Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN HNP

(HERNIA NUKLEUS PULPOSUS)

A. PENGERTIAN
Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah
bantalan diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini digabungkan
dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus disebut nukleus
pulposus. HNP merupakan rupturnya nukleus pulposus. (Brunner & Suddarth, 2016)
Hernia Nukleus Pulposus bisa ke korpus vertebra diatas atau bawahnya, bisa
juga langsung ke kanalis vertebralis. (Priguna Sidharta, 2012).

HNP adalah keadaan ketika nucleus pulpolus keluar menonjol untuk kemudian
menekan kea rah kanalis spinalis melalui annulus fibrosis yang robek. HNP merupakan
suatu nyeri yang disebabkan oleh proses patologik di kolumna vertebralis pada diskus
intervetrebralis. Herniasi nukleus pulposus (HNP) merupakan penyebab utama nyeri
punggung bawah yang berat, kronik dan berulang (kambuh), mungkin sebagai dampak
trauma atau perubahan degeneratif yang berhubungan dengan proses penuaan (Black,
Joyce M; Hawks, Jane Hokanson;, 2014).
Hernia Nukleus Pulposus adalah kondisi ketika salah satu bantalan atau cakran
(disc) tulang rawan dari tulang belakang menonjol keluar dan menjepit saraf. Penyakit ini
sering disebut oleh orang awam sebagai saraf terjepit.
B. ETIOLOGI
Menurut Kowalak, Welsh, & Mayer (2014) ada 2 penyebab utama HNP dapat
terjadi. Penyebab tersebut meliputi:
1. Trauma atau galur yang berat
2. Degenerasi persendian invertebralis.
Nurarif & Kusuma (2005) mengatakan bahwa region lumbalis merupakan bagian
yang tersering mengalami HNP. Kandungan air diskus berkurang seiring bertambahnya
usia. Selain itu serat-serat menjadi lebih kasar dan mengalami hialinisasi, yang ikut
berperan menimbulkan perubahan yang menyebabkan herniasi nucleus pulposus melalui
annulus disertai penekanan akar saraf spinal. Umumnya herniasi kemungkinan paling
besar terjadi didaerah tulang belakang dimana terjadinya transisi dari segmen yang lebih
banyak bergerak
ke yang kurang bergerak.

Faktor - faktor yang menyebabkan timbulnya HNP :


1. Aliran darah ke discus berkurang
2. Beban berat
3. Ligamentum longitudinalis posterior menyempit
Jika beban pada discus bertambah, annulus fibrosus tidak kuat menahan nucleus
pulposus (gel) akan keluar, akan timbul rasa nyeri oleh karena gel yang berada di canalis
vertebralismenekan radiks.

C. FAKTOR RISIKO
Beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko sesorang terkena HNP, yaitu:
1. Genetika
Kondisi yang diturunkan dari salah satu anggota keluarga yang memiliki riwayat
HNP
2. Obesitas
Penekanan pada tulang punggung dikarenakan berat tubuh berlebihan
3. Merokok
Asap rokok dapat menurunkan kadar oksigen di cakram dan meningkatkan risiko
pengikisan tulang punggung
4. Mengangkat beban berat
Seseorang yang sering mengangkat atau mendorong beban berat secara berulang
dengan postur tubuh yang salah, berpotensi mengalami HNP
D. PATOFISIOLOGI
Protrusi atau ruptur nukleus pulposus biasanya didahului dengan perubahan
degeneratif yang terjadi pada proses penuaan. Kehilangan protein polisakarida
dalam diskus menurunkan kandungan air nukleus pulposus. Perkembangan pecahan
yang menyebar di anulus melemahkan pertahanan pada herniasi nukleus. Setela
trauma (jatuh, kecelakaan, dan stress minor berulang seperti mengangkat) kartilago
dapat cedera.
Pada kebanyakan pasien, gejala trauma segera bersifat khas dan singkat,
dan gejala ini disebabkan oleh cedera pada diskus yang tidak terlihat selama
beberapa bulan maupun tahun. Kemudian pada degenerasi pada diskus, kapsulnya
mendorong ke arah medula spinalis atau mungkin ruptur dan memungkinkan
nukleus pulposus terdorong terhadap sakus dural atau terhadap saraf spinal saat
muncul dari kolumna spinal.
Hernia nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nukleus
pulposus menekan pada radiks yang bersama - sama dengan arteria radikularis
berada dalam bungkusan dura. Hal ini terjadi kalau tempat herniasi di sisi lateral.
Bilamana tempat herniasinya ditengah - tengah tidak ada radiks yang terkena.
Lagipula,oleh karena pada tingkat L2 dan terus kebawah sudah tidak terdapat medula
spinalis lagi, maka herniasi di garis tengah tidak akan menimbulkan kompresi pada
kolumna anterior
Setelah terjadi hernia nukleus pulposus sisa duktus intervertebralis
mengalami lisis sehingga dua korpora vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan

E. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala menurut, Tucker,Susan Martin., 2014 Gejala utama yang
muncul adalah rasa nyeri di punggung bawah disertai otot - otot sekitar lesi dan
nyeri tekan HNP terbagi atas :
1. NHP Sentral
HNP sentral akan menimbulkan paraparesis flasid, parestesia, dan retensi urine
2. NHP Lateral
Rasa nyeri terletak pada punggung bawah, ditengah - tengah abtra pantat dan
betis, belakang tumit dan telapak kaki.Ditempat itu juga akan terasa nyeri
tekan. Kekuatan ekstensi jari ke V kaki berkurang dan refleks achiler negatif.
Pada HNP lateral L 4 - 5 rasa nyeri dan tekan didapatkan di punggung bawah,
bagian lateral pantat, tungkai bawah bagian lateral, dan di dorsum pedis.
Kekuatan ekstensi ibu jari kaki berkurang dan refleks patela negatif. Sensibilitas
[ada dermatom yang sdesuai dengan radiks yang terkena menurun. Pada percobaan
lasegue atau test mengnagkat tungkai yang lurus (straigh leg raising) yaitu
mengangkat tungkai secara lurus dengan fleksi di sendi panggul, akan dirasakan
nyeri disepanjang bagian belakang (tanda lasefue positif). Valsava dab nafsinger
akan memberikan hasil posistif

Menurut Kowalak, Welsh, & Mayer (2014) beberapa tanda dan gejala yang dapat
terjadi pada penderita HNP meliputi:
1. Nyeri punggung bawah yang hebat dan menjalar ke daerah bokong, tungkai, dan kaki.
Nyeri ini biasanya terasa hanya pada satu sisi (unilateral) dan disebabkan oleh
kompresi radiks saraf yang menginervasi daerah tersebut.
2. Nyeri mendadak pascatrauma yang mereda dalam waktu beberapa hari, tetapi
kemudian timbul kembali dalam selang waktu yang singkat disertai intensitas yang
bertambah secara progresif
3. Ilkialgia yang terjadi pascatrauma dan dimulai dengan nyeri tumpul di daerah
bokong. Manuver valsava, batuk, bersin, dan membungkuk dapat menambah rasa
nyeri yang sering disertai spasme otot akibat penekanan serta iritasi radiks nervus
iskiadikus.
4. Kehilangan fungsi sensoris dan motorik di daerah yang dipersarafi oleh radiks nervus
spinalis yang terkompresi dan pada stadium lebih lanjut, kelemahan, serta atrofi otot-
otot tungkai.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK / PENUNJANG


1. RO Spinal : Memperlihatkan perubahan degeneratif pada tulang belakang
2. M R I : untuk melokalisasi protrusi diskus kecil sekalipun terutama untuk penyakit
spinal lumbal.
3. CT Scan dan Mielogram jika gejala klinis dan patologiknya tidak terlihat pada M R I
4. Elektromiografi (EMG) : untuk melokalisasi radiks saraf spinal khusus yang
terkena.
Menurut Kowalak, Welsh, & Mayer (2014) beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan
untuk menegakkan diagnosa HNP meliputi:
1. Tes mengangkat tungkai pada posisis ekstensi memperlihatkan hasil yang positif
hanya apabila pasien mengalami nyeri iskialgia (tungkai) posterior dan bukan nyeri
punggung
2. Tes lasegue memperlihatkan resistensi dan rasa nyeri dan hilangnya refleks patella
dan tendo akiles. Keadaan ini menunjukkan kompresi radiks saraf spinalis
3. Foto rontgen vertebra dapat menyingkirkan kelainan yang lain, tetapi tidak dapat
menegakkan diagnosa HNP keran prolapses diskus yang nyata mungkin tidak
tampak pada foto rontgen yang normal.
4. Mielogram, CT Scan dan MRI akan memperlihatkan kompresi radiks saraf spinalis
oleh material diskus yang mengalami herniasi.

G. PENATALAKSANAAN
Penanganan atau penatalaksanaan HNP menurut Kowalak, Welsh, & Mayer (2014)
meliputi:
1. Kompres hangat untuk mengurangi spasme otot dan membantu meredakan rasa nyeri
2. Program latihan untuk menguatkan otot-otot yang terkait dan mencegah kemunduran
lebih lanjut
3. Pemberian kortikosteroid seperti deksametason sebagai terapi awal jangka untuk
jangka waktu yang pendek, pemberian preparat antiinflamasi, seperti aspirin serta
NSAID untuk mengurangi inflamasi dan edema pada tempat yang mengalami
cedera.
4. Pemberian obat-obat relaksan otot, seperti diazepam, metokarbamol, serta
siklobenzaprin untuk mengurangi spasme otot akibat iritasi radiks saraf, penyuntikan
epidural obat anestesi pada tingkat protrusi untuk meredakan rasa nyeri.
5. Pembedahan yang meliputi laminektomi untuk mengangkat diskus yang mengalami
ekstrusi, penyatuan tulang vertebra (fusi spinal) untuk mengatasi ketidakstabilan
segmentel atau keduanya untuk menstabilkan tulang belakang.
6. Imobilisasi atau branching dengan menggunakan lumbosacral brace atau korset.
7. Terapi diet untuk mengurangi berat badan.
8. Traksi lumbal, mungkin menolong tetapi biasanya resides.
9. Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS).

H. KOMPLIKASI
Kemungkinan komplikasi yang terjadi:
1. Infeksi luka
2. Kerusakan penanaman tulang setelah fusi spinal
Menurut Kowalak, Welsh, & Mayer (2014) komplikasi pada HNP bergantung pada
intensitas dan lokasi herniasi yang spesifik. Komplikasi yang sering terjadi adalah
sebagai berikut:
1. Difisit neurologi
2. Masalah defekasi

I. DIAGNOSA
1. Nyeri berhubungan dengan penjepitan saraf pada diskus intervetebralis
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplegia
3. Konstipasi berhubungan dengan imobilisasi, intake cairan yang tidak adekuat
4. Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi,
nyeri, hilangnYa fungsi
5. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan tirah baring lama

J. PATHWAY
Menurut (Long, Barbara C, 2013)

K. PENGKAJIAN DASAR
1. Keadaan umum
Pada keadaan HNP umumnya tidak mengalami penurunan kesadaran. Adanya
perubahan pada tanda-tanda vital, contohnya bradikardi yang menyebabkan hipotensi
yang berhubungan dengan penurunan aktivitas karena paraparese
2. B1 (Breathing)
Jika tidak mengganggu sistem pernapasan biasanya didapatkan pada
- Inspeksi : ditemuka tidak ada batuk, tidak ada sesak napas, dan frekuensi
pernapasan normal
- Palpasi : taktil fremitus seimbang kanan dan kiri
- Perkusi : terdapat suara resonan pada seluruh lapang paru
- Auskultasi : tidak terdengar bunyi napas tambahan
3. B2 (Blood)
Jika tidak ada gangguan pada sistem kardiovaskular, biasanya nadi kualitas dan
frekuensi nadi normal, dan auskultasi tidak temukan bunyi jantung tambahan
4. B3 ( Brain)
Pengkajian Brain merupakan pemeriksaan focus dan lebih lengkap di bandingkan
sistem lainnya
- Tingkat kesadaran:
Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis
- Pengkajian fungsi serebral:
Status mental : observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi
wajah, dan aktivitas motorik klien. Pada klien yang telah lama menderita HNP
biasanya status mental klien mengalami perubahan
- Pengkajian saraf kranial:
N I : Biasanya pada klien HNP tidak ada kelainan pada fungsi penciuman
N II : Tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal
N III, IV, VI : Biasanya tidak mengalami gangguan mengangkat kelopak mata,
pupil isokor
N V : Pada klien HNP umumnya tidak didapatkan paralisis pada otot wajah dan
reflex kornea biasanya tidak ada kelainan
N VII : Presepsi pengecapan dalam batas normal, wajah simetris
N VIII : Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi
N IX dan X : Kemampuan menelan baik
N XI : Tidak ada otrofi otot sternokleidomastiodeus dan trapezius
N XII : Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi tidak ada fasikulasi. Indera
pengecapan normal
5. B4 (Baladder)
Kaji keadaan urin meliputi warna, jumlah dan karakteristik urin, termasuk berat jenis
urin, penurunan jumlah urin, dan peningkatan retensi cairan dapat terjadi akibat
menurunnya perfusi pada ginjal.
6. B5 (Bowel)
Pemenuhan nutrisi berkurang karena adanya mual dan asupan nutrisi yang kurang,
pemeriksaan rongga mulut dengan melakukan penilaian ada tidaknya lesi pada mulut
atau perubahan pada lidah dapat menunjukkan adanya dehidrasi.
7. B6 (Bone)
Adanya kesulitan untuk beraktivitas dan menggerakan badan karena nyeri,
kelemahan, kehilangan sensori, serta mudah lelah menyebabkan masalah pada pola
aktivitas dan istirahat.
L. RENCANA INTERVENSI

DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN HASIL
1. Nyeri akut TUJUAN Observasi Observasi
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1.Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Untuk mengetahui tindakan
penjepitan saraf pada keperawatan diharapkan durasi, frekuensi, kualitas, apa yang selanjutnya akan
diskus intervetebralis tingkat nyeri menurun intensitas nyeri dilakukan
dengan 2.Identifikasi skala nyeri 2. Untuk mengetahui tingkat
KRITERIA HASIL: 3.Identifikasi respons nyeri non nyeri
- Pasien mengatakan verbal 3. Untuk mengetahui tingkat
nyeri berkurang 4.Identifikasi faktor yang nyeri
- Pasien mengetahui memperberat dan memperingan 4. Untuk mencegah nyeri
penyebab nyerinya nyeri
- Skala nyeri berkurang Teraupetik
1 sampai 3 Teraupetik 1. Untuk mengurangi nyeri
- Pasien mampu 1. Berikan teknik nonfarmakologis 2. Untuk meringankan nyeri
mendemosrasikan untuk mengurangi rasa nyeri 3. Untuk meringankan nyeri
ulang teknik relaksasi (mis. terapi musik, terapi pijat, 4. Untuk mengetahui terapi yang
- Frekuensi nadi dan aromaterapi, kompres cocok untuk meringankan
pernapasan dalam hangat/dingin, terapi bermain, nyeri
batas normal teknik relaksasi napas dalam)
2. Kontrol lingkungan yang Edukasi
memperberat rasa nyeri (mis. 1. Agar pasien dan keluarga
suhu ruangan, pencahayaan, mengerti kapan nyeri muncul
kebisingan) 2. Agar pasien dan keluarga
3. Fasilitasi istirahat dan tidur secara mandiri dapat
4. Pertimbangkan jenis dan meringankan nyeri yang
sumber nyeri dalam pemilihan dirasakan
strategi meredakan nyeri 3. Untuk mengetahui hal apa
yang bisa menyebabkan nyeri
Edukasi bertambah
1. Jelaskan penyebab, periode dan 4. Untuk meringankan nyeri
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan Kolaborasi
nyeri 1. Untuk menghilangkan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
1. Kolabirasi pemberian analgetik,
jika perlu
2. Gangguan mobilitas TUJUAN 1. Identifikasi adanya nyeri atau 1. Untuk mengetahui penyebab
fisik berhubungan Setelah dilakukan tindakan keluhan fisik lainnya gangguan mobilisasi
dengan keperawatan diharapkan 2. Observasi kemampuan pasien 2. Untuk melihat sejauh mana
hemiparese/hemiplga mobilitas fisik meningkat untuk berpindah posisi kemampuan pasien berpindah
dengan 3. Bantu pasien untuk latihan posisi
KRITERIA HASIL: pindah posisi 3. Untuk memudahkan pasien
- Kemampuan otot 4. Jelaskan pada keluarga tentang berpindah poisisi
meningkat tujuan peningkatan mobilisasi 4. Agar keluarga paham tentang
- Raentang gerak 5. Ajarkan pasien untuk berganti peningkatan mobilisasi pada
(ROM) meningkat posisi (MIKA MIKI) pasien
- Nyeri menurun 6. Libatkan keluarga untuk 5. Agar pasien dapat berganti
- Gerakan terbatas membantu pasien dalam posisi secara mandiri
menurun meningkatkan mobilisasi 6. Keluarga dapat membantu
- Kelemahan fisik pasien selama aktiviatas
menurun

3. Resiko Gangguan TUJUAN Observasi Observasi


integritas kulit Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor karakteristik luka 1. Untuk mengetahui kondisi
berhubungan keperawatan (mis.drainase, warna, ukuran, luka
dengan tirah baring diharapkanintegritas kulit bau) 2. Untuk mengetahui luka
lama meningkat dengan 2. Monitor tanda-tanda infeks terinfeksi atau tidak
KRITERIA HASIL:
- Kerusakan lapisan Teraupetik Terapeutik
kulit menurun 1. Lepaskan balutan dan plester 1. Agar pasien merasa nyaman
- Nyeri menurun secara perlahan 2. Untuk mencegah infeksi
- Kemerahan menurun 2. Cukur rambut disekitar daerah 3. Merangsang penyembuhan
luka, jika perlu luka lebih cepat
3. Bersihkan dengan cairan NaCl 4. Mempercepat kesembuhan
atau pembersih nontoksik, luka
sesuai kebutuhan 5. Mempercepatkan kesembuhan
4. Bersihkan jaringan nekrotik luka
5. Berikan salep yang sesuai ke 6. Mencegah infeksi
kulit/lesi, jika perlu 7. Untuk mencegah kontaminasi
6. Pasang balutan sesuai jenis luka mikroorganisme
7. Pertahankan teknik steril saat 8. Mencegah infeksi
melakukan perawatan luka 9. Mencegah decubitus
8. Ganti balutan sesuai jumlah 10. Mempercepat kesembuhan
eksudat dan drainase luka
9. Jadwalkan perubahan posisi
setiap 2 jam atau sesuai kondisi Edukasi
pasien 1. Menambah informasi terkait
10. Berikan suplemen vitamin dan penyakit yang diderita
mineral (mis. vitamin A, 2. Untuk mempercepat
vitamin C, Zinc, asam amino), kesembuhan luka
sesuai indikasi 3. Agar keluarga dan pasien
mampu secara mandiri
melakukan perawatan luka

Edukasi Kolaborasi
1. Jelaskan tanda dan gejala 1. Mencegah infeksi
infeksi
2. Anjurkan mengkonsumsi
makanan tinggi kalori dan
protein
3. Anjurkan prosedur perawatan
luka secara mandiri

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzane C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth edisi 8 Vol 3,
Jakarta : EGC, 2016

Doengoes, ME, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 2, Jakarta : EGC, 2018.

Tucker,Susan Martin, Standar Perawatan Pasien edisi 5, Jakarta : EGC, 2014

Long, Barbara C, Perawatan Medikal Bedah, Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Pajajaran, 2013

Priguna Sidharta, Sakit Neuromuskuloskeletal dalam Praktek, Jakarta : Dian Rakyat, 2012

Chusid, IG, Neuroanatomi Korelatif dan Neurologi Fungsional, Yogyakarta : Gajahmada


University Press, 2016

Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Kritis untuk
Hasil yang Diharapkan. Singapore: Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai