PENDAHULUAN
Kasus gastritis bukanlah hal yang baru di tahun ini, karena gastritis
menyerang orang dewasa maupun anak-anak bahkan juga lansia. Masyarakat
Indonesia banyak yang menganggap penyakit gastritis bukanlah sesuatu hal
yang serius, sehingga dianggap tidak memerlukan penanganan dengan segera.
Sehingga pada gastritis lanjut beresiko menimbulkan kanker, dan juga
mengakibatkan pengikisan lambung. Gastritis merupakan gangguan system
pencernaan yang biasa disebut (maag). Peradangan yang terjadi pada lambung
individu atau inflamasi yang terjadi pada mukosa lambung, yang dikenal di
masyarakat sebagai pengertian gastritis (Nurjannah, 2018).
Saat ini semakin banyak yang mengangap bahwa gaya hidup seseorang
tidak terlalu penting sehingga adanya bakteri yang menyebabkan salah satunya
inflamasi pada dinding lambung. Pola makan yang tidak teratur sangat
berhubungan dengan gastritis. Apabila tidak segera ditangani asam lambung
akan naik mengakibatkan terjadinya luka-luka (ulkus) yang disebut sebagai
tukak lambung. Mengkonsumsi alcohol, stress, merokok, frekuensi makan, dan
jenis makanan sangat erat hubungannya dengan gastritis yang secara tidak
langsung akan menyebabkan terjadinya iritasi pada lambung. Kurangnya
pengetahuan dan juga konsumsi makanan berlebih, serta kurangnya dukungan
keluarga sering menjadi faktor pemicu gastritis. Pola makan yang kurang benar
menjadi faktor utama penyebab gastritis, Kurangnya pengetahuan dan juga
konsumsi makanan berlebih, serta kurangnya dukungan keluarga sering
menjadi faktor pemicu gastritis (Mahaji Putri, R. S., Agustin, H., & . W.
(2018). Di Indonesia ada beberapa pola makan yang dapat mengakibatkan
gastritis seperti makan sambal berlebihan, makan makanan terlalu asam, dan
lain sebagainya.Pola hidup yang tidak baik akan menjadi masalah dikemudian
hari, salah satunya gastritis.
1. Bagi klien
Dapat memberikan Imformasi kepada pasien mengenai
Gastritis sehingg mampu mencegah lebih dini untuk resiko dan
komplikasi dari Gastritis.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Agar dapat dijadikan referensi maupun masukan bagi
lembaga pendidikan STIKes Kendedes dalam prosen belajar
mengajar untuk mengetahui pengelaman reaksi fiskologis klien
Gastritis Dengan Resiko Defisit Nutrisi Diwilayah Kerja Puskesmas
Pakis Kabupaten Malang.
3. Bagi Peneliti
Diharapakan peneliti dapat memperluas ilmu pengetahuan
dan menambah wawasan tentang Asuhan Keperawatan pada pasien
Gaatritis dengn Resiko defiait nutrisi Diwilayah Kerja Puskesmas
Pakis Kabupaten Malang.
4 .Bagi Masyarakat
Msyarakat dapat mengerti dan memahami tentang bagaimana
pengobatan pada Masyarakat atau klien Gastritis Dengan Resiko
Defisit Nutrisi Diwilayah Kerja Puskesmas Pakis Kabupaten
Malang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.3 Etiologi
Penyebab utama gastritis adalah bakteri Helicobacter pylori, virus,
atau parasit lainnya juga dapat menyebakan gastritis. Kontributor gastritis
akut adalah meminum alkohol secara berlebihan, infeksi dari kontaminasi
makanan yang dimakan, dan penggunaan kokain. Kortikosteroid juga dapat
menyebabkan gastritis seperti NSAID aspirin dan ibuprofen (Dewit, S. C.,
Stromberg, H., & Dallred, C. 2016).
Menurut Sipponen and Maaroos (2015), Penyebab gastritis dapat di
bedakan sesuai dengan klasifikasi, yaitu sebagai berikut :
1) Gastritis Akut, disebabkan oleh penggunaan obat-obat analgetik dan anti
inflamasi terutapan aspirin secara bebas tidak menggunakan resep
dokter. Mengkonsumsi bahan-bahan kimia seperti alkohol, kopi yang
banyak mengandung kafein dan juga orang yang.
2) Gastritis Kronik, penyebab yang terjadi pada umumnya belum diketahui
secara rinci, hanya saja sering bersifat multifaktor. Bisa terjadi akibat
kuman, pola makan yang tidak benar, memakan makanan yang
dipantang,dan kurangnya kepatuhan dalam terapi pengobatan.
Obat-obatan Kafein
H.Phylori
(NISAD,Aspirin,Sulfano
mida,Steroid,Digitalis).
Menurun produksi
Melekat pada
bikabornat(HCO3)
Menganggu pemb epitel lambung
entukan sawat
mukosa lambung Menurun kemampuan
Menghancurkan produktif terhadap asam
lapisan mukosa
lambung
Menyebabkan perfusi
kembali asam lambung dan
pepsin
Nyeri
epigastrium Menurun tonus dan Mukosa lambung
peristaltic lembung kehilangan integritas
Nyeri akut
jaringan
2.2 Resiko
Resiko Defisit Nutrisi
defisit
Muntah
nutrisi Risiko Defisit Nutrsi berhubungan dengan asupan Pendarahan
nutrisi yang tidak
adekuat. Definisi risiko defisit nutrisi adalah kondisi keadaan dimana klien
Kehilanagan cairan
berisiko dan elektrolit
mengalami asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi
Defisit kebutuhan
ketidakseimbanagan cairan
metabolisme (SDKI, 2017).
Defisit nutrisi adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme. Diagnosis defisit nutrisi menurut Standar Diagnosa
Keperawatan Indonesia termasuk kedalam kategori fisiologis dan
subkategori nutrsi dan cairan (PPNI, 2017). Penyebab (etiologi) dari defisit
nutrisi yaitu ketidakmampuan menelan makanan, ketidakmampuan
mencerna makanan dan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient. Adapun
gejala dan tanda (sign/symptom) yang muncul berupa tanda gejala mayor
defisit nutrisi yaitu obyektif (berat badan menurun minimal 10% dibawah
rentang ideal). Tanda gejala minor diantaranya yaitu subyektif (cepat
kenyang setelah makan, nafsu makan menurun) dan obyektif (bising usus
hiperaktif, otot menelan lemah, membran mukosa pucat, sariawan, serum
albumin turun, dan diare) (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
2.2.1 Definisi Nutrisi
Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses-prose dalam tubuh
manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkun hidupnya
serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang
makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung, aksi reaksi dan
keseimbangan yang berhubungandengan ksehatan dan penyakit
(Wartonah,2010).
Konsumsi nutrisi yang baik tercermin dengan bahan yang sehat
ditandai dengan berat badan yang normal sesuai dengan tinggi badan serta
usianya, tidak mudah teransang penyakit infeksi ataupun penyakit menular,
terlindungi dari berbagi penyakit kronis,dan penyakit lebih produktif
(Defkes,2014).
2.2.2 Komponen Nutrisi
Nutrien adalah zat organic dan anorganik dalam makanan yang
diperlukan tubuh agar dapat berfungsi untuk beraktivitas, pertumbuhan dan
perkembangan, memilihara kesehatan dan mencegah penyakit, memelihara
fungsi tubuh, kesehatan jaringan dan suhu tubuh, mencegah defisiensi,
meningkatkan kesembuhan dan membentuk kekebalan tubuh (Harnonto
A.M. & Surnasih R. 2016). Nutrien terbagi kedalam 6 kategori yaitu
,karbohidrt, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air.
1. Karbohidrat
Karbohidrat adalah makanan yang memberikan energi bagi tubuh
untuk memakukan aktivitas. Karbohidrat menjadi sumber energi pertama
yang dibutukan dalam tububuh. Karbohidrat terbagi atas karbohidrat
komplek dan sedarhana. (Sutomo dan Anggraeni 2010) menyebutkan bahwa
glikogen merupakan karbohidrat komplek adalah simpanan energi dalam
tubuh yang disimpan dalam tubuh,hati dan otot. Apabila simpanan glikogen
ini berlebih maka tubuh mengubah menjadi lemak, sehimgga kondisi ini
merupakan pemicu terjadinya obesitas.
2. Protein
Protein merupakan zat yang dibutukan oleh tubuh dan protein juga
merpakan zat pembentuk jaringan tubuh seperti otot,otak, dan jaringan tubul
lainnya. Makanan yang kaya akan protein seperti telur, ayam, daging, susu,
keju, kedelai, dan makanan laut. Sedangkan makanan yang mengandung
cukup protein seperti kacang polong, kancanag buncis, kacang tanah,
sayuran hijau, biji-bijian serta kacang-kacangan lainya (Werner, Thuman, &
Maxwell, 2010). Protein berfungsi sebagi zat energi dan pembangun,
apabila karbohidrat dan lemak didalam tubuh tidak memenuhi kebutuhan
energi maka protein diubah menjadi sumber energi. Akibat yang
ditimbulkan apabila protein tidak menjalankan fungsi sebagi zat
pembangun.
3. Lemak
Lemak atau lipid, termasuk lemak netral, minyak, asam lemak,
kolestrol, dan phospholipid. Lemak berfunsi sebagai tranport sel, proteksi
organ vital, energi, simpanan energi pada adipose, absorsi vitamin, dan
transport vitamin larut lemak. lemak yang dioksidasi menghasilkan energi
9kkal/g.
Werner, Thuman, & Maxwell, 2010 lemak merupan cadangan
makanan yang di simpan dalam tubuh. Vitamin A, D, E, dan K merupakan
vitamin yang dapat larut dalam leamk. Lemak berasal dari bahan makanan
seperti minyak goring, mentega, margarin, dan lemak hewani dan botani
4. Vitamin
Vitamin merupakan zat organic yang biasanya tidak disintesis oleh
organisme dan hanya diperoleh dari lingkungangnya dan jumlah sangat
kecil (mikronutrien). Vitamin merupakan komponen yang sangat penting
dalam menentukan keatifan suatu enzim. Vitamin memiliki peran penting
dalam oksidasi biologis. Vitamin dapat digolongkan menjadi vitamin yang
larut dalam air dan viKtamin yang larut dalam lemak. Vitamin yang larut
dalam air adalah vitamin B dan vitamin C, sedangkan vitamin yang larut
dalam lemak adalah vitamin A, D, E, dan K.
5. Mineral
Mineral merupakan zat yang berfungsi sebagi pemelihara fungsi
tubuh, baik sel, jaringan, organ, ataupunseluruh fungsi tubuh
a. Calium
Calium berfunsi untuk membentuk dan memelihara tulamg dan gigi,
kontraksi dan relaksasi otot, permeabilitas membrane sel, pembekuan
darah dan transmisi saraf.
b. Magnesium
magnesium berfungsi untuk membentuk tulang, sintesi protein dan
relaksasi otot.
c. Sodium
Sodium berfunsi untuk membantu memelihara keseimbnagan assam
basa dan cairan tubuh.
d. Potasium/klium
Funsi patosium untuk keseimbngan cairan, regulasi kontraksi otot dan
sintesis protein.
e. Fosfor
Fosfor berfungsi utuk pembentukan dan pemeliharaan tulang dan gigi,
bregulasi hormone dan koenzim, keseimbngan asam basa, stektur
membran sel dan metabolisme energi.
f. Besi (Fe)
Besi berfunsi sebagi unsur pokok sistem enzim serta membawa oksigen
melalui hemoglobin dan miyoglobin.
g. Iodine
Funsi iodine dalah meregulasi basal metabolism rate yang merupakan
unsur pokok hormone tiroid.
h. Zinc
Fungsi zinc untuk pertumbuhan jaringan, perkembangan dari
penyembuhan kematangan seksual dan reproduksi, unsur utama
beberapa enzim dalam energi dan metabolism asam nuklet.
6. Air
Air sangat penting diberikan karena air merupakan media untuk
nutrisi lainnya. Sebaian besar tubuh manusia tersusun oleh air 50-75% dari
berat badan total tubuh. Air merupakan zat yang penting bagi tubuh
sehingga harus dijaga supaya asupan air seimbang.
2.3.1 Pengkajian
A). Anamese
1. Identitas klien
a) Nama klien1 : untuk mengidentifikasi klien dan membedakan
antara satu klien dengan klien yang lainnya.
b) Usia : Menurut Wahyu dkk (2015) usia 30-65 tahun mempunyai
resiko lebih tinggi terkena gastritis.
c) Jenis kelamin : menurut jenis kelaminnya laki-laki dan
perempuan mempunyai potensi yang sama dapat menderita
gastritis (Tarwoto dan Wartonah, 2015).
d) Pendidikan : bagi orang yang tingkat pendidikan rendah/minim
mendapatkan pengetahuan tentang gastritis, maka akan
menganggap remeh penyakit ini bahkan hanya menganggap
gastritis sebagai sakit perut biasa dan akan memakan makanan
yang dapat menimbulkan// serta memperparah penyakit ini
(Khanza , et al., 2017).
2. Keluhan utama :
penderita datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri
epigastrium. Munculnya keluhan nyeri pada epigastrium diakibatkan
iritasi mukosa lambung yang merangsang noniseptor nyeri pada
lapisan otot lambung pada bagian pleksus saraf mienterikus
(Auerbach) (Sukarmin, 2012).
a. Riwayat Penyakit Sekarang : keluhan pasien berupa nyeri ulu
hati sampai datang ke rumah sakit (Mardalena, 2018).
b. Riwayat Penyakit Dahulu : pasien gastritis dengan
riwayatkebiasaan mengkonsumsi makanan berbumbu dan
minuman dengan kandungan kafein, alkohol yang merupakan
agen-agen yang menyebabkan iritasi mukosa lambung, riwayat
diet dan pola makan tidak teratur (Muttaqin dan Sari, 2013).
c. Riwayat Penyakit Keluarga : diisi dengan menyebutkan nama
penyakit berat yang pernah diderita oleh keluarga dan
dikhususkan terhadap riwayat kesehatan terutama penyakit
genetik dan penyakit keturunan (Setiadi, 2012).
d. Riwayat Alergi : riwayat alergi yang dimiliki klien harus
diketahui perawat. Alergen dapat berupa makanan, obat, bulu
hewan, serbuk sari maupun alergen lain yang dapat
menimbulkan alergi (Debora, 2017).
e. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola Nutrisi
Peningkatan asam lambung pada penderita gastritis
akanmenurunkan nafsu makan, karena produk sekretorik
lambung akan lebih banyak mengisi lumen lambung
(Sukarmin, 2012).
b. Pola Eliminasi
Pola fungsi ekskresi feses, urine dan kulit seperti pola
bab,bak, dan gangguan atau kesulitan ekskresi. Faktor yang
mempengaruhi fungsi ekskresi seperti pemasukan cairan dan
aktivitas (Tarwoto dan Wartonah, 2015).
c. Pola Aktivitas
Penderita juga tampak malas untuk beraktivitas, banyak
tiduran, dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti
makan, BAB, BAK banyak dibantu oleh keluarga (Sukarmin,
2012).
d. Pola Istirahat
Difokuskan pada pola tidur, istirahat, relaksasi dan bantuan-
bantuan untuk merubah pola tersebut (Setiadi, 2012).
6. Pemeriksaan thoraks
a. Pemeriksaan dinding dada dan paru-paru
Inspeksi : bentuk dan gerakan dinding dada, warna kulit, ada atau
tidak lesi.
Palpasi : pergerakan dinding dada, ada atau tidak massa,
pemeriksaan taktil fremitus.
Perkusi : hasil normal perkusi adalah resonan
Auskultasi : ada atau tidak suara nafas tambahan, suara nafas
vesikuler (Debora, 2017).
b. Pemeriksaan jantung
Inspeksi : tampak atau tidak ictus cordis, tampak atau tidak vena
jugularis.
Palpasi : adanya peningkatan denyut nadi karena pembuluh darah
menjadi lemah, volume darah menurun sehingga jantung melakukan
kompensasi menaikkan heart rate untuk menaikkan cardiac output
dalam mencukup kebutuhan tubuh.
Auskultasi : ada atau tidak bunyi jantung tambahan (Sukarmin,
2012).
c. Pemeriksaan payudara
Inspeksi : kesimetrisan dan warna kulit payudara.
Palpasi : ada atau tidak benjolan pada payudara, kebersihan putting
susu dan areola (Mubarak, et al., 2015).
d. Pemeriksaan abdomen.
Inspeksi : persebaran warna kulit, bentuk dan pergerakan dinding
abdomen, tampak kembung atau normal.
Auskultasi : dengarkan bunyi peristaltik usus kemungkinan terjadi
penurunan peristaltik usus (normalnya 5-30x/menit) karena lambung
teriritasi.
Perkusi : mengeluh atau adanya nyeri abdomen bagian epigastrium,
terdengar bunyi timpani pada area usus dan pekak pada area hepar
dan pancreas.
Palpasi : ada atau tidak massa, mengeluh atau tidak adanya nyeri
abdomen bagian epigastrium, ada atau tidak pembesaran pada hepar
(Sukarmin, 2012; Bickley, 2015; Debora, 2017).
7. Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah
Inspeksi : kesimetrisan ekstremitas atas dan bawah, ada atau tidak
pembengkakan, kelengkapan jumlah jari.
Palpasi : ada atau tidak nyeri tekan pada struktur tulang dan otot
pada pergelangan tangan dan kaki (Estrada, 2014).
8. Pemeriksaan genetalia
Inspeksi : kebersihan area kulit genetalia, pertumbuhan rambut
pubis, keadaan lubang uretra, cairan yang dikeluarkan (Tarwoto dan
Wartonah, 2015).
2.3.5 Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan yaitu suatu proses yang digunakan untuk
mengukur dan memonitor kondisi pasien dengan membandigkan hasil tindakan yang telah
dilakukan dengan krateria hasil yang sudah ditetapkan (Debora, 2017).
BAB III
METODE PENELITIAN