Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

KEJANG DEMAM

I. Konsep Dasar Medis


A. Pengertian
Kejang demam didefinisikan sebagai bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38°C) yang disebabkan oleh proses
ekstrakranium (Rasyid et al., 2019).
Kejang demam merupakan penyakit yang umum mengenai anak,
terutama anak anak usia 6 bulan - 5 tahun (Ayu et al., 2021).
Kejang demam merupakan suatu bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38°C) yang disebabkan oleh suatu
proses ekstrakranial, tanpa adanya gangguan elektrolit atau riwayat kejang
dan tanpa demam sebelumnya (Syarifatunnisa, 2021).

B. Klasifikasi
Kejang demam dikategorikan menjadi dua jenis kejang demam, yaitu :
1. Kejang Demam Sederhana (KDS) yang dimana kejang demam
berlangsung singkat yaitu dalam waktu kurang dari 15 menit, dan
umumnya akan berhenti sendiri. Kejang yang terjadi berbentuk umum
tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang ini tidak berulang
dalam kurun waktu 24 jam.
2. Kejang Demam Kompleks (KDK) adalah kejang demam yang memiliki
salah satu ciri berikut: durasi kejang yang cukup lama yaitu lebih dari 15
menit; kejang fokal atau parsial pada satu sisi, atau kejang umum yang
didahului kejang parsial; dan kejang yang berulang atau terjadi lebih dari 1
kali dalam 24 jam.4,6 Umumnya balita dengan kejang demam kompleks
memiliki usia yang lebih muda dan lebih mungkin untuk memiliki
keterlambatan pertumbuhan daripada balita dengan kejang demam
sederhana. (Syarifatunnisa, 2021).

C. Etiologi
Kejang demam dapat terjadi bila suhu tubuh di atas 38OC dan suhu yang
tinggi dapat menyebabkan serangan kejang. Namun, tidak semua anak
memiliki respon yang sama. Setiap anak dengan kejang demam memiliki
ambang kejang yang berbeda, ada yang 380C sudah kejang, ada yang 400C
baru kejang (Abidah & Novianti, 2021).
Adapun penyebab terjadinya kejang demam, antara lain : obat-obatan,
ketidakseimbangan kimiawi seperti hiperkalemia, hipoglikemia dan asidosis,
demam, patologis otak eklampsia (ibu yang mengalami hipertensi prenatal,
toksimea gravidarum). Selain penyebab kejang demam diantara infeksi
saluran pernapasan atas adapun penyakit yang menyertainya kejang demam
(Rasyid et al., 2019).

D. Patofisiologi
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel / organ otak
diperlukanenergi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk
metabolisme otak yang terpenting adalah glucose,sifat proses itu adalah
oxidasi dengan perantara pungsi paru-paru dan diteruskan keotak.Berdasarkan
hal diatas bahwa energi otak adalah glukosa yang melalui proses oxidasi, dan
dipecah menjadi karbon dioksidasi dan air. Sel dikelilingi oleh membran sel.
Yang terdiri dari permukaan dalam yaitu limford dan permukaan luar yaitu
tonik.Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui oleh
ionNA+dan elektrolit lainnya, kecuali ion clorida
Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi NA+
rendah. Sedangkan didalam sel neuron terdapat keadaan sebaliknya,karena itu
perbedaan jenis dan konsentrasi ion didalam dan diluar sel. Maka terdapat
perbedaan membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk
menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan
enzim NA, K, ATP yang terdapat pada permukaansel. Keseimbangan
potensial membran ini dapat diubah dengan perubahan konsentrasi ion
diruang extra selular, rangsangan yang datangnya mendadak misalnya
mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya.Perubahan dari
patofisiologisnya membran sendiri karena penyakit/keturunan.Pada seorang
anak sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibanding dengan orang
dewasa 15 %. Dan karena itu pada anak tubuh dapat mengubah keseimbangan
dari membran sel neuron dalam singkat terjadi dipusi di ion K+ maupun ion
NA+ melalui membran tersebut dengan akibat terjadinya lepasnya muatan
listrik.
Lepasnya muatan listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat meluas
keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang
disebut neurotransmitter sehingga mengakibatkan terjadinya kejang. Kejang
yang yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak
meninggalkan gejala sisa.Tetapi kejang yang berlangsung lama lebih 15 menit
biasanya disertai apnea, NA meningkat, kebutuhan O2 dan energi untuk
kontraksi otot skeletal yang akhirnya terjadi hipoxia dan menimbulkan
terjadinya asidosis.

E. Manifestasi Klinis
1. Peningkatan suhu tubuh yang tinggi (suhu rektal diatas 38 0C).
2. Kejang yang bersifat kejang kolonik atau tonik - kolonik bilateral.
3. Mata terbalik keatas disertai kekakuan atau kelemahan.
4. Gerakan sentakan berulang tanpa di dahului kekakuan atau hanya sentakan
atau kekuatan fokal
5. Pada sebagian kejang disertai hemiparesis sementara yang berlangsung
beberapa jam sampai beberapa hari atau juga bersifat menetap

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Periksa darah / lab: Hb, Ht, Leukosit, Trombosit.
2. EEG
3. Lumbal punksi
4. CT-SCAN

G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
a. Menghentikan kejang secepat mungkin Diberikan antikonvulsan
secara intravena jika klien masih kejang.
b. Pemberian oksigen
c. Penghisapan lendir kalau perlu
d. Mencari dan mengobati penyebab Pengobatan rumah profilaksis
intermitten. Untuk mencegah kejang berulang, diberikan obat
campuran anti konvulsan dan antipiretika

2. Penatalksanan Keperawatan
a. Semua pakaian ketat dibuka
b. Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung
c. Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen
d. Monitor suhu tubuh, Cara paling akurat adalah dengan suhu rektal
e. Obat untuk penurun panas, pengobatan ini dapat mengurangi
ketidaknyamanan anak dan menurunkan suhu 1 sampai 1,5 ºC.
f. Berikan Kompres Hangat Mengompres dilakukan dengan handuk atau
washcloth (washlap atau lap khusus)

II. Konsep Dasar Keperawatan


A. Pengkajian
1) Data biografi
Data biografi meliputi : nama, alamat, umur, tanggal Masuk rumah sakit,
diagnose medis, catatan kedatangan, keluarga yang dapat dihubungi.
2) Keluhan utama : Demam, kejang
3) Riwayat kesehatan sekarang
Demam, suhu > 38oC, muntah, kaku , kejang-kejang, sesak nafas,
kesadaran menurun, ubun-ubun cekung, bibir kering, bak lidah ada, BAB
mencret
4) Riwayat kesehatan dahulu
Umumnya penyakit ini terjadi sebagai akibat komplikasi perluasan
penyakit lain. Yang sering ditemukan adalah ISPA, ionsililis, olilis nedia,
gastroeniecilis, meningitis
5) Riwayat kesehatan keluarga
Kemungkinan ada anggota keluarga yang mengalami penyakit infeksi
seperti ISPA dan meningitis.serta memiliki riwayat kejang yang sama
dengan pasien
6) Pola fungsi kesehatan
a) Pola nutrisi dan metabolisme
frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang, dan nafsu makan
menurun.
b) Pola eliminasi Eliminasi
Eliminasi BAB: kadang-kadang anak mengalami diare atau konstipasi.
Eliminasi BAK : perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit atau
banyak, sakit atau tidak
c) Pola aktivitas dan latihan Aktivitas
keletihan, kelemahan umum, perubahan tonus / kekuatan otot. Gerakan
involunter.
d) Persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan pada orang dewasa terhadap keadaan
penyakit anaknya
e) Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan suhu tubuh
f) Pola sensori dan kognitif
Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan
umumnya tidak mengalami kelainan
g) Pola hubungan dan peran
Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien di rawat di
rumah sakit dan klien harus bed rest total
h) Pola penanggulangan stress
Biasanya orang dewasa akan tampak cemas (Aru, 2015).
7) Data Fokus
8) Klasifikasi Data
9) Analisa Data

B. DIgnosa Keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu
tubuh diatas nilai normal (D.0130)
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan (D.0056)
3. Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru. (D.0005)
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya control tidur
(D.0055)
5. Ansietas (kecemasan) pada orang tua berhubungan dengan kurangnya
terpapar informasi (D.0080)
6. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar infromasi
(D.0111)
7. Resiko cedera berhubungan dengan kejang (D.0136)

C. Intervensi

SLKI-SIKI
DIAGNOSA
No KEPERAWATAN
(SDKI) SLKI SIKI

1. D.0130 Setelah dilakukan Observasi


Hipertermia berhubungan intervensi keperawatan 1. identifikasi penyebab
dengan proses penyakit diharapkan termogulasi hipertermia
ditandai dengan suhu tubuh membaik dengan kriteria 2. monitor suhu tubuh
diatas nilai normal. hasil : 3. monitor warna dan suhu kulit
Ditandai dengan : - menggigil membaik
- suhu tubuh diatas nilai - kejang menurun Teraupetik
normal - takikardi membaik 4. longgarkan atau lepaslan
- kejang - takipnea membaik pakaian
- takikardi - suhu tubuh membaik 5. berikan cairan oral
- takipnea - suhu kulit membaik 6. lakukan kompres dingin
- kulit terasa hangat - tekanan darah 7. sesuaikan suhu lingkungan
membaik dengan kebutuhan pasien
- ventilasi membaik
Edukasi
8. anjurkan tirah baring

Kolaborasi
9. kolaborasi pemberian cairan
elektrolit
10. Kolaborasikan pemberian
antipiretik
2. D.0056 Setelah dilakukan Observasi
Intoleransi aktivitas b.d intervensi keperawatan 1. monitor kelelahan fisik
tirah baring, kelemahan,. diharapkan toleransi 2. identifikasi kemampuan
Dibuktikan dengan : aktivitas meningkat berpartisipasi dalam aktivitas
Mengeluh lelah dengan kriteria hasil : tertentu
1. Frekuensi jantung 1. kemudahan dalam
meningkat melakukan aktivitas Teraupetik
2. Sianosis sehari-hari meningkat 3. latihan gerak pasif dan aktif
3. Mengeluh lelah 2. kekuatan tubuh bagian 4. libatkan keluarga dalam
4. Merasa tidak nyaman atas dan bawah aktivitas
setelah beraktivitas meningkat
3. keluhan lelah Kolaborasi
membaik 5. anjurkan melakukan aktivitas
4. dispneu saat aktivitas secara bertahap
menurun

3. D0005 Setelah dilakukan Observasi


Pola nafas tidak efektif b.d intervensi keperawatan 1. Monitor pola nafas (frekuensi,
penurunan ekspansi paru. diharapkan pola nafas kedalaman, usaha nafas)
Dibuktikan dengan : membaik dengan kriteria 2. Monitor bunyi nafas
- Penggunaan otot bantu hasil : tambahan (Gurgling, mengi,
pernapasan - Kapasitas vital wheezing, ronki)
- Fase ekspirasi membaik 3. Auskultasi bunyi nafas
memanjang - Tekanan ekpirasi 4. Monitor saturasi oksigen
- Dispnea meningkat
- Pola nafas abnormal - Tekanan inspirasi Teraupetik
(takipnea, bradipnea, meningkat 5. Posisikan semi fowler
hipoventilasi) - Dyspnea menurun 6. Lakukan fisioterapi dada
- Pernafaan cuping - Penggunaan otot bantu 7. Berikan oksigen, jika perlu
hidung nafas menurun Kolaborasi
- Tekanan ekspirasi - Frekuensi nafas 8. Kolaborasi pemberian
menurun membaik bronkodilator
- Tekanan inspirasi
menurun
4. D.0055 Setelah dilakukan Observasi
Gangguan pola tidur intervensi keperawatan 1. Identifikasi pola aktivitas dan
berhubungan dengan diharapkan pola tidur tidur
kurangnya control tidur. membaik dengan kriteria
2. Identifikasi penyebab susah
Ditandai dengan : hasil :
- Mengeluh sulit tidur 1. Keluhan sulit tidur tidur
- Mengeluh sering menurun
terjaga 2. Mengeluh sering Teraupetik
- Mengeluh tidak puas terjaga menurun 3. Lakukan prosedur untuk
tidur 3. Mengeluh tidak puas meningkatkan kenyamanan
- Mengeluh pola tidur tidur menurun (posisi tidur)
berubah 4. Melaporkan pola tidur
Edukasi
- Mengeluh istirahat membaik
tidak cukup 5. Melaporkan istirahat 4. Jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
5. Anjurkan pasien untuk tidur
tepat waktu

Kolaborasi
6. Kolaborasi pemberian obat
7. tidur agar tidak terjaga
5. D.0080 Setelah dilakukan Observasi
Ansietas (kecemasan) pada intervensi keperawatan 1. Identifikasi penyebab ansietas
orang tua berhubungan diharapkan ansietas 2. Monitor tanda-tanda ansietas
menurun dengan kriteria
dengan kurangnya terpapar
hasil :
informasi. Ditandai dengan - perilaku gelisah Teraupetik
: menurun 3. Ciptakan suasana teraupetik
- merasa bingung - verbalisasi kahwatir untuk menimbulkan
- merasa kahwatir dengan akibat kondisi yang kepercayaan
akibat dari kondisi yang dihadapi menurun 4. Temani pasien atau keluarga
dihadapi - perilaku tegang cukup pasien untuk mengurangi
- sulit berkosentrasi menurun kecemasan
- tampak gelisah 5. Gunakan pendekatan yang
- tampak tegang tenang dan meyakinkan
- suara bergetar
- tekanan darah Edukasi
meningkat 6. Latihan teknik relaksasi
7. Informasikan secara factual
mengenai diagnosis,
pengobatan dan prognosis
8. Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien
6. D.0111 Setelah dilakukan Observasi
Defisit Pengetahuan intervensi keperawatan 1. Identifikasi kesiapan dan
berhubungan dengan diharapkan tingkat kemampuan meneima
tingkat pengetahuan
kurangnya terpapar informasi
meningkat dengan
infromasi. Dibuktikan kriteria hasil : 2. Idetifikasi pengetahuan saat
dngan. : 1. Menunjukan peilaku ini
1. Menunjukan peilaku sesuai anjuran
sesuai anjuran 2. Menunjukan persepsi Teraupetik
2. Menunjukan persepsi yang tidak keliru 3. Sediakan materi dan media
yang keliru terhadap terhadap masalah Pendidikan Kesehatan
masalah Edukasi
4. Menjelaskan kepada keluarga
dan pasien tentang keluarga
5. Beri pasien dan keluarga
bertahan
7. D.0136 Setelah dilakukan Observasi
Resiko cedera dibuktikan intervensi keperawatan 1. Identifikasi kebutuhan
dengan : diharapkan resiko cedera keselamatan (mis. Kondisi
menurun dengan kriteria
- Terdapat fisik, fungsi kognitif, dan
hasil :
ketidakamanna - Kejadian cedera riwayat prilaku)
transportasi menurun 2. Monitor status keselamatan
- Perubahan orientasi - Tidak ada kejadian lingkungan Teraupetik
afektif cidera, Luka/lecet
- Perubahan sensasi - Tidak terjadi fraktur Teraupetik
- Tekanan darah dalam
- Klien kejang batas normal 3. Hilangkan bayaha
keselamatan lingkungan
(mis. Fisik, biologi, dan
kimia) jika memungkinkan
4. Modifikasi lingkungan
untuk meminimalkan
bahaya dan resiko Edukasi

Edukasi
5. Anjurkan individu, kluarga
dan kelompok resiko tinggi
bahaya lingkungan

D. Implementasi
Implementasi Keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan
yang dilakukan secara mandiri maupun dengan kolaborasi dengan
multidisiplin yang lain. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan
keperawatan yang berfokus pada pasien dan berorientasi pada tujuan dan hasil
yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dimana tindakan dilakukan dan
diselesaikan, sebagaimana di gambarkan dalam rencana yang sudah dibuat
(Patrisia et al., 2020).

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan
cara membandingkan tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap hasil
yang diharapkan. Evaluasi juga dilakukan untuk mengidentifikasi sejauh
mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam melakukan
evaluasi, perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam
memahami respon terhadap intervensi keperawatan, kemampuan
menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang ingin dicapai serta
kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan dalam kriteria hasil
(Patrisia et al., 2020).\

PATHWAY
Infeksi bakteri, virus Rangsangan mekanik dan
dan parasit biokimia

Reaksi Inflamasi Perubahan konsentrasi ion


diruang ekstraseluler

Peningkatan suhu
tubuh Ketidakseimbangan potensial
membrane ATPASE

Hipertermi
Difusi Na+ dan kalium K+

Resiko Kejang
Kejang Gelisah
berulang

Kurangnya paparan Kurang dari 15 Lebih dari 15


menit Ansietas
informasi menit

Tidak
Defisit Pengetahuan Perubahan suplay
menimbulkan
oksigen ke otak
gejala

Resiko Cedera DAFTAR PUSTAKA


Sesak
Abidah, S. N., & Novianti, H. (2021). Penanganan Awal Kejang Demam Pada Bayi
Kelemahan
Pola Nafas
Tidak Efektif

Intoleransi Aktivitas
Dan Balita Di Rw 01 Kelurahan Wonokromo Surabaya. Jurnal Pengabdian
Masyarakat Kesehatan, 7(1), 56–59.
https://journal.stikespemkabjombang.ac.id/index.php/jpm/article/view/652
Ayu, P., Nandari, P., Agung, A., Lely, O., & Budiapsari, P. I. (2021). Hubungan
Berulangnya Kejang Demam pada Anak Dengan Riwayat Kejang di Keluarga.
Aesculapius Medical Journal, 1(1), 32–37.
Patrisia, I., Juhdeliena, J., Kartika, L., Pakpahan, M., Siregar, D., Biantoro, B.,
Hutapea, A. D., Khusniyah, Z., & Sihombing, R. M. (2020). Asuhan
Keperawatan Dasar Pada Kebutuhan Manusia (Edisi 1). Yayasan Kita Menulis.
https://www.google.co.id/books/edition/Asuhan_Keperawatan_pada_Kebutuhan
_Dasar/VeMNEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1
Rasyid, Z., Astuti, D. K., & Purba, C. V. G. (2019). Determinan Kejadian Kejang
Demam pada Balita di Rumah Sakit Ibu dan Anak Budhi Mulia Pekanbaru.
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia, 3(1), 1–6.
https://doi.org/10.7454/epidkes.v3i1.2108
Syarifatunnisa. (2021). Faktor Yang Mempengaruhi Rekurensi Kejang Demam Pada
Balita. Jurnal Medika Hutama, 03(01), 402–406.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia.Jakarta Selatan.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Jakarta
Selatan

Anda mungkin juga menyukai