Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

TUBERKULOSIS PARU

I. KONSEP DASAR MEDIS


A. Defenisi

Tubercolosis (TB) Merupakan penyakit yang disebabkan oleh


mycobacterium tuberculosis (Ramadhan et al., 2021).
Tuberkulosis (TB) merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh
organisme kompleks Mycobacterium tuberculosis, yang meliputi M.
africanum, M. bovis, dan M. canetti (dan lainnya yang tidak memengaruhi
manusia). Penyakit ini ditularkan melalui saluran napas kecil yang terinfeksi
(sekitar 1-5 mm) dan dikeluarkan berupa droplet nuklei dari pengidap TB
dan dihirup individu lain kemudian masuk sampai ke dalam alveolus melalui
kontak dekat (Wijaya et al., 2021).
TBC merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
Mycobakterium Tuberkolosis yang telah menginfeksi sepertiga bagian
penduduk di dunia sebagian besar kuman TB menyerang paru tetapi dapat
juga mengenai oragan tubuh yang lainya. Cara penyebarannya sangat mudah
yaitu melalui droplet yang disebarkan melalui udara. TBC dapat menyerang
siapa saja dan semua golongan, segala kelompok umur serta jenis kelamin
(Ismaildin et al., 2020).

B. Klasifikasi
Mardiah (2019) mengemukakan bahwa penentuan klasifikasi penyakit
dan tipe pasien tuberkulosis memerlukan Suatu suatu definisi kasus yang
meliputi 4 hal , yaitu :
1. Lokasi atau organ tubuh yang sakit: paru atau ekstra paru.
2. Bakteriologi (hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis): BTA positif
atau BTA negativ.
3. Tingkat keparahan penyakit: ringan atau berat.
4. Riwayat pengobatan TB sebelumnya,baru atau sudah pernah diobati.

Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:


1. Tuberculosis paru adalah tuberculosis yang menyerang jaringan
(parenkim) paru, tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada
hilus.
2. Tuberkulosis ekstra paru adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh
lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung
(pericardium), kelenjar limfa, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal,
saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain

Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu pada TB


Paru:
1. Tuberkulosis paru BTA positif
a. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA
positif.
b. Spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
menunjukkan gambaran tuberkulosis.
c. Spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB
positif
d. 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak
SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak
ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT (Obat Anti
Tuberkulosis)
2. Tuberkulosis paru BTA negatif
Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:
a. Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negative.
b. Foto toraks tidak menunjukkan gambaran tuberculosis

C. Etiologi
Agen penyebab penyakit TB paru disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis, penyakit ini menular langsung melalui droplet
orang yang telah terinfeksi. Bakteri penyebab tuberkulosis bisa hidup tahan
lama di ruangan berkondisi gelap, lembab, dingin, dan tidak memiliki
ventilasi yang baik. sehingga rentan terhadap sinar matahari langsung. Tidak
hanya itu bakteri ini bersifat dormant (tidak aktif atau tertidur) di dalam
jaringan tubuh dalam waktu yang sangat lama. TB paru dapat berkembang
cepat di dalam tubuh karena memiliki kemampuan untuk memperbanyak diri
di dalam sel-sel fagosit (Mathofani & Febriyanti, 2020).

D. Patofisiologi
Tuberkulosis disebabkan oleh Kuman Mycobacterium tuberkulosis.
Mycobacterium tuberkulosis cepat mati dengan sinar matahari langsung,
tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab.
Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama
beberapa tahun Penularan tuberkulosis terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet (percikan dahak). Droplet yang
mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama
beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam
saluranpernafasan, kuman Mycobacterium tuberkulosis tersebut dapat
menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah,
sistem saluran limfe, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-
bagian tubuh lainnya.
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya
kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil
pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil
pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut
dianggap tidak menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi Mycobacterium
tuberculosis ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya
menghirup udara tersebut (Mardiah, 2019).

E. Manifestasi Klinis

Menurut Nuriyanto (2018) Bebrapa tanda dan gejala TB Paru antara lain :
1. Penurunan berat badan
2. kehilangan nafsu makan
3. lemas (malaise)
4. Sering berkeringat
5. Batuk disertai lendir atau darah
6. Sesak Nafas
7. Demam di malam hari.
Sedangkan menurut Mardiah (2019) gejala umum dari tuberkulosis yang
harus diketahui secara praktis adalah batuk terus menerus, berdahak atau
bercampur darah dan nyeri dada yang berlansung selama 2 minggu atau
lebih. Gejala lainnya adalah nafsu makan hilang, berat badan menurun,
berkeringat malam tanpa ada kegiatan, demam dan sesak nafas. Gejala-gejala
dari tuberculosis kelenjar adalah timbulnya pembengkakan pada kelenjar
getah bening yang terinfeksi jika mengenai selaput otak (meningen) akan
timbul gejala seperti meningitis yaitu sakit kepala, demam, kejang, kaku
kuduk, dan gangguan mental.
F. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Alisjahbana et al (2020) Pemeriksan penunjang pada pasien


Tubercolosis paru antara lain :
1. Pemeriksaan Foto Thorax
Foto thorax berperan dalam mengevaluasi terduga TBC dengan hasil
BTA negaitif atau TCM negative. Foto thorax juga bermanfaat sebagai
metode skiring untuk TBC.
2. Pemeriksaan Bakteriologi
a. Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung/BTA
Untuk menegakan diagnosis, dahak pasien perlu diperiksa untuk
adanya BTA secara mikroskopis. Pasien diminta mengumpulkan 2
contoh uji dahak dengan kualitas yang baik berupa dahak sewaktu
dan pagi (PG) atau dahak sewaktu-waktu (SS). Dahak sewaktu (S)
ditampung di fasyenkes, sedangkan dahak pagi (P) ditampung pada
pagi segera setlah bangun tidur. Selain itu pemeriksaan BTA juga
dilakukan untuk menilai keberhasilan pengobatan.
Jika kedua contoh uji dahak menunjukan hasil BTA negate maka
penegakan diagnosis TBC dapat dilakukan secara klinis yang sesuai.
Pasien dengan tanda, gejala dan foto thorax positif dapat didiagnosis
sebagai TB klinis.
b. Pemeriksaan Kultur/biakan
Pemeriksaan kultur dapat dilakukan dengan media padat
(Lowenstein-Jensen) dan media cair (Mycobacteria Growth Indicator
Tube) untuk mengidentifikasi kuman M.tubercolosis.
3. Pemeriksaan Resistensi
a. Tes Cepat Molekuler (TCM) TBC
b. Uji Kepekaan obat/drug Susceptibility Testing (DST), bertujuan
untuk menentukan ada atau tidaknya kuman MTB yang resisten
terhadap OAT.
G. Komplikasi
Komplikasi tuberculosis dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu
komplikasi dini dan komplikasi lanjut. Gangguan yang termasuk dalam
komplikasi dini diantaranya adalah: pleurutis, efusi pleura, empiema,
laringitis, usus, Poncet’s arthropathy. Sedangkan Gangguan yang termasuk
dalam komplikasi lanjut diantaranya yaitu: obstruksi jalan napas hingga
Sindrom Gagal Napas Dewasa (ARDS), sindrom obstruksi pasca
tuberkulosis, kerusakan parenkim yang sudah berat, fibrosis paru, kor
pulmonal, amiloidosis, karsinoma pada paru, dan komplikasi paling pada
beberapa organ akibat TBC milier komplikasi penderita yang termasuk
stadium lanjut adalah hemoptisis berat atau perdarahan dari saluran napas
bagian bawah. Dikatakan stadium lanjut karena dapat berakibat kematian
yang disebabkan oleh adanya syok, kolaps spontan akibat kerusakan jaringan
paru, serta penyebaran infeksi ke organ tubuh lain seperti otak, tulang,
persendian, ginjal, dan lain sebagainya (Pratiwi, 2020)

H. Penatalaksanaan
Menurut Danusantoso (2017) Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan
Obat anti Tuberkulosis (OAT) harus diberikan dalam bentuk kombinasi
beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan
kategori pengobatan..

Nama Obat Pemberian Harian Pemberian Intermiten


INH 200-400 mg 700-800 mg
(+ vitamin B6) 10 mg 10-20 mg
Rifamficin 450-600 mg 600 mg
Pyrazinamid 25 mg/kg 25 mg/kg
Streptomyicin 0,75-1 gram 1 gram
Etambutol 25 mg/kg BB 45-50 mg/kg BB

I. Pencegahan
Menurut Danusantoso (2017) TB pada orang dewasa lebih sering
ditimbulkan oleh reinfeksi endogen (80%) dari pada eksogen (20%). Hamper
semua penduduk dewasa sudah pernah mengalami infeksi oleh basil TB pada
masa mudanya. Sehinga perlu diingat bahwa system pertahanan tubuh
terhadap TB didsarkan atas fungsi imunitas seluler. Dengan demikian, yang
mutlak perlu mencegah TB pada orangd ewasa ialah keadaan optimal dengan
cara menghindari faktor-faktor yang dapat melemahkannya, seperti
kortikoterapi dan kurang gizi.

II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


A. Pengkajian

Menurut Rohmah & Walid (2019) Pengkajian adalah proses melakukan


pemeriksaan atau penyelidikan oleh seorang perawat untuk mempelajari
kondisi pasien sebagai langkah awal yang akan dijadikan pengambilan
keputusan klinik keperawatan. Oleh karena itu pengakjian harus dilakukan
dengan teliti dan cermat sehingga seluruh kebutuhan keperawatan dapat
teridentifikasi. Pada pasien tuberculosis pengkajian meliputi :
1. Anamnesa
a. Identitas diri pasien dan penanggung jawab
Yang terdiri dari nama pasien, umur, jenis kelamin, agama dan lain-
lain
b. Keluhan utama
Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan TB Paru meminta
pertolongan pada tenaga medis dibagi menjadi 3 keluhan, yaitu :
1) Batuk
Keluhan batuk timbul paling awal dan paling sering dikeluhkan,
apakah betuk bersifat produktif/nonproduktif, sputum bercampur
darah, Seberapa banyak darah yang keluar atau hanya blood streak,
berupa garis atau bercak-bercak darah
2) Sesak Nafas
Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas
atau karena ada hal-hal menyertai seperti efusi pleura,
pneumotoraks, anemia, dll.
3) Nyeri Dada
Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleural terkena TB

c. Keluhan sistematis
Biasanya pasien tb paru akan mengalami demam yang bersifat hilang
timbul Subfebris, febris (40-410C). Keluhan lain yang timbul antara
lain : keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan dan malaise.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan
Keadaan pernapasan (napas pendek), Nyeri dada, Batuk disertai
sputum

b. Riwayat Kesehatan Dahulu


1) Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh
2) Pernah berobat tetapi tidak sembuh
3) Pernah berobat tetapi tidak teratur
4) Riwayat kontak dengan penderita TB paru
5) Daya tahan tubuh yang menurun
6) Riwayat vaksinasi yang tidak teratur
7) Riwayat putus OAT
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita empisema, asma, alergi dan
TB

3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum & Tanda-tanda vital
Hasil pemeriksaan tanda – tanda vital klien biasanya didapatkan
peningkatan suhu tubuh secara signifikan, frekuensi napas meningkat
disertai sesak napas, denyut nadi meningkat seirama dengan
peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan dan tekanan darah.

b. Persistem

1) Kepala
Inspeksi : Biasanya wajah tampak pucat, wajah tampak
meringis, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik,
hidung tidak sianosis, mukosa bibir kering, biasanya
adanya pergeseran trakea.

Palpasi : Apakah ada benjolan dan nyeri tekan atau tidak


2) Mata
Inspeksi : Melihat apakah kedua mata simteris atau tidak,
apakah ada peradangan pada mata, serta melihat
fungsi indra penglihatan
3) Mulut & Faring
Inspeksi : Mengamati bibir apakah ada kelainan congenital
(bibir sumbing) warna, apakah simetris, apakah
lembab, ada bengkak, luka, amati bentuk dan jumlah
gigi, warna plak dan lubang serta kecerahan gigi
Palpasi : Melihat apakah ada massa, tumor, bengkak atau
nyeri dengan cara pegang dan tekan darah pipi
4) Hidung
Inspeksi : Kaji adanya obtruksi/tidak, simetris/tidak,ada
secret/tidak
5) Telinga
Inspeksi : Kaji Telinga Luar bersih/tidak, membran tympani,
ada secret/tidak
Palpasi : Ada/tidak nyeri tekan lokasi dan penjalaran

6) Leher
Inspeksi : Melihat mbentuk, warna kulit, jejaring parut,
mengamati pembesaran kelenjar tiroid, amati bentuk
leher apakah ada kelainan atau tidak.
Palpasi : Melihat apakah ada pembesaran kelenjar tiroid
dengan cara meraba leher klien, intruksikan pasien
menelan dan merasakan adanya massa atau
pembesaran pada kelenjar tyroid.
a) Dada/Thorax & Jantung
Inpeksi : Kadang terlihat retraksi interkosta dan tarikan
dinding dada, biasanya pasien kesulitan saat inspirasi
Auskultasi : Memahami bunyi nafas, vesikuler, wheezing atau
crecles, pada jantung dengarkan bunyi jantung 1 dan
2
Palpasi : Fremitus paru yang terinfeksi biasanya lemah,
apakah ada nyeri tekan
Perkusi : Biasanya saat diperkusi terdapat suara pekak
b) Abdomen
Inspeksi : Lihat kesimetrisan abdomen, warna sekitar abdomen
dan apakah ada pembengkakan atau tidak
Auskultasi : Mendengarkan bising usus pasien, dengan nilai
normal 10–12x/menit.
Palpasi : Mengidentifikasi massa dan reflek sakit saat ditekan
Perkusi : Biasanya terdapat suara tympani

c) Ekstermitas atas & bawah


Periksa CRT pasien,biasanya akral teraba dingin, tampak pucat,
tidak ada edema.

4. Pola Fungsi Kesehatan


a. Aktivitas dan istirahat
Gejala : Kelelahan umum dan kelemahan, nafas pendek karena
kerja , kesulitan tidur pada malam atau demam pada
malam hari, menggigil dan/atau berkeringat.
Tanda : Takikardi, takipnea/dispnea pada saat kerja , kelelahan
otot, nyeri, sesak (tahap lanjut).
b. Integritas Ego
Gejala : Adanya faktor stres lama, masalah keuangan, perasaan
tidak berdaya/putus asa.
Tanda : Menyangkal (khususnya pada tahap dini), ansietas,
ketakutan,mudah terangsang

c. Makanan dan cairan


Gejala : Kehilangan nafsu makan, tidak dapat mencerna,
penurunan berat badan.
Tanda : Turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik, kehilangan
otot/hilang lemak subkutan.
d. Nyeri dan kenyamanan
Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi,
gelisah.
e. Pernafasan
Gejala : Batuk, produktif atau tidak produktif , nafas pendek,
riwayat tuberkulosis/terpajan pada individu terinfeksi.
Tanda : Peningkatan frekuensi pernafasan Penyakit luas atau
fibrosis parenkim paru dan pleura), Pengembangan
pernafasan tak simetris (effusi pleural). Perkusi pekak dan
penurunan fremitus (cairan pleural atau penebalan
pleural). Bunyi nafas menurun / tak ada secara bilateral
atau unilateral (effusi pleural/pneumotorak). Bunyi nafas
tubuler dan / atau bisikan pektoral di atas lesi luas. Krekel
tercatat diatas apek paru selama inspirasi cepat setelah
batuk pendek.
f. Keamanan
Gejala : Adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, kanker,
tes HIV positif.
Tanda : Demam rendah atau sakit panas akut
g. Interaksi social
Gejala : Perasaan terisolasi/penolakan karena penyakit menular,
perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/perubahan
kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.
h. Penyuluhan/penyerahan
Gejala : Riwayat keluarga TB , ketidakmampuan umum/status
kesehatan buruk, gagal untuk membaik/kambuhnya TB,
tidak berpartisipasi dalam terapi.
B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai


respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan
yang sering muncul pada kasus diare menurut PPNI (2017) sebagai berikut :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)
2. Pola nafas tidak efektif (D.0005)
3. Hipertermia (D.0130)
4. Gangguan pertukaran gas (D.0003)
5. Defisit nutrisi (D0019)
6. Intoleran aktivitas (D.0056)

C. Intervensi

DIAGNOSA SLKI & SIKI


No KEPERAWATAN SLKI (Tujuan dan SIKI
(SDKI) Kriteria Hasil) (Intervensi)
1. D0001 Setelah dilakukan Observasi
Bersihan pada jalan nafas intervensi 1. Monitor pola nafas
b.d sekresi yang tertahan. keperawatan 2. Monitor bunyi nafas
Dibuktikan dengan : diharapkan bersihan 3. Identifikasi Kemampuan
1. Sputum berlebih jalan nafas meningkat batuk
2. Batuk tidak efektif dengan kriteria hasil : 4. Monitor sputum (jumlah,
3. Tidak mampu batuk 1. Produksi sputum warna, aroma)
4. Mengi, Wheezing, atau menurun 5. Monitor tanda & gejala
ronki kering 2. Pola nafas membaik infeksi saluran nafas
5. Dispnea 3. Dyspnea berkurang
6. Pola nafas berubah Teraupetik
7. Frekuensi nafas 6. Posisikan semi fowler
bertambah 7. Berikan minum air hangat
8. Lakukan suction selama 15
detik
9. Berikan oktisgen, jika perlu

Edukasi
10. Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari
11. Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi
12. Kolaborasi pemberian obat
2. D0005 Setelah dilakukan Observasi
intervensi
Pola nafas tidak efektif keperawatan 1. Monitor pola nafas (frekuensi,
b.d deformitas dinding diharapkan pola nafas kedalaman, usaha nafas)
dada. Dibuktikan dengan : membaik dengan
2. Monitor bunyi nafas
kriteria hasil :
1. Penggunaan otot bantu tambahan (Gurgling, mengi,
1. Kapasitas vital
pernapasan wheezing, ronki)
membaik
2. Fase ekspirasi 2. Tekanan ekpirasi 3. Auskultasi bunyi nafas
memanjang meningkat
3. Tekanan inspirasi 4. Monitor saturasi oksigen
3. Dispnea meningkat
4. Dyspnea menurun
4. Pola nafas abnormal 5. Penggunaan otot
(takipnea, bradipnea, Teraupetik
bantu nafas
hipoventilasi) menurun 5. Posisikan semi fowler
5. Pernafaan cuping 6. Frekuensi nafas
membaik 6. Lakukan fisioterapi dada
hidung
7. Berikan oksigen, jika perlu
6. Tekanan ekspirasi
menurun
7. Tekanan inspirasi Kolaborasi
menurun
8. Kolaborasi pemberian
bronkodilator

3. D0130 Setelah dilakukan Observasi


Hipertermia b.d proses intervensi 1. identifikasi penyebab
penyakit (infeksi keperawatan hipertermia
mycobacterium diharapkan 2. monitor suhu tubuh
tuberculosis). Dibuktikan termogulasi membaik 3. monitor warna dan suhu kulit
dengan : dengan kriteria hasil :
1. suhu tubuh diatas nilai 1. menggigil membaik Teraupetik
normal 2. kejang menurun 4. longgarkan atau lepaslan
2. kejang 3. takikardi membaik pakaian
3. takikardi 4. takipnea membaik 5. berikan cairan oral
4. takipnea 5. suhu tubuh 6. lakukan kompres dingin
5. kulit terasa hangat membaik 7. sesuaikan suhu lingkungan
6. suhu kulit membaik dengan kebutuhan pasien
7. tekanan darah
membaik Edukasi
8. ventilasi membaik 8. anjurkan tirah baring

Kolaborasi
9. kolaborasi pemberian cairan
elektrolit
10. Kolaborasikan pemberian
antipiretik
4. D0003 Setelah dilakukan Observasi
Gangguan pertukaran gas intervensi 1. Monitor frekuensi, irama,
b.d ketidakseimbangan keperawatan kedalaman dan upaya nafas
ventilasi-perfusi. diharapkan pertukaran 2. Monitor adanya sumbatan
Dibuktikan dengan : gas meningkat dengan jalan nafas
1. Dispnea kriteria hasil : 3. Auskultasi bunyi nafas
2. Takikardi 1. Dispnea menurun 4. Monitor saturasi oksigen
3. Bunyi nafas tambahan 2. Bunyi nafas 5. Monitor kecepatan oksigen
4. PCO2 tambahan mnurun 6. Monitor kemampuan
meningkat/menurun 3. Pusing menurun melepaskan oksigen saat
5. P02 menurun 4. Penglihatan kabur makan
6. Pusing menurun
7. Penglihatan kabur 5. Gelisah menurun Teraupetik
8. Sianosis 6. Nafas cuping 7. Pertahankan kepatenan jalan
9. Gelisah hidung menurun nafas
10. Nafas cuping hidung 7. PCO2 membaik 8. Berikan oksigen tambahan
11. Pola nafas abnormal 8. PO2 membaik jika perlu
12. Kesadaran menurun 9. Takikardia
membaik Kolaborasi
10. Sianosis membaik 9. Kolaborasi penentuan dosis
11. Pola nafas oksigen
membaik 10. Kolaborasi penggunaan
12. Warna kulit oksigen saat aktivitas dan
membaik tidur

5. D.0019 Setelah dilakukan Observasi


intervensi
Defisit nutrisi b.d keperawatan 1. Identifikasi status nutrisi
peningkatan kebutuhan diharapkan status
etabolism. Dibuktikan 2. Identifikasi makanan yang
dengan : nutrisi membaik disukai
dengan kriteria hasil :
1. Nafsu makan menurut 1. Berat badan 3. Identifikasi kebutuhan kalori
membaik dan jenis makanan
2. Berat badan menurun
2. Indeks masa tubuh
4. Monitor asupan makanan
3. Bising usus hiperaktif membaik (IMT)
3. Frekuensi makan 5. Monitor mual & muntah
4. Membrane mukosa membaik
pucat 4. Nafsu makan 6. Monitor berat badan
membaik
5. Sariawan 5. Membrane mukosa
membaik Teraupetik
7. Lakukan oral hygiene
sebelum makan
8. Berikan makanan yang tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
9. Berikan makanan yang tinggi
protein dan tinggi kalori

Edukasi
10. Anjurkan posisi duduk

Kolaborasi
11. Kolaborasikan pemberian
medikasi sebelum makan

6. D.0056 Setelah dilakukan Observasi


Intoleransi aktivitas b.d intervensi 1. monitor kelelahan fisik
tirah baring, kelemahan, keperawatan 2. identifikasi kemampuan
ketidakseimbangan antara diharapkan toleransi berpartisipasi dalam aktivitas
suplai dan kebutuhan aktivitas meningkat tertentu
oksigen. Dibuktikan dengan kriteria hasil :
dengan : 1. kemudahan dalam Teraupetik
Mengeluh lelah melakukan aktivitas 3. latihan gerak pasif dan aktif
1. Frekuensi jantung sehari-hari 4. libatkan keluarga dalam
meningkat meningkat aktivitas
2. Dyspnea 2. kekuatan tubuh
3. sianosis bagian atas dan Kolaborasi
bawah meningkat 5. anjurkan melakukan aktivitas
3. keluhan lelah secara bertahap
membaik
4. dispneu saat
aktivitas menurun

D. Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan keperawatan
yang telah disusun selama fase perencanaan. Hal ini terdiri dari aktivvitas
perawat dalam membantu pasien mengatasi masalah kesehatannya dan juga
untuk mencapai hasil yang diharapkan dari pasien (Pangkey et al., 2021).

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, di mana pada
dokumentasi ini akan membandingnkan secara sistematis dan terencana
tentang kesehatan pada pasien dengan tujuan yang telah diformulasikan
dengan kenyataan yang dialami oleh pasien dengan melibatkan pasien dan
tenaga Kesehatan lainnya (Pangkey et al., 2021).

PATHWAY

Microbacterium Droplet Infection Masuk lewat jalan nafas


Tubercolosis dan menempel pada paru
keluar dari
tracheobionchial Dibersihkan oleh Menetap dijaringan
bersama dengan makrofag paru
sekret
Terjadi proses
Sembuh tanpa Hipertemi
peradangan
pengobatan

Tumbuh dan
Menyebar ke organ lain (Paru lain, berkembang di
saluran pencernaan, tulang) sitoplasma makrofag

Radanng Tahunan Pembentukan Pertahanan Primer


dibronkus tuberkel tidak adekuat

Berkembang Kerusakan Menurunnya


menghancurkan membrane alveolar permukaan efek paru
jaringan ikat sekitar
Pembentukan Alveolus mengalami
Bagian tengah sputum berlebihan konsolidasi & eksudasi
nekrosis dan
membentuk jaringan Ketidak efektif Gangguan
keju bersihan jalan Petukaran Gas
nafas
Ketidak efektifan
Lemah
Pola Nafas Batuk Berat

Intoleransi
Distesnsi Abdomen Intake nutrisi kurang
Aktivitas

Mual Muntah
Defisit Nutrisi

DAFTAR PUSTAKA

Alisjahbana, B., Panji Hadisoemarto, Lestari, B. W., Afifah, N., & Fatma, Z. H.
(2020). Diagnosis dan Pengelolaan Tubercolosis (cetakan I). Unpad Press.
https://www.google.co.id/books/edition/Diagnosis_dan_Pengelolaan_Tuberkulo
sis_u/d1crEAAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=pemeriksaan+penunjang+tb+paru&printsec=frontcover
Danusantoso, H. (2017). Buku Ilmu Penyakit Paru (Edisi 3). Penerbit buku
Kedokteran EGC.
Ismaildin, Puspita, S., & Rustanti, E. (2020). Hubungan Pengetahuan Tentang
Penyakit Tb Paru Dengan Kepatuhan Minum Obat Di Puskesmas
Peteronganjombang. Literasi Kesehatan Husada, 4(1), 12–17.
Mardiah, A. (2019). Skrining Tuberkulosis (Tb) Paru Di Kabupaten Banyumas
Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Kedokteran, 4(1), 694.
https://doi.org/10.36679/kedokteran.v4i1.62
Mathofani, P. E., & Febriyanti, R. (2020). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Penyakit Tuberkulosis ( TB ) Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Serang
Kota Tahun 2019 The Factors Associated With The Incidence Of Pulmonary
Tuberculosis In The Working Area Of Serang City Health Center 2019. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Masyarakat, 12, 1–10.
https://jikm.upnvj.ac.id/index.php/home/article/download/53/45/
Nuriyanto, A. R. (2018). Manifestasi Klinis, Penunjang Diagnosis dan Tatalaksana
Tuberkulosis Paru pada Anak. Jurnal Kedokteran Nanggroe Medika, 1(2), 62–
70. http://jknamed.com/jknamed/article/view/70
Pangkey, B. C. ., Hutapea, A. D., & Stanggang, I. S. Y. F. (2021). Dasar-Dasar
Dokumentasi Keperawatan. Yayasan Kita Menulis.
Pratiwi, R. D. (2020). GAMBARAN KOMPLIKASI PENYAKIT TUBERKULOSIS
BERDASARKAN KODE INTERNATIONAL CLASSIFICATION OF
DISEASE 10. Jurnal Kesehatan Al-Irsyad Vol XIII, XIII(2), 93–101. http://e-
jurnal.stikesalirsyadclp.ac.id/index.php/jka/article/view/136
Ramadhan, N., Hadifah, Z., Manik, U. A., Marissa, N., Nur, A., & Yulidar. (2021).
Perilaku Pencegahan Penularan Tuberkulosis Paru pada Penderita TB di Kota
Banda Aceh dan Aceh Besar. Media Penelitian & Pengembangan Kesehatan,
1(1), 51–62.
Rohmah, N., & Walid, S. (2019). Proses Keperawatan Berbasis KKNI (Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia) (Edisi I). AR-RUZZ Media.
https://www.google.co.id/books/edition/Proses_Keperawatan_Berbasis_KKNI_
Kerangk/2UXbDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=0
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia.Jakarta Selatan.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Jakarta
Selatan

Wijaya, M. S. D., Mantik, M. F. J., & Rampengan, N. H. (2021). Faktor Risiko


Tuberkulosis pada Anak. E-CliniC, 9(1), 124–133.
https://doi.org/10.35790/ecl.v9i1.32117

Anda mungkin juga menyukai