Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH NUTRISI GIZI PENDERITA PASIEN GERD

Disusun Oleh :
Nama : Silpiani Mumtaz Mahal
Nim : 620200097

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS SAINS, FARMASI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MATH`LAUL ANWAR
BANTEN 2023
A. Pengertian Gizi

Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) yaitu suatu proses terstandar


sebagai suatu metode pemecahan masalah yang sistematis dalam
menangani problem gizi sehingga dapat memberikan asuhan gizi yang
aman, efektif dan berkualitas tinggi. Terstandar yang dimaksud adalah
memberikan asuhan gizi dengan proses terstandar yang menggunakan
struktur dan kerangka kerja yang konsisten sehingga setiap pasien yang
mempunyai masalah gizi mendapat asuhan gizi melalui proses 4 (empat)
langkah yaitu pengkajian gizi, diagnosis gizi, intervensi gizi, dan
monitoring & evaluasi gizi. Ke tiga langkah dari PAGT, yaitu pengkajian
gizi, intervensi gizi dan monitoring & evaluasi gizi sudah dikenal oleh
dietisien, namun langkah ke dua, diagnosis gizi masih belum
didefinisikan dengan baik.
Diagnosis gizi merupakan rantai yang hilang dalam proses asuhan
gizi yang telah dilakukan sebelumnya. Diagnosis gizi ini merupakan
jembatan antara pengkajian gizi dan intervensi gizi. Diagnosis gizi
ditegakkan melalui data-data yang dikumpulkan dalam pengkajian gizi,
dirangkai, dianalisa dan disimpulkan masalahnya, kegiatan ini ibarat
merangkai “puzzle” dimana akhirnya didapatkan suatu gambar yang
jelas. Bila masalah diketahui, diketahui pula gejala, tanda dan
penyebabnya maka intervensi yang dilakukan akan lebih terfokus dan
terukur.
Walaupun proses asuhan gizi ini terstandar, namun asuhan gizi
tetap diberikan secara individual karena pada pasien dengan diagnosa
medis yang sama belum tentu mempunyai risiko atau masalah gizi yang
sama. Misalnya pada satu ruangan terdapat 3 pasien dengan diagnosa
medis demam berdarah, namun risiko gangguan gizi pada pasien tersebut
bisa berbeda beda misalnya pasien pertama mengalami gangguan makan
melalui oral, pasien kedua mengalami gangguan absorpsi zat gizi tertentu,
pasien ketiga mengalami masalah asupan kurang karena tidak mau makan
makanan rumah sakit. Dengan kondisi tersebut ketiga pasien memerlukan
terapi gizi yang berbeda, dan harus dilakukan modifikasi diet standar
sesuai kebutuhan masing-masing pasien.

Asuhan gizi yang berkualitas berarti melakukannya dengan benar,


pada waktu yang tepat, menggunakan cara yang benar bagi individu yang
tepat untuk mencapai hasil sebaik mungkin. Asuhan gizi yang diberikan
pada pasien dalam bentuk rancangan diet, edukasi dan konseling yang
tepat sesuai dengan masalah dan kebutuhan gizi klien dan terdokumentasi
merupakan bentuk pelayanan yang berkualitas dari asuhan gizi. Kualitas
diukur dengan tingkat keberhasilan atau hasil akhir intervensi dan
kepatuhan melaksanakan proses asuhan yang berlaku. Dengan demikian
hasil asuhan gizi dapat diprediksi dan tidak bias bila dietisien
menggunakan proses asuhan gizi yang terstandar.

B. Gerd
Gangguan atau penyakit pada saluran cerna bagian atas dapat
berupa Gastroesophageal Reflux (GERD), disfagia, indigesti/dispepsia,
nausea/mual dan muntah, gastritis dan ulkus peptikum. Masalah gizi pada
pasien dengan gangguan atau penyakit tersebut sering menyebabkan
asupan makan yang tidak adekuat dan dapat mempengaruhi status gizi
pasiennya. Asesmen gizi pada pasien penyakit ini membutuhkan
informasi tentang makanan yang menyebabkan rasa tidak nyaman setelah
dikonsumsi kebiasaan makan dan pola makan, serta data
antropometrinya. Beberapa diagnosa gizi yang umum pada pasien
penyakit ini meliputi asupan oral inadekuat, gangguan fungsi
gastrointestinal, kesulitan mengunyah/menelan, dan kurang pengetahuan
terkait gizi dan makanan. Intervensi gizi meliputi pembatasan makanan
tertentu yang memperparah gejala dan mengurangi beban kerja saluran
cerna, serta modifikasi gaya hidup. Monitoring dan evaluasi gizi yang
perlu dilakukan adalah mengenai toleransi pasien terhadap pembatasan
makanan dan status gizinya.

1. Pengertian Gastritis Gastritis merupakan peradangan yang


mengenai mukosa lambung. Peradangan ini dapat mengakibatkan
pembengkakan mukosa lambung sampai terlepasnya epitel mukosa
superficial yang menjadi penyebab terpenting dalam gangguan saluran
pencernaan. Pelepasan epitel akan merangsang timbulnya proses
inflamasi pada lambung. (Sukarmin, 2012) Gastritis adalah suatu
peradangan mukosa lambung paling sering diakibatkan oleh
ketidakteraturan diet, misalnya makan terlalu banyak dan cepat atau
makan makanan yang terlalu berbumbu atau terinfeksi oleh penyebab
yang lain seperti alkohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi
(Brunner, 2015).

2. Patofisiologi Gastritis Ketidakpatuhan terhadap pola makan,


Obat-obatan, alcohol, garam empedu, zat iritan lainnya dapat merusak
mukosa lambung (gastritis erosif). Mukosa lambung berperan penting
dalam melindungi lambung dari autodigesti oleh HCI dan pepsin. Bila
mukosa lambung rusak maka terjadi difusi HCI ke mukosa dan HCI akan
merusak mukosa. Kehadiran HCI di mukosa lambung menstimulasi
perubahan pepsinogen menjadi pepsin. Pepsin merangsang pelepasan
histamin dari sel mast. Histamin akan menyebabkan peningkatan
permeabilitas kapiler sehingga terjadi perpindahan cairan dari intrasel ke
ekstrasel dan menyebabkan edema dan kerusakan kapiler sehingga timbul
perdarahan pada lambung. Biasanya lambung dapat melakukan regenerasi
mukosa oleh karena itu gangguan tersebut menghilang dengan sendirinya
namun bila lambung sering terpapar dengan zat iritan maka inflamasi
akan terjadi terus menerus. Jaringan yang meradang akan diisi oleh
jaringan fibrin sehingga lapisan mukosa lambung dapat hilang dan terjadi
atropi sel mukosa lambung. Factor intrinsic yang dihasilkan oleh sel
mukosa lambung akan menurun atau hilang sehingga cobalamin ( vitamin
B12 ) tidak dapat diserap di usus halus. Sementara vitamin B12 ini
berperan penting dalam pertumbuhan dan maturase sel darah merah. Pada
akhirnya klien gastritis dapat mengalami anemia. Selain itu dinding
lambung menipis rentan terhadap perforasi lambung dan perdarahan
(Suratun, 2010). Pengobatan penyakit maag adalah dapat mengatur agar
produksi asam lambung terkontrol kembali sehingga tidak berlebihan,
yaitu dengan menghilangkan stres dan makan dengan teratur. (Wijoyo,
2009).

3. Penyebab Gastritis Menurut Suratun (2010), penyebab gastritis


adalah sebagai berikut : a. Komsumsi obat-obatan kimia seperti
asetominofen aspirin, steroid kortikosteroid. Asetominofen dan
kortikosteroid dapat mengakibatkan iritasi pada lambung. NSAIDS (non
steroid anti inflamasi drugs) dan dan kortikosteroid menghambat sintesis
prostaglandin sehingga sekresi HCL meningkat dan menyebabkan
suasana lambung menjadi sangat asam sehingga menimbulkan iritasi pada
mukosa lambung b. Komsumsi alcohol , alcohol dapat menyebabkan
kerusakan mukosa gaster c. Terapi radiasi, refluk empedu, zat-zat korosif
(cuka, lada ), makanan yang bisa memicu asam lambung meningkat dan
pola makan yang salah sehingga membiarkan lambung kosong terlalu
lama dapat menyebabkan kerusakan mukosa gaster dan menimbulkan
edema serta perdarahan pada lambung d. Infeksi oleh bakteri seperti
helicobacter pilori, escherecia coli, salmonella dan lain-lain

4. Tipe- Tipe Gastritis a. Gastritis Akut Menurut Suratun (2010),


jenis-jenis gastritis adalah sebagai berikut :
1) Gastritis akut, merupakan peradangan pada mukosa lambung yang
menyebabkan erosi dan perdarahan mukosa lambung dan setelah terpapar
pada zat iritan. Erosi tidak mengenai lapisan otot.
2) Gastritis kronik, merupakan gastritis yang terkait dengan atropi
mukosa gastrik sehingga produksi HCI menurun dan menimbulkan
kondisi achlorhydria dan ulserasi peptic gastritis kronis dapat
diklasifikasikan pada tipe A dan tipe B.
a) Tipe A merupakan gastritis autoimun. Adanya antibody terhadap sel
parietal menimbulkan reaksi peradanagan yang pada akhirnya dapat
menimbulkan atropi mukosa lambung. Pada 95% pasien dengan anemia
persiosa dan 60 % pasien dengan gastritis atropi kronik memiliki
antibody terhadap sel parietal. Biasanya kondisi ini menjadi tendensi
terjadinya Ca Lambung pada fundus atau korpus
b) Tipe B merupakan gastritis yang terjadi akibat infeksi oleh
helicobacter pylori. Terdapat inflamasi yang difuse pada lapisan mukosa
sampai muskularis, sehingga sering menyebabkan perdarahan dan erosi
sering mengenai antrum.

C. Hubungan Pola Makan Dengan Terjadinya Gastroesophageal Reflux


Disease (Gerd)

Stres juga dikenal sebagai faktor resiko yang menyebabkan GERD karena
dapat menyebabkan ketidaknyamanan pencernaan. Stres lebih tinggi
terjadi pada mahasiswa kedokteran daripada kalangan umum dikarenakan
adanya tuntutan beban akademik. 9,13 Mereka selalu berada dibawah
tekanan akademik seperti ujian dan tugas kuliah yang sulit, kurangnya
waktu relaksasi, dan waktu perkuliahan yang padat. 14,15

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa hubungan pola makan


dengan terjadinya GERD masih kontroversial. Pada orang dewasa Iran
tidak ada hubungan antara pola makan dengan risiko refluks yang tidak
diketahui tetapi relatif berhubungan dengan makanan cepat saji.1
Penelitian di Jepang melaporkan bahwa makan snack di malam hari dan
melewatkan sarapan tidak berhubungan dengan GERD, sedangkan
penelitian lain ditemukan sebesar 8% pasien mengeluh heartburn setelah
mengkonsumsi peppermint. 5,16 Pola makan yang buruk dapat memberi
dampak bagi kualitas hidup dan aktivitas sehari-hari mahasiswa.
Mahasiswa sering mengabaikan gejala, tidak mencari pertolongan dokter,
dan cenderung mengobati diri sendiri yang akhirnya dapat memperburuk
gejala dan mengarah ke komplikasi serius. 9,17 Berdasarkan uraian data
di atas, masih terdapat permasalahan dan juga kontroversi mengenai
hubungan pola makan dengan kejadian GERD. Oleh karena itu penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Pola Makan
dengan Terjadinya Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) pada
mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala”.
D. Makan Makanan Gizi Nutrisi Baik Untuk Penderita Gerd

 Pisang
 Melon
 Apel
 Pir
 Kelapa
 Daging yang berlemak tinggi

E. Makanan Yang Di Larang Untuk Penderia Gerd

 Cokelat.
 Minuman Beralkohol.
 Bawang-bawangan.
 Makanan Pedas.
 Buah Citrus.
 Kopi.
 Makanan Asin.
 Tomat dan Kubis.

Anda mungkin juga menyukai