Anda di halaman 1dari 9

PENERAPAN TERAPI MENDONGENG PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH

(3-6 TAHUN) YANG MENGALAMI KECEMASAN AKIBAT HOSPITALISASI


DI RUANG ANAK RSUD JENDERAL AHMAD YANI KOTA METRO

THE APPLICATION OF THERAPY OF STORYLING IN PRE-SCHOOL AGE


CHILDREN(3-6 YEARS) WHO HAVE ANXIETY DUE TO HOSPITALIZATION
IN THE CHILDREN'S ROOM GENERAL AHMAD YANI METRO CITY

Leni Afriliani1, Immawati2, Tri Kesuma Dewi3


Akademi Keperawatan Dharma Wacana Metro
1,2,3

Email : leniafriliani14@gmail.com

ABSTRAK
Hospitalisasi adalah proses yang direncanakan atau darurat yang mengharuskan anak untuk tinggal
di rumah sakit. Kecemasan hospitalisasi pada anak usia prasekolah biasanya mengalami
separation anxiety karena anak harus berpisah dengan lingkungan yang dirasakan aman, nyaman.
kecemasan selama perawatan dapat diatasi salah satunya denganterapi mendongeng. Bertujuan
untuk mengetahui hasil penerapan terapi mendongeng pada anak usia prasekolah (3-6 tahun).
Menggunakan metode desain studi kasus dilakukan terapi mendongeng pada 2 anak usia
prasekolah (3-6 tahun) yang mengalami kecemasan, alat ukur menggunakan skala kecemasan
PAS, SCAS, dan FIS. Menggunakan buku cerita Si Kancil dan Buaya dengan media boneka
tangan. Didapatkan hasil kecemasan kedua subjek sebelum dilakukan penerapan terapi
mendongeng menggunakan skala PAS dan SCAS dalam kategori kecemasan sedang. Setelah
dilakukan terapi mendongeng skala kecemasan kedua subjek mengalami penurunan skor walaupun
masih dalam kecemasan sedang. Untuk skala kecemasan FIS sebelum dan sesudah dilakukan
terapi mendongeng kedua subjek mengalami penurunan kecemasan. Dan didapatkan penurunan
tingkat kecemasan paling tinggi pada subjek ke 1. Kesimpulan penerapan terapi mendongeng Si
Kancil dan Buaya menggunakan media boneka tangan mampu menurunkan tingkat kecemasan
anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang mengalami hospitalisasi. Perawat dapat menerapkan terapi
mendongeng untuk mengurangi kecemasan pada anak yang mengalami t hospitalisasi.

Kata kunci : Hospitalisasi, terapi mendongeng, kecemasan

ABSTRACT

Hospitalization is a planned or emergency process that requires the child to stay in the hospital.
Hospitalization anxiety in preschool-aged children usually experiences separation anxiety because
the child has to be separated from an environment that feels safe, comfortable. Anxiety during
treatment can be overcome one of them with storytelling therapy. Aims to determine the results of
the application of storytelling therapy in preschool age children (3-6 years). Using the case study
design method, storytelling therapy was carried out on 2 preschool age children (3-6 years) who
experienced anxiety, the measuring instrument used the PAS, SCAS, and FIS anxiety scales.
Using the story book Si Kancil and Crocodile with hand puppet media. The results of the anxiety
of the two subjects before the application of storytelling therapy were carried out using the PAS
and SCAS scales in the moderate anxiety category. After the storytelling therapy on the anxiety
scale, the two subjects experienced a decrease in scores even though they were still in moderate
anxiety. For the FIS anxiety scale before and after storytelling therapy, both subjects experienced a
decrease in anxiety. And the highest decrease in anxiety levels was found in the first subject. The
conclusion is that the application of Si Kancil and Crocodile storytelling therapy using hand
puppet media was able to reduce the anxiety level of preschool aged children (3-6 years) who
experienced hospitalization. Nurses can apply storytelling therapy to reduce anxiety in children
who are hospitalized.

Keywords: Hospitalization, storytelling therapy, anxie


PENDAHULUAN merupakan suatu keadaan krisis pada
Hospitalisasi atau perawatan rawat inap anak saat sakit dan dirawat di rumah
adalah proses yang direncanakan atau sakit, keadaan ini terjadi karena anak
darurat yang mengharuskan anak untuk berusaha untuk beradaptasi dengan
tinggal di rumah sakit untuk menjalani lingkungan asing dan baru yaitu rumah
terapi dan perawatan sampai anak sakit, sehingga kondisi tersebut menjadi
dipulangkan ke rumah1. Data WHO faktor stresor bagi anak dan
(World Health Organization) tahun 2018 keluarganya . 4
Semakin meningkatnya
bahwa 3%-10% pasien anak yang di populasi anak yang dirawat di rumah
rawat di Amerika Serikat mengalami sakit, dimana hospitalisasi pada anak
stress selama hospitalisasi. Sekitar 3%- merupakan pengalaman yang penuh
7% dari anak usia sekolah yang di rawat dengan stress, baik bagi anak itu sendiri
di Jerman juga mengalami hal yang maupun orang tua. Banyaknya stressor
serupa, 5%-10% anak yang di yang dialami anak ketika menjalani
hospitalisasi di Kanada dan Selandia hospitalisasi menimbulkan dampak
Baru juga mengalami tanda stress selama negatif yang mengganggu perkembangan
di hospitalisasi. Data Badan Pusat anak lingkungan rumah sakit dapat
Statistik (BPS) tahun 2016- 2018 jumlah merupakan penyebab stress dan
anak usia 0-4 tahun yang mengalami kecemasan pada anak.
hospitalisasi pada tahun 2018 sebanyak Kecemasan hospitalisasi biasanya terjadi
6,22 %, dan di usia 5-9 tahun 2,89% dari pada anak dengan usia prasekolah
jumlah total penduduk Indonesia2. biasanya anak mengalami separation
Didapatkan data pada bulan Juli jumlah anxiety atau kecemasan perpisahan
anak usia prasekolah yang dirawat di karena anak harus berpisah dengan
Ruang Anak RSUD Jenderal Ahmad lingkungan yang dirasakan aman,
Yani Metro sebanyak 5 orang anak. Hasil nyaman, penuh kasih sayang dan
wawancara pada setiap orangtua anak menyenangkan seperti lingkungan
yang dirawat didapatkan 3 orang anak rumah, dan teman sepermainannya.
mengalami kecemasan berat sedangkan 2 Hospitalisasi seringkali memberikan
orang anak mengalami kecemasan dampak traumatis pada anak, perasaan
ringan. Kecemasan pada anak ditandai takut, karena mereka berfikir akan
dengan menangis, rewel, memberontak, disakiti dan menimbulkan perasaan tidak
tidak mau makan, susah tidur, dan tidak nyaman baik pada anak maupun keluarga
kooperatif dengan tindakan perawat3. Hal sehingga diperlukan proses penyesuaian
ini menunjukkan bahwa hospitalisasi diri untuk mengurangi, meminimalkan
stress supaya tidak berkembang menjadi melakukan terapi pada anak yaitu terapi
krisis1. mendongeng. Terapi membacakan
Kecemasan anak juga dapat disebabkan dongeng dapat memengaruhi kecemasan
oleh beberapa faktor diantaranya usia anak yang dihospitalisasi dan Terapi
anak, jenis kelamin dan pengalaman mendongeng dapat menurunkan
rawat inap reaksi anak terhadap kecemasan pada anak 3-6 tahun karena
hospitalisasi berupa penolakan dan mendongeng dapat membuat anak
perpisahan dengan orang tua sebagai menjadi tenang dengan cerita yang
bentuk kehilangan kasih sayang dan disajikan dapat membuat anak
kesukaran anak untuk menyesuaikan diri menyesuaikan diri dengan lingkungan
selama perawatan di rumah sakit1. rumah sakit5. Kegiatan mendongeng
Kecemasan selama perawatan di rumah
sakit dapat diatasi salah satunya dengan
dapat dilakukan dengan menggunakan perhatian yang pendek sehingga
alat bantu replika peralatan rumah sakit kemungkinan untuk menerima terapi
atau boneka tangan dan membacakan mendongeng cukup rendah dibandingkan
cerita yang disukai oleh anak. Terapi dengan prasekolah yang cenderung
mendongeng dengan menggunakan memiliki imajinasi yang tinggi. Tujuan
boneka tangan dan membacakan cerita umum penerapan ini adalah untuk
dapat menjadi sebuah terapi, yaitu terapi mengetahui hasil penerapan terapi
mendongeng.Mendongeng dapat mendongeng untuk menurunkan tingkat
meningkatkan rasa percaya (trust), kecemasan anak usia pra sekolah (3-6
menjalin hubungan, dan menyampaikan tahun ) akibat dihospitalisasi.
pengetahuan.Ide terapi mendongeng
bukanlah konsep baru. Mendongeng METODE
sudah digunakan pada proyek komunitas, Karya tulis ilmiah ini menggunakan
promosi kesehatan dan pencegahan desain studi kasus dilakukan terapi
penyakit, koping terhadap kesedihan, dan mendongeng pada 2 anak usia prasekolah
sebagainya6. Terapi ini dapat (3-6 tahun) yang mengalami
diaplikasikan pada rentang toddler dan kecemasan.Alat ukur menggunakan skala
prasekolah. Pada usia toddler dan kecemasan PAS, SCAS, dan FIS.
prasekolah, mereka mulai tumbuh rasa Menggunakan buku cerita si Kancil dan
untuk bersosialisasi, keingin tahuan yang Buaya dengan media boneka tangan.
tinggi, dan memiliki self control dan will Penerapan dilakukan di Ruang Anak
power. Namun, toddler memiliki rentang RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro
waktu penerapan pada bulan Mei-Juni HASIL
2022. Penerapan ini telah lulus uji etik 1. Gambaran subjek study kasuss
dari RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro Sampel dalam penulisan ini adalah anak
dengan Nomor : 000/215/KEPK-LE/LL- dengan dengan kecemasan yang akan
30-2022 diterapkan terapi mendongengyang dapat
dilihat pada tabel 4.1:

Tabel 4.1 Identitas Responden

Identitas klien Subyek 1 Subyek 2


Nama klien An.A An.A
Umur 5 tahun 3 tahun
Pendidikan PAUD Belum sekolah
Jenis kelamin Perempuan Perempuan
Tanggal pengkajian 07 Juni 2022 03 Juni 2022

Riwayat masuk RS Keluarga klien mengatakan sejak Keluarga klien mengatakan


berusia 11 bulan klien tranfusi rutin sebelumnya sudah pernah dirawat 2
sesuai jadwal kali di RS

Diagnosa medis Thalasemia Kejang demam


Pengukuran pertumbuhan
- Tinggi badan 106 cm 101cm
- BB 16 kg 14 kg
- Status gizi Baik (14,2) Baik (13,7)
Keadaan umum
- Tingkat kesadaran Composmentis Composmentis
- Suhu tubuh 36,80C, 37 0C
- Frekuensi nadi 84x/menit 84x/menit
- Frekuensi napas 26x/menit 22x/menit
- Terapi Infus NaCl 60tetes/menit D5 ½ NS 60tetes/menit

Dari tabel diatas diketahui bahwa kedua berbeda, kedua subjek pada rentang usia
subyek sudah pernah dirawat dirumah prasekolah (3-6 tahun
sakit dan memiliki diagnosa yang

Kecemasan sebelum dan setelah dilakukan penerapan terapi mendongeng anakusia


prasekolah (3-6 tahun)
Tabel 4.3 Pengkajian skala kecemasan

Skala Kecemasan
No Subjek PAS SCAS FIS
Pre Post Selisih Pre Post Selisih Pre Post Selisih
Skor Skor Skor
1. Subjek 1 45 30 15 50 34 16 3 2 1
2. Subjek 2 50 37 13 53 39 14 4 3 1
Dari tabel diatas diketahui bahwa masih dalam kecemasan sedang. Untuk
kecemasan kedua subjek sebelum skala kecemasan FIS sebelum dan
dilakukan penerapan terapi mendongeng sesudah dilakukan terapi mendongeng
menggunakan skala PAS dan SCAS kedua subjek mengalami penurunan
dalam kategori kecemasan sedang. kecemasan. Dan didapatkan penurunan
Setelah dilakukan terapi mendongeng tingkat kecemasan paling tinggi pada
skala kecemasan kedua subjek subjek ke 1.
mengalami penurunan skor walaupun

PEMBAHASAN anak-anak. Suasana rumah sakit yang


Hospitalisasi merupakan suatu proses tidak familiar (asing), wajah-wajah
dimana karena alasan tertentu atau yang asing, berbagai macam bunyi dari
darurat mengharuskan anak untuk tinggal mesin yang digunakan, dan bau yang
di rumah sakit, menjalani terapi khas, dapat menimbulkan kecemasan dan
perawatan sampai pemulanganya ketakutan baik bagi anak ataupun orang
kembali ke rumah . Kecemasan adalah
7
tua. Berdasarkan hasil pengkajian
pengalaman manusia yang bersifat didapatkan data bahwa kedua subjek
universal, suatu respons emosional yang merasa takut dan tidak betah berada
tidak menyenangkan, penuh dirumah sakit dikarenakan mereka selalu
kekhawatiran, suatu rasa takut yang tidak minta untuk tidur di kamar meraka dan
terekspresikan dan tidak terarah karena merasa bahwa rumah sakit sangat panas
suatu sumber ancaman atau pikiran sehingga mereka tidak bisa tidur. Sesuai
sesuatu yang akan datang tidak jelas dan dengan teori diatas, kedua subyek merasa
tidak terindentifikasi. Hasil studi yang tidak nyaman dengan lingkungan rumah
dilakukan oleh penulis pada anak yang sakit yang menurutnya menakutkan
mengalami kecemasan bahwa cemas sehingga berpengaruh terhadap skala
yang terjadi pada subjek yaitu karena kecemasan, subyek 1 berada pada
anak mengalami stress.Beberapa faktor kecemasan sedang, dengan skala
yang dapat menimbulkan stres ketika kecemasan FIS subyek pertama berada
anak menjalani hospitalisasi yaitu : pada skor skor 3 (anak agak tidak
a. Faktor lingkungan rumah sakit senang). Subyek kedua berada pada
Lingkungan rumah sakit Rumah sakit kecemasan sedang, dengan skala
dapat menjadi suatu tempat yang kecemasan FIS skor 4 (anak tidak
menakutkan dilihat dari sudut pandang senang).
b. Faktor berpisah dengan orang yang subjek kedua. Subyek 1 memiliki tingkat
sangat berarti kecemasan sedang, PAS (skor 45)
Berpisah dengan suasana rumah sendiri, kecemasan sedang, FIS skor 3, karena
benda-benda yang familiar digunakan ibu juga berada pada kecemasan sedang
sehari-hari, juga rutinitas yang biasa SCAS (skor 50). Dibandingkan subyek 2
dilakukan dan juga berpisah dengan yang memiliki kecemasan lebih tinggi
anggota keluarga lainnya. Sesuai dengan PAS (skor 50) kecemasan sedang, FIS
teori diatas, kedua subyek menangis dan skor 4, dan SCAS (skor 53).
meminta ingin pulang karena merasa d. Faktor kehilangan kebebasan dan
tidak nyaman dan tidak bisa bermain kemandirian
dengan teman-temannya dirumah, Aturan ataupun rutinitas rumah sakit,
sehingga berpengaruh pada tingkat prosedur medis yang dijalani seperti tirah
kecemasan subyek 1 berada pada baring, pemasangan infus dan lain
kecemasan sedang, dengan skala sebagainya sangat mengganggu
kecemasan FIS subyek pertama berada kebebasan dan kemandirian anak yang
pada skor skor 3 (anak agak tidak sedang dalam taraf perkembangan.
senang). Subyek kedua berada pada Berdasarkan pengkajian yang didapatkan,
kecemasan sedang, dengan skala kedua subyek terpasang infus subyek
kecemasan FIS skor 4 (anak tidak pertama terpasang infus NaCl
senang) 60tetes/menit sedangkan subyek kedua
c. Faktor kurangnya informasi terpasang infus D5 ½ NS 60tetes/menit,
Kurangnya informasi yang didapat anak sehingga kedua subyek merasa tidak
dan orang tuanya ketika akan menjalani nyaman dikarenakan ada infus ditangan
hospitalisasi. Hal ini dimungkinkan mereka dan aktivitas bermain merasa
mengingat proses hospitalisasi terganggu. Sehingga berpengaruh pada
merupakan hal yang tidak umum di alami kecemasan kedua subjek.
oleh semua orang. Proses ketika e. Faktor pengalaman yang berkaitan
menjalani hospitalisasi juga merupakan dengan
hal yang rumit dengan berbagai prosedur pelayanan kesehatan
yang dilakukan. Sesuai dengan teori Semakin sering seorang anak
diatas, kurangnya informasi mengenai berhubungan dengan rumah sakit, maka
kondisi kedua subyek yaitu Subjek semakin kecil bentuk kecemasan atau
pertama sudah berkali-kali dirawat dan malah sebaliknya. anak yang mempunyai
faktor kurangnya informasi sudah tidak pengalaman hospitalisasi sebelumnya
berpengaruh hanya berpengaruh pada akan mengalami kecemasan yang lebih
rendah dibandingkan dengan anak yang nilai rata-rata mean antara pretest dan
belum memiliki pengalaman sama sekali. posttest. Terdapat pengaruh terapi
Respon anak menunjukan peningkatan mendongeng terhadap kecemasan pada
sensitivitas terhadap lingkungan dan anak akibat hospitalisasi didapatkan hasil
mengingat dengan detail kejadian yang nilai P=0,0005.
dialaminya dan lingkungan disekitarnya. Terapi dongeng si Kancil terhadap
Pengalaman pernah dilakukan perawatan penurunan kecemasan anak hospitalisasi
juga membuat anak menghubungkan di RSUD Haji Makassar. Hasil
kejadian sebelumnya dengan perawatan penelitian, sebelum diberikan terapi
saat ini. Anak yang memiliki pengalaman dongeng Si Kancil terhadap kecemasan
yang tidak menyenangkan selama anak responden berada pada kategori
dirawat di rumah sakit sebelumnya akan berat dan panik sebanyak 5 (31,3).
membuat anak takut dan trauma. Sedangkan, distribusi tingkat kecemasan
Sebaliknya apabila pengalaman anak responden setelah diberikan terapi
dirawat di rumah sakit mendapatkan dongeng Si Kancil (pretest), sebagian
perawatan yang baik dan menyenangkan besar berada pada tingkat normal
maka akan lebih kooperatif. Berdasarkan sebanyak 7 (43,8%) responden yang
hasil pengkajian bahwa subyek pertama artinya ada perbedaan kecemasan
sudah berkali-kali masuk rumah sakit sebelum dan setelah diberikan dimana
tetapi masih mengalami kecemasan, pada saat pre test responden terbanyak
sedangkan subyek kedua baru 2 kali adalah kecemasan panik sedangkan
dirawat dirumah sakit sehingga setelah diberikan terapi mendongeng
mengalami tingkat kecemasan yang lebih kategori kecemasan terbanyak berada
tinggi. pada tingkat normal ini membuktikan
Pengaruh terapi mendongeng terhadap bahwa adanya perbedaan distribusi
kecemasan pada anak akibat hospitalisasi frekuensi sebelum dan sesudah diberikan
di ruang Melati RSUD Abdul Wahab terapi mendongeng8.
Sjahranie Samarinda menunjukkan Efektifitas terapi mendongeng terhadap
bahwa jenis kelamin perempuan kecemasan anak usia toddler dan
cenderung mengalami kecemasan prasekolah saat tindakan keperawatan,
dibanding laki-laki. Selain itu, anak yang menunjukkan mean skor kecemasan
usianya lebih muda pun juga menjadi toddler 4.40, sedangkan prasekolah 1.80,
salah satu penyebab cenderung anak artinya skor kecemasan prasekolah lebih
mengalami kecemasan sedang. rendah dibandingkan toddler setelah
Disimpulkan bahwa terjadi penurunan terapi mendongeng. Hasil terdapat
perbedaan skor kecemasan pada usia Sesuai dengan hasil penelitian diatas
toddler dan prasekolah setelah pemberian dapat disimpulkan bahwa penurunan
terapi mendongeng1. tingkat kecemasan paling tinggi pada
Berdasarkan penelitian penulis subjek ke 2. Terapi mendongeng Si
didapatkan bahwa penerapan terapi Kancil dan Buaya menggunakan media
mendongeng menggunakan skala boneka tangan mampu menurunkan
kecemasan PAS pada subjek 1 skor (45) tingkat kecemasan anak usia prasekolah
turun menjadi (30) dan subjek 2 skor (3-6 tahun) yang mengalami
(50) tutun menjadi (37). Untuk skala hospitalisasi.
SCAS subjek 1 berada pada skor (50)
turun menjadi 34 dan subjek 2 skor (53) DAFTAR PUSTAKA
turun menjadi (39). Dengan kecemasan 1. Nidaa. A. & Somantri. S. (2016).
FIS sebelum dan sesudah penerapan Efektifitas terapi mendongeng
terapi mendongeng kedua subjek terhadap
mengalami penurunan kecemasan. kecemasan anak usia toddler dan
Subyek pertama berada pada skor 3 prasekolah saat tindakan
(anak agak tidak senang) setelah keperawatan, Jurnal Keperawatan
dilakukan terapi mendongeng terjadi Padjajaran, 4 (3), 248-254.
penurunan skala menjadi skor 2 (anak 2. Kementrian Kesehatan. RI. Angka
senang). Subyek kedua berada pada skor kesakitan dan Kematian anak (2016).
4 (anak tidak senang) setelah dilakukan Jakarta: Kemenkes RI.
terapi mendongeng terjadi penurunan 3. Medikal Record RSUD Jenderal
skala menjadi skor 3 (anak agak tidak Ahmad Yani Metro. (2021). 10
senang). Sesuai dengan hasil penelitian Besar penyakit di Ruang Anak
diatas dapat disimpulkan bahwa RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro.
penurunan tingkat kecemasan paling 4. Utami, Y. (2014). Dampak
tinggi pada subjek ke 2. Terapi Hospitalisasi terhadap perkembangan
mendongeng Si Kancil dan Buaya anak, Jurnal Ilmiah Widya, 2 (2), 9-
menggunakan media boneka tangan 20.
mampu menurunkan tingkat kecemasan 5. Irawan. W. A & zulaikha. F.
anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang (2020). Pengaruh Terapi
mengalami hospitalisasi. Mendongeng Terhadap Kecemasan
Pada Anak Akibat Hospitalisasi Di
KESIMPULAN Ruang Melati Rsud Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda. Borneo terhadap penurunan kecemasan anak
Student Research, 1 (3), 1752-1760. hospitalisasi di RSUD Haji
6. Parker, T.S., & Wampler, K.S. Makassar. Alaudin Scientific Journal
(2010). Changing emotion: The use of Nursing, 2 (1), 1-8.
of therapeutic storytelling. Journal of
Marital and Family Therapy, 3(2),
155–166.
7. Adriana, D. (2011). Tumbuh
kembang & terapi bermain pada
anak. Jakarta: Salemba Medika.
8. Jumasing, Syisnawati L. & Patima
(2021). Terapi dongeng si kancil

Anda mungkin juga menyukai