Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP PENYAKIT HIDRONEFROSIS

A. Definisi
Hidronefrosis merupakan suatu keadaan pelebaran dari pelvis
ginjal dan kalises. Adanya hidronefrosis harus dianggap sebagai respons
fisiologis terhadap gangguan aliran urine. Meskipun hal ini sering
disebabkan oleh proses obstruktif, tetapi dalam beberapa kasus, seperti
megaureter sekunder untuk refluks pralahir, sistem pengumpulan mungkin
membesar karena tidak adanya obstruksi (Arif Muttaqin dan Kumala Sari,
2012).
Hidronefrosis adalah pelvis ureter yang dihasilkan oleh obstruksi
aliran keluar urin oleh batu atau kelainan letak arteria yang menekan ureter
sehingga pelvis membesar dan terdapat destruksi progresif jaringan ginjal
(Gibson, 2003). Hal ini akan menyebabkan ginjal menggembung dan
menekan jaringan ginjal yang rapuh. Pada akhinya, tekanan hidronefrosis
yang menetap dan berat akan merusak jaringan ginjal sehingga
secara perlahan ginjal akan kehilangan fungsinya.

B. Klasifikasi
Menurut Beetz dkk (2001), terdapat 4 grade hidronfrosis dari hasil
pemeriksaan radiologis, yaitu :
1. Hidronefrosis Derajat 1
Hasil yang ditemukan berupa dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi
kaliks berbentuk Blunting alias tumpul
2. Hidronefrosis Derajat 2
Dilatasi pelvis renalis dan kaliks mayor, kaliks berbentuk flattening,
alias mendatar
3. Hidronefrosis derajat 3
Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Tanpa adanya
penipisan korteks. Kaliks berbentuk clubbing, alias menonjol. Adanya
tanda minor atrofi ginjal (papilla datar dan forniks tumpul)
4. Hidronefrosis derajat 4
Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Serta adanya
penipisan korteks batas antara pelvis ginjal dan kaliks hilang. Tanda
signifikan adanya atrofi ginjal (parenkis tipis). Calices berbentuk
ballooning alias menggembung.

C. Etiologi
Menurut Parakrama & Clive (2005) penyebab yang bisa mengakibatkan
hidronefrosis adalah sebagai berikut:
1. Hidronefrosis Unilateral
Obstruksi pada salah satu sisi saluran kemih pada umumnya
disebabkan oleh proses patologik yang letaknya proksimal terhadap
kandung kemih. Keadaan ini berakibat hidronefrosis dan dapat
menyebabkan atrofi serta kehilangan fungsi salah satu ginjal tanpa
menyebabkan gagal ginjal. Penyebab obstruksi unilateral adalah:
a. Obstruksi sambungan ureteropelvik (sambungan antara ureter dan
pelvis renalis)
- Kelainan struktural, misalnya jika masuknya ureter ke dalam
pelvis renalis terlalu tinggi
- Lilitan pada sambungan ureteropelvik akibat ginjal bergeser ke
bawah
- Batu di dalam pelvis renalis
- Penekanan pada ureter oleh jaringan fibrosa, arteri atau vena
yang letaknya abnormal, dan tumor
b. Obstruksi adanya penyumbatan dibawah sambungan ureteropelvik
- Batu di dalam ureter
- Tumor di dalam atau di dekat ureter
- Penyempitan ureter akibat cacat bawaan, cedera, infeksi, terapi
penyinaran atau pembedahan
- Kelainan pada otot atau saraf di kandung kemih atau ureter
- Pembentukan jaringan fibrosa di dalam atau di sekeliling ureter
akibat pembedahan, rontgen atau obat-obatan (terutama
metisergid)
- Ureterokel (penonjolan ujung bawah ureter ke dalam kandung
kemih)
- Kanker kandung kemih, leher rahim, rahim, prostat atau organ
panggul lainnya
- Sumbatan yang menghalangi aliran air kemih dari kandung
kemih ke uretra akibat pembesaran prostat, peradangan atau
kanker
- Arus balik air kemih dari kandung kemih akibat cacat bawaan
atau cedera
- Infeksi saluran kemih yang berat yang untuk sementara waktu
menghalangi kontraksi ureter
c. Penyakit ureter kongenital
d. Penyakit ureter yang didapat
2. Hidronefrosis Bilateral
a. Hyperplasia prostat pada usia lanjut
b. Adanya katup uretra posterior congenital
c. Pasien paraplegia dengan kandung kemih neurogenic
d. Fibrosis retroperitoneum dan keganasan
e. Disfungsi otot ureter yang timbul pada masa kehamilan

D. Patofosiologi
Obstruksi total akut ureter pada binatang percobaan menyebabkan
pelebaran mendadak dan peningkatan tekanan lumen bagian proksimal
tempat obstruksi. Filtrasi glomerulus tetap berlangsung dengan
peningkatan filtrasi pada tubulus dan penumpukan cairan di ruang
interstisium. Peningkatan tekanan interstisium menyebabkan disfungsi
tubulus. Kerusakan nefron ireversibel terjadi dalam waktu kira-kira 3
minggu. Pada obstruksi parsial, kerusakan ireversibel terjadi dalam waktu
yang lebih lama dan bergantung pada derajat obstruksi. Sebagian besar
penyebab obstruksi saluran kemih yang diuraikan diatas menyebabkan
obstruksi parsial lambat terhadap aliran urine. Keadaan ini menyebabkan
hidronefrosis dan atrofi korteks ginjal progresif akibat kerusakan nefron
yang berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan tahunan. Hanya
hidronefrosis bilateral yang dapat menyebabkan gagal ginjal. Statis urine
akibat obstruksi meningkatakan insidensi pielonefritis akut dan
pembentukan batu saluran kemih yang keduanya dapat memperberat
obstruksi.
Obstruksi ureter akut oleh batu, bekuan darah, atau kerak papila
renalis akan menyebabkan kolik ureter akibat peningkatan peristalsis
ureter. Kolik ureter merupakan nyeri intermitten yang sering kali sangat
berat pada sudut ginjal posterior dan menjalar disekitar pinggang (flank)
menuju daerah pubis. obstruksi unilateral kronis biasanya asimtomatik
bahkan pada obstruksi total dan umumnya berlanjut dengan kerusakan
ginjal permanen sebelum terdeteksi. Obstruksi parsial bilateral kronis
memberikan gambaran gagal ginjal kronis progresif, meliputi hipertensi,
kegagalan fungsi tubulus (poliuria, asidosis tubulus renalis, dan
hiponatremia), dan timbulnya batu saluran kemih atau pielonefritis akut.
Penanganan pasien tersebut dapat mengembalikan fungsi tubulus menjadi
normal bila dilakukan secara dini. Obstruksi bilateral total meneyebabkan
gagal ginjal akut tipe pascaginjal dan selanjutnya dengan cepat menuju
ekmatian bila tidak segera dikoreksi. Oleh karena itu, keadaan ini
termasuk kegawatdaruratan medis (Kimberly, 2011).
Sedangkan menurut Vinay Kumar, dkk (2007) Obstruksi bilateral
total menyebabkan anoria, yang menyebabkan pasien segera berobat.
Apabila obstruksi terletak dibawah kandung kemih, gejala dominant
adalah keluhan peregangan kandung kemih. Secara paradoks, obstruksi
bilateral inkomplit menyebabkan poliuria bukan oliguria, akibat
terganggunya kemampuan tubulus memekatkan urin dan hal ini dapat
menyamarkan sifat asli kelainan ginjal. Sayangnya, hidronefrosis
unilateral dapat tetap asintomatik dalam jangka lama, kecuali apabila
ginjal yang lain tidak berfungsi karena suatu sebab. Ginjal yang membesar
sering ditemukan secara tidak sengaja pada pemerksaan fisik rutin.
Kadang-kadang penyebab dasar hidronefrosis, seperti kalkulus ginjal atau
tumor obstruktif, menimbulkan gejala yang secara tidak langsung
menimbulkan perhatian ke hifronefrosis. Dihilangkanya obstruksi dalam
beberapa minggu biasanya memungkinkan pemulihan total fungsi, namun
seiring dengan waktu perubahan menjadi ireversibel.

E. Manifestasi Klinis
Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap. Obstruksi
akut dapat menimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang. Jika terjadi
infeksi maja disuria, menggigil, demam dan nyeri tekan serta piuria akan
terjadi. Hematuri dan piuria mungkin juga ada.
Manifestasi klinis yang sering muncul pada hidronefrosis unilateral,
diantaranya (smeltzer dan Bare,2002) :
1) Aliran urin berkurang
2) Jika infeksi, gejala yang muncul yaitu disuria, menggigil dan nyeri
tekan serta pyuria
3) Nyeri kolik pada sisi ginjal yang terkena
4) Mual, muntah, abdomen terasa penuh
5) Nyeri hebat ginjal atau nyeri samar dibagian dipanggu dan pinggang
6) Nyeri yang hilang timbul terjadi karena pengisian sementara pelvis
renalis
7) Air kemih dari 10% penderita mengandung darah

Jika kedua ginjal terkena maka tanda dan gejala gagal ginjal kronik akan
muncul, seperti:
a. Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium);
b. Gagal jantung kongestif;
c. Perikarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi);
d. Pruritis (gatal kulit);
e. Butiran uremik (kristal urea pada kulit);
f. Anoreksia, mual, muntah, cegukan;
g. Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang;
h. Amenore, atrofi testikuler.(Smeltzer dan Bare, 2002)
F. WOC
Kehamilan Tumor, Batu ginjal Kongenital Infeksi Refluk air
kanker l saluran kemih
kemih
Pembesaran
uterus Dilatasi
Terbentuk ureter
Membentuk jaringan
masa di parut
saluran
kemih

Penyempitan saluran kemih

Obstruksi saluran
kemih

HIDRONEFROSIS

Akumulasi Penekanan Retensi Kegagalan Gangguan Tindakan


urin pada pada urin membuang fungsi pembedahan
kaliks saluran limbah ginjal
ginjal kemih metabolik
Oligirui Luka post
Ginjal tidak operasi
Kontamina Koliks Ureum bisa
si ginjal renalis meningkat memproduksi
oleh Gangguan eritropetin
Port de
bakteri eliminasi Racun entry
urin dalam kuman
Nyeri Eritrosit
Proses Akut darah menurun
infeksi
Menuju
Anemia Risiko
GI tract
Metabolis infeksi
me
meningkat
Asam Kelemahan
lambung
meningkat
Menggigil,
demam
Intoleransi
Mual Aktivitas
muntah
HIPERTER
MI
Defisit Nutrisi
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Laboratorium
Urinalisis Pyura menunjukkan adanya infeksi. Hematuria mikroskopik
dapat menunjukkan adanya batu atau tumor. Hitung jumlah sel darah
lengkap: leukositosis mungkin menunjukkan infeksi akut. Kimia
serum: hidronefrosis bilateral dan hidroureter dapat mengakibatkan
peningkatan kadar BUN dan kreatinin. Selain itu, hiperkalemia dapat
menjadi kondisi yang mengancam kehidupan.
2. Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi adalah metode yang cepat, murah, dan cukup akurat
untuk mendeteksi hidronefrosis dan hidroureter, namun, akurasi dapat
bergantung pada pengguna. Ultrasonografi umumnya berfungsi
sebagai tes skrining pilihan untuk menetapkan diagnosis dan
hidronefrosis.
3. Pyelography Intravena (IVP)
Pyelography intravena berguna untuk mengidentifikasi keberadaan dan
penyebab hidronefrosis dan hidroureter. Intraluminal merupakan
penyebab paling mudah yang dapat diidentifikasi berdasarkan temuan
IVP
4. CT Scan
CT Scan memiliki peran penting dalam evaluasi hidronefrosis dan
hidroureter. Proses retroperitoneal menyebabkan obstruksi ekstrinsik
dari ureter dan kandung kemih dapat dievaluasi dengan sangat baik
pada CT Scan

H. Penatalaksanaan
a. Hidronefrosis akut
1) Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang
hebat, maka air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan segera
dikeluarkan(biasanya melalui sebuah jarum yang dimasukkan
melalui kulit).
2) Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat
batu, maka bisa dipasang kateter pada pelvis renalis untuk
sementara waktu
b. Hidronefrosis kronik
Hidronefrosis kronis diatasi dengan mengobati penyebab dan
mengurangi penyumbatan air kemih. Ureter yang menyempit atau
abnormal bisa diangkat melalui pembedahan dan ujung-ujungnya
disambungkan kembali.
1) Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk membebaskanureter
dari jaringan fibrosa.
2) Jika sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka
dilakukan pembedahan untuk melepaskan ureter dan
menyambungkannya kembali di sisi kandung kemih yang berbeda.
3) Jika uretra tersumbat, maka pengobatannya meliputi:
- Terapi hormonal untuk kanker prostat
- Pembedahan dilakukan pembedahan untuk membebaskan
ureter dari jaringan fibrosa. Jika sambungan ureter dan
kandung kemih tersumbat, maka dilakukan pembedahan untuk
melepaskan ureter dan menyambungkannya kembali di sisi
kandung kemih yang berbeda. Pembedahan pada hidronefrosis
akut biasanya jika infeksi dapat dikendalikan dan ginjal
berfungsi dengan baik.
- Pelebaran uretra dengan dilator
Adapun penanganan medis yang diberikan kepada klien hidronefrosisi,
diantaranya :
1) Nefrotomi
Hal ini dilakukan jika hidronefrosisyng disebabkan karena adnya
obstruksi saluran urin bagian atas yang tidak memungkinkan ginjal
mengalirkan urin ke system urinaria bagian bawah dikarenakan adanya
batu, infeksi, tumor, atau kelainan anatomi. Hidronefrosis yang terjadi
pada transplantasi ginjal. Tindakan ini dilakukan dengan memasukkan
sebuah kateter melalui kulit bagian belakang (panggul) ke dalam
ginjal. Tujuan dari tindakan ini untuk mengatasi penumpukan atau
pengumpulan urin pada ginjal yang terjadi karena obstruksi yang
menghalangi keluarnya urin.

2) Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL)


Merupakan suatu tindakan medis yang menangani renal kalkuli yang
menghancurkan batu ginjal menggunakan getaran dari luar tubuh ke
area ginjal. ESWL bekerja melalui gelombang kejut yang dihantarkan
melalui tubuh ke ginjal. Gelombang ini akan memecahkan batu ginjal
menjadi ukuran lebih kecil untuk selanjutnya dikeluarkan sendiri
melalui air kemih. Gelombnag yang dipakai berupa gelombang
ultrasonic, elektrohidrolik atau sinar laser.
3) Nefrolitotomi
Perkutanaous Nephrolithotomi merupakan salah satu tindakan minimal
invasive dibidang urologi yang bertujuan mengangkat batu ginjal
dengan menggunakan akses perkutan untuk mencapai system
pelviokalises yang memberikan angka bebas batu yang tinggi.
4) Stent Ureter
Tindakan ini merupakan alat berbentuk pipa yang dirancang agar dapat
ditempatkan di ureter untuk mempertahankan aliran urin pada
penderita obstruksi ureter, memulihakan fungsi ginjal yang terganggu,
dan memperthankan caliber atau patensi ureter sesudah pembedahan.
Stent ini terbuat dari silicon yang bersifat lunak dan lentur.

I. Komplikasi
Menurut Kimberly (2011) penyakit hidronefrosis dapat menyebabkan
komplikasi sebagai berikut:
a. Batu ginjal. Adanya obstuksi dalam hidronefrosis menyababkan
pengeluaran urin terganggu atau bahkan menjadi statis. dengan adanya
kondisi tersebut, maka fungsi ginjal untuk mengekskresikan zat yang
dapat membentuk kristal secara berlebihan terganggu, hal itu
menyababkan zat tersebut mengendap dan mengkristal, dan lama-
kelamaan dapat mengakibatkan batu ginjal
b. Sepsis. dengan adanya hidronefrosis maka potensi untuk terjadinya
infeksi sangat dapat terjadi akibat kuman dapat masuk ke saluran
urinari, kemudian kuman teresbut dapat masuk ke pembuluh darah yang
dapat mengakibatkan septikemia
c. Hipertensi renovaskuler. Pada keadaan hidronefrosis yang parah yang
mengakibatkan perfusi renal yang buruk maka akan terjadi sekresi
sejumlah besar renin yang berfungsi dalam pelepasan angiostensin.
Angiostensin akan merangsang pengeluaran hormon adolsteron yang
membuat tubula menyerap banyak natrium dan air sehingga
meningkatkan volume dan tekanan darah. Akibat hidronefrosis maka
akan terjadi perubahan respon terhadap resitensi vaskular dan fungsi
renal yang mengakibatkan ginjal mengalami hipertensi renovaskular.
d. Nefropati obstruktif. Adanya hidronefrosis menyebabkan perubahan
stuktur anatomi disertai penurunan fungsi ginjal
e. Pielonefritis. Hidronefrosis bisa menyebabkan infeksi ginjal
(pionefritis). aliran balik urin yang membawa kuman dari saluran
urinari yang dapat mengkaibatkan infeksi pada ginjal
f. Ileus paralitik. hidronefrosis yang parah dapat mengakibatkan
ketidakseimbangan elektroli. Adanya ketidakseimabangan tersebut
dapat menimbulkan penurusan fungsi kerja peristaltik usus sehingga
usus dapat mengalami ilius paralitik.

J. Diagnosis Keperawatan
a. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai
dengan tampak meringis, gelisah
Kategori. Psikologis
Subkategori. Nyeri dan kenyamanan
b. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (mis. Infeksi)
ditandai dengan suhu tubuh diatas nilai normal
Kategori. Lingkungan
Subkategori. Keamanan dan proteksi
c. Gangguan eleminasi urin berhubungan dengan tumor, infeksi ginjal
dan saluran kemih ditandai dengan distensi kandung kemih
Kategori. Fisiologis
Subkategori. Eliminasi
d. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna
makanan ditandai dengan nafsu makan menurun
Kategori. Fisiologis
Subkategori. Nutrisi dan cairan
e. Resiko infeksi
Kategori. Lingkungan
Subkategori. Keamanan dan proteksi
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai
dengan mengeluh lelah, merasa lemah, sianosis
Kategori. Fisiologis
Subkategori. Aktivitas/ istirahat
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP PENYAKIT HIDRONEFROSIS

Oleh:
HJ. YUNITA S.Kep.
NIM. 2314901210119

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
Banjarmasin, 26 Oktober 2023
Preseptor Klinik Ners Muda

Selpy Novita, S.Kep, Ners Hj. Yunita, S.Kep


DAFTAR PUSTAKA

De Jong, Sjamsuhidayat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed. 3. Jakarta: EGC
Doenges,Marilyn E,dkk.2010.Nursing Care Plans.Ed.8.USA : Davis Plus
Mitchell.2006.Buku Saku Patologis Penyakit Ed.7.Trans:Andry
Hartono.Jakarta:EGC
Kumar, Vinay, dkk. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins, Vol. 2, ed. 7. Jakarta:
EGC.
Manski,Dr.med.Dirk.2015. Hydronephrosis and Upper Urinary Tract
Obstruction.Available from : URL : http://www.urology-
textbook.com/hydronephrosis.html [Diakses tanggal 15 Maret 2015]
Medkes.2013.ESWL.Hancurkan Batu Ginjal Tanpa Operasi.Availabe from : URL
: http://www.medkes.com/2013/12/eswl-hancurkan-batu-ginjal-tanpa-
operasi.html [Diakses tanggal 15 Maret 2016]
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2012. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2001. Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Ed. 8. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai