Anda di halaman 1dari 41

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An, M DENGAN DIAGNOSA MEDIS

GASTROENTERITIS (GEA) DI RUANG INFEKSIUS PUSKESMAS


KAYON PALANGKARAYA

Disusun Oleh:

Nama : Kiki Saputra


Nim : 2022-04-14901-036

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN 2022

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan ini di susun oleh :


Nama : Kiki Saputra
NIM : 2022-04-14901-036
Program Studi : Profesi Ners
Judul : Asuhan Keperawatan Pada An. M.Dengan Imunisasi Campak
Di Wilayah Kerja UPTD…Puskesmas Kayon Palangka.Raya.

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Praktik Klinik Keperawatan Dasar Profesi Program Studi Profesi
Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Karmitasari Yanra K, Ners.,M.Kep Sri Wulandari Tahan, S.Kep., Ners

Mengetahui

Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan

Meilitha Carolina, Ners, M.Kep.

ii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada An. M .Dengan
Gastroentritis Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kayon Palangka Raya”. Laporan
pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas Profesi Ners.
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners STIKES
Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Karmitasari Yanra K, Ners.,M.Kep selaku pembimbing akademik yang
telah banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam
penyelesaian asuhan keperawatan ini.
4. Ibu Sri Wulandari Tahan, S.Kep.,Ners, selaku pembimbing lahan yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini.
5. Ibu Isna Wiranti, S.Kep., Ners selaku koordinator Praktik Pra Klinik Program
Studi Profesi Ners.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan ini
dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Palangka Raya, 17 Juni 2023

Penyusun

3
BAB 1
LATAR BELAKANG

1.1 Latar Belakang


Gastroenteritis akut atau GEA adalah diare yang gejalanya tiba-tiba dan
berlangsung kurang dari 14 hari, gastroenteritis juga kehilangan cairan dan elektrolit
berlebihan karena frekuensi satu atau lebih buang air besar berbentuk encer dan
berair.(Nari, 2019) Gastroenteritis adalah radang lambung dan usus yang dapat
menimbulkan gejala diare yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan parasit lebih
sering dari biasanya mana yang bersifat patogen. Gastroenteritis dibagi menjadi dua
jenis menurut waktu onset dan durasi yaitu gastroenteritis akut dan Gastroenteritis
kronis.(Nari, 2019).
Menurut World Health Organization (2018) saat ini penyakit gastroenteritis
diderita sekitar lebih 3-5 millyar orang dewasa di dunia pertahunnya. Gastroenteritis
merupakan penyakit yang keberadaannya masih menjadi masalah kesehatan di dunia,
termasuk Indonesia. Jumlah penderita gastroenteritis di Indonesia di tahun 2016
sebanyak 37.155 penderita, mengalami penurunan pada tahun 2017 sebanyak
17.250penderita, dan meningkat kembali pada tahun 2018 sebanyak 20.149
penderita . Data departemen kesehatan RI menunjukkan pada tahun 2018 penderita
Gastroenteritis Akut di Indonesia yang ditangani sebanyak (6,8%) dari jumlah
penderita Gastroenteritis Akut keseluruhan yang tercatat berjumlah 6.897.463 orang,
yang ditangani 4.017.861 orang (RISKESDAS, 2018). Jumlah penderita
gastroenteritis akut di Jawa Timur pada Januari 2016 sebanyak 82,87% penderita,
kemudian tahun 2017 sebanyak 82,29% penderita, dan tahun 2018 sebanyak 77,85%
Penderita, Profil Kesehatan Jawa Timur (2018).
Gastroenteritis dapat disebabkan oleh kontak langsung dengan pasien, makanan
dan minuman mentah juga dapat menyebabkan Gastroenteritis. Sering masyarakat
menyamakan Gastroenteritis dengan diare dan gastritis. Sebenarnya diare itu hanya
sejenis gejala gastroenteritis, dan gastritis ini adalah radang lambung. Masalah ini

4
karena kurangnya pemahaman masyarakat mengenai gastroenteritis, menyebabkan
penanganan yang tidak tepat. (Saputri et al., 2017).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah
bagaimana cara pemberian asuhan keperawatan pada An, M dengan diagnosa medis
gastroentritis.

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman
langsung tentang bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatan pada klien An. M
Dengan Gastroentritis.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian, menganalisa, menentukan diagnosa
keperawatan, membuat intervensi keperawatan, mampu melakukan perawatan
dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah diberikan.
b. Mampu memberikan tindakan keperawatan yang diharapkan dapat mengatasi
masalah keperawatan pada kasus tersebut.
c. Mampu mengungkapkan faktor-faktor yang menghambat dan mendukung serta
permasalahan yang muncul dari asuhan keperawatan yang diberikan.

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Untuk Mahasiswa
Untuk mengembangkan wawasan dari ilmu keperawatan khususnya penyakit
tuberculosis paru dan pengalaman langsung dalam melakukan penelitian.
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga
Menambah informasi mengenai Imunisasi dan pengobatannya sehingga dapat
digunakan untuk membantu progam pemerintah dalam pemberian Imunisasi.

5
1.4.3 Untuk Institusi
Sebagai bahan atau sumber data bagi peneliti berikutnya dan bahan
pertimbangan bagi yang berkepentingan untuk melanjutkan penelitian sejenis dan
untuk publikasi ilmiah baik jurnal nasional maupun internasional.
1.4.4 Untuk IPTEK
Memberikan informasi dalam pengembangan ilmu keperawatan terutama dalam
keperawatan komunitas yang menjadi masalah kesehatan pada masyarakat.

6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Gastroenteritis akut


2.1.1 Defenisi
Gastroenteritis akut ialah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan
anak yang sebelumnya sehat yang diakibatkan infeksi bakteri campylobacter yang
paling lazim biasnya disebabkan oleh C.jejuni, C.ecoli dan C.laridis, yang masa
inkubasi bakteri ini berisar 1-7 hari mengakibatkan diare (Neorasid, Suratmaadja ,
Asnil dan Sodikin, 2011) .
Gastroenteritis akut didefinisikan sebagai diare yang berlangsung kurang dari
15 hari (Rani AA. dkk 2014).
Gastroenteritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang
akut dengan kerusakan erosi pada bagian superficial. (muttaqin & Kumala, 2011)
Jadi dapat disimpulkan bahwa gastroenteritis akut adalah diare yang disebabkan
infeksi bakteri dengan masa inkubasi pada system pencernaan yang lebih tepatnya
pada bagian usus besar yang menyebabkan feses encer atau berlendir hingga
berdarah.

7
2.1.2 Anatomi Fisiologi
Saluran pencernaan dimulai dari rongga mulut, faring, esofagus, lambung
(gaster), usus halus (terdiri dari duodenum, jejunum, dan ileum), usus besar (yang
terdiri atas caecum, colon ascenden, colon transversum, colon descendens, colon
sigmoid), rectum, hingga anus. Pada orang dewasa, panjang saluran pencernaan dari
mulut hingga anus sekitar 9 meter.

1. Rongga Mulut
Makanan masuk ke dalam tubuh pertama kali melalui rongga mulut dan
dalam dicerna secara mekanik oleh gigi yang tersusun atas strukturSelain
secara mekanik, adanya ludah (saliva) yang mengandung enzim amilase
yang mengubah 8karbohidrat makanan menjadi maltosa dan dextrosa; dan
enzim lipase yang memecah lemak menjadi bentuk yang lebih sederhana.
seperti tulang (dentin) yang dilapisi jaringan yang paling kuat pada tubuh,
yaitu enamel ( Muttaqin, 2011 ).
2. Faring

8
Faring tidak hanya merupakan bagian dari saluran pencernaan saja,
melainkan juga merupakan bagian dari sistem respirasi. Faring dibagi
menjadi 3 bagian yaitu nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Orofaring
dan laringofaring terlibat dalam proses pencernaan. Untuk mencegah
masuknya makanan ke dalam saluran nafas pada laringofaring terdapat
suatu kartilago elastis, yaitu epiglotis yang akan menutup saat menelan
sehingga rongga laring akan menutup dan makanan masuk ke dalam
esophagus ( Muttaqin, 2011 ).
3. Esofagus
Esofagus merupakan suatu tabung muskular yang akan dilalui makanan
yang masuk dari faring dan memiliki sfingter pada bagian atas dan bawah.
Sfingter atas mencegah kembalinya makanan ke faring, sedangkan sfingter
sebelah bawah mencegah makanan yang sudah sampai ke gaster kembali
ke dalam esofagus. Makanan masuk melalui esofagus menuju gaster
dibantu dengan adanya gerakan peristaltik dan gaya berat dari makanan itu
sendiri, serta adanya relaksasi otot sfingter bawah esophagus ( Muttaqin,
2011 ).
4. Lambung
Setelah makanan masuk ke gaster terjadi pencernaan secara mekanik oleh
gerak otot-otot dinding gaster dan secara kimiawi oleh sekret yang
dikeluarkan oleh mukosa gaster Mukosa gaster menghasilkan:
a) Asam hidroklorik yang berfungsi sebagai anti kuman
b) Faktor intrinsik (oleh sel parietal pada fundus gaster) yang berperan
dalam absorpsi vitamin B12
c) Pepsinogen yang berfungsi memecah protein
d) Lipase gastrik (oleh sel chief pada fundus gaster) berfungsi memecah
lemak, meskipun tidak seefektif lipase pancreas.
e) Hormon gastrin (oleh sel G) yang berfungsi memacu kerja enzim
pencernaan

9
f) Histamin (oleh sel enterokromafin), endorfin, serotonin,
cholecystokinin, dan somatostatin (yang dihasilkan oleh sel
enteroendokrin gaster)
g) Mukus (oleh sel goblet) bersifat protektif terhadap mukosa lambung
Absorbsi juga terjadi pada lambung walau hanya sedikit, bahan yang
diabsorbsi pada lambung bersifat sangat larut lemak, seperti alkohol dan
beberapa jenis obat seperti aspirin dalam jumlah kecil.20 Setelah makanan
masuk ke dalam lambung, 1-2 jam kemudian campuran makanan dengan
sekret lambung berbentuk cairan tebal semi-liquid yang disebut dengan
chymus dan masuk ke usus halus ( Muttaqin, 2011 )
5. Usus Halus
Usus halus terdiri dari 3 segmen, yaitu duodenum, jejunum, dan ileum,
berperan sangat penting pada proses pencernaan dan penyerapan. Terdapat
muara dari ductus hepatopancreaticus yang mengalirkan cairan empedu dan
sekret dan enzim pencernaan yang dihasilkan pancreas untuk membantu
proses pencernaan makanan di dalam duodenum. Chymus yang bersifat
asam dibuat menjadi bersifat lebih alkali dengan penambahan empedu dari
kantung empedu (vesica felea) dan sekresi bikarbonat dari pancreas dan
kelenjar Brunner pada duodenum sehingga melindungi dinding duodenum
dan membuat enzim pencernaan dapat bekerja dengan baik.
Proses kimiawi yang terjadi di dalam usus halus, antara lain :
a) Pemecahan protein menjadi peptida dan asam amino oleh tripsin
aminopeptidase dan dipeptidase.
b) Lemak akan diemulsi oleh empedu kemudian dipecah menjadi asam
lemak dan monogliserida oleh lipase pancreas.
c) Amilase pancreas akan memecah karbohidrat kompleks (amilum)
menjadi oligosakarida, kemudian akan dipecah oleh dextrinase,
glukoamilase, maltase, sucrase, dan laktase.
Laktase tidak terdapat pada hampir semua orang dewasa, sehingga
laktosa tidak dicerna pada usus halus. Selulosa juga tidak dicerna oleh usus

10
halus karena selulosa tersusun atas beta glukosa dan manusia tidak memiliki
enzim untuk memecah ikatan beta glukosa.
Mukosa usus halus tersusun atas epitel kolumner dengan plica
circulares dan villi yang berperan besar dalam proses absorpsi makanan
secara difusi atau transport aktif. Absorpsi pada usus halus paling banyak
dilakukan oleh jejunum, kecuali untuk zat besi (diabsorpsi pada
duodenum),vitamin B12 dan garam empedu (diabsorbsi pada ileum
terminal), air dan lemak (diabsorpsi secara difusi pasif di sepanjang usus
halus), sodium bikarbonat (diabsorpsi secara transport aktif bersama
glukosa dan kotransport asam amino), dan fruktosa (diabsorbsi secara difusi
terfasilitasi) ( Muttaqin, 2011 ).
6. Usus Besar
Usus besar dimulai dari caecum, colon ascenden, colon transversum, colon
descenden, hingga colon sigmoid. Setelah sekitar 90% bagian makanan
diabsorpsi pada usus halus, chymus yang tersisa akan masuk ke dalam usus
besar. Elektrolit seperti sodium, magnesium, klorida yang tidak diserap usus
halus menjadi satu dalam makanan yang tidak dicerna, seperti serat.
Fungsi utama colon adalah mengabsorpsi air dan elektrolit dari chymus dan
menjadi tempat penimbunan bahan feces sampai dapat dikeluarkan.
Setengah bagian proksimal colon berhubungan dengan fungsi absorpsi,
sedangkan setengah bagian distal berhubungan dengan fungsi penyimpanan
( Muttaqin, 2011 ).

2.1.3 Etiologi
Hampir sekitar 70%-90% penyebab diare sudah dapat dipastikan secara garis
besar penyebab diare dikelompokan menjadi penyebab langsung atau factor-faktor
yang dapat mempermudah atau mempercepat atau terjadinya diare penyebab diare
akut dapat dibagi menjadi dua golonga, yaitu diare sekresi (secretory diarrhoea) dan
diare osmotis (osmitic diarrhea) diare sekresi dapat disebabkan olhe factor- factor
antara lain (Sodikin, 2011):

11
1. Infeksi virus/ bakteri Bakteri (Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus
(Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans)., kuman-kuman
pathogen, atau penyebalainya (seperti keadaan gizi buruk/gizi yang kurang,
hygiene atau sanitasi yang buruk , kepadatan penduduk, social budaya dan
social ekonomi)
2. Hiperperistaltik usus halus yang dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia,
makan( seperti keracunan makanan, makanan yang pedas atau terlalu asam)
gangguan psikis ( ketakutan atau gugup), gangguan saraf ,hawa dingin atau
alergi, dan sebagainya.
3. Defesiensi umun terutama SigA ( secretory immunoglobulin A) yang
mengakibatkan berlipat gandanya bakteri atau flora usus dan jamur
(terutama candida)
Diare osmotic (osmotic diarrhea) disebabkan oleh malabsorsi makanan yang
kekurangan kalori protein (KKP), bayi berat badan lahir rendah ( BBLR) ,
dan bayi baru lahir.

2.1.4 Klasifikasi
Jenis - jenis gastroenteritis menurut suratum & lusianah (2010)
Jenis - jenis diare :
1. Gastroenteritis akut adalah gastroenteritis yang serangannya tiba- tiba
berlangsung kurang dari 14-15 hari. Gastroenteritis akut diklasifikasin :
a. Gastroenteritis non inflamasi , gastroenteritis ini disebabkan oleh
enteroksi dan menyebabkan gastroenteritis cair denganvolume yang besar
tanpa lendi dan darah. Keluhan abdomen jangan atau bahkan tidak sama
sekali.
b. Gastroenteritisinflamasi, gastroenteritis ini disebabkan invasi bakteri dan
pengeluara sitotoksin di kolon. Gejala klini ditandai dengan mulas sampai
nyeri seperti kolik, mual, muntah, demam , tensmus, gejala dan tanda
dehidrasi. Secara mikroskopis teradapat lender darah pada pemeriksaan
feses rutin, dan secara mikroskopis terdapat sel leukosit polimorfonuklear

12
2. Gastroenteritis kronik yaitu gastroenteritis yang berlangsung selama lebih
dari 14 hari. Mekanisme terjadinya gastroenteritis yang akut maupun yang
kronik dapat dibagi menjadi gastroenteritis sekresi, gastroenteritis osmotrik,
gastroenteritis eksudatif dan gangguan motilitas
a. Gastroenteritis sekresi, gastroenteritis dengan volume feses banyak
biasanya disebabkan oleh gangguan transport elektrolit akibat
peningkatan produksi dan sekresi air dan elektrolit kemampuan absorsi
mukosa keusus kedalam lumen usus menurun , peyebabnya adalah toksin
bakteri (seperti toksin kolera), pengaruh garam empedu, asam lemak
rantai pendek dan hormone intestinal.
b. Gastroenteritis osmotic, terjadi bila terdapat partikel yang tidak dapat
diabsorbsi sehingga osmolaritas lmen meningkat dan air tertarik dari
plasma ke lumen usus sehingga terjadilah gastroenteritis
c. Gastroenteritis eksudatif, inflamasi akan mengakibatkan kerusakan
mukosa baik usus halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat
terjadi akbiat infeksi bakteri atau non infeksi atau akibat radiasi
d. Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan
waktu transi makanan/minuman di usus menjadi lebih cepat. Pada kondisi
tirotoksin, sindroma usus iritabel atau diabetes mellitus bias muncul
gastroenteritis.

2.1.5 Patofisiologi
Menurut Rizal (2018) pathofisiologis dari gastroenteritis adalah meningkatnya
motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan akibat dari gangguan
absorbs dan ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebihan, cairan yodium, potassium
dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstra seluler keadaan tinja, sehingga
mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit dan dapat terjadi asidosis metabolic
Diare yang terjadi merupakan proses dari transport aktif akibat rangsangan toksin
bakteri terhadap elektrolit kedalam usus halus sel dalam mukosa intestinal mengalami

13
iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk
akan merusak sel mukosa intestinal sehingga mengurangi fungsi permukaan
intestinal. Perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorbs cairan dan
elektrolit. Peredangan akan menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi
cairan dan elektrolit dan bahan-bahan makanan ini terjadi pada sindrom mal absorbs
Meknisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ada 2 macam yaitu : Gangguan
osmotic akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan dalam rongga yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotic dalam rongga usus :
1. Gangguan sekresi akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding
usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus
dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
2. Gangguan motilitas usus hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurngnya
kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare,
sebaliknya bila peristaltic usus menurun akan mengakibatkan bakteri kamuh
berlebihan, selanjutnya timbul diare pula. Dari kedua mekanisme diatas
menyebabkan :
a. Kehilangan air dan elektrolit atau (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan
gangguan keseimbangan asam basa (aksidosis metabolic hipokalemia).
b. Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran
bertambah)
c. Hipoglikemia
d. Gangguan sirkulasi darah

14
WOC
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung usus kecil dan usus besar dengan berbagai kondisi
patologis dari saluran gastrointestinal dengan manifestasi klinis diare dengan atau tanpa muntah ,serta
ketidaknyamanan abdomen (muttaqin, 2011)

Etiologi inveksi virus,infeksi bakteri Manifestasi klinis:


Hiperperistaltik
infeksi parasite, toksinasi makanan, 1) Ketidak nyamanan abdomen (Nyeri) Pemeriksaan penunjang
obat, obatan, makan dan minum terlalu 2) Borborigmus 1) Pemeriksaan tinja
berlemak Berkurangnya kesempatan 3) Hipermotilitas usus 2) Pemeriksaan darah
usus menyerap makanan 3) Duodenal intubation
4) Diare
5) Demam
Gangguan absorsi makanan. Makana tidak GEA
dapat diserap. Tekanan osmotic dalam rongga 6) Penghabisan cairan intraseluler
usus meningkat peningkatan sekresi air atau 7) Tidak enak badan
cairan dan elektrolit dalam rongga usus 8) Mual dan muntah

B1 B2 B3 B4 B5 B6

Kehilangan cairan Enterotoksin agen Tekanan osmitik Aktivitas sekresi Masuknya nutrisi Peningkatan
dan elektrolit infeksi meningkat air dan elektrolit motilitas usus
Nutrisi tidak dapat
Isi rongga usus Akumulasi air di diabsorsi Gnagguan absorsi nutrisi
Ketidak seimbangan Peningkatan lumen intestinal
meningkat dan cairan oleh mukosa
asam basa aktivitas sekresi air
Peningkatan asam intestinal
dan elektrolit
Pelepasan mediator Peningkatan sekresi orgenik
Asidosi metabolik prostaglandin cairan dan elektrolit Pasase feses yang
Akumulasi air di encer
bradikinin melalui feses Mual muntah
lumen intestinal
Nafas cepat tidak kembung anoreksia
beraturan Merangsang Oliguri anuria
Ketidakseimbangan Respon injury
cairan dan elektrolit reseptor nyeri Asupan nutrisi anus
Sesak Intake dan output tidak adekuat
tidak seimbang Gangguan
Resiko Rangsangan dihantar 15 integritas kulit
Pola nafas tidak kethalamus Defisit nutrisi
Syok
efektif Resiko ketidak
Nyeri akut seimbangan elektrolit
2.1.6 Manifestasi klinis
Pada anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi (kekurangan cairan) tanda
tandanya menurut Ngasityah (2016) .
1. Ketidak nyamanan abdomen (Nyeri)
2. Borborigmus
3. Hipermotilitas usus
4. Diare
5. Demam
6. Penghabisan cairan intraseluler
7. Tidak enak badan
8. Mual dan muntah

2.1.7 Komplikasi
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektro kardiagram).
4. Hipoglikemia.
5. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena
kerusakan vili mukosa, usus halus.
6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang


1. Laboratorium :
a. feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
b. Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
c. AGD : Asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2
meningkat, HCO3 menurun )
d. Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
2. Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni

16
2.1.9 Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan menurut Rianto (2017) adalah pengobatan dengan cara
pengeluaran diet dan pemberian cairan.
1. Farmakologi
a. Penatalaksanaan medis primer diarahkan pada upaya mengontrol
gejala, mencegah komplikasi, dan menyingkirkan atau mengatasi
penyakit penyebab
b. Medikasi tertentu (misalkan pemberian antibiotic, agens anti-
imflamasi) dan antidiare (misalkan pemberian loperamida (imodium),
defiknosilit (limotil) dapat mengurangi tingkat keparahan diare.
c. Menambah cairan oral, larutan elektrolit dan glukosa oral dapat
diprogramkan.
d. Antimikroba diprogramkan ketika agens infeksius telah teridentifikasi
atau diare tergolong berat
e. Terapi IV digunakan untuk tindakan hidrasi cepat pada pasien yang
sangat muda atau pasien lansia.
f. Terapi obat :
a) obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30
mgklorpromazine 0,5 – 1 mg / kg BB/hari
b) obat anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamide
c) antibiotik : bila penyebab jelas, ada penyakit penyerta.
2. Non Farmakologi
a. Diare tanpa dehidrasi memerlukan cairan tambahan berupa apapun
misalnya air putih, sari buah segar ,air teh, kuah sup ,air tajin
b. Diare dengan dehidrasi sedang memerlukan cairan khusus yang
mengandung campuran gula dan garam yang disebut larutan dehidrasi
oral. Dibuat dengan mencampurkan garam rehidrasi kedalam satu liter
air besar.

17
2.2 Manajamen Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
nomor register, diagnosa medis, dan tanggal MRS.
2. Keluhan utama
Klien mengeluh BAB cair lebih dari 3 kali (diare) yang mendadak dan
berlangsung singkat dalam beberapa jam kadang disertai muntah.
3. Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya didapatkan keluhan utama pada penderita, yaitu
peningkatan frekuensi BAB dari biasanya dengan konsistensi cair,
naurea, muntah, nyeri perut sampai kejang perut , demam, lidah kering,
turgor kulit menurun serta suara menjadi serah, bisa disebabkan oleh
terapi obat terakhir, masukan diit, atau adanya masalah psikologis (rasa
takut dan cemas).
4. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya dikaitkan dengan riwayat medis lalu berhubungan dengan :
perjalanan kearea geogratis lain.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi susunan keluarga penyakit keturunan atau menular yang pernah
di derita anggota keluarga.
6. Pola-pola fungsi kesehatan
1) Pola Eliminasi urin.
Biasanya pada diare ringan fliminasnya normal, sedang (oliguri), berat
(anuria).
2) Pola Eliminasi Alvi.
Pada klien dengan diare akut biasanya BAB cair lebih banyak atau
sering dari kebiasaan sebelumnya.
3) Pola Nutrisi dan Metabolisme.
Pada klien diare akut terjadi peningkatan bising usus dan peristaltik
usus yang menyebabkan terganggunya absorbsi makanan akibat
adanya gangguan mobilitas usus. Sehingga menimbulkan gejala

18
seperti rasa kram pada perut, perut terasa mual atau tidak enak dan
malas makan, maka kebutuhan nutrisi menjadi terganggunya karena
asupan yang kurang.
4) Pola istirahat tidur.
Pada umumnya pola istirahat menjadi terganggu akibat gejala yang
ditimbulkan seperti : mendadak diare, muntah, nyeri perut, sehingga
Kx sering terjaga.
7. Pemeriksaan fisik.
1) Keadaan umum
Kesadaran (baik, gelisah, Apatis/koma), GCS, Vital sign, BB dan TB.
2) Kulit, rambut, kuku
Turgor kulit (biasa – buruk), rambut tidak ada gangguan, kuku bisa
sampai pucat.
3) Kepala dan leher
4) Mata
Biasanya mulai agak cowong sampai cowong sekali.
5) Telinga, hidung, tenggorokan dan mulut
THT tidak ada gangguan tapi mulutnya (biasa – kering).
6) Thorak dan abdomen
Tidak didapatkan adanya sesak, abdomen biasanya nyeri, dan bila di
Auskulkasi akan ada bising usus dan peristaltik usus sehingga
meningkat.
7) Sistem respirasi
Biasanya fungsi pernafasan lebih cepat dan dalam (pernafasan
kusmaul).
8) Sistem kordovaskuler
Pada kasus ini bila terjadi renjatan hipovolemik berat denyut nadi
cepat (lebih dari 120x/menit).
9) Sistem genitourinaria
Pada kasus ini bisa terjadi kekurangan kalium menyebabkan perfusi
ginjal dapat menurun sehingga timbul anuria.
10) Sistem gastro intestinal

19
Yang dikaji adalah keadaan bising usus, peristaltik ususnya terjadi
mual dan muntah atau tidak, perut kembung atau tidak.
11) Sistem muskuloskeletal
Tidak ada gangguan.
12) Sistem persarafan
Pada kasus ini biasanya kesadaran gelisah, apatis / koma.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan asidosi metabolic (D.0005)
Hal.26
2. Resiko syok berhubungan dengan enterotoksin agen infeksi (D.0039) Hal
92
3. Nyeri akut berhubungan dengan tekanan osmotic meningkat (D.0077)
Hal. 172
4. Resiko ketidak seimbangan Cairan berhubungan dengan diare (D.0036)
Hal. 87
5. Deficit nutrisi berhubungan dengan nutrisi tidak dapat diabsorsi (D.0019)
Hal. 56
6. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan motilitas
usus (D.0129) Hal. 282

20
2.2.3 Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi

1. Pola nafas tidak efektif Setelah Tindakan Keerawatan Dilakukan Terapi aktifitas :SIKI (I. 010011) Hal. 186
berhubungan dengan Selama 3 X 24 Jam Diharapkan Pola Nafas
asidaosis metabolic :SDKI Kembali Efektif Dengan Kriteria Hasil SLKI Observasi :
(D.0005) Hal.26
( L.01004) Hal 95 1. Monitor Pola Nafas (Frekuensi,Kedalaman,
Usahanapas)
1. Frekuensi Nafas Cukup Membaik
2. Monitor Bunyi Nafas Tambahan
Dengan Nilai 4,
3. Monitor Sputum
2. Penggunaan Otot Bantu Napas Cukup
Terapeutik :
Menurun Dengan Nilai 4,
3. Dyspnea Menurun Dengan Nilai 5 1. Pertahankan Kepatenan Jalan Nafas Dengan Head
Tilt Ddan Chin-Lift
2. Posisikan Semi Fowler Atau Fowler
3. Berikan Minum Hangant
4. Lakukan Fisioterapi Dada, Jika Perlu
5. Penghisapan Lendir Kurang Dari 15 Detik
6. Berikan Oksigen
Edukasi :
1. Anjurkan Asupan Cairan 2000 Ml/Hari Jika Tidak
Kontraindikasi
2. Ajarkan Teknik Batuk Efektif
Kolaborasi :
1. Kolaborasi Pemberian Bronkodilator Ekspektoran,
Mukolitik, Jika Perlu
Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi

21
2. Resiko syok berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Terapi aktifitas SIKI ( I. 03121) Hal. 238
dengan enterotoksin agen 3x 24 jam diharapkan Resiko syok Kriteria Observasi :
infeksi SDKI(D.0039) Hal hasil SLKI (L.03032) Hal. 148 1. Monitor intake dan output cairan
92 2. Monitor elastisitas atau turgor kulit
1. Pucat menurun dengan nilai 5 3. Identivikasi tanda-tanda hipovolemia (
2. Output urine sedang dengan nilai 3 4. Identifikasi factor resiko ketidak seimbangan
3. Kekuatan nadi cukup meningkat denga cairan
nilai 4 Terapeutik :
4. Haus sedang dengan nilai 3 1. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
2. Dokumentasi haslil pemantauan
3. Jelaskan tujuna prosedur pemantauan
Kolabborasi :
1. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

22
Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi

3. Nyeri akut
berhubungan Setelah Tindakan Keerawatan Dilakukan Terapi Aktifitas : SIKI (I. 08238)
dengan tekanan osmotic Selama 3 X 24 Jam Diharapkan Nyeri Observasi :
Menurun Dengan Kriteria Hasil SLKI
meningkat SDKI (D.0077)
(L.08066) Hal .145 1. Identifikasi Lokasi, Karakteristik, Durasi, Frekuensi,
Hal. 172 Kualitas, Intensitas Nyeri
1. Keluhan Nyeri Cukup Menurun Dengan 2. Identifikasi Skala Nyeri
Nilai 4, 3. Identifikasi Respon Non Verbal
4. Identifikasi Factor Yang Memperberat Dan
2. Meringis Cukup Menurun Dengan Nilai Memperingan Nyeri
4 Terapeutik :
1. Berikan Teknin Nonfarmakologi Untuk Mengurangi
Rasa Nyeri
2. Fasilitasi Istirahat Dan Tidur
Edukasi :
1. Jelaskan Penyebab, Periode, Dan Pemicu Nyeri
2. Ajarkan Teknik Nonfarmakologi Untuk Mengurangi
Rasa Nyrei
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi

23
4. Resiko ketidakseimbangan Setelah Tindakan Keerawatan Dilakukan Terapi aktivitas : SIKI ( I. 03122) Hal 240
elektrolit berhubungan Selama 3 X 24 Jam Diharapkan elektrolit
dengan diare SDKI kembali seimbang Dengan Kriteria Hasil Observasi:
(D.0036) Hal. 87
SLKI (L.03020) 1. Identifikasi kemungkinan penyebab
ketidakseimbangan elektrolit
1. Dehidrasi cukup menurun dengan nilai 4 2. Monitor mual, muntah dan diare
2. Asupan cairan sedang dengan nilai 3 3. Monitor kehilangan cairan, jika perlu
3. Haluaran urin sedang dengan nilai 3 4. Monitor kadar elektrolit serum
Terapeutik :

1. Atur Interval waktu pemantauan sesuai dengan


kondisi pasien
2. Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi :

1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan


2. Informasi hasil Pemantauan

24
Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi

5. Deficit nutrisi Setelah Tindakan Keerawatan Dilakukan Terapi aktivitas : SIKI (I.03119) Hal. 200
berhubungan dengan Selama 3 X 24 Jam Diharapkan Nutrisi Observasi:
nutrisi tidak dapat Terpenuhi Dengan Kriteria Hasil SLKI : 1. Identifikasi Status Nutrisi
diabsorsi SDKI (D.0019) 2. Identifikasi Alergi Dan Intoleransi Makanan
(L.03030) Hal 121
Hal. 56 3. Identifikasi Makanan Yang Disukai
1. Porsi Makannan Yang Dihabiskan Cukup 4. Identifikasi Kebutuhan Kalori Dan Jenis Nutrient
Meningkat Dengan Nilai 4, 5. Monitor Asupan Makanan
2. Indeks Masa Tubuh (IMT) Membaik 6. Monitor Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Dengan Nilai 5, Terapeutik:
3. Nafsu Makan Cukup Membaik Dengan 1. Sajikan Makanan Yang Menarik Dengan Suhu Yang
Nilai 4, Sesuai
4. Frekuensi Makan Cukup Membaik 2. Berikan Makanan Tinggi Serat Untuk Mencegah
Dengan Nilai 4 Konstipasi
3. Berikan Makanan Tinggi Kalori Dan Tinggi Protein
Edukasi :
1. Anjurkan Posisi Duduk,Jika Mampu
Kolaborasi :
1. Kaloborasi Dengan Ahli Gizi Untuk Menentukan
Jumlah Kalori Dan Jenis Nutrien Yang Dibutuhkan

25
Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi

6. Gangguan integritas kulit Setelah Tindakan Keerawatan Dilakukan Terapi aktivitas : SIKI (I.14565) Hal. 329
berhubungan dengan Selama 3 X 24 Jam Diharapkan Kondisi Observasi :
Kulit Membaik Dengan Kriteria Hasil SLKI
peningkatan motilitas 1. Monitor Karakteristik Luka
(L.14125) Hal. 33
2. Monitor Tanda-Tanda Infeksi
usus SDKI (D.0129)
1. Kerusakan Jaringan Menurun Dengan Terapeutik:
Hal. 282 Nilai 5,
2. Kemerahan Menurun Dengan Nilia 5, 1. Lepaskan Balutan Dan Plaster Secara
3. Perdarahan Menurun Edngan Nilai 5. Perlahan’cukur Rambut Di Sekitar Daerah Luka,
Jika Perlu
2. Bersihkan Jaringan Nekrotik
3. Berikan Salep Yang Sesuai Kekulit/Lesi,Jika Perlu
4. Pasang Balutan Sesuai Jenis Luka
5. Pertahankan Teknik Steril Saat Melakukan
Perawatan Luka
6. Ganti Balutan Sesuai Jumlah Eksudat Dan Drainase
Edukasi :
1. Jelaskan Tanda Dan Gejala Infeksi
2. Ajarkan Perawatan Luka Secara Mandiri
Kolaborasi
1. Kaloborasi Prosedur Debridement(Mis, Enzimatik,
Iologis, Mekanis, Autolitik), Jika Perlu
2. Kaloborasi Pemberian Antibiotic, Jika Perlu

26
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah tatus kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan. Perawat melakukan tindakan implementasi terapeutik terhadap klien
yang bermasalah kesejajar tubuh dan mobilisasi yang akatual maupaun beresiko.

2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaanya sudah berhasi dicapai. Perawat melakuakn evaluasi pada pasien
setelah di lakukan tindakan.

27
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

I. Anamnesa
Pengkajian Tanggal 17 Juni 2023 Pukul 09.00 WIB
1. Identitas pasien
Nama Klien : An. M
TTL : Palangka Raya, 27 November 2009
Jenis kelamin : Laku-laki
Agama : Islam
Suku : Dayak/Indonesia
Pendidikan : SMP
Alamat : Jl. Tingang
Diagnosa medis : ISPA
2. Identitas penanggung jawab
Nama Klien : Ny. M
TTL : 22 November 1981
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Dayak/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Tingang
Hubungan keluarga : Orang Tua Kandung
3. Keluhan utama
Klien mengeluh BAB cair 2x

4. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pada tanggal 24 Juni 2023, datang seorang anak An. A berusia 8
tahun dibawa oleh orang tuannya untuk datang ke Puskesmas Kayon
karena mengalami BAB 2x pada malam tadi dengan konsistensi cair
BB klien 73 kg, Td: 118/82, N: 144x/m, Spo2: 96%, S: 36,3ºC, dan
klien di diagnosa ISPA.

b. Riwayat kesehatan lalu


1) Riwayat prenatal : Normal, usia kelahiran 38 Minggu
2) Riwayat natal : Melahirkan secara normal dengan BBL
2900gram, PB 48cm
3) Riwayat postnatal : Klien di asuh oleh orang tuanya dan diberi
Asi/Sufor

28
4) Penyakit sebelumnya : Klien tampak bingung, berkeringat karena
panas dan sesekali klien memegang perutnya, terdengar bising usus
45x/m.
5) Imunisasi

Jenis BCG DPT Polio campak Hepatiti TT


s
Usia 1 bulan 2, 3, 4 1, 2, 3, 4 9 bulan 24 Jam -
bulan bulan

c. Riwayat kesehatan keluarga


Ibu klien mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang
terkena penyakit menular/menurun.

d. Susunan genogram 3 (tiga) generasi

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Laki-laki / Perempuan Meninggal
: Satu Rumah
: Hubungan keluarga

II. Pemeriksaan fisik


1. Keadaan umum :
Klien tampak lemas, klien tampak batuk dan pilek

2. Tanda vital
Tekanan darah : 118/82 mmhg
Nadi : 144 x/mnt
Suhu : 36,3˚C
Respirasi : 20 x/mnt

29
3. Kepala dan wajah
a. Ubun-ubun
Menutup () Ya ( ) Tidak
Keadaan ( ) cembung ( ) cekung (  )
lain,lain…
Kelainan ( ) Hidrocefalus ( ) Microcephalus
Lain-lain………
b. Rambut
Warna : Hitam
Keadaan : Rontok ( ) Ya ()
Tidak
Mudah dicabut ( ) Ya ()
Tidak
Kusam ( ) Ya ()
Tidak
Lain-
lain………………………………………………………………….
c. Kepala
Keadaan kulit kepala : ……………………………
Peradangan/benjolan : ( ) Ada, sebutkan…………………
() Tidak………………………….
Lain-lain : …………………………………….
d. Mata
Bentuk : () simetris ( ) tidak
Conjungtiva : Normal
Skelera : Normal
Reflek pupil : Normal
Oedem Palpebra : ( ) Ya () tidak
Ketajaman penglihatan : Baik
Lain-lain : ………………………………..
e. Telinga
Bentuk : ( ) Simetris () tidak
Serumen/secret : ( ) Ada () tidak
Peradangan : ( ) Ada () tidak
Ketajaman pendengaran: Baik
Lain-lain :………………………………………….
f. Hidung
Bentuk : () Simetris ( ) tidak
Serumen/secret : ( ) Ada ( ) tidak
Pasase udara : ( ) terpasang O2….. liter () tidak
Fungsi penciuman : Baik
Lain-lain :…

30
g. Mulut
Bibir : intak ( ) ya () tidak
Stanosis ( ) ya () tidak
Keadaan () kering ( ) lembab
Palatum : ( ) keras () lunak
h. Gigi
Carries : ( ) ya, sebutkan…............ () tidak
Jumlah gigi : Lengkap, 20 Buah
Lain-lain : ……

4. Leher dan tengorokan


Bentuk : Simetris
Reflek menelan : Baik
Pembesaran tonsil : Tidak ada
Pembesaran vena jugularis : Tidak ada
Benjolan : Tidak ada
Peradangan : Tidak ada
Lain-lain : …………………………………………
5. Dada
Bentuk : () simetris ( ) tidak
Retraksi dada : ( ) ada ( ) tidak
Bunyi nafas : Vesikuler
Tipe pernafasan : Dada dan Mulut
Bunyi jantung : Lub Dup
Iktus cordis : Baik
Bunyi tambahan : Ronchi Kering
Nyeri dada : Tidak ada
Keadaan payudara : Baik
Lain-lain :…
6. Punggung
Bentuk : () simetris ( ) tidak
Peradangan : ( ) ada, sebutkan………….
Benjolan : ( ) ada, sebutkan…………
Lain-lain : ……………………………
7. Abdomen
Bentuk : () simetris ( ) tidak
Bising usus : 45x/menit
Asites : ( ) ada ( ) tidak
Massa : ( ) ada, sebutkan……..
Hepatomegali : ( ) ada ( ) tidak
Spenomegali : ( ) ada ( ) tidak

31
Nyeri : ( ) ada, sebutkan………………….
Lain-lain :…
8. Ektremitas
Pergerakan/ tonus otot…
Oedem : ( ) ada, sebutkan… () tidak
Sianosis : ( ) ada, sebutkan… () tidak
Clubbing finger : ( ) ada () tidak
Keadaan kulit/turgor : Baik
Lain-lain : ……
9. Genetalia
a. Laki-laki
Kebersihan : ……
Keadaan testis : ( ) lengkap ( ) tidak
Hipospadia : ( ) ada ( ) tidak
Epispadia : ( ) ada ( ) tidak
Lain-lain : ………
b. Perempuan
Kebersihan : …………………………………
Keadaan labia : ( ) lengkap ( ) tidak
Peradangan/ benjolan : …………………………
Menorhage : Usia………………….
Siklus………………..
Lain-lain : ………………………….

III. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan


1. Gizi : sebelum sakit Bb 54 kg, saat sakit
Bb 53 kg. Tb 150 cm.
2. Kemandirian dalam bergaul :Dapat bergaul dengan anak
sebayanya
3. Motorik halus : Mampu mengartikan kata
4. Motorik kasar : Anak dapat berdiri/berlari
5. Kognitif dan bahasa : Anak dapat berbicara dengan lancar
6. Psikososial : Anak terlihat sangat dekat dengan
ibunya

32
IV. Pola Aktifitas sehari-hari
No Pola kebiasaan Sebelum sakit Saat sakit
1 Nutrisi
a. Frekuensi 3 kali/hari 2 kali/hari
b. Nafsu makan/selera Baik kurang
c. Jenis makanan Nasi, ikan, sayuran Nasi, ikan, sayuran
Eliminasi
a. BAB
Frekuensi 1 kali/hari 2 kali/hari
Konsistensi Lembek encer
b. BAK
Frekuensi 3-4 kali/hari 3-4 kali/ hari
Konsistensi Cair Cair
3 Istirahat/tidur
a. Siang/ jam 1 kali/ ± 1 jam 1 kali/ ± 1 jam
b. Malam/ jam 1 kali/ ± 8 jam 1 kali/ ± 8 jam
4 Personal hygiene
a. Mandi 2 kali/hari 2 kali/hari
b. Oral hygiene 2 kali/hari 2 kali/hari

V. Data penunjang

No Nama Obat Dosis Rute Indikasi


1 Paracetamol 500mg Oral Digunakan untuk menurunkan suhu
Tab 3x1 badan
2 Zink 1x1 Oral Obat untuk menurunkan tingkat
keparahan penyakit seperti
menurunkan frekuensi diare
3 Ranitidine Oral Obat untuk mengobati penyakit
2x1 kelebihan produksi asam lambung

Palangka Raya, 24 Juni 2023


Mahasiswa,

(Kiki Saputra)

33
ANALISIS DATA

DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN


MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS : kurangnya menjaga PHBS
Klien mengatakan BAB 2x
konsistensi encer
Infeksi firus/bakteri
DO:
- BB: sebelum sakit Bb 54
terganggunya sistem
kg, saat sakit Bb 53 kg. Tb
pencernaan Resiko defisit
150 cm. IMT 21,2
nutrisi
- TTV : Td 118/82, N
Nutrisi tidak dapat di absorbsi
144x/m, S : 36,3ºC, RR: 20
x/menit

DS: - Aktivitas sekresi air dan


elektroit
DO:
- Bb menurun
- Bibir klien tampak kering
Akumulasi air dan lumen
- Klien tampak lemas
intestinal Risiko
- Turgor kulit 2 detik
ketidakseimbangan
- N 144x/m,
elektrolit
Oliguria anuria

Intake dan output tidak


seimbang

34
PRIORITAS MASALAH

1. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan ketidakseimbangan


cairan dan diare ditandai dengan bb menurun dan bibir klien tampak kering.
2. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan intake dan output tidak seimbang ,
infeksi firus dan bakteri serta terganggunya sistem pencernaan ditandai
dengan klien BAB 2x konsistensi encer dan bb menurun.

35
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. A


Ruang Rawat : PKM Kayon

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi


1. Resiko ketidakseimbangan Setelah dilakukan asuhan perawatan 1x 1. Identifikasi kemungkinan penyebab
diharapkan masalah ketidakseimbangan ketidakseimbangan elektrolit
elektrolit berhubungan dengan
elektrolit dengan kriteria hasil : 2. Monitor mual, muntah dan diare
ketidakseimbangan cairan dan 1. Bibir klien tidak kering (5) 3. Atur Interval waktu pemantauan sesuai dengan
2. Berat badan mningkat (5) kondisi pasien
diare ditandai dengan bb
3. Badan lemah berkurang (5) 4. Dokumentasi hasil pemantauan
menurun da iden bibir klien 5. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
6. Informasi hasil Pemantauan
tampak kering.

31
2. Resiko defisit nutrisi Setelah dilakukan asuhan perawatan 1x 1. Identifikasi Status Nutrisi
diharapkan masalah bersihan jalan 2. Identifikasi Makanan Yang Disukai
berhubungan dengan intake dan
napas tidak efektif menjadi efektif 3. Identifikasi Kebutuhan Kalori Dan Jenis Nutrien
output tidak seimbang , infeksi dengan kriteria hasil :
4. Sajikan Makanan Yang Menarik Dengan Suhu
1. Keluarga
firus dan bakteri serta Yang Sesuai
terganggunya sistem pencernaan 5. Kaloborasi Dengan Ahli Gizi Untuk Menentukan
Jumlah Kalori Dan Jenis Nutrien Yang Dibutuhkan
ditandai dengan klien BAB 2x
konsistensi encer dan bb
menurun.

32
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tanggal Tanda tangan dan


Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
Sabtu, 24 Juni 2023 Diagnosa : S: -
10.00 wib Risiko ketidakseimbangan elektrolit O:
DX 1 1. Mengidentifikasi kemungkinan - Bibir klien tampak lembab
penyebab ketidakseimbangan - Turgor kulit klien tampa <2d
elektrolit
2. Memonitor mual, muntah dan diare
3. Atur Interval waktu pemantauan A: masalah teratasi
sesuai dengan kondisi pasien P: intervensi selelsai
4. Mendokumentasi hasil pemantauan
5. Menjelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
6. Menginformasikan hasil Pemantauan Kiki Saputra
7. Memberikan obat zing 1x1/hari

Sabtu, 24 Juni 2023 Diagnosa : risiko defisit nutrisi S: klien mengatakan perutnya sudah mulai

33
10.00 1. Mengidentifikasi Status Nutrisi enak dan sudah tau tentang efek samping obat
2. Mengidentifikasi Makanan Yang O:
Disukai - TTV : Td 120/80, N 105x/m, S : 36,5ºC,
3. Mengidentifikasi Kebutuhan Kalori RR: 20 x/menit
Dan Jenis Nutrien - Bb 53 kg. Tb 150 cm. IMT 21,2
4. Menyajikan Makanan Yang Menarik Kiki Saputra
A : masalah teratasi
Dengan Suhu Yang Sesuai P : Intervensi selesai

34
35
36

Anda mungkin juga menyukai