Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DASAR DENGAN DIAGNOSIS MEDIS

GASTROENTRITIS DI RUANG A2 RSPAL Dr. RAMELAN SURABAYA

Oleh :

ADITA RAMADHANY AVIVATIN

NIM. 2230003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA

TAHUN 2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan :

Nama : Adita Ramadhany Avivatin

NIM : 2230003

Prodi : Pendidikan Profesi Ners

Judul : Asuhan Keperawatan Dasar Dengan Diagnosis Medis

Gastroentritis Di Ruang A2 Rspal Dr. Ramelan Surabaya

Surabaya, 16 Oktober 2022

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan

Dini Mei Widayanti, S.Kep., Ns., M.Kp Kasiati, S.Kep., Ns


NIP. 03011
A. DEFINISI

Gastroenteritis akut adalah peradangan pada lambung dan usus dengan gejala

diare, mual dan muntah kurang dari 14 hari. Gastroentritis bukan hanya terjadi

pada anak-anak saja, ini juga bisa dialami disemua kalangan umur dan sangat

mempengaruhi aktifitas sehari-hari (Saputra et al., 2021).

Gastroentritis adalah gangguan pada fungsi penyerapan dan sekresi yang

terjadi disaluran pencernaan yang ditandai dengan pola buang air besar yang

abnormal dengan konsistensi tinja cair serta adanya peningkatan frekuensi buang

air besar yang lebih dari biasanya (Mutmainah & Imroatul, 2020).

B. ETIOLOGI

Menurut (Hartati & Nurazila, 2018) ada beberapa penyebab terjadinya

gastroentritis diantaranya :

1. Faktor infeksi

Infeksi enternal adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang

merupakan penyebab utama gastroentritis meliputi :

a. Infeksi bakteri (Vibrio, E Coli, Salmonella)

b. Infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus)

c. Infeksi parasit (cacing, protozoa, jamur)

2. Faktor malabsorbsi

Malabsorbsi karbohidrat diantaranya seperti disakarida (intoleransi

laktosa, maltosa dan sukrosa) dan monosakarida (intoleransi glukosa,

fruktosa, galaktosa)
3. Faktor makanan

Gastroentritis juga dapat terjadi akibat dari mengkonsumsi makanan

yang kurang bersih, kurang higienis, makanan basi atau alergi terhadap

suatu makanan.

4. Faktor psikologis

Faktor psikologis juga dapat menjadi penyebab dari gastroentritis

seperti orang yang mudah cemas atau orang yang memiliki rasa takut

berlebihan terhadap sesuatu.

C. MANIFESTASI KLINIS

Beberapa tanda dan gejala gastroentritis menurut (Saputra et al., 2021) :

1. Diare dengan konsistensi tinja cair, nyeri perut dan kram perut

2. Mual muntah

3. Dehidrasi, tanda-tanda dehdrasi bila intake cairan lebih kecil dari pada

outputnya. Tanda-tanda tersebut adalah perasaan haus, berat badan

menurun, mata cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit

menurun.

4. Peningkatan suhu badan/demam

5. Frekuensi nafas lebih cepat

6. Nafsu makan menurun

7. Mukosa bibir kering


D. KLASIFIKASI

Menurut (Mujasyaroh, 2019) klasifikasi gastroentritis dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Gastroenteritis Akut

Merupakan keadaan peningkatan dan perubahan tiba-tiba frekuensi

defekasi, yang sering disebabkan oleh agens infeksius dalam traktus

Gastrointestinal. Gastroenteritis Akut biasanya sembuh sendiri

(lamanya sakit kurang dari 14 hari) dan akan mereda tanpa terapi

yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi.

2. Gastroenteritis Kronis

Merupakan suatu keadaan meningkatnya frekuensi defekasi dan

kandungan air dalam feses dengan lamanya (durasi) sakit lebih dari 14

hari. Gastroenteritis Kronis terjadi karena keadaan kronis seperti

sindroma malabsorbsi, penyakit inflamasi usus, defisiensi kekebalan,

alergi makanan, intoleransi laktosa atau Gastroenteritis non spesifik

yang kronis, atau sebagai akibat dari penatalaksanaan Gastroenteritis

Akut yang tidak memadai.

E. KOMPLIKASI

Menurut (Mujasyaroh, 2019) komplikasi yang timbul akibat gastroentritis ada

beberapa yaitu :

1. Dehidrasi

2. Syok hipovolemik adalah kondisi gawat darurat akibat hilangnya

darah atau cairan tubuh dalam jumlah yang besar sehingga jantung

tidak bisa cukup memompa darah keseluruh tubuh, apabila penurunan


volume darah mencapai 15-20% maka akan menyebabkan penurunan

tekanan darah

3. Hypokalemia adalah kondisi ketika tubuh kekurangan kalium atu

potasium, kondisi ini dapat dialami siapa saja terutama pada penderita

diare atau muntah. Penanganan hipokalemia perlu segera dilakukan

untuk mencegah komplikasi yang serius seperti gangguan jantung

4. Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik

5. Malnutrisi energi protein akibat dari muntah dan gastroentritis jika

lama atau kronik


F. PATHWAY GASTROENTRITIS
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Menurut (Mujasyaroh, 2019) ada beberapa pemeriksaan penunjang

diantaranya :

1. Pemeriksaan feses, feses diperiksa dalam hal volume, warna dan

konsistensinya serta diteliti adanya mukus darah dan leukosit. Pada

umumnya leukosit tidak dapat ditemukan jika gastroentritis

berhubungan dengan penyakit usus halus tetapi ditemukan pada

penderita salmonella, E Coli, enterovirus dan shigelosis. Terdapat

mukus yang berlebihan dalam feses menunjukkan adanya peradangan

pada kolon.

2. Pemeriksaan darah, pemeriksaan analisa gas darah,. Penurunan pH

darah disebabkan karena terjadi penurunan bikarbonat sehingga

frekuensi nafas sedikit cepat

3. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan

4. Pemeriksaan enzim untuk menilai keterlibatan rotavirus dengan

ELISA (Enzymelinked Immunosorbent Assay).

5. Pemeriksaan kadar elektrolit darah terutama kadar natrium, kalium dan

fosfat

6. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal

7. Intubasi Doudenum ( Doudenal Intubation)

Untuk mengetahui jasad atau parasite secara kuantitatif dan kualitatif

terutama dilakukan pada penderita diare kronik.


H. PENATALAKSAAN

Menurut (Kriswantoro et al., 2021) penatalaksaan yang bisa dilakukan untuk

gastroentritis diantaranya adalah :

1. Rehidrasi oral

Gastroentritis cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit

tanpa melihat etiologinya. Tujuan terapi rehidrasi untuk mengoreksi

kekurangan cairan dan elektrolit secara cepat kemudian mengganti

kekurangan cairan yang hilang sampai diarenya berhenti. Keuntungan

dari rehidrasi oral di rumah sakit pada gastroentritis akut dapat

menghemat cairan intravena. Penggunaan cairan oral (oralit) yang

diberikan mulai dari rumah mempunyai keuntungan diantaranya

gastroentritis dapat dicegah sedini mungkin dan kunjungan ke

pelayanan kesehatan akan berkurang

2. Pemberian zinc

Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh,

zinc dapat menghambat enzim INOS (inducible nitric oxide synthase)

dimana eksresi enzim ini meningkat selama gastroentritis dan

mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam

epitalisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan

fungsi selama kejadian gastroentritis.

3. Pemberian obat anti diare seperti loperamid atau tinktur opium tetapi

obat ini sebaiknya tidak diberikan pada pasien dengan disentri yang

disertai demam dan penggunaannya harus dihentikan apabila diare


semakin berat. Obat untuk pengeras feses seperti atapulgit 4x2

tablet/hari atau smectite 3x1 sachet diberikan setiap BAB encer sampai

diare stop

4. Pemberian obat antimikroba seperti siprofloksasin 2x500 mg/hari

selama 5-7 hari atau trimetroprim/sulfametoksazol 160/800 2x1

tablet/hari

I. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Identitas klien

Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa

yang dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan,

asuransi, golongan darah, nomor registrasi, tanggal masuk

rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnosa medis.

b. Keluhan utama

Pasien dengan gastroentritis biasanya mengalami keluhan

utama seperti BAB lebih dari 3x sehari dengan frekuensi sering

dan konsistensi encer

c. Riwayat penyakit sekarang

Pasien dengan gastroentritis memiliki suhu badan yang

cenderung meningkat, nafsu makan berkurang, feses cair dan

mungkin disertai dengan darah dan lendir, muntah terjadi

sebelum dan sesudah diare.

d. Riwayat kesehatan dahulu


Riwayat imunisasi, riwayat alergi terhadap makanan atau obat-

obatan dan riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya.

e. Riwayat kesehatan keluarga

Gastroentritis bukan penyakit menular dan bukan penyakit

keturunan sehingga silsilah keluarga tidak terlalu berdampak

pada penyakit ini. Namun pola kesehatan keluarga seperti

kebersihan makanan yang disediakan, kebiasaan mencuci

tangan sebelum makan dapat berpengaruh terhadap penyakit

ini.

f. Pola nutrisi

Asupan makanan, keluhan nyeri pada abdomen, distensi

abdomen, mual dan muntah, penurunan berat badan

g. Pola eliminasi

Pasien dengan penyakit gastroentritis pasti memiliki pola

eliminasi yang tidak normal seperti frekuensi BAB yang sering

dan lebih dari 3x sehari, feses yang cendrung cair kadang

disertai dengan lendir dan darah

h. Pola aktivitas

Klien mengalami penurunan aktivitas dikarenakan diare yang

dialaminya akan membuatnya kehilangan banyak cairan yang

menyebabkannya menjadi lemas


i. Pemeriksaan fisik

a) Keadaan umum : baik, sadar (tanpa dehidrasi), gelisah

(dehidrasi ringan dan sedang). Lesu lunglai atau tidak

sadar, tidak ada urine (dehidrasi berat)

b) Kepala : pada pasien dengan diare biasanya tidak ada

keluhan pada kepala

c) Wajah : pada pasien dengan diare biasanya wajah tampak

pucat akibat dari kehilangan cairan elektrolit yang

berlebihan

d) Mulut : Biasanya ditemukan klien dengan bau mulut

ammonia, dan peradangan mukosa mulut.

e) Berat badan : pasien dengan diare dehidrasi biasanya

mengalami penurunan berat badan sebanyak 5%

f) Kulit : biasanya terjadi penurunan turgor kulit dapat

dilakukan pemeriksaan turgor kulit seperti inspeksi kulit

perianal

g) Abdomen : kemungkinan mengalami distensi, kram, nyeri

dan bising usus meningkat

2. Diagnosa keperawatan

a. Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif

b. Diare b.d inflamasi gastrointestinal

c. Disfungsi motilititas gastrointestinal b.d asupan enternal

d. Inkontinensial fekal b.d diare kronis


3. Intervensi keperawatan

No Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Intervensi Keperawatan

Keperawatan Hasil

1. Hipovolemia b.d Setelah dilakukan 1. Periksa tanda dan gejala

kehilangan cairan tindakan keperawatan hipovolemia

aktif selama 2x7 jam 2. Hitung kebutuhan cairan

diharapkan status 3. Berikan posisi modified

cairan membaik trendelenburg

dengan kriteria hasil : 4. Berikan asupan cairan

- Kekuatan nadi oral

meningkat 5. Anjurkan memperbanyak

- Turgor kulit asupan cairan oral

meningkat 6. Anjurkan menghindari

perubahan posisi

mendadak

7. Kolaborasi pemberian

cairan IV isotons

8. Kolaborasi pemberian

cairan IV hipotonis

9. Kolaborasi pemberian

cairan koloid

2. Diare b.d inflamasi Setelah dilakukan 1. Identifikasi penyebab


gastrointestinal tindakan keperawatan diare

selama 2x7 jam 2. Identifikasi riwayat

diharapkan status pemberian makan

cairan membaik 3. Monitor warna, volume,

dengan kriteria hasil : frekuensi dan konsistensi

- Kontrol feses

pengerluaran feses 4. Monitor jumlah

meningkat pengeluaran diare

- Distensi abdomen 5. Berikan asupan cairan

menurun oral

- Konsistensi feses 6. Ambil sampel darah

membaik untuk pemeriksaan darah

lengkap dan elektrolit

7. Ambil sampel feses

untuk kultur

8. Anjurkan makanan porsi

kecil tetapi sering


DAFTAR PUSTAKA

Hartati, & Nurazila. (2018). Faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada balita

di wilayah kerja puskesmas Rejosari Pekanbaru. 400–407.

Kriswantoro, A., Munawaroh, S., & Nasriati, R. (2021). STUDI LITERATUR :

ASUHAN KEPERAWATAN GASTROENTRITIS PADA ANAK DENGAN

MASALAH HIPOVOLEMIA. 5(1), 1–5.

Mujasyaroh, I. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK GASTROENTRITIS

DENGAN MASALAH KEPERAWATAN RESIKO KETIDAKSEIMBANGAN

ELEKTROLIT.

Mutmainah, & Imroatul. (2020). ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

GASTROENTRITIS DENGAN MASALAH KEPERAWATAN HIPERTERMI.

Saputra, W. A., Mariadi, I. K., & Somayana2, G. (2021). Karakteristik penyakit

gastroenteritis akut pada pasien di rsup sanglah denpasar tahun 2018. 10(4), 5–

7.

Anda mungkin juga menyukai