Anda di halaman 1dari 36

UNIVERSITAS JEMBER

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CARSINOMA


CAPUT PANCREAS DI RUANG 18 RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

OLEH:
Nilam Ganung Permata Mahardita, S. Kep
NIM 182311101025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
November, 2018
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Ca


Caput Pancreas di Ruang 18 RSUD Dr. Syaiful Anwar Malang telah disetujui
dan disahkan pada :

Hari, Tanggal : Jum’at, 02 November 2018

Tempat : Ruang 18

Malang, 02 November 2018

Mahasiswa

Nilam Ganung Permata Mahardita, S.Kep.


NIM 182311101025

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik


Fakultas Keperawatan Ruang 18
Universitas Jember RSUD Dr. Syaiful Anwar Malang

Ns. Mulia Hakam, M.Kep., Sp.Kep.MB Maria Christiana, S.Kep., Ners


NIP. 19810319 201404 1 001 NIP. 19680625 198902 2 001
KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN
PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
(PSP2N)
T.A 2018/2019

BERITA ACARA

Pada hari ini, Jum’at tanggal 02 November 2018 jam 09.00 s/d 09.30 WIB
bertempat di Ruang 18 RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Propinsi Jawa Timur
telah dilaksanakan Kegiatan Pendidikan Kesehatan tentang Kanker dan Nutrisi
oleh Mahasiswa Program Studi Pendidikan Profesi Ners Universitas Jember.
Kegiatan ini diikuti oleh 3 orang (daftar hadir terlampir).

NO. NAMA ALAMAT TANDA TANGAN


1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5. 5.

Malang, 02 November 2018

Mahasiswa

Penyuluh
Nilam Ganung Permata Mahardita, S.Kep.
NIM 182311101025
Mengetahui Pembimbing Klinik Ruang 18
RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

Angga Alif P., S.Kep., Ns.


NIPTT. 302-20031992-102016-8336
Pembimbing Akademik
Fakultas Keperawatan Universitas Jember

Ns. Mulia Hakam, M.Kep., Sp.Kep.MB


NIP. 19810319 201404 1 001
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Teori tentang Penyakit


1. Review Anatomi Fisiologi
Sistem endokrin dan susunan saraf merupakan alat utama dimana tubuh
mengkomunikasikan informasi antara berbagai jaringan dan sel. Informasi
yang ditransmisikan itu menyebabkan pengaturan dari banyak fungsi tubuh.
Istilah endokrin mengacu pada sekresi internal dari zat-zat yang secara biologik
aktif. Sistem endokrin menggunakan hormon untuk menyampaikan
informasinya. Dengan demikian hormon secara khas didefinisikan sebagai
suatu zat yang dilepaskan oleh kelenjar endokrin dan diangkut melalui aliran
darah ke jaringan lain dimana ia bekerja untuk mengatur fungsi dari jaringan
target. Adapun fungsi kelenjar endokrin adalah:
a. Menghasilkan hormon
b. Mengontrol dan merangsang aktivitas kelenjar tubuh
c. Merangsang pertumbuhan jaringan          
d. Mengatur metabolisme, oksidasi, meningkatkan absorbsi glukosa pada
usus halus
e. Memengaruhi metabolisme lemak, protein, hidrat arang, vitamin, mineral,
dan air.

Gambar 1. Bagian dalam Pankreas (Wahyuningsih & Kusmiyati, 2017)


Pankreas merupakan organ yang memanjang dan terletak pada
epigastrium dan kuadran kiri atas. Strukturnya lunak, berlobulus, dan terletak
pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum sehingga termasuk
organ retroperitonial kecuali bagian kecil caudanya yang terletak dalam
ligamentum lienorenalis (Tortora & Derrickson, 2008). Pankreas dapat dibagi
dalam:
a. Caput Pancreatis berbentuk seperti cakram dan terletak di dalam bagian
cekung duodenum. Sebagian caput meluas ke kiri di belakang arteria dan
vena mesenterica superior serta dinamakan Processus Uncinatus.
b. Collum Pancreatis merupakan bagian pankreas yang mengecil dan
menghubungkan caput dan corpus pancreatis. Collum pancreatis terletak di
depan pangkal vena portae hepatis dan tempat dipercabangkannya arteria
mesenterica superior dari aorta.
c. Corpus Pancreatis berjalan ke atas dan kiri, menyilang garis tengah. Pada
potongan melintang sedikit berbentuk segitiga.
d. Cauda Pancreatis berjalan ke depan menuju ligamentum lienorenalis dan
mengadakan hubungan dengan hilum lienale.
Pankreas dibentuk dari 2 sel dasar yang mempunyai fungsi sangat
berbeda, yaitu sel eksokrin dan sel endokrin. Sel-sel eksokrin yang
berkelompok-kelompok disebut sebagai asini yang menghasilkan getah
pankreas. Getah pankreas mengandung enzim-enzim yang membantu
mencerna makanan dalam usus halus. Setelah diproduksi, getah pankreas
masuk ke saluran utama pankreas dan mengalir ke duodenum. Saluran ini
bergabung dengan saluran empedu (common bile duct) yang menghubungkan
pankreas dengan hepar dan kantong empedu. Sel-sel endokrin atau disebut juga
pulau Langerhans terdiri atassel α yang menghasilkan glukagon dan sel β yang
menghasilkan insulin, keduanya penting untuk metabolisme karbohidrat.
Glukagon berfungsi sebagai antagonis dari insulin yaitu memberi tanda pada
hati dan otot untuk memecah glikogen menjadi glukosa dan mengeluarkannya
kembali ke dalam aliran darah. Sedangkan insulin berfungsi untuk membantu
sel tubuh menyerap gula dari karbohidrat yang dikonsumsi sehari-hari,
sehingga gula tersebut dapat digunakan sel untuk menghasilkan energi atau
disimpan di dalam tubuh. Insulin bersama dengan hormon glukagon menjaga
agar kadar gula di dalam darah agar stabil, tidak terlalu rendah dan tidak terlalu
tinggi. Ketika pankreas mengeluarkan glukagon, insulin akan ditekan.

2. Definisi
Kanker pankreas merupakan tumor yang relatif sering terjadi. Lokasi
timbulnya tersering pada daerah kaput pankreas, yaitu 60% kemudian disusul
kanker kaudal 30% dan kanker seluruh pankreas yaitu 10%. Ada banyak faktor
resiko yang dapat menyebabkan kanker pankreas, diantaranya merokok,
obesitas, kronik pancreatitis, dan mutasi gen (Japaris, 2008; Mayer, 2005).
Kanker pankreas ini merupakan penyebab kematian keempat akibat kanker
(selain kanker paru, colon dan payudara), baik pada pria maupun wanita di
Amerika Serikat. Menifestasi klinik dari karsinoma kaput pankreas yang paling
sering di jumpai adalah sakit perut, berat badan turun dan ikterus. Diagnosis
sulit ditegakkan, sehingga tumor biasanya tidak ditemukan kecuali bila telah
menyebar terlalu luas sehingga tidak dapat dilakukan reseksi lokal.

Gambar 3. Kanker Pankreas

3. Epidemiologi
Karsinoma pankreas di Amerika Serikat merupakan penyebab
kematian keempat akibat keganasan setelah kanker paru, kolon, dan
payudara, baik pada pria maupun wanita. Pada tahun 2018, American
Cancer Society memperkirakan terdapat sekitar 55.440 kasus baru karsinoma
pankreas yang terdiagnosis (29.200 pria dan 26.240 wanita) dan 44.330 kasus
yang meninggal karena karsinoma pankreas (23.020 pria dan 21.310
wanita). Data (GLOBOCAN, 2012) karsinoma pankreas di Indonesia
disebutkan insidens kanker pankreas 5.829 dan kematian karena kanker
pankreas sebanyak 5.642. Di RSUP Dr. Kariadi Semarang, pada tahun 1997-
2004 terdapat 53 kasus karsinoma pankreas. Di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo, pada tahun 2012-2015 terdapat 73 kasus karsinoma kaput
pankreas. Insidensi kanker pankreas sedikit lebih tinggi laki-laki daripada
perempuan, dan 2/3 dari kasus baru terjadi pada orang > 65 tahun, dan pada
perokok dua kali lebih tinggi dibanding dengan bukan perokok. Sebagian
besar, pasien meninggal dalam waktu 1 tahun setelah diagnosis penyakit.
Secara keseluruhan, angka kelangsungan hidup 1 tahun sekitar 12 % dan 5
tahun sekitar 0,4%-4% .

4. Etiologi
Etiologi karsinoma pankreas masih belum jelas. Penelitian
epidemiologik menunjukkan hubungan karsinoma pankreas dengan
beberapa faktor predileksi. Faktor endogen yang berperan dalam terjadinya
karsinoma pankreas antara lain usia, penyakit pankreas (pankreatitis kronik,
diabetes melitus), dan mutasi gen (p16, p53). Faktor eksogen yang berperan
dalam terjadinya karsinoma pankreas antara lain kebiasaan merokok, diet
tinggi lemak, alkohol, kopi, dan terpajan zat karsinogen industri (Irmayanti
et al, 2018).

5. Patofisiologi/Patologi
Kanker pankreas hampir 90 % berasal dari duktus, dimana 75 % bentuk
klasik adenokarsinoma sel duktal yang memproduksi musin. Sebagian besar
kasus (±70%) lokasi kanker pada kaput pankreas, 15- 20% pada badan dan
10% pada ekor. Pada karsinoma daerah kaput pankreas dapat menyebabkan
obstruksi pada saluran empedu dan ductus pankreatikus daerah distal, hal ini
dapat menyebabkan manifestasi klinik berupa ikterus (Castillo, Carlos,
Jimenez, & Ramon, 2006; Sudoyo, 2006).
Kanker dimulai ketika sel-sel di bagian tubuh mulai tumbuh di luar
kendali. Ada berbagai jenis kanker, tetapi itu semua dimulai karena out-of-
control dari pertumbuhan sel yang abnormal. Pertumbuhan sel kanker berbeda
dari pertumbuhan sel normal. Bukannya mati, sel-sel kanker terus tumbuh dan
membentuk sel-sel abnormal baru. Sel-sel kanker juga dapat menyerang dan
tumbuh menjadi jaringan lain, hal yang sel-sel normal tidak dapat lakukan.
Tumbuh di luar kendali dan menyerang jaringan lain adalah hal yang membuat
sel menjadi sel kanker.Begitu juga dengan karsinoma pankreas.
Sel-sel kanker sering melakukan perjalanan ke bagian tubuh lainnya, di
mana mereka mulai tumbuh dan membentuk tumor baru yang menggantikan
jaringan normal. Proses ini disebut metastasis. Hal ini terjadi ketika sel-sel
kanker masuk ke dalam aliran darah atau pembuluh getah bening tubuh. Para
peneliti masih belum mengetahui secara jelas apa yang menjadi penyebab
utama dari kanker pankreas, tapi mereka menemukan beberapa faktor risiko
yang dapat membuat seseorang menjadi lebih mudah untuk mendapatkan
penyakit ini. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa beberapa dari faktor risiko
ini mempengaruhi DNA dari sel pankreas, dimana dapat menghasilkan
pertumbuhan sel yang abnormal dan mungkin menyebabkan pembentukan
tumor.
Biasanya, karsinoma pankreas pertama kali bermetastasis ke kelenjar
getah bening regional, lalu ke hati dan yang lebih jarang, ke paru-paru. Hal ini
juga dapat langsung menyerang sekitar organ visceral seperti duodenum, perut,
dan usus besar, atau dapat bermetastasis ke permukaan dalam rongga perut
melalui penyebaran peritoneal. Ascites bisa terjadi, dan ini memiliki prognosis
yang buruk. Kanker pankreas dapat menyebar ke kulit sebagai metastasis
nodular yang menyakitkan. Metastasis ke tulang jarang terjadi. Kanker
pankreas jarang menyebar ke otak, tetapi bisa menghasilkan karsinomatosis
meningeal.
Umumnya tumor meluas ke retroperitonel ke belakang pankreas,
melapisi dan melekat pada pembuluh darah. Secara mikroskopik terdapat
infiltrasi di jaringan lemak peripankreas, saluran limfe , dan perineural. Pada
stadium lanjut, kanker kaput pankreas sering bermetastasis ke duodenum,
lambung, peritonium, hati dan kandung empedu (Castillo. et. al., 2006).
Karsinoma pankreas diyakini berasal dari sel-sel duktal dimana
serangkaian mutasi genetik telah terjadi di protooncogene dan gen supresor
tumor. Mutasi pada onkogen K-ras diyakini menjadi peristiwa awal dalam
perkembangan tumor dan terdapat lebih dari 90 % tumor. Hilangnya fungsi
dari beberapa gen supressor tumor (p16, p53, DCC, APC, dan DPC4)
ditemukan pada 40-60% dari tumor. Deteksi mutasi K-ras dari cairan pankreas
yang diperoleh pada endoskopik retrograde cholangiopancreatography telah
digunakan dalam penelitian klinis untuk mendiagnosa kanker pancreas (Brand,
2003).
Pada sebagian besar kasus, tumor sudah besar (5-6 cm) dan atau telah
terjadi infiltrasi dan melekat pada jaringan sekitar, sehingga tidak dapat di
reseksi, sedangkan tumor yang dapat direseksi berukuran 2,5-3,5 cm (Sudoyo,
2006).

6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada kanker caput pankreas adalah berkaitan dengan
invasi atau kompresi dari struktur yang berdekatan. Gejala awal penyakit ini
seringkali tidak spesifik dan sering terabaikan, sehingga pasien terlambat
didiagnosis. Gejala paling khas karsinoma kaput pankreas adalah ikterus
obstruktif akibat penekanan tumor pada duktus koledokus (Gambar 1).
Gejala klinis kembung, anoreksia, muntah, diare, steatorea, dan badan lesu
biasanya berlangsung lebih dari dua bulan sebelum diagnosis. Ikterus,
nyeri abdomen, dan penurunan berat badan merupakan gejala klasik yang
sering menjadi. Berikut merupakan penjelasan terkait dengan manifestasi klinis
pada kanker caput pankreas.
a. Rasa penuh, kembung di ulu hati, anoreksia, mual, muntah, diare
(steatore), dan badan lesu. Keluhan tersebut tidak khas karena dijumpai
pada pancreatitis dan tumor intraabdominal. Keluhan awal biasanya
berlangsung >2 bulan sebelum diagnosis kanker. Keluhan utama yang
sering adalah sakit perut, berat badan turun (>75 % kasus) dan ikterus
(terutama pada kanker kaput pankreas).
b. Lokasi sakit perut biasanya di ulu hati, awalnya difus, selanjutnya
terlokalisir. Sakit perut biasanya disebabkan invasi tumor pada pleksus
coeliac dan pleksus mesenterikus superior. Dapat menjalar ke punggung,
disebabkan invasi tumor ke daerah retroperitoneal dan terjadi infiltrasi
pada pleksus saraf splanknikus.
c. Penurunan berat badan awalnya melambat, kemudian menjadi progresif,
disebabkan berbagai faktor: asupan makanan kurang, malabsorbsi lemak
dan protein, dan peningkatan kadar sitokin pro-inflamasi (tumor necrosis
factor-a dan interleukin-6).
d. Ikterus obstruktivus, dijumpai pada 80-90 % kanker kaput pankreas berupa
tinja berwarna pucat (feses akolik).
Selain itu tanda klinis lain yang dapat kita temukan antara lain, pembesaran
kandung empedu (Courvoisier’s sign), hepatomegali, splenomegali (karena
kompresi atau trombosis pada v. porta atau v. lienalis, atau akibat metastasis
hati yang difus), asites (karena infiltrasi kanker ke peritoneum), nodul
periumbilikus (Sister Mary Joseph’s nodule), trombosis vena dan migratory
thrombophlebitis (Trousseau’s syndrome), perdarahan gastrointestinal, dan
edema tungkai (karena obstruksi VCI) serta limfadenopati supraklavikula
sinistra (Virchow’s node) ( Padmomarono, 2006).

7. Klasifikasi
Jaime Ruiz-Tovar mengemukakan bahwa 95% dari tumor pankreas
berasal dari komponen eksokrin (ductal dan acinar cells) yang memberi
gambaran adenocarcinoma. Neoplasma endokrin dijumpai sekitar 1-2% dan
frekuensi “non epithelial malignancies” jarang. Ductal carcinoma merupakan
tipe tumor eksokrin pankreas yang paling banyak ditemukan pada kaput
pankreas. Ductal adenocarcinoma, colloid carcinoma, adenosquamous
carcinoma, phleomorphic carcinoma, sarcomatoid carcinoma dan giant
carcinoma merupakan beberapa subtype ductal carcinoma. Dari sub tipe
tersebut di atas, adenocarcinoma yang paling sering dijumpai (60-70%) ada
tumor kaput pancreas (Hua & Liang, 2009).
Gambar 8: TNM Classification
Para pasien dianalisa berdasarkan staging tumor-node-metastasis
(TNM) kanker pankreas dari International Union of Counter Cancer (UICC)
(1997). 45,5% pasien berada pada TNM tahap Ⅰ dan Ⅱ, dan sisanya (54,5%)
pada tahap Ⅲ dan Ⅳ. Metastasis jauh biasanya ditemukan pada kanker
pankreas. Berdasarkan penelitian, 25,9% (49/189) dari pasien ditemukan
memiliki metastasis jauh. Hati adalah lokus metastasis umum, dan yang
kejadiannya adalah 67,3% (33/49) (Hua & Liang, 2009).

Gambar 9: Staging Kanker Pankreas

8. Komplikasi
Adapun komplikasi dari karsinoma kaput pankreas adalah (Buchler &
Waldemar, 2004):
a. Ikterus Obstruktif
b. Obstruksi gastric outlet
c. Pankreatitis akut (5% sebagai tanda )awal karsinoma
d. Perdarahan traktus gastrointestinal (jarang)
e. Ascites
f. Splenomegaly/ varises esofagus
g. Diabetes melitus
h. Steatorrhea
i. Thrombophlebitis migrans
j. Thromboembolic disease

9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengetahui
keadaan pankreas yaitu:
a. Laboratorium
Pada sebagian besar pasien didapatkan tanda-tanda anemia karena
defisiensi nutrisi atau perdarahan per anal, atau akibat penyakit menahun,
peningkatan laju endap darah (LED), peningkatan dari serum alkali fosfat,
bilirubin, dan transaminase. Karena sebagian besar kanker pankreas
terjadi di kaput, maka obstruksi dari saluran empedu sering ditemui.
Obstruksi dari saluran empedu distal menyebabkan tingginya serum alkali
fosfat empat sampai lima kali di atas batas yang normal, begitu pun
dengan billirubin (Brand, 2003). Penanda tumor CA 19-9 (antigen
karbohidrat 19,9) sering meningkat pada kanker pankreas. CA 19-9
dianggap paling baik untuk diagnosis kanker pankreas, karena memiliki
sensitivitas dan spesifivitas tinggi (80% dan 60-70%), akan tetapi
konsentrasi yang tinggi biasanya terdapat pada pasien dengan besar tumor
> 3 cm, dan merupakan batas reseksi tumor (Sudoyo, 2006). Beberapa
pemeriksaan darah yang dapat diketahui yaitu sebagai berikut (Irmayanti
et al, 2018).
1) Serum amilase dan lipase meningkat
2) Tes faal hati meningkat, terutama pada kolestasis ekstrahepatik
(bilirubin, ALP, AST, ALT, hasil elektroforesis protein).
3) Kadar glukosa darah meningkat (±20%)
4) CEA (carcino-embryonic antigen). Merupakan glikoprotein yang
diberntuk di saluran gastrointestinal dan pankreas sebagai antigen
permukaan sel yang disekresikan ke dalam cairan tubuh. CEA
meningkat dapat mendeteksi karsinoma kaput pankreas, tetapi tidak
cukup sensitif untuk deteksi dini.
5) CA 19-9 (carbohydrate antigen 19-9), merupakan substansi yang
dihasilkan oleh sel-sel kanker kelenjar eksokrin pankreas dan dapat
dideteksi pada pemeriksaan darah. Penanda tumor CA 19-9 meningkat
pada karsinoma kaput pankreas dan dianggap paling baik untuk
diagnosis dengan spesifisitas 60-70% dan sensitivitas 80%.
6) Dalam feses ditemukan tanda-tanda steatorea, yaitu tinja terapung dan
kadar lemak yang tinggi.
7) Dalam urin ditemukan hasil urinalisis bilirubin positif dalam urin
(bilirubinuria).
b. Gambaran Radiologi
1) Gastroduodenografi

Gambar 3. Barium meal. “Double contour” pada lengkung duodenum (Murfitt,1998)

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan lengkung


duodenum akibat kanker pankreas. Kelainan yang dapat dijumpai
pada kelainan kanker pankreas dapat berupa pelebaran lengkung
duodenum, double contour, dan gambaran ‘angka 3 terbalik’ karena
pendorongan kanker pankreas yang besar pada duodenum, di atas dan
di bawah papila vateri (Sudoyo, 2006).

Gambar 4. Pembesaran loop duodenum (Murfitt,1998)


2) Ultrasonografi

Gambar 5. USG: karsinoma pankreas yang berada pada kaput pankreas (Bates,2004)

Karsinoma pankreas tampak sebagai suatu massa yang terlokalisir,


relatif homogen dengan sedikit internal ekho. Batas minimal besarnya
suatu karsinoma pankreas yang dapat dideteksi secara ultrasonografi
kira-kira 2 cm. Bila tumor lebih dari 3 cm ketetapan diagnosis secara
ultrasonografi adalah 80-95%. Suatu karsinoma kaput pankreas sering
menyebabkan obstruksi bilier. Adanya pelebaran saluran bilier baik
intra atau ekstrahepatik dapat dilihat dengan pemeriksaan USG.
Tanda-tanda suatu karsinoma pankreas secara Ultrasonografi adalah:
a) Pembesaran parsial pankreas
b) Konturnya ireguler, bisa lobulated
c) Struktur ekho yang rendah atau semisolid
d) Bisa disertai pendesakan vena kava ataupun vena mesenterika
superior. Mungkin disertai pelebaran saluran-saluran bilier atau
metastasis di hati (Boer, 2009).

Gambar 6. Dilatasi dari duktus pankreaticus pada karsinoma kaput pankreas


(Murfitt, 1998)
3) CT-Scan
Pada masa kini pemeriksaan yang paling baik dan terpilih untuk
diagnostik dan menentukan diagnosis dan menentukan stadium kanker
pankreas adalah dengan dual phase multidetector CT , dengan contras
dan teknik irisan tipis (3-5mm). Kriteria tumor yang tidak mungkin
direseksi secara CT antara lain: metastase hati dan peritoneum, invasi
pada organ sekitar ( lambung, kolon), melekat atau oklusi pembuluh
darah peri-pankreatik. Dengan kriteria tersebut mempunyai akurasi
hampir 100% untuk predileksi tumortidak dapat direseksi. Akan tetapi
positif predictive value rendah, yakni 25-50 % tumor yang akan
diprediksi dapat direseksi, ternyata tidak dapat direseksi pada bedah
laparotomi (Sudoyo, 2006).

Gambar 7. Massa pada kaput pankreas (Freelove dan Walling, 2006)

Gambaran karsinoma kaput pankreas pada CT scan yang dapat dinilai


antara lain; pembesaran duktus pankreatikus dan duktus biliaris,
pembesaran kantung empedu. Selain itu kita juga dapat melihat
metastasis yang terjadi di sekitar pankreas (Ahuja et al, 2006).

Gambar 8. CT-scan gambaran hipodense pada tumor kaput pankreas( panah putih),
distended kantung empedu (Ahuja et al, 2006)
4) Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI secara jelas mencitrakan parenkim pankreas, pembuluh darah
sekitar pankreas dan struktur anatomis organ padat sekitar di regio
abdomen atas. Sangat berguna untuk diagnosis karsinoma pankreas
stadium dini dan penentuan stadium preoperasi.
Kolangiopankreatigrafi MRI (MRCP) menghasilkan gambar serupa
dengan ERCP (endoscopic retrograde cholangio- pancreaticography),
secara jelas mencitrakan saluran empedu intra dan extrahepatik, serta
saluran pankreas (Japaries, 2008).

Gambar 9. MRI: Massa pada daerah kaput pankreas (Nishiharu, 1999)


5) ERCP (endoscopic retrograde cholangio- pancreaticography)
Manfaat dari ERCP dalam diagnosis kanker pankreas adalah dapat
mengetahui atau menyingkirkan adanya kelainan gastroduodenum dan
ampula vateri, pencitraan saluran empedu dan pankreas, dapat
dilakukan biopsi dan sikatan untuk pemeriksaan histopatologi dan
sitologi. Disamping itu dapat dilakukan pemasangan stent untuk
membebaskan sumbatan saluran empedu pada kanker pankreas yang
tidak dapat dioperasi atau direseksi (Sudoyo, 2006).

Gambar 10. Gambaran striktur pada duktus biliaris (Bowles dan Benjamin, 2002)
6) EUS (Endoskopik Ultrasonografi)
EUS mungkin tes yang paling akurat dalam mendiagnosis kanker
pankreas. Beberapa studi membandingkan dengan CT telah
menunjukkan bahwa EUS memiliki sensitivitas yang lebih tinggi dan
spesifisitas untuk mendiagnosis, terutama mengevalasi tumor kecil.

Gambar 11. Pencitraan Ultrasonografi endoskopik pada kanker pankreas. Gambaran


diatas memperlihatkan jarum dalam proses biopsi tumor (Castillo et al.,
2006)

Selain itu EUS sangat akurat untuk melihat invasi lokal dan
metastasis nodal dari kanker pankreas. Selain itu EUS juga dapat
membantu dalam proses biopsi tumor (Castillo. et. al., 2006).

Gambar 18. Pencitraan EUS pada pasien dengan massa pada kaput pankreas, yang
mengenai vena porta (Varadarajulu dan Wallace, 2004).
10. Penatalaksanaan
Penanganan karsinoma pankreas terdiri atas 3 modalitas terapi yaitu
pembedahan, kemoterapi dan radioterapi. Pilihan untuk pembedahan kuratif
meliputi pankreatikoduodenektomi (prosedur Whipple), pankreatektomi distal,
dan pankreatektomi total. Pankreatektomi total merupakan terapi yang paling
efektif, akan tetapi hanya dapat dilakukan pada sekitar 10-20% kasus. Selain
itu, angka survival-5-tahun hanya 10-15% dengan median 11-18 bulan.
Kontraindikasi absolut operasi reseksi adalah metastasis pada hepar, peritoneal
maupun limfonodi jauh, atau pasien yang keadaan klinisnya tidak
memungkinkan untuk dilakukan operasi mayor. Pankreatikoduodenektomi
dengan reseksi vena porta atau vena mesenterika superior cukup aman dan bisa
dilakukan, dengan mortalitas dan morbiditas yang sama dengan pankreat
ikoduodenektomi tanpa reseksi vaskuler. Menurut Sudoyo (2006)
penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien dengan kanker kaput
pankreas yaitu sebagai berikut.
a. Bedah reseksi ‘kuratif’.
Mengangkat/mereseksi komplit tumor massanya. Yang paling sering
dilakukan adalah prosedur Whipple. Operasi whipple merupakan prosedur
dengan pengangkatan kepala (kaput) pankreas dan biasanya sekitar 20%
pankreas dihilangkan.
b. Bedah paliatif.
Untuk membebaskan obstruksi bilier, pemasangan stent perkutan dan stent
per-endoskopik.
c. Kemoterapi. 
Bisa kemoterapi tunggal maupun kombinasi. Kemoterapi tunggal seperti 5-
FU, mitomisin-C, Gemsitabin. Kemoterapi kombinasi yang masih dalam
tahap eksperimental adalah obat kemoterapi dengan kombinasi epidermal
growth factor receptor atau vascular endothelial growth factor receptor.
Pada karsinoma pankreas yang telah bermetastasis memiliki respon buruk
terhadap kemoterapi. Secara umum kelangsungan hidup setelah diagnosis
metastasis kanker pankreas, kurang dari satu tahun. Pengobatan kemoterapi
pada kanker pankreas stadium lanjut masih jauh dari memuaskan.
Kemoterapi yang sering digunakan pada kanker pankreas adalah 5-
fluorouracil (5-FU) dan gemcitabine. 5-FU merupakan analog pirimidin
yang dapat menghambat sintesis DNA dan RNA. Gemcitabine merupakan
analog antimetabolit deoxisit idin, dan digunakan sebagai standar pilihan
kemoterapi untuk kanker pankreas. Selain kemoterapi tunggal, pendekatan
lain adalah dengan kombinasi kemoterapi. Penggunaan kombinasi cisplat in,
epirubicin, gemcitabin dan 5-FU memberikan median survival yang lebih
lama daripada kemoterapi tunggal, akan tetapi hal ini masih dalam proses
penelit ian lebih lanjut.
d. Radioterapi.
Biasanya dikombinasi dengan kemoterapi tunggal 5-FU (5-Fluorouracil).
e. Terapi simtomatik.
Lebih ditujukan untuk meredakan rasa nyeri (obat analgetika): golongan
aspirin, penghambat COX-1 maupun COX-2, obat golongan opioid.
B. Clinical Pathway

MK: Nyeri akut/ kronis

MK:
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor rekam medis, tanggal
masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
b) Keluhan Utama
Identifikasi adanya nyeri pada lokasi abdomen ataupun tanda-tanda infeksi
pada bagian drainase (jika ada).
c) Riwayat Penyakit Sekarang
Kaji kronologi terjadinya kanker kaput pankreas bagaimana mekanisme
terjadinya, kronologi hingga dibawa ke rumah sakit dan keluhan yang
dirasakan apa saja.
d) Riwayat Penyakit Dahulu
e) Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan kanker kaput pankreas yaitu
diturunkan secara genetik.
f) Pola Kebiasaan
1) Pola Nutrisi
Dapat ditemukan mual muntah akibat gangguan pasase usus. Hal ini
disebabkan penekanan tumor pada lambung bagian distal. Gejala
pasien seperti penurunan berat badan, penurunan nafsu makan, dan
juga nyeri abdomen. Penurunan berat badan yang signifikan. Kedua
gejala ini dapat ditemukan pada penyakit-penyakit lain, yang
menyebabkan keterlambatan diagnosis, dimana lebih dari 2/3 pasien
didiagnosis setelah 2 bulan dari gejala awal yang muncul. Berat badan
yang menurun diperparah oleh kurangnya nafsu makan/anorekisa dan
malabsorbsi akibat gangguan fungsi eksokrin.
2) Pola Eliminasi
Pasien dapat cenderung mengalami gangguan eliminasi BAB seperti
konstipasi. Gejala yang paling khas pada karsinoma kaput pankreas
adalah ikterus obstruktif tanpa adanya nyeri. Hal ini akibat penekanan
tumor pada duktus choleduchus Pasien pada awalnya datang dengan
ikterus disertai warna urin yang gelap dan steatorea. Urin yang gelap
dan kotoran yang berwarna putih disertai gatal pada seluruh tubuh
biasanya mendahului ikterus. Gejala ini biasanya memberikan dugaan
adanya suatu keganasan pada pankreas.
3) Pola Istirahat/ Aktivitas
Kelemahan dan atau keletihan, perubahan pada pola istirahat & jam
kebiasaan tidur pada malam hari, pekerjaan mempengaruhi tidur,
misal nyeri, ansietas, berkeringat malam, serta Keterbatasan
partisipasi dalam melakukan kegiatan, pekerjaan dengan pemajanan
karsinogen lingkungan, tingkat stress tinggi.      
4) Personal Hygiene
Pasien umumnya membutuhkan bantuan dari orang lain, aktivitas ini
sering dilakukan pasien ditempat tidur.
5) Riwayat Psikologis
Biasanya dapat timbul rasa takut dan cemas karena perubahan pada
body image, jika terjadi ikterik pada kulit serta terkadang mengalami
kulit kering dan bersisik karena gangguan balance cairan.
6) Riwayat Spiritual
Berkaitan dengan riwayat spiritual pasien kanker tidak mengalami
gangguan yang berarti, pasien masih tetap bisa bertoleransi terhadap
agama yang dianut, masih bisa mengartikan makna dan tujuan serta
harapan pasien terhadap penyakitnya.
7) Riwayat Sosial
Dampak sosial adalah adanya ketergantungan pada orang lain dan
sebaliknya pasien dapat juga menarik diri dari lingkungannya karena
merasa dirinya tidak berguna (tidak dapat melakukan apa-apa).
g) Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, dicari tanda-tanda karsinoma kaput pankreas,
yang paling sering adalah ikterus, gizi kurang, dan tanda-tanda komplikasi dan
metastasis, seperti hepatomegali, edema, perdarahan, dan pembesaran kelenjar
getah bening (Irmayanti, 2018).

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi:
asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik
Batasan Karakteristik
1) kram abdomen
2) nyeri abdomen
3) gangguan sensasi rasa
4) BB 20% atau lebih dibawah rentang BB ideal
5) Kerapuhan kapiler
6) Diare
7) Kehilangan rambut berlebihan
8) Enggan makan
9) Asupan makan yang kurang
10)Bising usus hiperaktif
11)Kurang informasi
12)Kurang minat terhadap makanan
13)Tonus otot menurun
14)Kesalahan informasi
15)Kesalahan persepsi
16)Mebran mukosa pucat
17)Ketidak mampuan memakan makanan
18)Cepat kenyang setelah makan
19)Sarianwan di rongga mulut
20)Kelemahan otot menelan
21)Kelemahan otot pengunyah
22)Penurunan BB dengan asupan makan adekuat
Faktor Yang Berhubungan:
Asupan diet kurang
Populasi Beresiko:
1) Faktor biologis
2) Kesulitan ekonomi
Kondisi terkait:
1) Ketidak mampuan mengabsorpsi nutrien
2) Ketidakmampuan mencerna makanan
3) Ketidakmampuan makan
4) Gagguan psikososial

b. Nyeri Kronis
Definisi:
Pengalaman sensorik dan emosional tidak menyenangkan dengan jaringan
aktual atau potensial, atau digambarkan sebagai suatu kerusakan; awitan yang
tiba tiba atau lambat dengan intensitas ringan hingga berat, terjadi konstan
atau berulang yang berakhirnya tidak dapat diantisipasi atau diprediksi, dan
berlangsung lebih dari 3 bulan.
Batasan karakteristik:
1) Hambatan kemampuan meneruskan aktivitas sebelumnya
2) Perubahan pola tidur
3) Anoreksia
4) Bukti nyeri dengan menggunakan standar daftar periksa nyeri untuk pasien
yang tidak dapat mengungkapkannya
5) Ekspresi wajah nyeri
6) Laporan tentang perilaku nyeri/perubahan aktivitas
7) Fokus pada diri sendiri
8) Keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri
9) Keluhan tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan standar
instrumen nyeri
Faktor yang berhubungan:
1) Perubahan pola tidur
2) Distres emosi
3) Keletihan
4) Peningkatan indeks massa tubuh
5) Pola seksual tidak efektif
6) Agen pencedera
7) Malnutrisi
8) Kerusakan sistem saraf
9) Penggunaan komputer yang lama
10)Mengangkat beban berat berulang
11)Isolasi sosial
12)Vibrasi seluruh tubuh
Populasi beresiko
1) Udia >50 tahun
2) Gender wanita
3) Riwayat penganiayaan
4) Riwayat mutilasi genital
5) Riwayat utang terlalu banyak
6) Riwayat postur tubuh statis dalam bekerja
7) Riwayat penyalahgunaan zat
8) Riwayat olahraga terlalu berat
Kondisi terkait:
1) Gangguan muskuloskeletal kronis
2) Kontusio
3) Cedera tabrakan
4) Gangguan sistem saraf
5) Fraktur
6) Gangguan genetik
7) Ketidakseimbangan neurotransmiter, neuromodulator, dan reseptor
8) Gangguan imun
9) Gangguan metabolik
10)Gangguan iskemik
11)Cedera otot
12)Pasca trauma karena gangguan
13)Peningkatan kadar kortisol lama
14)Cedera modula spinalis
15)Infiltrasi tumor
c. Risiko Infeksi Area Pembedahan
Definisi:
Rentan terhadap invasi organisme patogenik pada area pembedahan, yang
dapat mengganggu kesehatan.
Faktor Resiko:
1) Alkoholisme
2) Obesitas
3) Merokok
Populasi beresiko:
1) Suhu dingin di ruang operasi
2) Jumlah personel berlebihan selama prosedur bedah
3) Peningkatan pemajanan lingkungan terhadap pathogen
4) Nilai status kesehatan fisik menurut American Socciety of Anesthesiologist
(ASA) tidak optimal ≥2
5) Kontaminasi luka bedah
Kondisi terkait:
1) Tipe prosedur bedah
2) Masalah penyerta
3) Infeksi pada area pembedahan lain
4) Diabetes mellitus
5) Penggunaan implant/prostese
6) Durasi pembedahan
7) Osteoarthritis pasca-traumatic
8) Hipertensi
9) Artritis reumatoid
10)Imunosupresi
11)Tipe anastesia
12)Profilaksis antibiotic tidak adekuat
13)Profilaksis antibiotic tidak efektif

d. Konstipasi
Definisi:
Penurunan frekuensi normal defekasi yang disertai kesulitan atau pengeluaran
feses tidak tuntas dan/ feses yang keras, kering dan banyak
Batasan karakteristik:
1) Nyeri abdomen
2) Nyeri tekan abdomen dengan teraba resistensi otot
3) Nyeri tekan abdomen tanpa teraba resistensi otot
4) Anoreksia
5) Penampilan tidak khas pada lansia
6) Borborigmi
7) Darah merah pada feses
8) Perubahan pada pola defekasi
9) Penurunan frekuensi defekasi
10) Penurunan volume feses
11) Distensi abdomen
12) Keletihan
13) Feses keras dan berbentuk
14) Sakit kepala
15) Bising usus hiperaktif
16) Bising usus hipoaktif
17) Tidak dapat defekasi
18) Peningkatan tekanan intraabdomen
19) Tidak dapat makan
20) Feses cair
21) Nyeri pada saat defekasi
22) Massa abdomen yang dapat diraba
23) Massa rektal yang dapat diraba
24) Perkusi abdomen pekak
25) Rasa penuh dan/atau tekanan rektal
26) Sering flatus
27) Adanya feses lunak, seperti pasta di dalam rektum
28) Mengejan pada saat defekasi
29) Muntah
Faktor yang berhubungan:
1) Kelemahan otot abdomen
2) Rata-rata aktivitas fisik harian kurang dari yang dianjurkan menurut
gender dan usia
3) Konfusi
4) Penurunan motilitas traktus gastrointestinal
5) Dehidrasi
6) Depresi
7) Perubahan kebiasaan makan
8) Kebiasaan menekan dorongan defekasi
9) Kebiasaan makan buruk
10) Hygiene oral tidak adekuat
11) Asupan serat kurang dan/atau cairan kurang
12) Kebiasaan defekasi tidak teratur
13) Penyalahgunaan laksatif
14) Obesitas
15) Perubahan lingkungan baru
Kondisi terkait:
1) Ketidakseimbangan elektrolit
2) Hemoroid
3) Penyakit Hirschprung
4) Ketidakadekuatan gigi geligi
5) Garam besi
6) Gangguan neurologis
7) Obstruksi usus pasca bedah
8) Kehamilan
9) Pembesaran prostat
10) Abses rektal
11) Fisura anal rektal
12) Striktur anal rektal
13) Prolaps rektal
14) Ulkus rektal
15) Tumor
3. Intervensi Keperawatan
NO. DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIAN HASIL (NOC) INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN

1. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam NIC: Penahapan Diet (1020)
nutrisi: kurang dari pasien menunjukkan hasil: 1. Berikan nutrisi per oral, sesuai
kebutuhan
kebutuhan tubuh 2. Kolaborasikan dengan tenaga kese
(00002) Status Nutrisi (1004)
hatan lain untuk meningkatkan diet
Tujuan secepat mungkin jika tidak ada
No. Indikator Awal komplikasi
1 2 3 4 5 3. Tawarkan makan 6x dengan porsi
kecil
1. Asupan Gizi √
4. Tingkatkan diet dari cairan jernih,
2. Asupan Makanan √ cair dan lembut
5. Tingkatkan diet dari air gula
a
atau cairan elektrolit oral
3. Asupan Cai √ 6. Monitor toleransi peningkatan
diet
7. Ciptakan lingkungan yang me-
4. Energi √ mungkinkan makanan disajikan
sebaik mungkin
Rasio berat badan atau i badan 8. Monitor kesadaran pasien dan juga
5. √
ting reflek menelan
9. Tuliskan batasan diet pasien di
6. Hidrasi √ samping tempat tidur, pada papan
Keterangan ; chart dan di catatan perencanaan
1. Sangat menyimpang dari rentang normal pasien
2. Banyak menyimpang dari rentang normal
3. Cukup menyimpang dari rentang normal
4. Sedikit menyimpang dari rentang normal NIC : Terapi Nutrisi (11200
5. Tidak menyimpang dari rentang normal 1. Lengkapi pengkajian nutrisi
2. Monitor intake makanan/cairan
- Asupan gizi adekuat (100401) dan hitung masukan kalori perhari
3. Tentukan jumlah kalori dan tipe
- Asupan makanan adekuat (100402)
nutrisi yang diperlukan untuk
- Asupan cairan adekuat (100408) memenuhi kebutuhan nutrisi dengan
- Energi adekuat (100403) berkolaborasi dengan ahli gizi
- Rasio berat badan/tinggi badan normal (100405) 4. Motivasi pasien untuk mengkon
- Tidak ada hidrasi (100411) sumsi makanan yang tinggi kalsium
5. Motivasi untuk mengkonsumsi
makanan dan minuman yang tinggi
kalium sesuai kebutuhan
6. Pastikan bahwa dalam diet mengan
dung makanan yang tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
7. Berikan nutrisi enteral, sesuai kebu
tuhan
8. Berikan nutrisi yang dibutuhkan
Sesuai batas diet yang dianjurkan
Nyeri kronis (00133) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien A. Manajemen Pengobatan (2380)
menunjukkan hasil: 1. Tentukan obat yang diperlukan
A. Tingkat Nyeri (2102) 2. Identifikasi jumlah dan jenis obat
Tujuan yang digunakan
No. Indikator Awal 3. Monitor tanda dan gejala toksitasi
1 2 3 4 5
1. Nyeri yang dilaporkan obat
Panjangnya episode 4. Informasikan terhadap pasien dan
2. keluarga mengenai cara
nyeri
Menggosok area sekitar pemberian obat yang sesuai
3.
nyeri
B. Manajemen Nyeri (1400)
Mengerang dan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
4.
menangis komprehensif
5. Ekspresi nyeri wajah 2. Observasi tanda nonverbal
6. Tidak bisa beristirahat mengenai ketidaknyamanan
7. Agitasi 3. Gali pengetahuan pasien tentang
8. Iritabilitas nyeri
9. Mengerinyit 4. Evaluasi pengalaman nyeri pasien
10. Mengeluarkan keringat di masa lalu
11. Berkeringat berlebihan 5. Bantu keluarga mencari
12. Mondar mandir dukungan
13. Fokus menyempit 6. Berikan informasi mengenai
nyeri, sepert penyebab nyeri,
14. Ketegangan otot
berapa lama nyeri dirasakan, dan
Kehilangan nafsu
15. antisipasi ketidaknyamanan
makan
akibat prosedur
16. Mual
7. Kurangi faktor yang
17. Intoleransi makanan
menyebabkan nyeri
Keterangan: 8. Ajarkan prinsip manajemen nyeri
1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang C. Terapi Relaksasi (6040)
4. Sering 1. Gambarkan rasionalisasi dan
5. Selalu manfaat relaksasi serta jenis
relaksasi
B. Nyeri: Respon psikologis tambahan (1306) 2. Pertimbangkan keinginan pasien
C. Kontrol Nyeri (1605) untuk berpartisipasi, kemampuan
D. Nyeri: Efek yang mengganggu (2101) berpartisipasi, pilihan,
E. Tingkat nyeri (2102) pengalaman masa lalu dan
F. Tingkat agitasi (1214) kontraindikasi sebelum memilih
G. Tingkat kecemasan (1211) strategi
H. Nafsu makan (1014) 3. Dorong klien untuk mengambil
I. Kepuasan klien: Manajemen nyeri (3106) posisi yang nyaman dengan
J. Kepuasan klien: kontrol gejala pakaian longgar dan mata
K. Status kenyamanan (2008) tertutup
L. Status kenyamanan: Fisik (2010) 4. Minta klien untuk rileks dan
M. Tingkat Depresi (1208) merasakan sensasi yang terjadi
N. Kontrol diri terhadap depresi (1408) 5. Dorong klien untuk mengulangi
O. Tingkat kelelahan (0007) 6. Evaluasi dan dokumentasi respon
pasien terhadap terapi relaksasi

D. Monitor Tanta Tanda Vital


(6680)
1. Monitor tekanan darah, nadi,
suhu, dan status pernafasan
2. Catat gaya dan fluktuasi tekanan
darah
3. Monitor nadi dan kekuatannya
4. Monitor suara paru
5. Monitor pola pernafasan

E. Akupressur (1320)
F. Pemberian Analgesik (2210)
G. Pemberian Analgesik: Intraspinal
(2214)
H. Peningkatan Koping (5230)
I. Stimulasi Kutaneus (1340)
J. Imajinasi Terbimbing (6000)
K. Aplikasi Panas/Dingin (1380)
L. Pemijatan (1480)
M. Pemberian Obat (2300)
N. Manajemen Alam Perasaan (5330)
O. Bantuan Pasien untuk Mengontrol
(2400)
P. Pemberian Analgesik (2210)
Q. Relaksasi Otot Progresif (1460)
R. Stimulasi Listrik Syaraf
Transkutaneus (TENS) (1540)

Pilihan Intervensi Tambahan:


S. Mendengar Aktif (4920)
T. Terapi Bantuan Hewan (4320)
U. Latihan Autogenik (5840)
V. Biofeedback (5860)
W. Pengalihan (5900)
X. Manajemen Lingkungan:
Kenyamanan (6842)
Y. Peningkatan Latihan: Peregangan
(0202)
Z. Terapi Latihan: Ambulasi (0221)
Konstipasi (00011) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam pasien NIC: Manajemen Konstipasi/lmpaksi
menunjukkan hasil : (0450)
a. Monitor tanda dan gejala konstipasi
Eliminasi Usus (0501) b. Monitor hasil produksi pergerakan
Tujuan usus (feses), meliputi: frekuensi,
No. Indikator Awal konsistensi, bentuk, volume, dan
1 2 3 4 5
1. Pola eliminasi 2 √ warna, dengan cara yang tepat
2. Kontrol gerakan usus 2 √ c. Monitor bising usus
3. Warna feses 2 √ d. Timbang berat badan pasien secara
Jumlah fe e teratur
untuk e. Evaluasi jenis pengobatan yang
4. √ memiliki efek samping pada
diet
1 gastrointestinal lnstruksikan
Feses lembut dan pasien/keluarga untuk mencatat
5. 2 √ warna, volume, frekuensi, dan
berbentuk
6. Kemudahan BAB 1 √ konsistensi dari feses
7. Tekanan sfingter 2 √ f. Sarankan penggunaan laksatif,
dengan cara yang tepat Informasikan
Otot untuk
8. 2 √ pada pasien mengenai prosedur untuk
mengeluarkan feses
mengeluarkan feses secara manual,
Pengeluaran feses
9. 2 √ jika diperlukan
tanpa bantuan
g. Lakukan enema atau irigasi, dengan
Suara bising
tepat
10. usus √
h. Jelaskan penyebab dari masalah dan
2
rasionalisasi tindakan pada pasien
11. Pola eliminasi 1 √ Identifikasi faktor-faktor (misalnya,
pengobatan, tirah baring, dan diet)
Keterangan : yang menyebabkan atau berkontribusi
1. Sangat terganggu pada terjadinya konstipasi
2. Banyak terganggu i.
Ajarkan pasien atau keluarga
3. Cukup terganggu mengenai proses pencernaan normal
4. Sedikit terganggu j. Berikan petunjuk pada pasien untuk
5. Tidak terganggu dapat berkonsultasi dengan dokter
jika konstipasi masih tetap terjadi
- Pola eliminasi normal, 2-3 kali/hari (050101) k. Konsultasikan dengan dokter
- Kontrol gerakan usus (050102) mengenai penurunan/peningkatan
- Warna feses: feses berwarna coklat/ tidak berwarna hitam atau frekuensi bising usus
merah (050103) NIC: Manajemen Saluran Cerna
- Jumlah feses untuk diet, 0,25-1 pound per hari (050104) (0430)
- Feses lembut dan berbentuk (050105) a. Monitor buang air besar termasuk
- Kemudahan BAB: tidak mengejan, tidak menggunakan stimulus frekuensi, konsistensi, bentuk,
jari (050112) volume, dan warna, dengan cara
- Tekanan sfingter normal (050118) yang tepat
- Tidak menggunakan otot tambahan untuk mengeluarkan feses b. Monitor bising usus
(mengejan) (050119) c. Catat tanggal buang air besar
- Pengeluaran feses tanpa bantuan (050121) terakhir
- Suara bising usus normal, 5-30 kali/menit (050129) d. Catat masalah BAB yang sudah ada
sebelumnya, BAB rutin, dan
penggunaan laksatif
e. Masukkan supositoria rektal, sesuai
dengan kebutuhan
f. Berikan cairan hangat setelah
makan, dengan cara yang tepat
g. Ajarkan pasien mengenai makanan-
makanan tertentu yang membantu
mendukung keteraturan aktivitas
usus
h. Anjurkan anggota pasien/keluarga
untuk mencatat warna, volume,
frekuensi, dan konsistensi tinja.
Resiko Infeksi Area Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam pasien NIC: Kontrol Infeksi: Intraoperatif
Pembedahan (00266) menunjukkan hasil: (6545)
l. Moitor dan jaga suhu ruangan antara
Kontrol Risiko: Proses Infeksi (1924) 20oc dan 24oc
Tujuan m. Pisahkan alat-alat steril dan non steril
No. Indikator Awal n. Verifikasi bahwa antibiotic profilaksis
1 2 3 4 5
Mengidentifikasi factor telah diberikan dengan tepat
1. 1 √ o. Lakukan tindakan pencegahan
risiko infeksi
Mengenali factor resiko niversal precaution
2. 2 √ p. Periksa kulit dan jaringan di sekitar
individu terkait infeksi
Mengetahui lokasi pembedahan batasi
3. konsekuensi terkait 3 √ kontaminasi yang terjadi
infeksi q. Berikan terapi antibiotic yang sesuai
Mengidentifikasi tanda r. Oleskan salep antimikroba pada
4. 3 √ lokasi pembedahan sesuai kebijakan
gejala infeksi
5. Mencuci tangan 4 √
Keterangan:
6. Tidak menunjukan NIC: Perawatan Daerah (Area)
7. Jarang menunjukan Sayatan (3440)
8. Kadang-kadang menunjukan a. Periksa daerah sayatan terhadap
9. Sering menunjuka kemerahan, bengkak, atau tanda-
10. Secara konsisten menunjukan tanda dehiscience atau eviserasi
b. Monitor proses penyembuhan
- Mampu mengidentifikasi factor risiko infeksi (192426) didaerah sayatan
- Mampu mengenali factor resiko individu terkait infeksi (192401) c. Monitor daerah sayatan untuk tanda-
- Mampu mengetahui konsekuensi terkait infeksi (192402) tanda dan gejala infeksi
- Mampu mengidentifikasi tanda gejala infeksi (192405) d. Berikan salep antiseptic
- Mampu mencuci tangan 6 langkah (192415) e. Gunakan pakaian yang sesuai untuk
melindungi sayatan
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G. M., H. K. Butcher, J. M. Dochteman, C. M. Wagner. 2015. Nursing


Interventions Classification (NIC). Edisi 6. Jakarta: EGC.
Bulechek, G. M., H. K. Butcher, J. M. Dochteman, C. M. Wagner. 2015. Nursing
Outcomes Classification (NOC). Edisi 6. Jakarta: EGC.
Carpenito, L.J. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisis 13. Jakarta:
EGC.
Herdman, T.H. dan S. Kamitsuru. (Ed). 2018. NANDA Internasional Diagnosis
Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2018-2020, Ed. 11. Terjemahan
oleh Budi Anna Keliat et al. Jakarta: EGC.
Moorhead., Johnson., Maas., & Swanson. 2013. Nursing Outcomes Classification
(NOC). Fifth Edition. USA: Mosby.
Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan.
Sistem Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika.
Nurafif, A. H. dan H. Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Bersarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC. Edisi MediAction. Yogyakarta.
Smeltzer, S. C., dan Bare, B. G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner & Suddarth.Edisi 8 Volume 2. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai