BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Secara umum resume jurnal penelitian ini bertujuan untuk penanganan
pemenuhan pola tidur bagi pasien anak yang mengalami hospitalisasi.
3
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Perawat
Jurnal penelitian ini hasilnya diharapkan dapat menjadi bahan
masukan dalam mengatasi stress dan masalah lain yang muncul
pada anak usia prasekolah akibat hospitalisasi dengan cara
memberikan pelayanan secara komprehensif
1.3.2 Bagi peneliti selanjutnya
Sebagai referensi dalam penelitian selanjutnya dan bahan
pertimbangan bagi yang berkepentingan untuk melanjutkan
penelitian sejenis dan sebagai tambahan dalam teori keperawatan
anak
1.3.3 Bagi Penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan dalam hal pembuatan Tugas
Akhir Ners melalui Journal Reading sehingga mampu melakukan
asuhan keperawatan pada pasien anak dengan hospitalisasi secara
tepat dan benar.
4
BAB II
RESUME JURNAL
Latar Belakang :
Stres merupakan istilah yang berasal dari bahasa latin “Stingere”
yang berarti “keras” (stricus), yaitu sebagai keadaan atau
kondisi dari tubuh terhadap situasi yang menakutkan, mengejutkan,
membingungkan, membahayakan, dan merisaukan seseorang
(Yosep, 2009).
Berbicara mengenai stres, kita cenderung menggambarkannya
menurut apa yang kita rasakan atau apa akibatnya bagi kita.
Stres itu diawali dengan adanya ketidakseimbangan antara tuntutan dan
sumber daya yang dimiliki oleh semua individu, semakin
tinggi kesenjangan terjadi semakin tinggi pula tingkat stres yang dialami
oleh individu tersebut (Yosep, 2009). Anak yang belum pernah mengalami
hospitalisasi lebih tinggi tingkat stresnya dibanding dengan anak yang sudah
pernah mengalami hospitalisasi beberapa kali (Hellen, 2001). Pada anak
prasekolah umumnya merasakan banyak ketakutan. Dampak negatif dari
hospitalisasi pada usia anak prasekolah adalah gangguan fisik, psikis,
sosial dan adaptasi terhadap lingkungan (Parini, 2002). Sedangkan masalah
yang sering dikeluhkan orang tua adalah mereka sulit untuk
meminimalkan tidur anak dalam meningkatkan kebebasan selama di tempat
tidur.
5
Tujuan
Untuk mengetahui Pengaruh Stres Hospitalisasi Terhadap
angguan Pola Tidur Anak Usia Prasekolah di Ruang Anak RS Baptis Kediri.
Metode :
Desain yang digunakan adalah analitik cross sectional. Dalam
penelitian ini variabel sebab atau resiko dan akibat atau kasus yang
terjadi pada obyek penelitian diukur dan dikumpulkan secara stimultan,
sesaat atau satu kali saja dalam satu kali waktu atau dalam
waktu yang bersamaan. Populasi dalam penelitian ini adalah
Orang tua yang mempunyai anak usia prasekolah yang dirawat di Ruang
Anak RS Baptis Kediri.
Besar sampel dalam penelitian tidak
dihitung karena sampel yang digunakan adalah total sampling yaitu teknik
pengambilan sampel dengan cara mengambil seluruh populasi yang ada
6
Hasil Penelitian :
85% anak mengalami stres hospitalisasi sedang pada anak di
Ruang Anak Rumah Sakit Baptis Kediri. 2. 62% anak mengalami gangguan
pola tidur pada anak usia prasekolah di Ruang Anak Rumah Sakit Baptis
Kediri.
Hasil uji statistik regresi linear yang didasarkan taraf kemaknaan
yang ditetapkan (α ≤ 0,05) didapatkan p = 0,035 maka Ho ditolak dan
H1diterima yang artinya ada Pengaruh Stres Hospitalisasi Terhadap
angguan Pola Tidur Pada Anak Di Ruang Anak Rumah Sakit Baptis
Kediri.
Implikasi Keperawatan :
Apabila anak mengalami gangguan pada siklus tidurnya maka
dampak yang ditimbulkan keadaan fisik anak menjadi
lemah, tidak dapat berkonsentrasi, sehingga dapat memperlambat proses
penyembuhan. Sehingga perlu dihimbau pada orang tua dari anak mereka
agar memperhatikan pentingnya menjaga kualitas tidur. Apabila anak
pernah mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan selama dirawat di
rumah sakit sebelumnya akan menyebabkan anak takut dan trauma,
sebaliknya apabila anak dirawat di rumah sakit mendapatkan perawatan
yang baik dan menyenangkan maka anak akan lebih kooperatif pada
perawat.
7
Latar Belakang :
Tidur merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang berfungsi
untuk mengembalikan keseimbangan fungsi normal dari tubuh, sehingga
akan berpengaruh pada proses penyembuhan dan pemulihan dari kondisi
sakit. Seseorang yang sakit dan dirawat di
rumah sakit seharusnya mengalami peningkatan tidur akan tetapi
kenyataannya seseorang kekurangan tidur.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Januarsih (2014)
menunjukkan dari 20 responden frekuensi tertinggi anak dengan
tingkat kecemasan berat, yaitu sebanyak 14 responden (70%) dan
frekuensi terendah anak dengan tingkat kecemasan sedang, yaitu
sebanyak 6 responden (30%). Berdasarkan observasi di bangsal Melati di
dapatkan dari 12 anak prasekolah yang menjalani rawat inap 8 di
antaranya mengalami ketakutan saat petugas kesehatan akan melakukan
perawatan pada anak, ke 8 anak tersebut menunjukkan
sikap yang kurang kooperatif pada petugas kesehatan dan menangis.
Sedangkan pola tidur dari ke 12 anak prasekolah tersebut terdapat 7
anak yang sulit untuk tidur khususnya pada saat malam hari. Masalah
kecemasan pada anak tidak teratasi maka hal ini akan menghambat
proses perawatan anak dan kesembuhan anak itu sendiri.
Tujuan
Mengetahui hubungan tingkat kecemasan pada anak prasekolah
yang mengalami hospitalisasi dengan perubahan pola tidur di RSUD
Karanganyar.
8
Metode :
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan
rancangan analitik yaitu mencari hubungan antara variable bebas (tingkat
kecemasan) dengan variable terikat (perubahan polatidur). Penelitian ini
menggunakan metode pendekatan Cross Sectional.
Lokasi penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Karanganyar. Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien anak
prasekolah yang sedang di rawatinap di Bangsal Melati RSUD
Karanganyar sebanyak 898 anak pada bulan Januari 2015
sampai Desember 2015. Sampel pada penelitian ini adalah anak usia
prasekolah yang mengalami inap di bangsal Melati RSUD Karanganyar
yang dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Teknik
pengambilan sampling yang di gunakan adalah purposive sampling.
Jumlah populasi kurang dari 10.000, maka Penentuan jumlah sampel
dapat dilakukan dengan cara perhitungan statistik yaitu dengan
menggunakan Rumus Slovin. Rumus tersebut digunakan untuk
menentukan ukuran sampel dari populasi yang telah diketahui jumlahnya
yaitu sebanyak 898 anak. Untuk tingkat presisi yang ditetapkan dalam
penentuan sampel adalah 10%.Data yang dikumpulkan dalam penelitian
ini adalah data primer dan data sekunder. Teknik analisa penelitian
menggunakan teknik analisa univariat dan analisa bivariat dengan
korelasi kendall tau dan menggunakan skala ordinal.
Hasil Penelitian :
Tingkat kecemasan anak prasekolah yang mengalami hospitalisasi
menunjukkan distribusi tertinggi tingkat kecemasan berat (61,1%), pola
tidur anak prasekolah yangmengalami hospitalisasi menunjukkan
distribusi tertinggi pola tidur buruk (57,8%), uji hipotesis
menggunakan Korelasi Kendal tau dengan hasil sebesar 0,443 dengan
tanda positif dan p(0.00) < (0,05). Berdasarkan hasil uji tersebut maka
Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga menunjukkan ada hubungan antara
9
Implikasi Keperawatan :
tingkat kecemasan anak memiliki hubungan yang bermakna
dengan perubahan pola tidur pada anak usia prasekolah yang mengalami
hospitalisasi. Hal tersebut ditunjukkan dengan ketika anak mengalami
tingkat kecemasan yang berat akan berpengaruh pada pola tidur
mereka. Anak akan nampak gelisah dan tidak tenang ketika mereka tidur,
karena kecemasan yang dirasakannya. Jadi, kunci utama untuk
meningkatkan pola tidur dari anak yaitu dengan mengurangi tingkat
kecemasan yang dirasakan, orang tua bisa selalu mendampingi anak
ketika menjalani proses perawatan selama di rumah sakit.
Latar Belakang :
Tidur merupakan fenomena alami yang dikategorikan sebagai
berkurangnya atau hilangnya kesadaran, kinerja otot, dan aktivitas
sensori. Ketika kita tidur, kita kehilangan reaksi terhadap berbagai
stimulus (rangsangan), apalagi stimulus itu bersifat ringan. Meskipun
demikian tidur adalah aktivitas yang sangat penting untuk
peremajaan berbagai sistem pada tubuh kita, seperti sistem imun,
muskuloskeletal, dan saraf. (Camaru. A, 2011) Istirahat adalah salah satu
cara untuk menenangkan diri dari kepenatan selama
beraktivitas seharian. Waktu tidur dan kurang istirahat dapat
10
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gangguan pemenuhan
kebutuhan tidur
Metode :
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Labuang Baji Makassar. Adapun
besarnya sampel pada penelitian ini 35 responden yang sesuai dengan
kriteria inklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pembagian
kuesioner untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan tidur pasien. Penelitian ini
menggunakan survey analitik dengan menggunakan pendekatan cross-
sectional dimana penelitian bertujuan untuk mengetahui faktorfaktor
yang berhubungan dengan gangguan pemenuhan kebutuhan tidur
kemudian hasilnya di uji menggunakan Chi-Square pada tingkat
kemaknaan α=0,05
Hasil Penelitian :
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan adanya hubungan antara nyeri
dengan gangguan pemenuhan kebutuhan tidur (p=0,005), dan adanya
hubungan antara lingkungan dengan gangguan pemenuhan kebutuhan
tidur (p=0,006), serta adanya hubungan antara kecemasan dengan
11
Implikasi Keperawatan :
Pasien yang dirawat di rumah sakit mengalami stress emosional
yang berujung pada kecemasan. Pasien yang dirawat merasa khawatir
atas masalah-masalah pribadi atau situasi yang sering mengganggu tidur.
Untuk itu mekanisme koping pasien sangat dianjurkan pada pasien yang
sedang mengalami proses penyembuhan, Karena hal ini dapat
mengatasinya untuk terhindar dari rasa cemas. Lebih mendekatkan diri
pada yang menciptakan juga dapat membawa ketenangan tersendiri.
Sehingga pasien dapat terhindar dari gangguan tidur akibat kecemasan
dan kebutuhan tidur pasien dapat terpenuhi.
Latar Belakang :
Gangguan tidur merupakan salah satu dampak yang sering muncul pada
populasi anak usia prasekolah yang sedang menjalani hospitalisasi.
Dalam keadaaan sakit, pemenuhan kebutuhan anak terkait tidur dan
istirahat sangatlah penting untuk mendapatkan energi demi mendukung
pemulihan status kesehatannya. Aktivitas membacakan dongeng
merupakan salah satu terapi nonfarmakologis gangguan tidur yang
dilakukan dengan prinsip distraksi atau pengalihan perhatian anak
12
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dongeng terhadap
perubahan gangguan tidur anak usia prasekolah akibat hospitalisasi.
Metode :
Rancangan penelitian ini adalah penelitian true experimental dengan
pretest posttest control group design yang melibatkan kelompok
intervensi dan kelompok kontrol. Populasi dalam penelitian ini adalah
anak usia prasekolah (3 - 6 tahun) yang menjalani hospitalisasi di RS
selama periode waktu pengambilan data. Sampel untuk kedua kelompok
sebanyak 20 anak diambil secara probability sampling dengan teknik
simple random sampling. Instrumen dalam penelitian ini adalah
modifikasi dari kuesioner Children’s Sleep Habit Questionnaire (CSHQ)
oleh Owens et al., (2002) dengan menghapus beberapa item yang tidak
sesuai untuk kondisi di ruang rawat inap. Uji validitas 33 butir
pertanyaan menunjukkan hasil r hitung > 0,632 (r tabel) dan uji
reliabilitas menunjukkan nilai Cronbach's Alpha 0,967
Hasil Penelitian :
Hasil dari penelitian ini menunjukkan pada kelompok kontrol terdapat
70% responden yang mengalami penurunan gangguan tidur namun tidak
signifikan dan 30% responden tidak mengalami penurunan gangguan
tidur. Pada kelompok perlakuan, hasil menunjukkan 100% responden
mengalami penurunan gangguan tidur. Bedasarkan hasil analisis uji T
dependen menunjukkan hasil signifikan (p=0,000 0,05) pada kelompok
kontrol dan uji T independen antara selisih hasil kelompok kontrol dan
perlakuan menunjukkan nilai signifikan (p=0,002< 0,05)
13
Implikasi Keperawatan :
Gangguan tidur anak pada hospitalisasi dapat diatasi dengan di berikan
tindakan yang dapat meningkatkan pola dan kualitas tidur anak menjadi
lebih baik. Tindakan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan
yang membuat anak merasa senang dan nyaman, seperti contohnya terapi
bermain. Ada beberapa jenis terapi bermain salah satunya adalah terapi
bermain teknik bercerita. Metode bercerita atau mendongeng merupakan
metode yang cukup efektif dalam menarik perhatian seseorang.
Mendongeng adalah seni bercerita menggunakan bahasa, vokalisasi,
gerakan fisik dan isyarat tertentu untuk mengungkapkan unsur-unsur dari
cerita ke pendengar.
14
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.3 Reaksi Anak Usia Prasekolah terhadap Stres akibat Sakit dan
Dirawat di Rumah Sakit
Sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan krisis utama
yang tampak pada anak. Jika anak dirawat di rumah sakit, anak akan
mudah mengalami krisis karena anak stres akibat perubahan baik
pada status kesehatannya maupun lingkungannya dalam kebiasaan
sehari-hari, dan anak mempunyai sejumlah keterbatasan dalam
mekanisme koping untuk mengatasi masalah maupun kejadian-
kejadian yang bersifat menekan (Nur Salam, Susilaningrum, dan
Utami, 2005). Akibat dari hospitalisasi akan berbeda-beda pada anak
bersifat individual dan sangat tergantung pada tahapan
perkembangan anak. Anak 10 usia prasekolah menerima keadaan
masuk rumah sakit dengan sedikit ketakutan. Selain itu ada sebagian
anak yang menganggapnya sebagai hukuman sehingga timbul
perasaan malu dan bersalah. Ada beberapa diantaranya akan
menolak masuk rumah sakit dan secara terbuka menangis tidak mau
dirawat. Jika anak sangat ketakutan, anak dapat menampilkan
perilaku agresif, dari menggigit, menendang nendang, hingga berlari
keluar ruangan. Ekspresi verbal yang ditampilkan seperti dengan
mengucapkan kata-kata marah, tidak mau bekerja sama dengan
perawat, dan ketergantungan pada orang tua. Anak pada usia pra
sekolah membayangkan dirawat di rumah sakit merupakan suatu
hukuman, dipisahkan, merasa tidak aman dan kemandiriannya
terlambat (Wong, 2002).
Biasanya anak akan melontarkan beberapa pertanyaan karena
bingung dan anak tidak mengetahui keadaan di sekelilingnya. Selain
itu, anak juga akan menangis, bingung, khususnya bila keluar darah
atau mengalami nyeri pada anggota tubuhnya. Ditambah lagi,
16
BAB IV
PEMBAHASAN ANALISIS JURNAL
malam hari menyebabkan keletihan, mengantuk, dan mudah jatuh tidur pada
siang hari.
Salah satu faktor lain terkait oleh pemenuhan tidur pada anak
diungkap oleh Damayanti dkk (2013) dalam penelitiannya menyebutkan
bahwa di lingkungan rumah sakit dan fasilitas rawat inap lainnya, kebisingan
menciptakan masalah bagi klien. Kebisingan di rumah sakit biasanya baru
atau aneh dan sering kali keras. Jadi klien mudah terbangun. Masalah ini
lebih besar terjadi di malam pertama rawat inap, ketika klien mengalami
peningkatan total waktu bangun, sering terbangun, serta menurunkan tidur
REM dan total waktu tidur. Penyebab suara (misalnya, kegiatan perawatan)
merupakan sumber meningkatnya level suara. Dapat mengganggu tidur klien
yang di rawat.
Menurut penulis hasil penelitian yang dilakukan Febriana dan
Wahyuningsih (2011) sudah menjawab permasalahan mengenai pemenuhan
pola tidur pada pasien anak yang mengalami stress hospitalisasi. Dalam
penelitian ini anak yang berumur 2 sampai kurang dari 3 tahun sebagian besar
mengalami stres sedang dan kehilangan kendali sedang sebanyak 12
responden hal ini ditunjukkan anak sering menangis, menolak perhatian,
kurang berminat bermain, anak menjadi pendiam, mudah marah, anak merasa
kehilangan kebebasaanya. Kehilangan kendali tidak mempengaruhi stres
hospitalisasi pada anak, dikarenakan ada faktor lain yang mempengaruhi
kehilangan kendali pada anak seperti pola asuh orang tua yang sangat disiplin
sehingga membuat anak bersikap baik atau menurut pada orang tua selama
dalam perawatan dan anak dapat mengontrol dirinya dengan baik, selain itu
anak sudah terbiasa dengan kondisi lingkungan Rumah Sakit
selain itu mayoritas orang tua selalu berada didekat anak sehingga anak
merasa lebih aman dan nyaman selama dalam proses perawatan di Rumah
Sakit. Anak akan merasa asing apabila berada di tempat yang sama sekali
belum pernah ditemuinya demikian sebaliknya, anak akan merasa lebih
tenang karena sebelumnya pernah menjumpai tempat
perawatan seperti di rumah sakit.
24
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
faktor yang dapat mempengaruhinya adalah stres. Bila anak
mengalami stres maka dalam dirinya akan timbul gejala-gejala
diantaranya gejala fisiologis, psikologis dan perilaku. Gejala
psikologis seperti kecemasan akan membuat respon hipotamus
meningkat sehingga individu yang mengalami kecemasan akan
sulit untuk tertidur dan cenderung terjaga.
5.1.2 Media yang paling efektif dalam upaya meminimalkan
stresor atau penyebab stres adalah melalui kegiatan permainan
anak maupun metode bercerita atau dongeng, oleh karena itu
pemberian aktivitas bermain dan mendongeng pada anak di
rumah sakit memiliki nilai terapeutik yang akan sangat berperan
dalam memberikan pelepasan stres dan ketegangan pada anak
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Perawat
Diharapkan agar perawat memahami bagaimana pengelolaan dan
mengatasi stress dan masalah lain yang muncul pada anak usia
prasekolah akibat hospitalisasi
5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan untuk melakukan penelitian lain faktor-faktor
berhubungan dengan pola pemenuhan tidur pada anak pra sekolah
yang mengalami hospitalisasi.
26
DAFTAR PUSTAKA