ABSTRAK
Hospitalisasi merupakan bagian yang dimana anak harus beradaptas dengan lingkungan yang baru, mengurangi
perpisahan dengan keluarga, nyeri ditubuh akibat dari traumatic. Hal ini dapat mengakibatkan anak menjadi
ketkutan, merasa terancam, gelisah dan cemas. Penelitian ini bertujuan untuk diketahui pengaruh terapi bermain
(puzzle) terhadap kecemasan anak usia prasekolah (4-6 tahun) yang mengalami hospitalisasi di ruang anak RSUD
Pringsewu. Penelitian kuantitatif dengan pendekatan crossectional rancangan penelitian eksperimen semu.
Populasi dalam penelitian ini adalah anak yang berusia 4- 6 tahun yang dirawat di ruang anak RSUD Pringsewu
dengan jumlah populasi 16 responden,Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling. Instrument yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan lembar SOP Terapi Bermain. Hasil penelitian menunjukkan
diketahui mean tingkat kecemasan akibat hospitaliisasi pada anak usia prasekolah sebelum pemberian intervensi
20,94 dengan tingkat kecemasan minimal 16 dan maximal 26 poin. Dan diketahui mean tingkat kecemasan akibat
hospitalisasi pada anak usia prasekolah setelah pemberian intervensi 13,38 dengan tingkat kecemasan minimal 8
dan maximal 19 poin. Sehingga hasil analisis uji bivariat pada r tabel 12,638 dan r hitung 1,746 . Selanjutnya
berdasarkan hasil uji statistik didapatkan p-value = 0,000 (p-value < α = 0,05) yang berarti ada pengaruh terapi
bermain terhadap tingkat kecemasan akibat hospitalisasi pada anak usia prasekolah di ruang anak. Saran
menyediakan suatu ruangan bermain anak disertai Standar Operasional Pelaksanaan tindakan yang akan
dilakukan sehingga dapat meningkatkan keterampilan petugas dalam melaksanakan asuhan / pelayanan kepada
pasien.
Kata Kunci : Bermain Puzzle, Kecemasan Hospitalisasi
ABSTRACT
Hospitalization is a part where children have to adapt to a new environment, reduce separation from family, body
pain due to trauma. This can cause children to become frightened, feel threatened, restless and anxious. This study
aims to determine the effect of play therapy (puzzle) on the anxiety of preschool children (4-6 years) who are
hospitalized in the children's room at Pringsewu Hospital. Quantitative research with a cross-sectional approach
quasi-experimental research design. The population in this study were children aged 4-6 years who were treated
in the children's room at Pringsewu Hospital with a population of 16 respondents. The sampling technique used
was total sampling. The instruments used in this study were questionnaires and Play Therapy SOP sheets. The
results showed that the mean level of anxiety due to hospitalization in preschool children before the intervention
was 20.94 with a minimum anxiety level of 16 and a maximum of 26 points. And it is known that the mean level
of anxiety due to hospitalization in preschool age children after the intervention is 13.38 with a minimum anxiety
level of 8 and a maximum of 19 points. So that the results of the bivariate test analysis on r table 12.638 and r
count 1.746 . Furthermore, based on the results of statistical tests obtained p-value = 0.000 (p-value < = 0.05)
which means that there is an effect of play therapy on the level of anxiety due to hospitalization in preschool-aged
children in the nursery. Suggestions provide a children's play room accompanied by Operational Standards for the
implementation of actions to be taken so as to improve the skills of officers in carrying out care / services to
patients.
Variabel tingkat kecemasan setelah tekhnik yang berarti adanya pengaruh terapi bermain
puzzle terhadap tingkat kecemasan akibat hospitalisasi
Tabel 3 pada anak usia prasekolah di ruang anak.
Rata-rata tingkat kecemasan Anak Usia
Prasekolah (4 sampai dengan 6 Tahun) PEMBAHASAN
Yang Mengalami Hospitalisasi setelah Karakteristik Responden
terapi bermain (puzzle) Berdasarkan tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa
sebagian besar responden berusia 4 tahun
Pemberi N Mean Min Ma SD 95
an ima xim %
sebanyak 43,8%, jenis kelamin perempuan
interven l al CI sebanyak 56,3%, Pendidikan Ibu 37,5%
si sekolah menengah atas, dan penghasilan
Setelah 16 13,3 8 19 2,47 7,77 keluarga perbulan, Rp < 2,432,001 sebanyak
terapi 8 3 -
8,49 62,5%.
Berdasarkan tabel 2 diatas diketahui nilai rata- Pada hasil penelitian didapatkan usia anak
rata (mean) pada anak usia prasekolah tingkat terbanyak yang menjadi responden adalah usia
kecemasan akibat hospitalisasi setelah 4-6 tahun dimana jumlah terbanyak yakni usia
pemberian intervensi 13,38 dengan tingkat 4 tahun sebanyak 43,8%, hal ini dikarenakan
kecemasan minimal 8 poin dan maksimal 19 kelompok usia 0-5 tahun merupakan kelompok
poin. usia yang paling tinggi insiden penyakit seperti
pneumonia karena Anak kelompok usia 0-5
Analisis Bivariat tahun lebih rentan terhadap penyakit karena
Pengaruh Terapi bermain imunitas yang belum sempurna, saluran
Analisis yang dilakukan untuk mengetahui pernapasan yang cukup sempit serta tingginya
pengaruh terapi bermain terhadap tingkat prevalensi kolonisasi bakteri patogen di
kecemasan akhibat hospitalisasi pada anak usia nasofaring. Begitu juga pada penyakit diare dan
prasekolah di ruang perawatan anak RSUD lainnya yang menyebabkan anak usia lebih
Kabupaten Pringsewu dengan menggunakan uji muda lebih banyak kejadian rawat.
statistik t dengan taraf kesalahan nilai α< 0,05
kemudian diprogram dengan sistem komputer Anak balita lebih rentan menderita penyakit
menggunakan program SPSS for windows. infeksi karena sudah mulai bergerak aktif untuk
bermain, sehingga sangat mudah
Tabel 4 terkontaminasi oleh kotoran. bahwa anak usia
Pengaruh Terapi Bermain (Puzzle) 2-5 tahun sudah mulai memiliki kebiasaan
Terhadap Kecemasan Anak Usia membeli makanan jajanan yang belum tentu
Prasekolah (4-6 Tahun) Yang Mengalami terjaga kebersihannya, baik dalam pengolahan
Hospitalisasi Di Ruang Anak
maupun penyajiannya, sehingga sangat mudah
anak tersebut berkembang secara optimal. Masa mengasuh anak dan memiliki pendidikan lebih
pra sekolah menurut Munandar merupakan akan menggunakan teknik pengasuhan
masa – masa untuk bermain dan mulai authoritative dibandingkan dengan orang tua
memasuki masa taman kanak – kanak. Waktu yang tidak mendapatkan pelatihan dalam
bermain merupakan sarana untuk tumbuh mengasuh anak dan pedidikan sehingga dapat
dalam lingkungan dan kesiapan dalam belajar lebih menjaga kesehatan anak dan orang tua
formal11. dari kelas rendah dan menengah cenderung
lebih keras, mamaksa dan toleran dibandingkan
Kecemasan akan sangat berpengaruh pada anak dengan orang tua dari kelas atas.
– anak usia prasekolah , Bagi anak, sakit dan
dirawat di rumah sakit oleh karena suatu alasan Ketika ada masalah kesehatan pada anaknya
yang berencana atau darurat, mengharuskan respon kecemasan orang tua merupakan hal
anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani yang paling umum yang dialami, karena anak
terapi dan perawatan sampai pemulangannya adalah bagian dari kehidupan orang tuanya
kembali ke rumah merupakan krisis utama yang sehingga apabila ada pengalaman yang
tampak pada anak.11 menganggu kehidupan anak maka orang tua
pun merasa stress atau cemas.13
Karakteristik anak rawat usia prasekolah di
ruang anak RSUD Kabupaten Pringsewu jenis Kecemasan orang tua dapat dipengaruhi oleh
dengan jenis kelamin perempuan sebanyak beberapa hal, salah satu diantaranya yaitu lama
56,3%, hasil pada penelitian ini tidak sesuai hari anak dirawat. Lama hari anak dirawat dapat
dengan teori yang mengungkapkan bahwa dinilai dan diukur, kondisi medis pasien atau
kemungkinan anak dengan jenis kelamin laki- adanya infeksi nosokomial menyebabkan lama
laki lebih banyak terpapar di luar rumah hari rawat yang memanjang.12
sehingga besar kemungkinan untuk terinfeksi
kuman penyakit., dibandingkan dengan anak Pengaruh Terapi Bermain (Puzzle)
balita jenis kelamin perempuan anak balita jenis Terhadap Kecemasan Anak Usia Prasekolah
kelamin laki-laki untuk terkena penyakit infeksi (4-6 Tahun) Yang Mengalami Hospitalisasi
yang mengakibatkan rawat inap di rumah sakit Di Ruang Anak
memiliki risiko lebih besar12. Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
bermain Puzzle terhadap tingkat kecemasan
Hasil penelitian jenis kelamin dapat akhibat hospitalisasi pada anak usia prasekolah
mempengaruhi kecemasan dan stress pada di ruang perawatan anak RSUD Kabupaten
anak, dimana anak perempuan pra sekolah yang Pringsewu. Hal ini menunjukkan bahwa dengan
menjalani hospitalisasi memiliki tingkat diberikan terapi bermain dengan tekhnik puzzle,
kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan laki- rata-rata anak akan cenderung mengalami
laki. Oedipus artinya anak laki-laki akan dekat penurunan tingkat kecemasan yang lebih
dengan ibunya atau sebaliknya anak perempuan banyak dibandingkan dengan anak yang tidak
lebih dekat dengan ibunya. Responden dalam mendapat perlakuan berupa tekhnik bermain
penelitian ini didominasi oleh anak laki-laki dengan puzzle.
dan sebagian besar selama perawatan anak
didampingi oleh ibunya11. Sejalan dengan teori menurut (Wong,2008)
Bermain merupakan cerminan , intelektual,
Pendidikan Ibu 37,5% sekolah menengah atas, kemapuan fisik, emosional dan sosial dan
dan penghasilan keluarga perbulan, Rp < media yang baik untuk belajar adalah bermain
2,432,001 sebanyak 62,5%. Orang tua yang karena dengan bermain anak-anak akan belajar
mendapatkan mengikuti kursus untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, berkata-
kata (berkomunikasi), melakukan apa yang terkekang selama dirawat di rumah sakit. Hal
dapat dilakukannya, dan mengenal jarak, waktu ini disebabkan adanya pembatasan aktivitas
serta suara1. Menurut Hamalik Puzzle anak sehingga anak merasa kehilangan
memberikan kesempatan untuk belajar, kekuatan diri. Perawatan di rumah sakit sering
menarik minat anak dan membina semangat kali dipersepsikan sebagai hukuman sehingga
belajar dalam bermain. Permainan puzzle dapat anak akan merasa malu, bersalah, dan cemas
dilakukan di rumah dan di sekolah yang atau takut. Anak yang sangat cemas dapat
diberikan oleh guru. Puzzle merupakan suatu bereaksi agresif dengan marah dan berontak15.
metode yang dimana menyusun potongan-
potongan gambar menjadi gambar yang utuh. Kecemasan pada anak biasanya muncul karena
Gambar adalah sesuatu yang diwujudkan secara berbagai perubahan yang muncul di
visual dalam bentuk dua dimensi sebagai sekelilingnya, baik fisik maupun emosional.
curahan perasaan dan pikiran14. Dapat juga akibat kurangnya support system
yang ada di sekitarnya. Sedangkan gejala klinis
Bermain merupakan hal yang menyenangkan kecemasan yang sering ditemukan pada anak
bagi anak-anak. Permainan terapeutik adalah perasaan cemas, kekhawatiran, dan
(therapeutic play) ini menyenangkan anak- mudah tersinggung15.
anak, dimana sifat permainan terapeutik ini
merupakan permainan yang sederhana, dan Selain itu, pada anak yang mengalami
sebagai upaya mekanisme peristiwa dan kecemasan, dalam kesehariannya terlihat tidak
perkembangan yang kritis seperti hospitalisasi. tenang, konsentrasi menurun, adanya
Permainan terapeutik ini terdiri dari aktivitas- perubahan pola tingkah laku dalam
aktivitas yang tergantung dengan kebutuhan kesehariannya, bahkan hingga dapat
perkembangan lingkungan maupun anak, dan menyebabkan gangguan pola tidur. Anak yang
dapat disampaikan dalam berbagai bentuk di mengalami kecemasan akan memunculkan
antaranya adalah pertunjukan wayang respon fisologis, seperti perubahan pada sistem
interaktif, seni ekspresi atau kreatif, permainan kardiovaskuler, perubahan pola nafas yang
boneka atau puzzle dan lain-lain yang semakin cepat atau terengah-engah. Selain itu,
berorientasi untuk pengobatan. Tujuan bermain dapat pula terjadi perubahan pada sistem
pada dasarnya untuk memperoleh kesenangan, pencernaan dan neuromuscular seperti nafsu
anak usia prasekolah tidak merasa jenuh serta makan menurun, gugup, tremor, hingga pusing
mengakibatkan kecemasan akan dilupakan. dan insomnia. Kulit mengeluarkan keringat
Bermain terapeutik diyakini memiliki efek dingin dan wajah menjadi kemerahan. Selain
healing atau penyembuhan dengan sifat katarsis respon fisiologis, biasanya anak juga akan
atau pelepasan kecemasan sehingga menampakkan respon perilaku, seperti gelisah,
menjadikan bermain berkembang menjadi ketegangan fisik, tremor atau gemetar, reaksi
sebuah metode terapi pada anak. Jenis kaget, bicara cepat, menghindar, hingga
permainan pada anak usia prasekolah yang menarik diri dari hubungan interpersonal15.
menggunakan kemampuan motorik atau skill
play yang banyak dipilih yaitu seperti lilin yang Respon kognitif yang mungkin muncul adalah
dapat dibentuk, menggambar manikmanik perhatian terganggu, pelupa, salah dalam
ukuran besar, dan puzzle7. memberikan penilaian, hambatan berpikir,
tidak mampu berkonsentrasi, dan ketakutan.
Perawatan dirumah sakit membuat anak Sedangkan respon afektif yang biasa muncul
menjadi stres atau tertekan. Sebagai akibatnya, adalah tidak sabar, tegang, dan waspada 16.
anak merasa gugup dan tidak tenang, bahkan
pada saat menjelang tidur. Anak sering merasa
Penelitian dengan judul pengaruh terapi puzzle dapat disarankan sebagai salah satu
bermain terhadap kecemasan anak yang terapi bermain untuk menurunkan tingkat
menjalani hospitalisasi di Ruang Mirah Delima kecemasan. Menurut peneliti pada saat dirawat
Rumah Sakit William Booth Surabaya April di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai
2014. Hasil penelitian diperoleh sebagian besar perasaan yang sangat tidak menyenangkan,
responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri.
18 responden (16%), sebagian besar responden Perasaan tersebut merupakan dampak dari
belum pernah dirawat di rumah sakit sebanyak hospitalisasi yang dialami anak karena
19 responden (71%), sebagian responden menghadapi beberapa stressor yang ada
berusia 6 tahun sebanyak 14 responden (52%), dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan
responden terbanyak sebelum diberikan terapi melakukan permainan anak akan terlepas dari
bermain memiliki tingkat kecemasan ketegangan dan stress yang dialaminya karena
Oversensitivity sebanyak 15 responden (55%) dengan melakukan permainan anak akan depat
dan setelah diberikan terapi bermain didapatkan mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya
13 orang mengalami perubahan/penurunan (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya
skor/skala. Berdasarkan uji statistik terdapat melakukan permainan. Dengan demikian,
pengaruh terapi bermain dengan kecemasan, permainan merupakan media komunikasi antar
dengan tingkat kesignifikansinya 0,000 dimana anak dengan orang lain, termasuk dengan
ρ<0,05. perawat atau petugas kesehatan dirumah sakit.
Perawat dapat mengkaji perasaan dan pikiran
Penelitian Kaluas dengan judul perbedaan anak melalui ekspresi nonverbal yang
terapi bermain puzzle dan bercerita terhadap ditunjukkan selama melakukan permainan atau
kecemasan anak usia prasekolah (3-5 tahun) melalui interaksi yang ditunjukkan anak dengan
selama hospitalisasi di ruang anak RS.TK.III orang tua dan teman kelompok bermainnya 9.
R.W.Mongisidi Manado. Metode Penelitian
menggunakan quasi experimental design Menurut peneliti dari hasil yang didapat bahwa
dengan rancangan perbandingan kelompok terapi bermain dengan teknik bermain puzzle
statis.Hasil penelitian didapatkan nilai p value dapat menurunkan tingkat kecemasan pada
= 0,000 < α = 0,05 (Ho ditolak). Kesimpulan anak yang dirawat dibanding dengan anak yang
yaitu ada perbedaan terapi bermain puzzle dan tidak dilakukan terapi bermain walaupun
bercerita terhadap kecemasan anak usia mengalami penurunan tingkat kecemasan,
prasekolah (3-5 tahun) selama hospitalisasi di sehingga dapat disimpulkan dalam penelitian
ruang anak RS.TK.III R.W. Mongisidi ini terapi bermain dengan teknik puzzle efektif
Manado2. dalam menurunkan tingkat kecemasan pada
anak.
Penelitian Fitriani dkk terpai bermain puzzle
terhadap penurunan tingkat kecemasan pada Setiap orang berbeda-beda begitupun dengan
anak usia prasekolah (4-6 tahun) yang klien, tidak ada klien yang sama menurut
menjalani kemoterapi di ruang Hematologi peneliti. Oleh sebab itu diperlukan upaya dan
Onkologi Anak. Hasil penelitian menggunakan teknik untuk menurunkan kecemasan klien.
wilcoxon sign rank test didapatkan p-value Pada saat penelitian kondisi ini dapat diamati
0,005 menunjukkan bahwa terapi bermain dimana anak-anak prasekolah masih sangat
puzzle memberikan pengaruh terhadap dekat dengan kedua orangtuanya. Apabila
penurunan tingkat kecemasan pada anak usia orang tua melakukan pendekatan yang baik
prasekolah yang menjalani kemoterapi di ruang kepada anak maka kepercayaan responden
Hematologi Onkologi Anak RSUD Ulin akan cukup baik, pada saat anak masuk rumah
Banjarmasin. Terapi bermain menggunakan sakit kondisi ini tidak dapat menyebabkan anak
merasa seperti terkena hukuman. Anak tidak anak usia prasekolah (3-5 tahun) selama
merasa tertekan dan merasa nyaman dengan hospitalisasidi ruang anak RS.TK.III
prosedur pengobatan yang dilakukan. R.W.Mongisidi Manado.
ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article
Upaya penurunan kecemasan pada anak pra /download/7969/7527 skripsi
sekolah dirumah sakit dapat dilakukan dengan dipublikasikan
meningkatkan teknik dan keterampilan perawat 3. Riskesdas. (2013). Ringkasan Kesehatan
dalam upaya menurunkan tingkat kecemasan dasar tahun 2013. Jakarta
kepada pasien, dimasa pendidikan kemampuan 4. Nursalam. (2013). Manajemen
ini sebenarnya sudah dimiliki oleh perawat Keperawatan aplikasi dlam praktik
sehingga upaya management rumah sakit untuk keperawatan profesional edisi 3. Salemba
meningkatkan, mengawasi dan memotivasi Medika Jakarta.
perawat dalam melaksanakan asuhan 5. Adriana dian. (2011). Tumbuh Kembang
keperawatan sangat penting, dimana salah dan terapi bermain pada anak. Jakarta :
satunya dengan mengevaluasi dan Salemba Medika
memonitoring perawat dalam melaksanakan 6. Ngastiyah. (2005). Perawatan anak sakit.
asuhan keperawatan. EGC : Jakarta
7. Lisbet Octovia Manalu1, Budi Somantri2,
KESIMPULAN Riski Renaldi Barokah3, (2018). Bermain
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Terapeutik Puzzle Mempengaruhi Tingkat
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah (3-
1. Sebagian besar responden berusia 4 tahun 6 Tahun) Sebelum Pemberian Obat
sebanyak 43,8%, jenis kelamin perempuan Intravena (Bolus). Skripsi dipublikasikan
sebanyak 56,3%, Pendidikan Ibu 37,5% STIKes Rajawalie-mail:
sekolah menengah atas, penghasilan lisbetpediatrik@gmail.com
keluarga perbulan, dan Rp < 2,432,001 8. Hasim Mariyani, Sampurno Edi, Najmuna
sebanyak 62,5%. Army, Kirnantoro (2013). Pengaruh Terapi
2. Sebelum diberikan terapi bermain rata-rata Bermain Terhadap Tingkat Kecemasan
tingkat kecemasan akibat hospitalisasi pada Anak Usia Prasekolah Yang Mengalami
anak usia prasekolah sebelum teknik Hospitalisasi Di Ruang Cendana Rsud
bermain puzzle adalah 20.94. Sleman Yogyakarta.
3. Setelah diberikan terapi bermain rata-rata http://elibrary.almaata.ac.id/124/
tingkat kecemasan akibat hospitaliisasi 9. Winda Fitriani, Eka Santi, Devi
pada anak usia prasekolah setelah Rahmayanti. (2017). Terapi Bermain
diterapkan teknik bermain puzzle adalah Puzzle Terhadap Penurunan Tingkat
13,38. Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah (3-
4. Ada perbedaan kecemasan sebelum dan 6 Tahun) Yang Menjalani Kemoterapi Di
sesudah diberikan terapi bermain dengan Ruang Hematologi Onkologi Anak.
selisih nilai 7,563. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Lambung
Mangkurat.
DAFTAR PUSTAKA
file:///D:/laporan%20penelitian%202018/fi
1. Wong, Donna L. (2008).Buku Ajar triani.pdf
KeperawatanPedeatrikvolume 1. EGC: 10. Dharma, Kelana K. (2011). Metodelogi
Jakarta Penelitian Keperawatan. Jakarta Timur:
2. Kaluas. (2015). Perbedaan terapi bermain CV. Trans Info Media
puzzle dan bercerita terhadap kecemasan