Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peritonitis merupakan peradangan rongga peritoneum yang diakibatkan oleh
penyebaran infeksi dari organ abdomen seperti appendik, pancreatitis, rupture
appendiks, perforasi atau trauma lambung dan kebocoran anastomosis (Padila
2012).
Peritonitis dapat bersifat lokal maupun generalisata, bakterial ataupun kimiawi
dan peritonitis merupakan salah satu penyebab kematian tersering pada penderita
bedah dengan mortalitas sebesar 10-40%. Dimana 90% merupakan peritonitis
difus sekunder yang disebabkan oleh perforasi gastrointestinal sehingga
menyebabkan komplikasi seperti sepsis, kegagalan multi organ dan syok
(Wibisono 2014).
Menurut data World Health Organization (WHO) 2009, masyarakat yang
menderita peritonitis sekitar 5,9 juta/tahunnya. Di Indonesia pernyebab tersering
dari peritonitis adalah perporasi appendiksitis, perporasi thyphus abdominalis,
trauma organ. Pada keadaan normal, peritoneum resisten terhadap infeksi bakteri
kontaminasi yang terus menerus, bakteri yang virulensinya tinggi, resisten yang
menurun dan adanya benda asing atau enzim percernaan aktif, merupakan factor –
factor yang memudahkan terjadinya peritonitis. Jumlah pasien yang mengalami
penyakit. Angka kejadian peritonitis hanya 3,5 % dari seluruh penyakit saluran
pencernaan (Depkes RI 2011).
Berdasarkan hasil data yang didapatkan oleh penulis dari rekam medik RSU
Dr.Slamet Garut di ruang topaz dari bulan Januari sampai dengan bulan
November 2018, kejadian Peritonitis menduduki peringkat Sembilan penyakit
bedah, yaitu 21 kasus (7,64%).Komplikasi yang terjadi pada peritonitis Jika tidak
ditangani akan berdampak seperti sepsis, kegagalan multi organ dan syok
(Dermawan, 2010). Prosedur operasi menjadi langkah medis umum untuk
menangani peritonis, laparatomi eksplorasi.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas “Bagaimanakah Resume Keperawatan
Laparatomi Pada Klien Dengan Penyakit Peritonitis Diruang Ok RS Ahmad
Yani Kota Metro?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan Resume keperawatan pada klien Laparatomi dengan
Penyakit Peritonitis.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada klien Laparatomi dengan penyakit
Peritonitis.
b. Mampu menetapkan diagnosa keperawatan pada klien Laparatomi
dengan penyakit Peritonitis.
D. Manfaat
1. Teoritis
Meningkatkan pengetahuan bagi pembaca agar mengetahui resume
keperawatan pada pasien laparatomi dengan peritonitis.
2. Praktis
a. Bagi Perawat
Perawat dapat melakukan resume keperawatan pada pasien laparatomi
dengan peritonitis di ruang OK RS Ahmad Yani Kota Metro
b. Bagi Rumah Sakit
Untuk memberikan masukan perencanaan dan pengembangan
pelayanan kesehatan pada pasien dalam peningkatan kualitas pelayanan
c. Bagi Institusi Pendidikan
Manfaat praktis bagi institusi pendidikan yaitu dapat digunakan sebagai
referensi bagi institusi pendidikan untuk mengembangkan ilmu tentang
asuhan keperawatan dengan laparatomi pada pasien peritonitis.
d. Bagi Klien
Sebagai sumber informasi bagi klien agar mengetahui operasi
laparatomi dengan penyakit peritonitis.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Peritonitis


1. Definisi
Peritonitis adalah suatu radang akut selaput perut, yang adalah lapisan
dari rongga abdominal. Peritonitis adalah inflamasi peritoneum lapisan
membran serosa rongga abdomen dan meliputi viresela. Biasanya, akibat
dari infeksi bakteri: organisme yang berasal dari penyakit saluran
gastrointestinal atau pada wanita dari organ reproduksi internal (Nurarif,
Kusuma, 2015).
Peritonitis adalah peradangan rongga peritoneum yang diakibatkan
oleh penyebaran infeksi dari organ abdomen seperti appendik, pancreatitis,
rupture appendiks, perforasi atau trauma lambung dan kebocoran
anastomosis (Padila, 2012).
Dapat disimpulkan bahwa peritonitis adalah peradangan pada
lapisan rongga abdomen akibat infeksi bakteri dari saluran gastrointestinal

2. Etiologi
Etilogi Peritonitis yang dikemukakan Padilla (2012) adalah:
a. Infeksi bakteri, disebabkan invasi/ masuknya bakteri kedalam rongga
peritoneum pada saluran makanan yang mengalami perforasi.
Bakterinya sebagai berikut:
1. Mikroorganisme berasaldari penyakit saluran gastrointestinal.
2. Appendicitis yang meradang dan perforasi
3. Tukak peptic(lambung/duodenum)
4. Tukak thypoid
5. Tukak disentriamuba/colitis
6. Tukak pada tumor

3
7. Salpingitis
8. Diverticulitis
Kuman yang paling hemolitik, stapilokokus aurens, b dan μ sering
adalah bakteri coli, streptokokus enterokokus dan yang paling
berbahaya adalah clostridium wechii.
b. Secara langsung dari luar:
1. Operasi yang tidak steril.
2. Terkontaminasi talcum venectum, lycopedium, sulfonamide
3. Peritonitis yang disertai pembentukan jaringan granulomatosa
sebagai respon terhadap benda asing, disebut juga peritonitis
granulomatosa serta merupakan peritonitis local.
4. Trauma pada kecelakaan seperti rupturs limpa, rupturs hati,
5. Melalui tuba fallopius seperti cacing enterobius
vermikularis.Terbentuk pula peritonitis granulomatosa.
c. Secara hematogen sebagai komplikasi beberapa penyakit akut
sepertiradang saluran pernapasan bagian atas, otitis media,
mastoiditis, glomerulonephritis. Penyebab utama adalah
streptokokus atau pneumokokus.
d. Peritonitis kimiawi
Disebabkan keluarnya enzim pancreas, asam lambung, atau empedu
sebagai akibat cedera/perforasi usus/saluran empedu.

3. Manifestasi Klinis
a. Syok (neurogenik, hipovolemik atau septik)
b. Demam, Distensi abdomen
c. Nyeri tekan abdomen dan rigiditas yang lokal, difus atrofi umum,
tergantung pada perluasan iritasi peritonitis
d. Bising usus tak terdengar pada peritonitis umum dapat terjadi pada
daerah yang jauh dari lokasi peritonitisnya
e. Nausea, Vomating, penurunan peristaltic
(Amin huda nurarif, Hardhi Kusuma 2015)

4
4. Patofisiologi
Peritonitis disebabkan oleh kebocoran isi rongga abdomen ke
dalam rongga abdomen, biasanya diakibatkan dan peradangan
iskemia, trauma atau perforasi tumor, peritoneal diawali
terkontaminasi material.Awalnya material masuk ke dalam rongga
abdomen adalah steril (kecuali padakasus peritoneal dialisis) tetapi
dalam beberapa jam terjadi kontaminasi bakteri.Akibatnya timbul
edem jaringan dan pertambahan eksudat. Cairan dalam rongga
abdomen menjadi keruh dengan bertambahnya sejumlah protein, sel-
sel darah putih, sel-sel yang rusak dan darah.
Respon yang segera dari saluran intestinal adalah hipermotil tetapi
segera dikutioleh ileus paralitik dengan penimbunan udara dan cairan
di dalam usus besar. Timbulnya peritonitis adalah komplikasi
berbahaya yang sering terjadi akibat penyebaran infeksi. Reaksi awal
peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya eksudat
fibrinosa. Kantong kantong nanah ( abses ) terbentuk diantara
perlengketan fibrosa yang menempel menjadi satu dengan permukaan
sekitarnya sehingga membatasi infeksi. ( Padila 2012 )

5
Bagan I : Pathway Peritonitis

bakteri streptokok cederaperforasi benda asing


stapilokok saluran cerna dialysis, tumor
sksternal

masuk masuk ke ginjal keluarnya enzim porte de entre


saluran pancreas, asam benda asing, bakteri
cerna lambung, empedu

peradangan peradangan
saluran cerna ginjal

PERITONITIS

Masuk ke rongga
peritoneum

fase penyembuhan merangsang merangsang pusat perangsangan


aktivitas nyeri di talamus pirogen di
parasimpatik hipotalamus

perlekatan Absorbsi Nyeri Hipertermi


fibrosa menurun

obstruksi usus Diare

refluk makan
keatas

mual, muntah
anoreksia

intake adekuat

Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan

6
Bagan II : Pathway Laparatomi

Trauma Abdomen , Peritonitis, Perdarahan Saluran Pencernaan, Sumbatan Pada


Usus Halus Dan Usus Besar, Masa Pada Abdomen

Laparatomi

Lasisi Jaringan

Terputusnya Inkontunitas Jaringan

Peradangan (Kolor, Dobor, Rubor, Dan Fungsi Lain) Nyeri akut

Luka Invasif Post Pembedahan

Pembatasan Aktivitas Resiko Infeksi

Kelemahan Hambatan Mobilitas Fisik

5. Klasifikasi
a. Peritonitis primer
Peritonitis terjadi tanpa adanya sumber infeksi di rongga peritoneum,
kuman masuk ke rongga peritoneum melalui aliran darah atau pada
pasien perempuan melalui saluran alat genital.
b. Peritonitis sekunder
Peritonitis terjadi bila kuman masuk ke rongga peritoneum dalam jumlah
yang cukup banyak. Biasanya dari lumen saluran cerna. Apabila ada
rangsangan kimiawi karena masuknya asam lambung, makanan, tinja,
HB dan jaringan nekrotik atau bila imunitas menurun. Biasanya terdapat
campuran jenis kuman yang menyebabkan peritonitis, sering kuman-
kuman aerob dan anaerob, peritonitis juga sering terjadi bila ada sumber

7
intra peritoneal seperti appendiksitis, diverticulitis, salpingitis,
kolesistitis, pangkreatitis, dan sebagainya.
c. Peritonisis karena pemasangan benda asing kedalam rongga peritoneum
yang menimbulkan peritonitis adalah:
1. Kateter ventrikulo-peritoneal yang dipasang pada pengobatan sefalus
2. Kateter peritoneal-jugular untuk mengurangi asites.
3. Continuous ambulatory peritoneal dialysis.
(Amin huda nurarif, Hardhi Kusuma 2015)

6. Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan adalah mengistirahatkan saluran cerna dengan
memuasakan pasien, pemberian antibiotic yang sesuai, dekompresi saluran
cerna dengan penghisapan nasogastric atau intestinal, penggantian cairan
dan elektrolit yang hilang yang dilakukan secara intravena, pembuangan
focus septic (apendik) atau penyebab radang lainnya, bila mungkin dengan
mengalirkan nanah keluar dan tindakan-tindakan menghilangkan nyeri.
(Nurarif, Kusuma, 2015).
Prinsip umum dalam menangani infeksi intra abdominal ada 4, antara lain:
a. Control infeksi yang terjadi
b. Membersihkan bakteri dan racun
c. Memperbaiki fungsi organ
d. Mengontrol proses inflamasi
Eksplorasi laparatomi segera perlu dilakukan pada pasien dengan
akut peritonitis.
a. Discharge Planning
1. Hindari konsumsi makanan yang dapat menyebabkan penyakit.
2. Hindari konsumsi alkohol dan merokok
3. Konsultasikan dengan ahli gizi tentang pola makan yang benar
4. Biasakan hidup bersih dan sehat
5. Cucilah tangan sebelum dan sesudah aktivitas

8
6. Jika pasca op konsultasikan dengan tenaga medis cara perawatan
dan penanganan dirumah sehingga menghindarkan infeksi
bertambah.
(Nurarif, Kusuma, 2015)

B. Konsep Dasar Laparatomi


1. Definisi
Laparatomi merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada daerah
abdomen yang dapat dilakukan pada bedah digestif dan obgyn.
Adapun tindakan bedah digestif yang sering dilakukan dengan tehnik
insisi laparatomi ini adalah andrektomi, apendiktomi, gasterektomi,
histerektomi, kolektomi, pankreatomi, seksiosceria, siksetomi, selfigo
ofarektomi. Sedangkan tindakan bedah obgyn yang sering dilakukan
dengan tindakan laoparatomi adalah berbagai jenis operasi pada uterus,
operasi pada tuba fallopi, dan operasi ovarium, yang meliputi
hissterektomi, baik histerektomi total, radikal, eksenterasi pelvic,
salpingooferektomi bilateral (Smeltzer, 2014).
Laparatomi adalah proses pembedahan perut sampai membuka
selaput perut, dengan 4 cara yaitu Midline incision., Paramedian,
yaitu : sedikit ke tepi dari garis tengah (2,5 cm), panjang (12,5 cm),
Transverse upper abdomen incision yaitu insisi dibagian atas
contohnya pembedahan colesistotomy dan splenektomy, dan
Transverse lower abdomen yaitu insisi melintang dibagian bawah
kurang lebih 4 cm diatas anterior spinal iliaka misalnya apendiktomi
(Jitowiyono & Kristiyanasari, 2012).

2. Tujuan
Prosedur ini dapat direkomendasikan pada pasien yang mengalami
nyeri abdomen yang tidak diketahui penyebabnya atau pasien yang
mengalami trauma abdomen. Laparatomy eksplorasi digunakan untuk

9
mengetahui sumber nyeri atau akibat trauma dan perbaikan bila
diindikasikan

3. Jenis Laparatomi
Menurut Jitowiyono (2012), Jenis laparatomi berdasarkan indikasi
diantaranya :
a. Adrenektomi : Pengangkatan salah satu atau kedua kelenjar
adrenalin.
b. Apendiktomi : Operasi pengangkatan apendiks
c. Gasterektomi : Pengangkatan sepertiga distal lambung
(duodenum / jejunum, mengangkat sel-sel penghasil gastrin
dalambagian sel parital)
d. Histerektomi: Pengangkatan bagian uterus
e. Kolektomi: Pengangkatan bagian kolon atau seluruh kolon
f. Pankreatomi: Pengangkatan pankreas
g. Seksiocesaria: Pengangkatan janin dengan membuka dinding
ovarium
melalui abdomen
h. Siksetomi : operasi pengangkatan kandung kemih
i. Selfiigo ofarektomi : Pengangkatan salah satu atau kedua tuba
falopi
dan ovarium

4. Indikasi
Menurut Jitowiyono (2010)
a. Trauma abdomen (tumpul atau tajam) / rupture hepar
b. Peritonitis
c. Perdarahan saluran pencernaan
d. Sumbatan pada usus halus dan usus besar
e. Massa pada abdomen

10
5. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut Padila 2012
a. Mengurangi komplikasi akibat pembedahan
b. Mempercepat pembedahan
c. Mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin
d. Mempertahankan konsep diri pasien
e. Mempersiapkan pasien pulang

11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. LAPORAN PREOPERATIF

Data umum
1. Nama pasien : Ny. y
2. No. register : 424375
3. Jenis kelamin : perempuan
4. Diagnosa medis : peritonitis
5. Inform consent ditanda tangani oleh : keluarga

Data kasus
1. Tanda-tanda vital : S : 36,3C N : 100 x/menit TD : 160/90 mmHg RR :
24 x/menit

2. Kesadaran : Compos Mentis GCS = 15 (E=4, M=6, V=5)

3. Indikasi dilakukan operasi :


Nyeri perut

4. Keluhan yang dirasakan saat ini :


Klien datang ke IGD RSU Jend. Ahmad Yani kota metro diantar oleh
keluarganya pada tanggal 11 februari 2022 pukul 10.00 dengan keluhan
nyeri, nyeri pada bagian perut. Klien mengatakan perutnya terasa penuh.
Klien mengatakan nyeri pada bagian bawah. Klien mengatakan skala nyeri
6. Klien mengatakan nyeri dirasakan ketika melakukan aktivitas dan
duduk.klien tidak bisa BAB dan buang angin selama 1 minggu

5. Status psikosial :
Klien mengatakan selama dirawat selalu di dampingi oleh suami dan anak-
anaknya, selama dirawat klien menggunakan bpjs untuk pengobatannya

12
6. Data laboratorium yang mendukung :

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI


RUJUKAN
HEMATOLOGI
Hematologi rutin
Leukosit H
37,02 103/ul 5-10
Eritrosit 4,81 103/ul 3,05 – 5,05
Hemoglobin L
11,1 g/dl 12 – 16
Hematokrit 38,4 % 37 – 48
MCV L
75,1 Fl 80 – 92
MCH L
23,6 Pg 27 – 31
MCHC L
29,5 g/dl 32 – 36
Trombosit H
751 103/ul 150 – 450
RDW H
15,6 % 12,4 – 14,4
MPV H
183 mg/dl <140

7. Pemeriksaan diagnostik yang mendukung


Pemeriksaan EKG

13
8. Pemeriksaan fisik fokua pada kasus / masalah
Abdomen
 Inspeksi : terdapat distensi abdomen
 Auskultasi : bising usus (-)
 Perkusi : hasil perkusi hiper timpani
 Palpasi : nyeri ketika di palpasi

Rencana Keperawatan
1. Nama pasien : Ny. Y
2. No.registrasi : 424375
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Diagnosa medis : Peritonitis
5. Inform consent ditanda tangani oleh : keluarga

14
Data Diagnosa Intervensi/ Evaluasi
implementasi
DS: Konstipasi Manajemen Konstipasi S:
- Klien b.d - Klien
mengata penurunan 1. Memeriksa mengatakan
kan motilitas tanda dan gejala perutnya sakit
perutnya gastrointesti konstipasi - Klien
sakit nal 2. Memonitor mengatakan
- Klien tanda dan gejala perutnya
mengata ruptur terasa penuh
kan usus/peritonitis - Klien
perutnya 3. Menganjurkan mengatakan
terasa diet tinggi serat tidak BAB
penuh 4. Menjelaskan dan buang
- Klien etiologi masalah angin kurang
mengata dan alasan lebih 1
kan tidak tindakan minggu
BAB dan O:
buang - Terdapat
angin distensi
kurang abdomen
lebih 1 - Klien terlihat
minggu lemas
- bising usus (-)
DO: - hasil perkusi
- Terdapat hiper timpani
distensi
abdomen A:
- Klien - Konstipasi
terlihat belum teratasi
lemas
- bising P:
usus (-) - Pertahankan
- hasil Intervensi
perkusi
hiper - Menganjurka
timpani n diet tinggi
serat

15
DS: Nyeri akut Manajemen nyeri S:
- Klien b.d agen - Klien
mengata pencedera 1. Mengidentifikas mengatakan
kan nyeri fisiologis i lokasi, nyeri perut
perut karakteristik, O:
- Klien durasi, kualitas, - Klien terlihat
mengata intensitas nyeri gelisah
kan 2. Mengidentifikas - TD: 150/ 90
perutnya i skala nyeri mmHg
terasa 3. Mengidentifikas - N: 93 x/menit
penuh i respon nyeri - RR: 25
- Klien non verbal x/menit
mengata 4. Memberikan
kan nyeri teknik relaksasi A:
pada nafas dalam - Masalah
perut Nyeri Akut
bagian Belum
bawah Teratasi
- Skala
nyeri 6 P:
- Nyeri - Pertahankan
dirasaka Intervensi
n ketika - Memberikan
melakuk teknik
an relaksasi
aktivitas nafas dalam
dan
duduk
- Klien
mengata
kan sulit
tidur

DO:
- Klien
tampak
menahan
nyeri
- Klien
tampak
gelisah
- TD:
160/90
mmHg
- N: 100

16
x/menit
- RR: 25
x/menit
DS: Ansietas b.d Reduksi Ansietas S:
- Klien krisis - Klien
mengata situasional 1. Memonitor mengatakan
kan takut tanda-tanda takut dioprasi
dioprasi ansietas - Klien
- Klien 2. Memahami mengtakan
mengtak situasi yang khawatir
an membuat dengan
khawatir ansietas kondisinya
dengan 3. Mendengarkan - Klien
kondisin dengan penuh mengatakan
ya perhatian sulit tidur
- Klien 4. Menggunakan
mengata pendekatan O:
kan sulit yang tenang dan - Klien terlihat
tidur meyakinkan gelisah
5. Menganjurkan - Klien tampak
DO: mengungkapka tegang
- Klien n perasaan dan - TD: 160/90
terlihat persepsi mmHg
gelisah 6. Menemani - N: 100
- Klien pasien untuk x/menit
tampak mengurangi
- RR: 24
tegang kecemasan
x/menit
- TD:
160/90
mmHg A:
- N: 100 - Ansietas
x/menit belum teratasi
- RR: 24 P:
x/menit - Pertahankan
Intervensi
- Menemani
pasien untuk
mengurangi
kecemasan

17
B. LAPORAN INTRA OPERASI
1. Nama operasi : Laparotomy Eksplorasi
2. Dokter operasi : Dr. Irfansyah, Sp.B
3. Asisten dokter : Andika
4. Instrumentator : Cita
5. Dr. Anastesi : Dr. Yusnita, Sp.An
6. Perawat anastesi : Tri Ansori
7. Instrumen / peralatan :
 Pinset anatomis
 Pinset cirugis
 Klem usus
 Klem koher
 Klem arteri
 Spatula
 Scaples
 Hard
 Oval klem
 Langen back
 Gunting jaringan

18
 Pean
 Duk klem
 Cauter
 Suction
 Kom
 Bengkok
 Klem BB
 Gunting needle
 Dikhas
 Kassa steril
 Jarum jahit

8. Jalannya operasi

 Ny Y memasuki ruang operasi pada pukul 10.30 WIB dengan TTV : TD :


147/87 mmHg, nadi : 104x/menit, dan spO2 : 100%.Pukul 10.45 WIB.
pasien mulai di lakukan anastesi dengan general anastesi Sambil di
anastesi pasien di pasang kateter, ETT, OPA, NGT.

 Dengan langkah-langkah sebagai berikut :

 pada bagian abdomen terlebih dahulu di bersihkan menggunakan Alkohol


dengan cara di guyur kemudian di olesi dengan betadhine. Sebelum
melakukan pembedahan semua alat steril sudah di siapkan.

 Pada pukul 10.51 WIB pembedahan di lakukan dengan cara midline


incision menggunakan scapels no 24. Pembedahan tersebut di lakukan
memanjang dari atas pusat kurang lebih 15cm dan bawah pusat kurang
lebih 10cm.

 Setelah bagian abdomen terbuka kemudian di lakukan suction untuk


mengalirkan cairan yang ada di dalam abdomen.

 setelah dilakukan suction, bagian colon di keluarkan kemudian massa yang


ada di dalam abdomen / momentum pada abdomen di angkat/ di buang.

19
 Lalu di bersihkan dengan menggunakan Alkohol kurang lebih 3000ml dan
kemudian di suction kembali.

 Setelah bagian abdomen di bersihkan maka bagian Colon di masukan


kembali ke dalam abdomen, kemudian di pasang selang draine di abdomen
kanan bawah.

 Kemudian di lakukan penjahitan pada selang draine.

 Setelah itu di lakukan hecting pada bagian dalam sebanyak 13 jahitan ,


tengah 22 jahitan dan luar 15 jahitan.

 Setelah tindakan hecting selesai di olesin batadhine kemudian di guyur


dengan naCl setelah itu di bersihkan dengan kasaa steril.

 Kemudian berikan sallep gentamicin setelah itu di tutup menggunakan


kassa sterill.

 Operasi selesai pada pukul 12.15 WIB. Pasien di rapikan dan di bawa ke
ruang RR.

C.PENGKAJIAN POSTOPERATIF

Nama klien : Ny.Y Tekanan darah : 140/90


mmHg
Usia : 47th Nadi : 90 x/mnt
Jenis kelamin : Perempuan Suhu : 36,7°C
No. Register : 424375 Pernafasan : 25 x/mnt
Ruangan : OK Riwayat kesehatan : Hipertensi

Pengkajia Diagnosa Intervensi/Implementasi Evaluasi


Kep
Airway Bersihan Pemantauan Respirasi S: -
(Jalan Jalan Nafas 1. Memonitor
nafas) Tidak frekuensi, irama, O:
Sumbatan: Efektif B.d kedalaman dan - RR: 25
() Benda Sekresi upaya nafas x/menit
asing Yang 2. Memonitor adanya - Irama
( ) Darah Tertahan sumbatan jalan nafas teratur
() 3. Mendokumentasikan - Kedalama
Bronchospa hasil pemantauan n dangkal
sme - Bunyi
() Lendir nafas

20
ronchi

A:
- Bersihan
Jalan
Nafas
Tidak
Efektif
belum
teratasi
P:
- Pertahank
an
Intervensi
- Memonito
r adanya
sumbatan
jalan nafas

Breathing Pola Napas Manajemen Jalan Napas S: -


(Pernafasan Tidak 1. Memonitor pola
) Efektif B.d nafas O:
Sesak Depresi 2. Memonitor bunyi - RR :
Dengan Pusat napas tambahan 25x/menit
( ) Aktivitas Pernapasan 3. Memposisikan semi - Irama
( ) Tanpa fowler napas
Aktivitas 4. Memberikan oksigen tidak
() teratur
Menggunak - Kedalama
an otot n dangkal
tambahan - Terdengar
Frekuensi : suara
25x/menit ronchi
Irama : - Klien
teratur mengguna
Kedalaman kan NRM
: dangkal 8L/menit
Bunyi nafas
: A:
() Ronchi - Pola nafas
() tidak
Wheezing efektif
( ) Creakles belum
( ) Snoring teratasi

21
P:
- Pertahank
an
Intervensi
- Memposis
ikan semi
fowler

Cirkulasi
(sirkulasi)
Sirkulasi
perifer :
Nadi : 90
x/menit
Irama :
Teratur
Denyut :
Kuat
TD: 140/90
mmHg
Ekstermitas
() Hangat
( ) Dingin
Warna
Kulit
( ) pucat
()
Cyansosis
()
Kemerahan
Capilery
Refill : < 2
detik
Edema :
Tidak ada
Eliminasi
dan Cairan
BAK
Jumlah/
hari :
Warna :
() Kuning
jernih

22
( ) Kuning
keruh
( ) Merah
( ) Putih
BAB
( ) Diare :
( ) Berdarah
( ) Lendir

Disability Risiko Jatuh Pencegahan Jatuh S: -


Tingkat b.d 1. Mengidentifikasi
Kesadaran: penurunan faktor jatuh O:
( ) compos kesadaran 2. Memastikan roda -Klien
mentis tempat tidur selalu somnolen
() dalam kondisi - roda
samnolen terkunci tempat
( ) apatis 3. Memasang handrail tidur
( ) sopor tempat tidur terkunci
( ) sopor Memasang handrail
- Handrail
coma tempat tidur
tempat
Pupil tidur
() isokor ( terpasang
) an isokor Memasang hand
() miosis A:
( ) midriasis - Masalah
Reaksi resiko
cahaya jatuh
() positif teratasi
( ) negatif
GCS : P:
E:4V:2 M:3 - Pertahank
=9 an kondisi
Kelemahan pasien
( ) afasia
( ) disatria
Nilai
kekuatan
otot
Reflek
(-) babinsky
( ) patela
()
bisep/trisep

23
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil asuhan keperawatan yang dilakukan pasien
Ny.Y dengan diagnosa medis post operasi Laparatomi dengan Peritonitis
di ruang OK RSUD jend. Ahmad Yani Metro. pasien sangat kooperatif

24
pada saat dilakukan proses keperawatan. Berdasarkan dari hasil pengkajian
biopsikososial dan spiritual, pasien mengeluh nyeri pada luka post operasi
di abdomen (perut), keadaan pasien lemah, pasien hanya terbaring
ditempat tidur tanpa aktivitas.
Dari hasil pengkajian hari rabu tanggal 16 februari 2022,
didapatkan diagnosa keperawatan, yang pertama konstipasi berhubungan
dengan penurunan motilitas gastroitestinal, yang kedua nyeri akut
berhubungan agen cedera fisiologis, yang ketiga ansietas berhubungan
dengan krisis situasional. Secara garis besar, bahwa implementasi
keperawatan itu sesuai dengan diagnosa dan intervensi keperawatan di atas
yang telah dilaksanakan pada tanggal 16 februari 2022. Evaluasi dari
asuhan keperawatan yang sudah diberikan dan dilakukan bahwa masalah
yang berhasil/teratasi adalah konstipasi, nyeri akut, ansietas.

B. Saran
1. Untuk Ruangan
Diharapkan ruangan dapat memfasilitasi peralatan/alat yang diperlukan
selama dilakukan tindakan asuhan keperawatan pada pasien dengan
Peritonitis agar perawatan dapat dilakukan dengan optimal.
2. Untuk Pasien
Diharapkan pasien untuk tetap melanjutkan pengobatan secara tuntas
setelah keluar dari rumah sakit dan jangan sampai putus dalam minum
obat sebelum benar-benar sembuh, diharapkan juga kepada pasien agar
rajin dan teratur untuk mengontrolkan diri ke poli rumah sakit atau di
puskesmas terdekat supaya penyakitnya cepat sembuh.
3. Untuk Keluarga
Diharapkan keluarga agar dapat selalu memberikan dukungan dan
motivasi pada pasien, khususnya dalam hal perawatan, dan keluarga juga
harus memperhatikan hal apa saja yang boleh dilakukan dan tidak boleh
dilakukan oleh pasien agar penyakit yang diderita pasien tidak mengalami
kekambuhan kembali.

25
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth ( 2015 ) Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8, Volume 3.


Jakarta :EGC

Mansjoer, Arif ( 2016 ). Kapita Selecta Kedokteran Jakarta : Media Aesculapius

26
Muttaqin & Kumala. ( 2014 ). Gangguan Gastroentenital : Aplikasi Asuhan
Keperawatan
Medikal Bedah Jakarta : Salemba Medika

Silvi A. Price. ( 2017 ) Patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses Penyakit ECG ;
Jakarta

PPNI ( 2016 ) Standar Intervensi Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi


Dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1, Jakarta DPP PPNI

PPNI ( 2018 ) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi Dan


Tindakan Keperawatan, Edisi 1, Jakarta : DPP, PNNI

PPNI ( 2018 ) Standar Iuran Keperawatan Indonesia : Definisi Dn Kriteria Hasil


Keperawatan, Edisi, Jakarta, DPP, PPNI

27

Anda mungkin juga menyukai