Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN APENDISITIS

Oleh :
Nur Anshary S.Kep
NIM Ns0618055

Ci Lahan Ci Institusi

Afrida, S.Kep.,Ns.,M.Kep
NIDN.0904048502

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
LAPORAN PENDAHULUAN
APENDISITIS

I. KONSEP MEDIS
A. DEFENISI
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau
umbai cacing (apendiks). Usus buntu sebenarnya adalah sekum (cecum).
Infeksi ini bisa mengakibatkan peradangan akut sehingga memerlukan
tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya
berbahaya.

B. ETIOLOGI
1. Inflamasi akut pada Appendik dan edema
2. Ulserasi pada mukosa
3. Obstruksi pada colon oleh fecalit (faeses yang keras)
4. Pemberian barium
5. Berbagai macam penyakit cacing
6. Tumor atau benda asing
7. Striktur karena fibrosis pada dinding usus

C. KLASIFIKASI
1. Apendisitis akut merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteria dan
faktor pencetusnya disebabkan oleh sumbatan lumen apendiks. Selain
itu hyperplasia jaringan limf, fikalit (tinja/batu), tumor apendiks dan
cacing askaris yang dapat menyebabkan sumbatan dan juga erosi
mukosa apendiks karena parasit.
2. Apendisitis rekurens yaitu jika ada riwayat nyeri berulang diperut
kanan bawah yang mendorong dilakukannya apendiktomi. Kelainan ini
terjai bila serangan apendisitis akut pertama kali sembuh spontan.
Namun apendisitis tidak pernah kembali kebentuk aslinya karena
terjadi fibrosis dan jaringan parut.
3. Apendisitis kronis memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan
bawah lebih dari dua minggu, radang kronik apendiks secara
makroskopik dan mikroskopik (fibrosis menyeluruh didinding
apendiks, sumbatan parsial atau lumen apendiks, adanya jaringan parut
dan ulkus lama dimukosa dan infiltasi sel inflamasi kronik), dan
keluhan menghilang setelah apendiktomi.

D. Patofisiologi
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh
hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, struktur karena fikosis
akibat peradangan sebelumnya atau neoplasma. Obstruksi tersebut
menyebabkan mukus diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin
lama mucus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks
mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan
intralumen, tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe
yang mengakibatkan edema. Diaforesis dan ulserasi mukosa pada saat inilah
terjadi apendiksitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium.
Sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat hal tersbut
akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri akan
menembus dinding apendiks. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai
peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di abdomen kanan
bawah, keadaan ini disebut dengan apendiksitis sukuratif akut. Aliran arteri
terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan gangrene
stadium ini disebut dengan apendiksitis gangrenosa. Bila dinding yang telah
rapuh ini pecah akan terjadi terjadi apendiksitis perforasi.

E. MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri pada kuadran kanan bawah (lokal: pada titik mc burney). Sifat:
nyeri tekan lepas
2. Demam ringan
3. Mual muntah
4. Anoreksia
5. Spasme otot abdomen-tungkai sulit untuk diluruskan
6. Konstipasi atau diare

F. KOMPLIKASI
1. Perforasi apendiks
Perforasi jarang terjadi dalam 8 jam pertama, observasi aman untuk
dilakukan dalam masa tersebut. Tanda-tanda perforasi meliputi
meningkatnya nyeri, spasme otot dinding perut kuadran kanan bawah
dengan tanda peritonitis umum atau abses yang terlokalisasi, ileus,
demam, malaise dan leukositosis semakin jelas.
2. Peritonitis abses
Bila terjadi peritonitis umum terapi spesifik yang dilakukan adalah
operasi untuk menutup asal perforasi. Bila terbentuk abses apendiks
akan teraba massa di kuadran kanan bawah yang cenderung
menggelembung ke arah rektum atau vagina
3. Dehidrasi
4. Sepsis
5. Elektrolit darah tidak seimbang
6. Pneumonia

G. Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik


1. Laboratorium
a. Leukosit normal atau meningkat (bila lanjut umumnya leukositosis
>10,000)/mm3)
b. Hitung jenis segmen lebih banyak
c. LED meningkat (pada appendicitis infiltrate)
d. Rontgen : appendicogram hasil positif berupa: Non-filling, partial
filling, Mouse tail dan cut off
e. Rontgen abdomen tidak menolong kecuali telah terjadi peritonitis
f. Pada pemeriksaan ultrasonografi ditemukan bagian memanjang pada
tempat yang terjadi inflamasi pada apendiks
g. CT-scan ditemukan bagian yang menyilang dengan apendicalith
serta perluasan dari apendiks yang mengalami inflamasi serta adanya
pelebaran dari saekum.

H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien dengan apendisitis akut meliputi terapi medis
dan terapi bedah. Terapi medis terutama diberikan pada pasien yang tidak
mempunyai akses ke palayanan bedah, dimana pada pasien diberikan
antibiotik.
1. Cairan intravena; cairan yang secara massive ke rongga peritonium harus
diganti segera degan cairan intravena, jika terbukti terjadi toxix sistemik,
atau pasien tua atau kesehatan yang buruk harus dipasang pengukur
tekanan vena central. Balance cairan harus diperhatikan. Cairan atau
berupa ringer laktat harus di infus secara cepat untuk mengoreksi
hipovolemia dan mengembalikan tekanan darah serta pengeluaran urin
pada level yang baik. Darah diberikan bila mengalami anemia dan atau
dengan perdarahan bersamaan.
2. Antibiotik ; antibiotik intravena diberikan untuk antisipasi bakteri
patogen, antibiotik intial diberikan termasuk generasi ke 3
cephalosporins, ampicillin-sulbaktam, dan metronidazole atau
klindanisin untuk kuman anaerob. Pemberian antibiotik postoperasi
harus di ubah berdasarkan kulture dan sensitivitas. Antibiotik tetap
diberikan sampai pasien tidak demam dengan nomal leukosit. setelah
memperbaiki keadan umum dengan infus, antibiotik serta pemasangan
pipa nasogatrik, perlu di lakukan pembedahan sebagai terapi definitif
dan appendisitist perforasi.
II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan pada pra dan post
operasi apendisitis akut ialah sebagai berikut:
1. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Malaise
2. Sirkulasi
Gejala : Takikardi
3. Eliminasi
Gejala : Konstipasi pada awitan, Diare (kadang-kadang)
Tanda : Distensi abdomen, nyeri tekan/ nyeri lepas, kekakuan,
penurunan atau tak ada bising usus
4. Makanan/ cairan
Gejala : Anoreksia, mual/ muntah
5. Nyeri/ Kenyamanan
Gejala : Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilikus, yang
meningkat berat dan terlokalisasi pada titik McBurney
(setengah jarak antara umbilikus dan tulang ileum kanan),
meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam
(nyeri berhenti tiba-tiba diduga perforasi atau infark pada
apendiks).
Tanda : Keluhan berbagai rasa nyeri/ gejala tak jelas/ gejala tak jelas
(sehubungan dengan lokasi apendiks, contoh retrosekal atau
sebelah ureter), Perilaku berhati-hati; berbaring kesamping
atau telentang dengan lutut ditekuk; meningkatnya nyeri pada
kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan/ posisi
duduk tegak, Nyeri lepas pada sisi kiri diduga inflamasi
peritoneal.
6. Pernapasan
Tanda : Takipnea, pernapasan dangkal
7. Keamanan
Tanda : Demam (biasanya rendah)
8. Penyuluh dan Pembelajaran
Gejala : Riwayat kondisi lain yang berhubungan dengan nyeri
abdomen contoh pielitis akut, batu uretra, salpingitis akut, ileitis
regional.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre operasi
1. Ansietas berhubungan dengan prognosis penyakit renacana
pembedahan, gelisah, ketakutan
Intra Operasi
2. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (pembedahan)
post operatif
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (insisi pembedahan
pada apendiktomi)

C. INTERVENSI
Pre operasi
Ansietas berhubungan dengan prognosis penyakit renacana pembedahan,
gelisah, ketakutan.
NOC NIC
Tingkat Kecemasan Anxiety Reduction
Dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi Tingkat kecemasan
- Perasaaan gelisah dipertahankan pasien
pada skala 3 (sedang) 2. Dorong pasien untuk
ditingkatkan ke skala 5 (tidak mengungkapkan perasaan,
ada) ketakutan dan persepsi
- Wajah tegang dipertahankan 3. Dengarkan dengan penuh
pada skala 3 (sedang) perhatian
ditingkatkan ke skala 5 (tidak 4. Jelaskan prosedur dan apa yang
ada) dirasakan selama prosedur
- Rasa cemas yang disampaikan 5. Instruksikan pasien untuk
secara lisan dipertahankan pada relaksasi nafas dalam
skala 4 (cukup berat)
ditingkatkan ke skala 5 (tidak
ada)

Intra Operasi
Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (pembedahan)
NOC NIC
Keparahan Infeksi Infection Control
Dengan kriteria hasil : 1. Cuci tangan sebelum dan sesuda
- Kemerahan dipertahankan pada melakukan tindakan
skala 3 (sedang) ditingkatkan ke 2. Pertahankan lingkungan yang
skala 5 (tidak ada) aseptik selama prosedur
- Demam dipertahankan pada berlangsung
skala 3 (sedang) ditingkatkan ke 3. Batasi pengunjung bila perlu
skala 5 (tidak ada) 4. Gunakan handscoon,
- Nyeri dipertahankan pada skala 4 baju/celemek sebagai alat
(cukup berat) ditingkatkan ke pelindung
skala 5 (tidak ada)

post operatif
Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (insisi pembedahan pada
apendiktomi)
NOC NIC
Kontrol Nyeri Manajemen Nyeri
Dengan kriteria hasil : 1. Memonitor tanda-tanda vital
- Mengenali kapan nyeri terjadi 2. Lakukan pengkajian nyeri secara
dipertahankan pada skala 3 komprehensif
(kadang-kadang menunjukan) 3. Observasi adanya reaksi non
ditingkatkan ke skala 5 (tidak verbal
ada) 4. Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Menggunakan tindakan 5. Ajarkan teknik non farmakologi
pengurangan nyeri tanpa (teknik relaksasi/distraksi)
analgesik dipertahankan pada 6. Kolaborasikan dengan dokter
skala 1 (tidak pernah pemberian analgesik
menunjukan) ditingkatkan ke
skala 5 (secara konsisten
menunjukan)
- Melaporkan nyeri berkurang
dipertahankan pada skala 2
(jarang menunjukan)
ditingkatkan ke skala 4 (sering
menunjukan)

D. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dalam masalah status kesehatan yang
dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik.

E. EVALUASI
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan.

PENYIMPANGAN KDM
Apendiks

hiperplasi folikel Benda asing striktur fekalit Tumor


Erosi mukosa
limfoid
apendiks

Obstruksi

Mukosa terbendung

Apendiks teregang

Tekanan intraluminal Nyeri Akut

Aliran darah terganggu

Ulserasi dan invasi


bakteri Pada dinding
Apendiks

Trombosis pada vena


Ke peritonium intramural
peritonitis
Pembengkakan dan
iskemia

Perforasi

Cemas Pembedahan operasi

Luka insisi

Nyeri Jalan masuk kuman

Resiko Infeksi

DAFTAR PUSTAKA
Dermawan, D. dan Rahayuningsih, T. (2010). Keperawatan Medikal Bedah
Sistem Pencernaan. Yogjakarta: Gosyen Publishing
Hariyanto, A. dan Sulistyowati, R. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah 1 Dengan Diagnosis NANDA Internasional. Jogjakarta: AR-RUZZ
MEDIA
Haryono, R. (2012). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan.
Yogyakarta: Gosyen Publishing
Nurarif, A.H. & Kusuma, Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 3.
Jogjakarta: Media Action.

Anda mungkin juga menyukai