Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTROENTERITIS AKUT

I. KONSEP MEDIS
A. PENGERTIAN
Gastroenteritis merupakan peradangan pada lambung dan usus yang ditandai
dengan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah dan sering kali disertai
peningkatan suhu tubuh (Meriyani & Udayani, 2019).
Penyakit gastroenteritis didefinisikan sebagai radang selaput lendir saluran
pencernaan yang ditandai dengan diare atau muntah (Halimatussa’diah et al., 2018).
Gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang
memberikan gejala diare dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya yang disebabkan
oleh bakteri, virus dan parasit yang pathogen (Nari, 2019).

B. KLASIFIKASI
Gastroenteritis diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Gastroenteritis Akut didefinisikan sebagai keadaan peningkatan dan perubahan tiba-
tiba frekuensi defekasi yang sering disebabkan oleh agen infeksius dalam traktus GI.
Keadaan ini dapat menyertai Infeksi Saluran Napas Atas (ISPA) atau Infeksi Saluran
Kemih (ISK), terapi antibiotic atau pemberian obat pencahar (laksatif).
Gastroenteritis akut biasanya sembuh sendiri (lamanya sakit kurang dari 14 hari)
2. Gastroenteritis kronis didefinisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi
defekasi dan kandungan air dalam feses dengan lamanya (durasi) sakit lebih dari 14
hari. Seringkali gastroenteritis kronis terjadi karena keadaan kronis seperti sindrom
malabsorbsi, penyakit inflamasi usus, defisiensi kekebalan, alergi makanan,
intoleransi laktosa, atau sebagai akibat dari penatalaksanaan gastroenteritis akut yang
tidak memadai.
3. Gastroenteritis Intraktabel Merupakan sindrom yang terjadi pada bayi dalam usia
beberapa minggu pertama serta berlangsung lebih lama dari 2 minggu tanpa
ditemukannya mikroorganisme pathogen sebagai penyebabnya dan bersifat resisten
atau membandel terhadap terapi. Gastroenteritis kronis nonspesifik yang dikenal
juga dengan istilah kolon iritabel pada anak, merupakan penyebab gastroenteritis
kronis yang sering dijumpai pada anak – anak yang berusia 6 hingga 54 minggu.
Anak – anak ini memperlihatkan feses yang lembek yang sering disertai partikel
makanan yang tidak tercerna, dan lamanya melebihi 2 minggu.

C. ETIOLOGI
Menurut Bolon (2021) Penyebab gastroenteritis antara lain :
1. Faktor infeksi
Infeksi enternal ialah infeksi saluran makanan yang merupakan penyebab utama
Gastroentritis pada balita. Meliputi infeksi enternal sebagai berikut: ifeksi bakteri
seperti Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas,
dan sebagainya. Infeksi virus yaitu Enterovirus (Virus ECHO, Coxsackie,
Poliomyelitis, Adeno-virus, Rotavirus, dan lain-lin). Infeksi parasite: cacing (Ascaris
Trichuris, Oxyuris, Strongylodies), protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lambia,
Trichomonas hominis dan jamur (Candida albicans).
2. Infeksi Parenteral
Infeksi parenteral ialah infeksi di luar pencernaan makanan seperti: otitis media akut
(OMA), tonsillitis/tonsilofaringitis, brokopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya.
Infeksi ini terutama terdapat pada bayi dan balita berumur di bwah 2 tahun.
3. Faktor Malabsorpsi
Malabsorpsi karbohidrat, misalnya disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa); malabsorbsi
lemak dan malabsorbsi protein.
4. Faktor Makanan
Makan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan

5. Faktor Psikologis
Memiliki rasa takut dan cemas yang berlebihan
D. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala diare antara lain yaitu :
1. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
2. Dehidrasi; turgor kulit jelek (elastisitas kulit menurun)
3. Ubun ubun dan mata cekungMembran mukosa kering
4. Keram abdominal
5. Demam
6. Mual dan Muntah
7. Anorexia
8. Lemah
9. Pucat
10. Perubahan tanda tanda vital; nadi dan pernafasan cepat, menurun atau tidak ada
pengeluaran urine (Rizqiani & Samiasih, 2021).

E. PATOFISIOLOGI
Gastroenteritis adalh peningkatan keenceran dan frekuensi tinja. Gastroenteritis
dapat terjadi akibat adanya zat terlarut yang tidak dapat diserap dalam tinja, yang disebut
diare osmotic, atau iritasi saluran cerna. Penyebab terjadinya iritasi adalah infeksi virus
atau bakteri di usus halus distal atau usus besar. Gastroenteritis dapat ditularkan melaui
rute rektal oral dari orang ke orang. Beberapa fasilitas keperawatan harian juga
meningkatkan risiko diare. Transport aktif akibat rangsangan toksin bakteri terhadap
elektrolit ke dalam usus halus, sel mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatkan
sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa
intestinal sehingga menurunkan area permukaan intestinal.
Iritasi usus oleh suatu pathogen memengaruhi lapisan mukosa usus, sehingga terjadi
peningkatan produk-produk sekretorik, termasuk mucus. Iritasi oleh mikroba juga
memengaruhi lapisan otot sehingga terjadi peningkatan motilitas. Peningkatan motilitas
menyebabkan banyak air dan elektrolit terbuang karena waktu yang tesedia untuk
penyerapan zat-zat tersebut di kolon berkurang. Indiidu yang mengalami diare berat
dapat meninggal akibat syok hopovolemik dan kelainan elektrolit. Toksin kolera yang
ditularkan melaui bakteri kolera adlah contoh dari bahan yang sangat merangsang
motilitas dan secara langsung dapat menyebabkan sekresi air dan elektrolit ke dalam
usus besar sehingga unsur-unsur plasma yang penting ini terbuang dalam jumlah yang
besar.
Gangguan absorpsi cairan dan elektrolit dapat menyebabkan pandangan dan
menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorpsi cairan dan elektrolit. Hal ini
terjadi karena sindrom malabsorpsi meningkatkan motilitas usus intestinal.
Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengososngan pada intestinal merupakan
gangguan dari absorbsi dan sekresi cairan elektrolit yang berlebihan. Cairn sodium
potassium dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstra sluler ke dalam tinja sehingga
menyebabkan dehidrasi. Kekurangan elektrolit juga dapat mengakibatkan asidosis
metabolic.
Gastroenteritis ditandai dengan muntah dan diare terkait kehilangan cairan dan
elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit. Penyebab utama diare adalah virus (adenovirus enteric dan robavirus) serta
parasite (biardia lambiachristopodium) pathogen ini menimbulkan penyakit dengan
menginfeksi sel-sel menghasilkan enterotoksin atau kristotoksin yang melekat pada
dinding usus. Alat pencernaan yang terganggu pada pasien yang mengalami
gastroenteritis adah usus halus (Bolon, 2021).

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Tinja
2. Endoskopi
3. USG abdoment
4. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam dan basa dalam darah
5. Pemeriksaan kadar Ureum dan kreatinin untuk mengetahui fall ginjal
6. Pemeriksaan eletrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam
serum (Manalu et al., 2021).

G. KOMPLIKASI
1. Kehilangan air dan elektrolit : dehidrasi, asidosis metabolic
2. Syok
3. Kejang
4. Sepsis
5. Gagal Ginjal Akut
6. Ileus Paralitik
7. Malnutrisi
8. Gangguan tumbuh kembang

H. PENATALAKSANAAN
Pengobatan pada gastroenteritis biasanya ialah minum cairan yang cukup,
termasuk pada penderita yang muntah, harus minum sedikit demi sedikit untuk
mengatasi dehidrasi sehingga muntahnya terhenti. Jika muntah berlangsung terus dan
terjadi dehidrasi berat, mungkin diperlukan infus cairan dan elektrolit. Untuk
pencegahan diare, biasakan mencuci tangan dengan sabun sebelum makan maupun
sesudah buang air besar serta masaklah makanan dengan baik dan benar (Jayanto et al.,
2020).
II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Menurut Rohmah & Walid (2019) Pengkajian adalah proses melakukan
pemeriksaan atau penyelidikan oleh seorang perawat untuk mempelajari kondisi pasien
sebagai langkah awal yang akan dijadikan pengambilan keputusan klinik keperawatan.
Oleh karena itu pengakjian harus dilakukan dengan teliti dan cermat sehingga seluruh
kebutuhan keperawatan dapat teridentifikasi. Pada pasien DBD pengkajian meliputi :
1. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, agama,
suku/bangsa, status pernikahan
2. Identitas Pennggung Jawab
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, agama,
suku/bangsa, status pernikahan, hubungan dengan pasien
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Buang air besar (Bab) lebih dari 3 kali sehari, Bab < 4 kali dan cair (GE
tanpa dehidrasi), Bab 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan/sedang), atau Bab > 10
kali (dehidrasi berat). Apabila GE berlangsung < 14 hari maka GE tersebut
adalah GE akut, sementara apabila langsung selama 14 hari atau lebih adalah GE
persisten.
b. Riwayat Keluhan Utama
Keluhan utama disertai Keluhan lain yang dirasakan klien seperti suhu
badan mungkin meningkat, nafsu makan menurun atau tidak ada, dan
kemungkinan timbul GE. Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir
dan darah. Warna tinja berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu.
Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan sifatnya
makin lama makin asam. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah GE.
Apabila telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi,
Diuresis: terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadi dehidrasi.
c. Riwayat Kesehatan Masa lalu
Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat sebelumya misalnya gastroenteritis
akut riwayat penggunaan obat obatan.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit gastroenteritis
4. Pengkajian Fisik
a. Head to toe
b. Data Fokus

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipovolemi berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (D0023)

2. Defisit nutrisi berhubungan dengan penurunan intake makanan, ketidakmampuan

mengabsorbsi nutrien (D0019)

3. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu tubuh diatas

nilai normal (D.0130)

4. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera biologis (penekanan intra

abdoment) (D.0077)

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan (D.0056)

6. Risiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan

(D.0037)

7. Diare b.d fisiologis (proses infeksi, kehilangan cairan aktif (D.0020)

8. Ansietas (kecemasan) pada orang tua berhubungan dengan kurangnya terpapar

informasi (D.0080)
C. INTERVENSI

SLKI-SIKI
DIAGNOSA
No KEPERAWATAN
(SDKI) SLKI SIKI

1. D.0130 Setelah dilakukan Observasi


Hipertermia berhubungan intervensi keperawatan 1. identifikasi penyebab
dengan proses penyakit diharapkan termogulasi hipertermia
ditandai dengan suhu tubuh membaik dengan kriteria 2. monitor suhu tubuh
diatas nilai normal. hasil : 3. monitor warna dan suhu kulit
Ditandai dengan : - menggigil membaik
- suhu tubuh diatas nilai - kejang menurun Teraupetik
normal - takikardi membaik 4. longgarkan atau lepaslan
- kejang - takipnea membaik pakaian
- takikardi - suhu tubuh membaik 5. berikan cairan oral
- takipnea - suhu kulit membaik 6. lakukan kompres dingin
- kulit terasa hangat - tekanan darah 7. sesuaikan suhu lingkungan
membaik dengan kebutuhan pasien
- ventilasi membaik
Edukasi
8. anjurkan tirah baring

Kolaborasi
9. kolaborasi pemberian cairan
elektrolit
10. Kolaborasikan pemberian
antipiretik
2. D.0019 Setelah dilakukan Observasi
Defisit nutrisi b.d intervensi keperawatan 1. Identifikasi status nutrisi
penurunan intake makanan, diharapkan status nutrisi 2. Identifikasi alergi dan
Ketidak mampuan pasien membaik dengan intoleransi makanan
mengabsorbsi nutrient. kriteria hasil : 3. identifikasi makanan yang
Dibuktikan dengan : - Porsi makanan yang disukai
- Berat badan menurun dihabiskan meningkat 4. Identifikasi keburuhan kalori
minimal 10% dibawah - Diare menurun dan nutrisi
rentang ideal Kriteria - Frekuensi makan 5. Monitor asupan makanan
- Cepat kenyang setelah membaik 6. Monitor berat badan
makan - Nafsu makan membaik
- Kram/nyeri abdomen - Bising usus membaik Terapeutik
- Nafsu makan menurun 7. Berikan makanan secara
- Bising usus hiperaktif menarik dan suhu yang sesuai
- Otot pengunyah lemah 8. Berikan makanan tinggi kalori
- Otot menelan lemah dan protein
- Membrane mukosa
pucat
Edukasi
9. Anjurkan diet yang
diprogramkan

Kolaborasi
10. Kolaborasi dengn ahli gizi
untuk menetukan jumlh
kalori dan jenis nutsisi yang
dibutuhkan jika perlu.
11. Kolaborasi pemberian obat
antimetik jika perlu
3. D.0077 Setelah dilakukan Observasi
Nyeri akut berhubungan intervensi keperawatan 1. Idntifikasi lokasi,
dengan agen pencedera diharapkan tingkat nyeri karakteristik, durasi,
biologis (penekanan intra menurun dengan kriteria frekuensi, kualitas, intensitas
abdoment). Ditandai hasil : nyeri
dengan : 1. Keluhan nyri 2. Identifikasi skala nyeri
1. Mengeluh nyeri menurun 3. Identifikasi respon nyeri non
2. Tampak meringis 2. Meringis menurun verbal
3. Gelisah 3. Gelisah menurun 4. Identifikasi faktor yang
4. Frekuensi nadi 4. Kesulitan tidur memperberat dan
meningkat membaik memperingan nyeri
5. Sulit tidur 5. Frekuensi nadi
membaik Teraupetik
5. Berikan teknik non
farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
6. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
7. Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi
8. Jelaskan penyebab, periode
dan pemicu nyeri
9. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
10. Ajarkan teknik non
farmakologis

4. D.0056 Setelah dilakukan Observasi


Intoleransi aktivitas b.d intervensi keperawatan 1. monitor kelelahan fisik
tirah baring, kelemahan,. diharapkan toleransi 2. identifikasi kemampuan
Dibuktikan dengan : aktivitas meningkat berpartisipasi dalam aktivitas
Mengeluh lelah dengan kriteria hasil : tertentu
1. Frekuensi jantung 1. kemudahan dalam
meningkat melakukan aktivitas Teraupetik
2. Sianosis sehari-hari meningkat 3. latihan gerak pasif dan aktif
3. Mengeluh lelah 2. kekuatan tubuh bagian 4. libatkan keluarga dalam
4. Merasa tidak nyaman atas dan bawah aktivitas
setelah beraktivitas meningkat
3. keluhan lelah Kolaborasi
membaik 5. anjurkan melakukan aktivitas
4. dispneu saat aktivitas secara bertahap
menurun
5. Hipovolemi b.d kehilangan Setelah dilakukan Obsevasi
cairan aktif. intervensi keperawatan 1. Periksa tanda dan gejala
Dibuktikan dengan : diharapkan status cairan hypovolemia (missal
1. Frekuensi nadi pasien membaik dengan frekuensi nadi meningkat,
meningkat kriteria hasil : nadi teraba lemah, tekanan
2. Nadi teraba lemah - Turgor kulit membaik darah menurun, tekanan nadi
3. Tekanan darah - Frekuensi nadi menyempit, turgor kulit
menurun membaik menurun, membrane mukosa
4. Tekanan nadi - Tekanan darah kering, volume urin
menyempit membaik menurun,haus,lemah).
5. Turgor kulit menurun - Membrane mukosa 2. Monitor intake dan output
6. Membran mukosa membaik cairan
kering - Intake cairan membaik
7. Volume urin menurun - Output urine Terapeutik
8. Hematokrit meningkat meningkat 3. Hitung kebutuhan cairan
4. Berikan asupan cairan oral

Edukasi
5. Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
6. Anjurkan menghidari posisi
mendadak

Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian cairan
isotonis (Nacl.RL)
8. Kolaborasi pemberian infus
cairan kristaloid 20 ml/kg bb
untuk anak
6. D.0037 Setelah dilakukan Observasi
Risiko ketidakseimbangan intervensi keperawatan
elektrolit berhubungan diharapkan 1. Monitor status hidrasi
ketidakseimbangan 2. Monitor BB harian
dengan ketidakseimbangan
cairan elektrolit
cairan. meningkat dengan Terapeutik
kriteria hasil :
- Asupan cairan 3. Catat intake dan hitung
meningkat belance cairan
4. Berikan asupan cairan sesuai
- Haluaran urin kebutuhan
meningkat 5. Pasang jalur IV, jika perlu
- Edema menurun
- Asites menurun
Edukasi

6. Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
Kolaborasi

7. Kolaborasi pemberian
diuretic

7. D.0020 Setelah dilakukan Observasi


Diare b.d fisiologis (proses intervensi keperawatan 1. Identifiksi penyebab diare
infeksi, kehilangan cairan selama 3 x 24 jam
aktif. Dibuktikan dengan diharapkan eliminasi 2. Monitor warna, volume,
- Defekasi lebih dari tiga fekal pasien membaik frekuensi, dan konsistensi
kali dalam 24 jam dengan kriteria hasil : tinja
- Feses lembek atau cair - Konsistensi feses
- Nyeri/kram abdomen meningkat Terapeutik
- Frekuensi peristaltik - Frekuensi defekasi/bab 3. Berikan asupan cairan oral
meningkat meningkat (oralit)
- Bising usus hiperaktif - Peristaltik usus 4. Berikan cairan intravena
meningkat
- Kontrol pengeluaran Edukasi
feses meningkat 5. Anjurkan manghindari
- Nyeri abdomen makanan pembentuk gas,
menurun pedas, dan mengandung
laktosa
6. Anjurkan makanan porsi
kecil dan sering secara
bertahap

8. D.0080 Setelah dilakukan Observasi


Ansietas (kecemasan) pada intervensi keperawatan 1. Identifikasi penyebab ansietas
orang tua berhubungan diharapkan ansietas 2. Monitor tanda-tanda ansietas
menurun dengan kriteria
dengan kurangnya terpapar
hasil :
informasi. Ditandai dengan - perilaku gelisah Teraupetik
: menurun 3. Ciptakan suasana teraupetik
- merasa bingung - verbalisasi kahwatir untuk menimbulkan
- merasa kahwatir dengan akibat kondisi yang kepercayaan
akibat dari kondisi yang dihadapi menurun 4. Temani pasien atau keluarga
dihadapi - perilaku tegang cukup pasien untuk mengurangi
menurun
- sulit berkosentrasi kecemasan
- tampak gelisah 5. Gunakan pendekatan yang
- tampak tegang tenang dan meyakinkan
- suara bergetar
- tekanan darah Edukasi
meningkat 6. Latihan teknik relaksasi
7. Informasikan secara factual
mengenai diagnosis,
pengobatan dan prognosis
8. Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien

D. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan keperawatan yang telah
disusun selama fase perencanaan. Hal ini terdiri dari aktivvitas perawat dalam membantu
pasien mengatasi masalah kesehatannya dan juga untuk mencapai hasil yang diharapkan
dari pasien (Pangkey et al., 2021).

E. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, di mana pada
dokumentasi ini akan membandingnkan secara sistematis dan terencana tentang
kesehatan pada pasien dengan tujuan yang telah diformulasikan dengan kenyataan yang
dialami oleh pasien dengan melibatkan pasien dan tenaga Kesehatan lainnya (Pangkey et
al., 2021).
PATHWAY

Faktor malabsorbsi Faktor makanan Faktor psikis Faktor infeksi


- Karbohidrat - Makanan basi - Rasa takut - Virus
- Lemak - Alergi makanan - Cemas - Bakteri
- Protein - beracun

Penyerapan sari-sari makanan dalam saluran cerna


terganggu atau tidak adekuat

Terdapat zat-zat Peradangan pada Gangguan


yang tidak diserap usus mortilitas usus

Tekanan ismotik Gangguan sekresi hiperperistaltik


meningkat

Sekresi air dan


Usus tidak mampu
Reabsorbsi dalam elktrolit dalam usus
menyerap makanan
usus besar terganggu mneingkat

Diare (D00020) Ansietas (D0080)

BAB sering dengan Nyeri epigastrium Inflamasi saluran


konsistensi encer cerna

Distensi
Kehilangan cairan Abdomen
Hipovolemia Agen Mual, muntah
aktif/dehidrasi
D.0023 periogenik
Nyeri Akut
Resiko Nutrisi tidak
Ketidakseimbangan D.0077 Demam adekuat
Intoleransi
elektrolit
aktivitas
Hipertermia Defisit Nutrisi
D.0037
D.0056
D.0130 D.0019
DAFTAR PUSTAKA

Bolon, C. M. T. (2021). Gastroenteritis pada Balita dan Peran Pola Asuh Orang Tua.
Yayasan Kita Menulis.

Halimatussa’diah, H., Zahra, Z., & Anwar, A. (2018). Kejadian Gastroenteritis Dan Faktor
Penyebabnya Pada Siswa Sd Di Kelurahan Beji Timur, Kota Depok. Jurnal Ekologi
Kesehatan, 17(2), 96–104. https://doi.org/10.22435/jek.17.2.377.96-104

Jayanto, I., Ningrum, V. D. A., & Wahyuni, W. (2020). Gambaran Serta Kesesuaian Terapi
Diare Pada Pasien Diare Akut Yang Menjalani Rawat Inap Di Rsud Sleman. Jurnal
Farmasi Medica/Pharmacy Medical Journal (PMJ), 3(1), 1.
https://doi.org/10.35799/pmj.3.1.2020.28957

Manalu, N. V., Sitompul, M., Sihombing, R. M., Sitanggang, Y. F., Hutapea, A. D., Darareja, R.,
& Saputra, B. A. (2021). Keperawatan Sistem Pencernaan. Yayasan Kita Menulis.

Meriyani, H., & Udayani, N. N. W. (2019). Efektivitas Penggunaan Sinbiotik Pada Pasien
Pediatri Gastroenteritis Di Rsud Mangusada. Jurnal Ilmiah Medicamento, 5(1), 97–103.

Nari, J. (2019). Asuhan Keperawatan Anak engan Kasus Gastroenteritis Aakut Dalam Upaya
Pemenuhan Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit Di Ruangan Anak RSUD dr. M.
HAULUSSY. Global Health Science, 4(1), 159–164.

Pangkey, B. C. ., Hutapea, A. D., & Stanggang, I. S. Y. F. (2021). Dasar-Dasar Dokumentasi


Keperawatan. Yayasan Kita Menulis.

Rizqiani, S. A., & Samiasih, A. (2021). Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Dengan
Gastroenteritis Menggunakan Teknik Tepid Sponge. Ners Muda, 2(1), 36.
https://doi.org/10.26714/nm.v2i1.6237

Rohmah, N., & Walid, S. (2019). Proses Keperawatan Berbasis KKNI (Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia) (Edisi I). AR-RUZZ Media.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.Jakarta Selatan.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Jakarta Selatan.

Anda mungkin juga menyukai