terapi yang paling
efektif, akan tetapi hanya dapat dilakukan pada sekitar 10-20% kasus. Selain
itu, angka survival-5-tahun hanya 10-15% dengan median 11-18 bulan.
Kontraindikasi absolut operasi reseksi adalah metastasis pada hepar, peritoneal
maupun limfonodi jauh, atau pasien yang keadaan klinisnya tidak
memungkinkan untuk dilakukan operasi mayor. Pankreatikoduodenektomi
dengan reseksi vena porta atau vena mesenterika superior cukup aman dan bisa
dilakukan, dengan mortalitas dan morbiditas yang sama dengan pankreat
ikoduodenektomi tanpa reseksi vaskuler. Menurut Sudoyo (2006)
penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien dengan kanker kaput
pankreas yaitu sebagai berikut.
a. Bedah reseksi ‘kuratif’.
Mengangkat/mereseksi komplit tumor massanya. Yang paling sering
dilakukan adalah prosedur Whipple. Operasi whipple merupakan prosedur
dengan pengangkatan kepala (kaput) pankreas dan biasanya sekitar 20%
pankreas dihilangkan.
b. Bedah paliatif.
Untuk membebaskan obstruksi bilier, pemasangan stent perkutan dan stent
per-endoskopik.
c. Kemoterapi.
Bisa kemoterapi tunggal maupun kombinasi. Kemoterapi tunggal seperti 5-
FU, mitomisin-C, Gemsitabin. Kemoterapi kombinasi yang masih dalam
tahap eksperimental adalah obat kemoterapi dengan kombinasi epidermal
growth factor receptor atau vascular endothelial growth factor receptor.
Pada karsinoma pankreas yang telah bermetastasis memiliki respon buruk
terhadap kemoterapi. Secara umum kelangsungan hidup setelah diagnosis
metastasis kanker pankreas, kurang dari satu tahun. Pengobatan kemoterapi
pada kanker pankreas stadium lanjut masih jauh dari memuaskan.
Kemoterapi yang sering digunakan pada kanker pankreas adalah 5-
fluorouracil (5-FU) dan gemcitabine. 5-FU merupakan analog pirimidin
yang dapat menghambat sintesis DNA dan RNA. Gemcitabine merupakan
analog antimetabolit deoxisit idin, dan digunakan sebagai standar pilihan
kemoterapi untuk kanker pankreas. Selain kemoterapi tunggal, pendekatan
lain adalah dengan kombinasi kemoterapi. Penggunaan kombinasi cisplat in,
epirubicin, gemcitabin dan 5-FU memberikan median survival yang lebih
lama daripada kemoterapi tunggal, akan tetapi hal ini masih dalam proses
penelit ian lebih lanjut.
d. Radioterapi.
Biasanya dikombinasi dengan kemoterapi tunggal 5-FU (5-Fluorouracil).
e. Terapi simtomatik.
Lebih ditujukan untuk meredakan rasa nyeri (obat analgetika): golongan
aspirin, penghambat COX-1 maupun COX-2, obat golongan opioid.
B. Clinical Pathway
MK:
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor rekam medis, tanggal
masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
b) Keluhan Utama
Identifikasi adanya nyeri pada lokasi abdomen ataupun tanda-tanda infeksi
pada bagian drainase (jika ada).
c) Riwayat Penyakit Sekarang
Kaji kronologi terjadinya kanker kaput pankreas bagaimana mekanisme
terjadinya, kronologi hingga dibawa ke rumah sakit dan keluhan yang
dirasakan apa saja.
d) Riwayat Penyakit Dahulu
e) Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan kanker kaput pankreas yaitu
diturunkan secara genetik.
f) Pola Kebiasaan
1) Pola Nutrisi
Dapat ditemukan mual muntah akibat gangguan pasase usus. Hal ini
disebabkan penekanan tumor pada lambung bagian distal. Gejala
pasien seperti penurunan berat badan, penurunan nafsu makan, dan
juga nyeri abdomen. Penurunan berat badan yang signifikan. Kedua
gejala ini dapat ditemukan pada penyakit-penyakit lain, yang
menyebabkan keterlambatan diagnosis, dimana lebih dari 2/3 pasien
didiagnosis setelah 2 bulan dari gejala awal yang muncul. Berat badan
yang menurun diperparah oleh kurangnya nafsu makan/anorekisa dan
malabsorbsi akibat gangguan fungsi eksokrin.
2) Pola Eliminasi
Pasien dapat cenderung mengalami gangguan eliminasi BAB seperti
konstipasi. Gejala yang paling khas pada karsinoma kaput pankreas
adalah ikterus obstruktif tanpa adanya nyeri. Hal ini akibat penekanan
tumor pada duktus choleduchus Pasien pada awalnya datang dengan
ikterus disertai warna urin yang gelap dan steatorea. Urin yang gelap
dan kotoran yang berwarna putih disertai gatal pada seluruh tubuh
biasanya mendahului ikterus. Gejala ini biasanya memberikan dugaan
adanya suatu keganasan pada pankreas.
3) Pola Istirahat/ Aktivitas
Kelemahan dan atau keletihan, perubahan pada pola istirahat & jam
kebiasaan tidur pada malam hari, pekerjaan mempengaruhi tidur,
misal nyeri, ansietas, berkeringat malam, serta Keterbatasan
partisipasi dalam melakukan kegiatan, pekerjaan dengan pemajanan
karsinogen lingkungan, tingkat stress tinggi.
4) Personal Hygiene
Pasien umumnya membutuhkan bantuan dari orang lain, aktivitas ini
sering dilakukan pasien ditempat tidur.
5) Riwayat Psikologis
Biasanya dapat timbul rasa takut dan cemas karena perubahan pada
body image, jika terjadi ikterik pada kulit serta terkadang mengalami
kulit kering dan bersisik karena gangguan balance cairan.
6) Riwayat Spiritual
Berkaitan dengan riwayat spiritual pasien kanker tidak mengalami
gangguan yang berarti, pasien masih tetap bisa bertoleransi terhadap
agama yang dianut, masih bisa mengartikan makna dan tujuan serta
harapan pasien terhadap penyakitnya.
7) Riwayat Sosial
Dampak sosial adalah adanya ketergantungan pada orang lain dan
sebaliknya pasien dapat juga menarik diri dari lingkungannya karena
merasa dirinya tidak berguna (tidak dapat melakukan apa-apa).
g) Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, dicari tanda-tanda karsinoma kaput pankreas,
yang paling sering adalah ikterus, gizi kurang, dan tanda-tanda komplikasi dan
metastasis, seperti hepatomegali, edema, perdarahan, dan pembesaran kelenjar
getah bening (Irmayanti, 2018).
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi:
asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik
Batasan Karakteristik
1) kram abdomen
2) nyeri abdomen
3) gangguan sensasi rasa
4) BB 20% atau lebih dibawah rentang BB ideal
5) Kerapuhan kapiler
6) Diare
7) Kehilangan rambut berlebihan
8) Enggan makan
9) Asupan makan yang kurang
10)Bising usus hiperaktif
11)Kurang informasi
12)Kurang minat terhadap makanan
13)Tonus otot menurun
14)Kesalahan informasi
15)Kesalahan persepsi
16)Mebran mukosa pucat
17)Ketidak mampuan memakan makanan
18)Cepat kenyang setelah makan
19)Sarianwan di rongga mulut
20)Kelemahan otot menelan
21)Kelemahan otot pengunyah
22)Penurunan BB dengan asupan makan adekuat
Faktor Yang Berhubungan:
Asupan diet kurang
Populasi Beresiko:
1) Faktor biologis
2) Kesulitan ekonomi
Kondisi terkait:
1) Ketidak mampuan mengabsorpsi nutrien
2) Ketidakmampuan mencerna makanan
3) Ketidakmampuan makan
4) Gagguan psikososial
b. Nyeri Kronis
Definisi:
Pengalaman sensorik dan emosional tidak menyenangkan dengan jaringan
aktual atau potensial, atau digambarkan sebagai suatu kerusakan; awitan yang
tiba tiba atau lambat dengan intensitas ringan hingga berat, terjadi konstan
atau berulang yang berakhirnya tidak dapat diantisipasi atau diprediksi, dan
berlangsung lebih dari 3 bulan.
Batasan karakteristik:
1) Hambatan kemampuan meneruskan aktivitas sebelumnya
2) Perubahan pola tidur
3) Anoreksia
4) Bukti nyeri dengan menggunakan standar daftar periksa nyeri untuk pasien
yang tidak dapat mengungkapkannya
5) Ekspresi wajah nyeri
6) Laporan tentang perilaku nyeri/perubahan aktivitas
7) Fokus pada diri sendiri
8) Keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri
9) Keluhan tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan standar
instrumen nyeri
Faktor yang berhubungan:
1) Perubahan pola tidur
2) Distres emosi
3) Keletihan
4) Peningkatan indeks massa tubuh
5) Pola seksual tidak efektif
6) Agen pencedera
7) Malnutrisi
8) Kerusakan sistem saraf
9) Penggunaan komputer yang lama
10)Mengangkat beban berat berulang
11)Isolasi sosial
12)Vibrasi seluruh tubuh
Populasi beresiko
1) Udia >50 tahun
2) Gender wanita
3) Riwayat penganiayaan
4) Riwayat mutilasi genital
5) Riwayat utang terlalu banyak
6) Riwayat postur tubuh statis dalam bekerja
7) Riwayat penyalahgunaan zat
8) Riwayat olahraga terlalu berat
Kondisi terkait:
1) Gangguan muskuloskeletal kronis
2) Kontusio
3) Cedera tabrakan
4) Gangguan sistem saraf
5) Fraktur
6) Gangguan genetik
7) Ketidakseimbangan neurotransmiter, neuromodulator, dan reseptor
8) Gangguan imun
9) Gangguan metabolik
10)Gangguan iskemik
11)Cedera otot
12)Pasca trauma karena gangguan
13)Peningkatan kadar kortisol lama
14)Cedera modula spinalis
15)Infiltrasi tumor
c. Risiko Infeksi Area Pembedahan
Definisi:
Rentan terhadap invasi organisme patogenik pada area pembedahan, yang
dapat mengganggu kesehatan.
Faktor Resiko:
1) Alkoholisme
2) Obesitas
3) Merokok
Populasi beresiko:
1) Suhu dingin di ruang operasi
2) Jumlah personel berlebihan selama prosedur bedah
3) Peningkatan pemajanan lingkungan terhadap pathogen
4) Nilai status kesehatan fisik menurut American Socciety of Anesthesiologist
(ASA) tidak optimal ≥2
5) Kontaminasi luka bedah
Kondisi terkait:
1) Tipe prosedur bedah
2) Masalah penyerta
3) Infeksi pada area pembedahan lain
4) Diabetes mellitus
5) Penggunaan implant/prostese
6) Durasi pembedahan
7) Osteoarthritis pasca-traumatic
8) Hipertensi
9) Artritis reumatoid
10)Imunosupresi
11)Tipe anastesia
12)Profilaksis antibiotic tidak adekuat
13)Profilaksis antibiotic tidak efektif
d. Konstipasi
Definisi:
Penurunan frekuensi normal defekasi yang disertai kesulitan atau pengeluaran
feses tidak tuntas dan/ feses yang keras, kering dan banyak
Batasan karakteristik:
1) Nyeri abdomen
2) Nyeri tekan abdomen dengan teraba resistensi otot
3) Nyeri tekan abdomen tanpa teraba resistensi otot
4) Anoreksia
5) Penampilan tidak khas pada lansia
6) Borborigmi
7) Darah merah pada feses
8) Perubahan pada pola defekasi
9) Penurunan frekuensi defekasi
10) Penurunan volume feses
11) Distensi abdomen
12) Keletihan
13) Feses keras dan berbentuk
14) Sakit kepala
15) Bising usus hiperaktif
16) Bising usus hipoaktif
17) Tidak dapat defekasi
18) Peningkatan tekanan intraabdomen
19) Tidak dapat makan
20) Feses cair
21) Nyeri pada saat defekasi
22) Massa abdomen yang dapat diraba
23) Massa rektal yang dapat diraba
24) Perkusi abdomen pekak
25) Rasa penuh dan/atau tekanan rektal
26) Sering flatus
27) Adanya feses lunak, seperti pasta di dalam rektum
28) Mengejan pada saat defekasi
29) Muntah
Faktor yang berhubungan:
1) Kelemahan otot abdomen
2) Rata-rata aktivitas fisik harian kurang dari yang dianjurkan menurut
gender dan usia
3) Konfusi
4) Penurunan motilitas traktus gastrointestinal
5) Dehidrasi
6) Depresi
7) Perubahan kebiasaan makan
8) Kebiasaan menekan dorongan defekasi
9) Kebiasaan makan buruk
10) Hygiene oral tidak adekuat
11) Asupan serat kurang dan/atau cairan kurang
12) Kebiasaan defekasi tidak teratur
13) Penyalahgunaan laksatif
14) Obesitas
15) Perubahan lingkungan baru
Kondisi terkait:
1) Ketidakseimbangan elektrolit
2) Hemoroid
3) Penyakit Hirschprung
4) Ketidakadekuatan gigi geligi
5) Garam besi
6) Gangguan neurologis
7) Obstruksi usus pasca bedah
8) Kehamilan
9) Pembesaran prostat
10) Abses rektal
11) Fisura anal rektal
12) Striktur anal rektal
13) Prolaps rektal
14) Ulkus rektal
15) Tumor
3. Intervensi Keperawatan
NO. DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIAN HASIL (NOC) INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN
1. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam NIC: Penahapan Diet (1020)
nutrisi: kurang dari pasien menunjukkan hasil: 1. Berikan nutrisi per oral, sesuai
kebutuhan
kebutuhan tubuh 2. Kolaborasikan dengan tenaga kese
(00002) Status Nutrisi (1004)
hatan lain untuk meningkatkan diet
Tujuan secepat mungkin jika tidak ada
No. Indikator Awal komplikasi
1 2 3 4 5 3. Tawarkan makan 6x dengan porsi
kecil
1. Asupan Gizi √
4. Tingkatkan diet dari cairan jernih,
2. Asupan Makanan √ cair dan lembut
5. Tingkatkan diet dari air gula
a
atau cairan elektrolit oral
3. Asupan Cai √ 6. Monitor toleransi peningkatan
diet
7. Ciptakan lingkungan yang me-
4. Energi √ mungkinkan makanan disajikan
sebaik mungkin
Rasio berat badan atau i badan 8. Monitor kesadaran pasien dan juga
5. √
ting reflek menelan
9. Tuliskan batasan diet pasien di
6. Hidrasi √ samping tempat tidur, pada papan
Keterangan ; chart dan di catatan perencanaan
1. Sangat menyimpang dari rentang normal pasien
2. Banyak menyimpang dari rentang normal
3. Cukup menyimpang dari rentang normal
4. Sedikit menyimpang dari rentang normal NIC : Terapi Nutrisi (11200
5. Tidak menyimpang dari rentang normal 1. Lengkapi pengkajian nutrisi
2. Monitor intake makanan/cairan
- Asupan gizi adekuat (100401) dan hitung masukan kalori perhari
3. Tentukan jumlah kalori dan tipe
- Asupan makanan adekuat (100402)
nutrisi yang diperlukan untuk
- Asupan cairan adekuat (100408) memenuhi kebutuhan nutrisi dengan
- Energi adekuat (100403) berkolaborasi dengan ahli gizi
- Rasio berat badan/tinggi badan normal (100405) 4. Motivasi pasien untuk mengkon
- Tidak ada hidrasi (100411) sumsi makanan yang tinggi kalsium
5. Motivasi untuk mengkonsumsi
makanan dan minuman yang tinggi
kalium sesuai kebutuhan
6. Pastikan bahwa dalam diet mengan
dung makanan yang tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
7. Berikan nutrisi enteral, sesuai kebu
tuhan
8. Berikan nutrisi yang dibutuhkan
Sesuai batas diet yang dianjurkan
Nyeri kronis (00133) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien A. Manajemen Pengobatan (2380)
menunjukkan hasil: 1. Tentukan obat yang diperlukan
A. Tingkat Nyeri (2102) 2. Identifikasi jumlah dan jenis obat
Tujuan yang digunakan
No. Indikator Awal 3. Monitor tanda dan gejala toksitasi
1 2 3 4 5
1. Nyeri yang dilaporkan obat
Panjangnya episode 4. Informasikan terhadap pasien dan
2. keluarga mengenai cara
nyeri
Menggosok area sekitar pemberian obat yang sesuai
3.
nyeri
B. Manajemen Nyeri (1400)
Mengerang dan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
4.
menangis komprehensif
5. Ekspresi nyeri wajah 2. Observasi tanda nonverbal
6. Tidak bisa beristirahat mengenai ketidaknyamanan
7. Agitasi 3. Gali pengetahuan pasien tentang
8. Iritabilitas nyeri
9. Mengerinyit 4. Evaluasi pengalaman nyeri pasien
10. Mengeluarkan keringat di masa lalu
11. Berkeringat berlebihan 5. Bantu keluarga mencari
12. Mondar mandir dukungan
13. Fokus menyempit 6. Berikan informasi mengenai
nyeri, sepert penyebab nyeri,
14. Ketegangan otot
berapa lama nyeri dirasakan, dan
Kehilangan nafsu
15. antisipasi ketidaknyamanan
makan
akibat prosedur
16. Mual
7. Kurangi faktor yang
17. Intoleransi makanan
menyebabkan nyeri
Keterangan: 8. Ajarkan prinsip manajemen nyeri
1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang C. Terapi Relaksasi (6040)
4. Sering 1. Gambarkan rasionalisasi dan
5. Selalu manfaat relaksasi serta jenis
relaksasi
B. Nyeri: Respon psikologis tambahan (1306) 2. Pertimbangkan keinginan pasien
C. Kontrol Nyeri (1605) untuk berpartisipasi, kemampuan
D. Nyeri: Efek yang mengganggu (2101) berpartisipasi, pilihan,
E. Tingkat nyeri (2102) pengalaman masa lalu dan
F. Tingkat agitasi (1214) kontraindikasi sebelum memilih
G. Tingkat kecemasan (1211) strategi
H. Nafsu makan (1014) 3. Dorong klien untuk mengambil
I. Kepuasan klien: Manajemen nyeri (3106) posisi yang nyaman dengan
J. Kepuasan klien: kontrol gejala pakaian longgar dan mata
K. Status kenyamanan (2008) tertutup
L. Status kenyamanan: Fisik (2010) 4. Minta klien untuk rileks dan
M. Tingkat Depresi (1208) merasakan sensasi yang terjadi
N. Kontrol diri terhadap depresi (1408) 5. Dorong klien untuk mengulangi
O. Tingkat kelelahan (0007) 6. Evaluasi dan dokumentasi respon
pasien terhadap terapi relaksasi
E. Akupressur (1320)
F. Pemberian Analgesik (2210)
G. Pemberian Analgesik: Intraspinal
(2214)
H. Peningkatan Koping (5230)
I. Stimulasi Kutaneus (1340)
J. Imajinasi Terbimbing (6000)
K. Aplikasi Panas/Dingin (1380)
L. Pemijatan (1480)
M. Pemberian Obat (2300)
N. Manajemen Alam Perasaan (5330)
O. Bantuan Pasien untuk Mengontrol
(2400)
P. Pemberian Analgesik (2210)
Q. Relaksasi Otot Progresif (1460)
R. Stimulasi Listrik Syaraf
Transkutaneus (TENS) (1540)