Anda di halaman 1dari 10

EFEKTIFITAS TERAPI BERMAIN (MEWARNAI) TERHADAP

PENURUNAN KECEMASAN AKIBAT HOSPITALISASI PADA ANAK USIA


PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) DI RUANG MELATI RSUD KOTA BEKASI

Muhamad Idris1, Mathilda Reza 2


1. Program Studi Sarjana Keperawatan
2. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam As-syafi’iyah Jakarta, Indonesia
*email : muhamadidris.fikes@uia.ac.id
mathilda.handayani@gmail.com

ABSTRAK
Pendahuluan Perasaan cemas merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami oleh anak pra sekolah.
Dampak ini berisiko dapat mengganggu tumbuh kembang anak dan proses penyembuhan pada anak,
untuk mengurangi kecemasan anak dapat diberikan terapi bermain. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui efektifitas terapi bermain (mewarnai) terhadap penurunan kecemasan akibat hospitalisasi pada
anak usia pra sekolah (3-6 tahun) di ruang melati RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi.
Metode penelitian adalah eksperimen memilih desain penelitian yaitu Pre-eksperimental design one
group pretest – posttest. Subjek penelitian adalah anak usia pra sekolah (3-6 tahun) di Ruang Melati
RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi. Jumlah responden 15 anak. Hasil penelitian uji
hipotesis didapatkan dengan menggunakan uji Paired T-test dengan nilai p value = 0.009 < α = 0.05 (5%)
denga thitung sebesar 3.006 yang berarti tolak H o dan Terima H1. Kesimpulan terapi bermain (mewarnai)
efektif terhadap penurunan kecemasan akibat hospitalisasi pada anak usia pra sekolah (3-6 tahun) di ruang
melati RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi. Setelah diketahui adanya efektifitas terapi
bermain mewarnai terhadap penurunan tingkat kecemasan akibat hospitalisasi pada anak usia pra sekolah
(3-6 tahun). Saran perawat lebih banyak memperhatikan pelaksanan terapi bermain sebagai salah satu
intervensi penting yang tidak boleh diabaikan dalam pemberian asuhan keperawatan.

Kata kunci : kecemasan, hospitalisasi, prasekolah (3-6 tahun), terapi bermain

ABSTRACT
Introduction Anxiety is the impact of hospitalization experienced by pre-school children. The impact of
this risk can interfere with the development of children and the healing process in children, to reduce the
anxiety of children can be given by play therapy The purpose of this study was to determine the
effectiveness of play therapy (coloring) to decrease anxiety due to hospitalization in pre school children
(3-6 year) in the melati room, RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Bekasi. Research method used
experiment method and the kesearch design that is Pre-experimental design, one group pretest - posttest.
The object of research were pre-school age children (3-6 years) in melati room dr. Chasbullah
Abdulmadjid Bekasi. The number of respondents were 15 children. Result hypothesis test is measured by
using Paired T-test with p value = 0.009 <α = 0.05 (5%) with t-count of 3.006 which means H0 is
rejected and H1 is accepted. Conclusion play therapy (coloring) is effective in decreasing anxiety due to
hospitalization in pre school age children (3-6 years) in melati room dr. Chasbullah Abdulmadjid Bekasi.
After knowing about the effectiveness of coloring therapy to decrease the anxiety level due to
hospitalization in pre-school age children (3-6 years),Suggetions it is recommended that nurses pay more
attention to the implementation of play therapy as one of the important interventions that should not be
neglected in nursing care.

Keywords : anxiety, hospitalization, play therapy, preschool (3-6 years).

EFEKTIFITAS TERAPI BERMAIN (MEWARNAI) TERHADAP… Muhamad Idris, Mathilda Reza 583
LATAR BELAKANG dari apa yang dikatakan, dan 90% dari apa
Masalah kesehatan dunia yang menjadi yang dikatakan dan dilakukan anak
prioritas WHO (World Health Organization) bersangkutan (Rahayu, 2013).
saat ini, yakni menyelesaikan agenda Terapi bermain merupakan suatu
kesehatan MDGs (Miilenium Develepment aktivitas bermain yang dijadikan sarana untuk
Goals) yang belum selesai. Agenda yang menstimulasi perkembanagan anak,
terdapat pada MDGs tersebut dikembangkan mendukung proses penyembuhan dan
kembali dalam agenda kesehatan SDGs membantu anak lebih kooperatif dalam
(Sustainable Development Goals) hingga program pengobatan serta perawatan.
tahun 2030. Adapun agenda kesehatan yang Bermain dapat dilakukan oleh anak sehat
terdapat didalam SDGs meliputi Kesehatan maupun sakit walaupun anak sedang dalam
ibu, kesehatan anak, penyakit menular, dan keadaan sakit tetapi kebutuhan akan
kesehatan lingkungan (WHO, 2015). bermainnya tetap ada. Melalui kegiatan
Kesehatan pada periode anak sangat bermain, anak dapat mengalihkan rasa
menentukan kualitas anak di kemudian hari, sakitnya pada permainannya dan relaksasi
karena itu kesehatan anak sangat perlu untuk melalui kesenangannya melakukan permainan
di jaga. Angka kesakitan anak di Indonesia (Evism, 2012).
berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan Perawat memegang posisi kunci untuk
Replubik Indonesia tahun 2015, menurut membantu orang tua menghadapi
kelompok usia 0-2 tahun sebesar 15,14%, permasalahan yang berkaitan dengan
usia 3-5 tahun sebesar 25,8%, usia 6-12 tahun perawatan anaknya dirumah sakit karena
sebanyak 13,91% apabila dihitung dari perawat berada disamping pasien selama 24
keseluruhan jumlah penduduk, angka jam. Untuk itu berkaitan dengan upaya
kesakitan anak prasekolah yang paling tinggi mengatasi masalah yang timbul baik pada
yaitu 25,8% (Kemenkes, 2015). anak maupun orang tua selama anaknya
Hospitalisasi seringkali menciptakan dalam perawatan di rumah sakit, untuk
peristiwa traumatik dan penuh stress dalam mengurangi ketakutan anak yang harus
iklim ketidakpastian bagi anak dan keluarga, mengalami rawat inap di rumah sakit dapat
baik itu merupakan prosedur efektif yang dilakukan beberapa cara salah satunya adalah
telah direncanakan sebelumnya ataupun akan dengan terapi bermain. Tindakan yang
situasi darurat yang terjadi akibat trauma. dilakukan dalam mengatasi masalah anak,
Stressor yang dapat dialami oleh anak terkait apapun bentuknya harus berlandaskan pada
dengan hospitalisasi dapat menghasilkan asuhan yang terapeutik karena bertujuan
berbagai reaksi. Anak bereaksi terhadap stres sebagai terapi bagi anak (Sutomo, 2011).
hospitalisasi sebelum masuk, selama Berdasarkan penelitian yang dilakukan
hospitalisasi, dan setelah pulang. Selain efek oleh Katinawati, tentang kecemasan anak usia
fisiologis masalah kesehatan, efek prasekolah yang mengalami hospitalisasi
hospitalisasi pada anak mencakup ansietas menunjukkan adanya perbedaan kecemasan
serta ketakutan, ansietas perpisahan dan anak sebelum dan sesudah dilakukan terapi
kehilangan kontrol (Kyle & Carman, 2015). bermain, dimana sebelum diberikan terapi
Masa perkembangan anak adalah bermain 80% anak mengalami kecemasan
masanya bermain, dengan bermain anak dapat sedang dan 20% anak mengalami kecemasan
belajar melalui lingkungannya, biasanya anak berat dan setelah diberikan terapi bermain
belajar 10% dari apa yang dibaca, 20% dari 86.7% anak mengalami kecemasan ringan
apa yang didengar, 30% dari apa yang dilihat, dan 13.3% anak mengalami kecemasan
50% dari apa yang dilihat dan didengar , 70% sedang (Katinawati, 2011). Penelitian juga

58 JURNAL AFIAT VOL.4 NO.2 TAHUN 2018 “KESEHATAN JIWA”


dilakukan oleh Agustina (2010) tentang perlakuan) dan Post-test (setelah diberi
Pengaruh pemberian terapi bermain origami perlakuan) kemudian mencoba membandingkan
(melipat) terhadap penurunan tingkat hasil dari pretest dan posttest tersebut. Populasi
kecemasan anak prasekolah yang rawat inap penelitian ini adalah anak prasekolah (3-6
di RSUD Pare, didapatkan hasil post test dari tahun) yang menjalani rawat inap di ruang
8 responden menunjukkan 87,5% atau 7 melati RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota
responden tidak mengalami kecemasan, dan Bekasi dengan jumlah populasi 27 orang.
12,5% atau 1 responden yang mengalami Dengan sampel yang digunakan sesuai dengan
kecemasan ringan. kriteria adalah 15 anak.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan
peneliti pada tanggal 2 Februari 2017 di Ruang HASIL PENELITIAN
Melati RSUD Kota Bekasi, melalui observasi 1. Gambaran Karakteristik Responden
didapatkan 20 dari 23 anak yang dirawat a. Jenis Kelamin
diruang anak menunjukkan rasa takut/cemas Tabel.1 Distribusi frekuensi karakteristik
terhadap tindakan keperawatan sebelum responden berdasarkan jenis kelamin di
dilakukan terapi bermain. Observasi lain Ruang Anak Melati RSUD dr.
dilakukan pada tanggal 17 Februari 2017 Chasbullah Abdulmadjid Kota bekasi
tampak 7 dari 10 anak setelah mengikuti terapi Jenis
bermain tampak kooperatif selama proses Kelamin Frekuensi Presentase
keperawatan dilakukan, anak tidak lagi Laki-laki 7 46.7
menangis atau takut saat melihat perawat Perempuan 8 53.3
datang. Wawancara yang dilakukan kepada Total 15 100.0
orangtua dan wali anak didapatkan hasil 17 dari Sumber : Data Primer
23 orangtua dan wali anak sangat mendukung
untuk dilakukannya terapi bermain secara rutin Berdasarkan tabel 1 diatas,
di Ruang Melati RSUD Kota Bekasi. responden berjumlah 15 orang dengan
Berdasarkan hasil studi diatas, maka penulis karakteristik responden laki-laki dan
dalam penelitian ini ingin mengetahui lebih perempuan, jumlah laki-laki 7 orang
dalam mengenai “Efektifitas Terapi Bermain (46,7%) dan perempuan 8 orang (53,3%).
(Mewarnai) Terhadap Penurunan Kecemasan Dengan demikian jenis kelamin pasien di
Akibat Hospitalisasi Pada Anak Usia Ruang Anak Melati RSUD dr.
Prasekolah (3-6 Tahun) Di Ruang Melati Chasbullah Abdulmadjid Kota bekasi,
RSUD Kota Bekasi”. jenis kelamin perempuan lebih banyak
dari pada laki-laki.
METODE PENELITIAN
b. Usia
Metode Penelitian eksperimen atau
Tabel 2 Distribusi frekuensi karakteristik
percobaan adalah kegiatan percobaan yang
responden berdasarkan usiadi Ruang
bertujuan untuk mengetahui suatu gejala atau
Anak Melati RSUD dr. Chasbullah
pengaruh yang timbul, sebagai akibat dari
Abdulmadjid Kota bekasi
adanya perlakuan tertentu (Setiadi, 2013).
Usia Frekuensi Presentase
Dalam penelitian ini, peneliti memilih
3 Tahun 6 40.0
metode eksperimen sebagai metode penelitian
4 Tahun 3 20.0
dan memilih desain penelitian yaitu Pre-
5 Tahun 2 13.3
eksperimental design one group pretest-
6 Tahun 4 26.7
posttest. One group pretest-posttest yaitu salah
Total 15 100.0
satu desain eksperimental riset dimana pada
desain ini terdapat pre-test (sebelum diberi Sumber : Data Primer

EFEKTIFITAS TERAPI BERMAIN (MEWARNAI) Muhamad Idris, Mathilda Reza


Berdasarkan tabel 2 diatas, usia 3. Tingkat Kecemasan Sesudah diberikan
pasien yang menjadi subjek penelitian Terapi Bermain
di Ruang Melati RSUD dr. Chasbullah
Abdulmadjid Kota bekasi, responden Tabel 4 Gambaran Tingkat Kecemasan
terbanyak adalah pasien dengan usia 3 Sesudah Terapi Bermain (Mewarnai)
tahun sebanyak 6 (40,0%) responden, Pada Anak Pra Sekolah di Ruang Anak
usia 4 tahun sebanyak 3 (20,0%) Melati RSUD dr. Chasbullah
responden, usia 5 tahun sebanyak 2 Abdulmadjid Kota bekasi
(13,3%) responden dan usia 6 tahun Kategori
Frekuensi Presentase
sebanyak 4 (26,7%). Kecemasan
Tidak Cemas 1 6.7
Cemas Ringan 6 40.0
2. Tingkat Kecemasan Sebelum diberikan Cemas Sedang 5 33.3
Terapi Bermain Cemas Berat 3 20.0
Stuart dan Sundeen (1995) dalam Total 15 100.0
(Manurung, 2016) membagi tingkat Sumber : Data Primer
kecemasan menjadi 4 yaitu tidak cemas,
cemas ringan, cemas sedang, dan cemas Tabel 4 menunjukkan bahwa
berat yang dinilai menggunakan HARS sesudah dilakukan terapi bermain
(Hamilton Anxiety Rating Scale). (mewarnai) didapatkan hasil, tingkat
Penelitian yang dilakukan pada tanggal kecemasan dikategori tidak cemas adalah
14 Oktober 2017 sampai tanggal 4 yang terbanyak 1 (6,7%) anak, cemas
November 2017 diperoleh gambaran ringan 6 (40,0%) anak, cemas sedang 5
tingkat kecemasan sebelum dilakukan (33,3%) anak dan kategori cemas berat 3
terapi bermain (mewarnai) yang dapat (20,0%) anak. Hal ini menunjukkan
dilihat pada tabel 3. bahwa terdapat perbedaan tingkat
kecemasan pada anak usia pra sekolah di
Tabel 3 Gambaran Tingkat Kecemasan ruang melati RSUD dr. Chasbullah
Sebelum Terapi Bermain (Mewarnai)
Abdulmadjid Kota Bekasi sebelum dan
Pada Anak Pra Sekolah di Ruang Anak
Melati RSUD dr. Chasbullah sesudah diberikan terapi bermain
Abdulmadjid Kota bekasi mewarnai.

Kategori 4. Efektifitas Terapi Bermain (Mewarnai)


Frekuensi Presentase
Kecemasan Terhadap Penurunan Tingkat
Cemas Sedang 8 53.3 Kecemasan Akibat Hospitalisasi Pada
Cemas Berat 7 46.7 Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) Di
Total 15 100.0 Ruang Melati RSUD dr. Chasbullah
Sumber : Data Primer Abdulmadjid Kota Bekasi
Uji hipotesis digunakan oleh
Berdasarkan tabel 3 diatas, dari peneliti untuk mengetahui efektif atau
15 anak yang menjadi subyek penelitian, tidaknya dilakukan terapi bermain
sebelum diberikan terapi bermain oleh (mewarnai) terhadap penurunan tingkat
sebanyak 7 (46,7%) anak menunjukkan kecemasan akibat hospitalisasi pada anak
kecemasan berat dan sebanyak 8 (53,3%) pra sekolah (3-6 tahun) di ruang melati
anak mengalami kecemasan sedang. RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota
Bekasi dengan menggunakan analisis

JURNAL AFIAT VOL.4 NO.2 TAHUN 2018 “KESEHATAN


Paired T-test dengan bantuan program dan diperlukan untuk kelangsungan
SPSS yang dapat dilihat pada tabel 5. tumbuh-kembang anak dan
memungkinkan untuk dapat menggali dan
Tabel 5Analisa Tingkat Kecemasan mengekspresikan perasaan dan pikiran
Sebelum dan Sesudah Terapi Bermain
anak, mengalihkan perasan nyeri, dan
(Mewarnai) Pada Anak Pra Sekolah di
Ruang Anak Melati RSUD dr. Chasbullah relaksasi. Dengan demikian, kegiatan
Abdulmadjid Kota Bekasi bermain harus menjadi bagian integral dari
df T p value pelayanan kesehatan anak di rumah sakit
Pre-test (Supartini, 2014).
14 3,006 0,009
post-test Hasil penelitian sebelum diberikan
Sumber : Data Primer terapi bermain (mewarnai) yang dilakukan
terhadap 15 anak yang menjadi subyek
Tabel 5 menunjukkan hasil uji penelitian, didapatkan hasil sebanyak 7
Paired T-test dengan nilai p value = (46,7%) anak menunjukkan tingkat
0.009 < α = 0.05 (5%) denga t hitung kecemasan berat dan sebanyak 8 (53,3%)
sebesar 3.006, maka H0 ditolak sehingga anak mengalami kecemasan sedang.
secara statistik dapat disimpulkan terapi Berdasarkan data tersebut dapat
bermain (mewarnai) efektif terhadap disimpulkan bahwa anak usia prasekolah
penurunan kecemasan akibat (3-6 tahun) di Ruang Melati RSUD dr.
hospitalisasi pada anak usia pra sekolah Chasbullah Abdulmadjid memiliki tingkat
(3-6 tahun) di ruang melati RSUD dr. kecemasan berat.
Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan Suswati (2010)
PEMBAHASAN tentang tingkat kecemasan anak sebelum
1. Tingkat Kecemasan Sebelum diberikan dilakukan bermain terapeutik adalah 2
Terapi Bermain (6,7%) anak memiliki tingkat kecemasan
Rumah sakit merupakan penyebab ringan , 9 (30,0%) anak memiliki tingkat
stress bagi anak dan orang tuanya, baik kecemasan sedang dan tingkat kecemasan
lingkungan fisik rumah sakit seperti 19 (63,3%) anak memiliki tingkat
bangunan/ ruang rawat, alat-alat, bau khas, kecemasan berat.
pakaian putih petugas kesehatan maupun Kecemasan adalah perasaan was-
lingkungan sosial, seperti sesama pasien was, khawatir, atau tidak nyaman seakan-
anak, ataupun interaksi dan sikap petugas akan terjadi sesuatu yang dirasakan
kesehatan itu sendiri. Perasaan seperti sebagai ancaman. Ansietas berbeda dengan
takut, cemas, tegang, nyeri dan perasaan rasa takut. Takut merupakan penilaian
yang tidak menyenangkan lainnya sering intelektual terhadap sesuatu yang
kali dialami anak. Untuk itu, anak berbahaya, sedangkan ansietas adalah
memerlukan media yang dapat respon emosional terhadap penilaian
mengekspresikan perasaan tersebut dan tersebut (Keliat, 2012).
mampu bekerja sama dengan petugas
kesehatan selama perawatan. Media yang 2. Tingkat Kecemasan Sesudah diberikan
paling efektif adalah melalui kegiatan Terapi Bermain
permainan. Permainan yang terapeutik Hospitalisasi merupakan suatu
didasari oleh pandangan bahwa bermain proses yang karena suatu alasan yang
bagi anak merupakan aktivitas yang sehat berencana atau darurat, mengharuskan
anak untuk tinggal di rumah sakit,

EFEKTIFITAS TERAPI BERMAIN (MEWARNAI) Muhamad Idris, Mathilda Reza


menjalani terapi dan perawatan sampai Saat dilakukan penelitian, respon
pemulangannya kembali ke rumah. Selama yang muncul pada anak cenderung
proses tersebut, anak dan orang tua dapat menangis atau marah ketika didekati dan
mengalami berbagai kejadian yang kadang-kadang ia merajuk pada orang
menurut beberapa penelitian ditunjukkan tuanya. Awalnya sangat sulit membina
dengan pengalaman yang sangat traumatik rasa percaya antara anak dan peneliti tapi
dan penuh dengan stres (Supartini, 2014). berkat bantuan orang terdekat dan ketika
Berbagai perasaan yang sering ditunjukkan dan di jelaskan kepada anak
muncul pada anak, yaitu cemas, marah, mengenai media yang mendukung terapi
sedih, takut, dan rasa bersalah (Supartini, yaitu pensil warna dan gambar yang akan
2014). Perasaan tersebut dapat timbul diwarnai, anak mulai menunjukkan respon
karena menghadapi sesuatu yang baru dan yang baik kepada peneliti dan mau
belum pernah dialami sebelumnya, rasa melakukan terapi mewarnai gambar
tidak aman dan tidak nyaman, perasaan sampai selesai terapi sehingga dapat
kehilangan sesuatu yang biasa dialaminya, disimpulkan bahwa bermain adalah
dan sesuatu yang dirasakan menyakitkan. kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari
Tidak hanya anak, orang tua juga kehidupan anak sehari-hari karena bermain
mengalami hal yang sama. Beberapa merupakan media yang baik bagi anak
penelitian menunjukkan bahwa orang tua untuk belajar berkomunikasi dengan
mengalami kecemasan yang tinggi saat lingkungannya, menyesuaikan diri
perawatan anaknya di rumah sakit terhadap lingkungannya, belajar mengenal
walaupun beberapa orang tua juga dunia sekitar kehidupannya, dan penting
dilaporkan tidak mengalaminya karena untuk meningkatkan kesejahteraan mental
perawatan anak dirasakan dapat mengatasi serta sosial anak (Kholisatun, 2013).
permasalahannya (Supartini, 2014). Hospitalisasi seringkali menciptakan
Hasil analisis data setelah diberikan peristiwa traumatik dan penuh stress
terapi bermain (mewarnai) yang dilakukan dalam iklim ketidakpastian bagi anak dan
terhadap 15 anak yang menjadi subyek keluarga, baik itu merupakan prosedur
penelitian menunjukkan bahwa 1 (6,7%), efektif yang telah direncanakan
cemas ringan 6 (40,0%) anak, cemas sebelumnya ataupun akan situasi darurat
sedang menurun menjadi 5 (33,3%) anak yang terjadi akibat trauma. Stressor yang
dan kategori cemas berat menurun menjadi dapat dialami oleh anak terkait dengan
3 (20,0%) anak. Hal tersebut menunjukkan hospitalisasi dapat menghasilkan berbagai
bahwa terdapat penurunan tingkat reaksi. Anak bereaksi terhadap stres
kecemasan antara sebelum dan sesudah hospitalisasi sebelum masuk, selama
diberikan terapi bermain mewarnai. hospitalisasi, dan setelah pulang. Selain
Hasil penelitian ini sama dengan efek fisiologis masalah kesehatan, efek
penelitian yang dilakukan Suswati (2010) hospitalisasi pada anak mencakup ansietas
yang melakukan penelitian tentang tingkat serta ketakutan, ansietas perpisahan dan
kecemasan anak sesudah dilakukan kehilangan kontrol (Kyle & Carman,
bermain dengan hasil anak yang memiliki 2015).
tingkat kecemasan ringan 6 orang (20%), Bermain sama dengan bekerja pada
anak yang memiliki tingkat kecemasan orang dewasa, dan merupakan aspek
sedang 24 orang (80%) dan tingkat terpenting dalam kehidupan anak serta
kecemasan berat 0 orang dari 30 merupakan salah satu cara yang paling
responden. efektif untuk menurukan stress pada anak,

JURNAL AFIAT VOL.4 NO.2 TAHUN 2018 “KESEHATAN


dan penting untuk kesejahteraan mental 3.06 , maka H0 ditolak sehingga secara
dan emosional anak (Supartini, 2014). statistik dapat disimpulkan terapi bermain
(mewarnai) efektif terhadap penurunan
3. Efektifitas Terapi Bermain (Mewarnai) kecemasan akibat hospitalisasi pada anak
Terhadap Penurunan Kecemasan usia pra sekolah (3-6 tahun) di ruang
Akibat Hospitalisasi Pada Anak Usia melati RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid
Prasekolah (3-6 Tahun) Di Ruang Kota Bekasi.
Melati RSUD dr. Chasbullah Hasil analisis data menunjukkan 7
Abdulmadjid Kota Bekasi (46.7%) anak berada di tingkat kecemasan
Anak akan mengalami berbagai berat sebelum diberikan terapi bermain
perasaan yang sangat tidak menyenangkan, dan setelah diberikan terapi bermain
seperti marah, takut, cemas, sedih dan (mewarnai) anak yang berada di tingkat
nyeri. perasaan tersebut merupakan kecemasan berat sebanyak 3 (20%) anak,
dampak dari hospitalisasi yang dialami hal ini terlihat dengan mereka yang mau
anak karena menghadapi beberapa stresor makan, minum obat dan tidak takut ketika
yang ada di lingkungan rumah sakit. Untuk ada perawat yang datang atau tim medis
itu dengan melakukan permainan anak lainnya. Setelah diberikan terapi bermain
akan terlepas dari ketegangan dan stress anak menjadi lebih terbuka dan mau
yang dialaminya karena dengan berkomunikasi artinya anak mau diajak
permainan, anak akan mengalihkan rasa berbicara dengan perawat setelah diberi
sakitnya pada permainan. Hal tersebut terapi bermain. Perilaku tersebut
terutama terjadi pada anak yang belum ditunjukkan dari lembar observasi yakni
mampu mengekspresikannya secara ketika perawat mengajak berbicara dengan
verbal. Dengan demikian, permainan anak, anak merespon perawat dan tidak
adalah media komunikasi antara anak lagi diam.
dengan orang lain, termasuk dengan Hasil analisa data menunjukkan
perawat atau petugas kesehatan dirumah penurunan yang signifikan dari anak yang
sakit.perawat dapat mengkaji perasaan dan berada di tingkat kecemasan berat sebelum
pikiran anak melalui ekspresi nonverbal diberikan terapi bermain 46,7% menjadi
yang ditunjukan selama melakukan 20% yang berada di tingkat kecemasan
permainan atau melalui interaksi yang berat setelah dilakukan terapi bermain,
ditunjukkan anak dengan orang tua dan namun ada 2 anak yang mengalami
teman kelompok bermainnya (Supartini, peningkatan tingkat kecemasan setelah
2014). dilakukan terapi bermain hal ini dapat
Mewarnai dalam Kamus Besar disebabkan dikarenakan kedua anak
Bahasa Indonesia berarti memberi tersebut sedikit kurang kooperatif saat
berwarna dari kata dasar warna yang dilakukan terapi bermain. Oleh karena itu,
berarti corak atau rupa. Sehingga dapat kita harus benar-benar memastikan tingkat
disimpulkan bahwa mewarnai gambar kooperatif orang tua dan anak saat
merupakan kegiatan memberikan warna dilakukan informed consent. Alat ukur
pada gambar atau tiruan barang yang kecemasan yang digunakan oleh peneliti
dibuat dengan coretan pensil/pewarna pada juga dapat mempengaruhi terjadinya
kertas. peningkatan kecemasan setelah dilakukan
Uji hipotesis menunjukkan hasil uji terapi bermain pada kedua anak tersebut.
Paired T-test dengan nilai p value = 0.009 Permainan yang disukai anak akan
< α = 0.05(5%) dengan hasil thitung sebesar membuat anak merasa senang melakukan

EFEKTIFITAS TERAPI BERMAIN (MEWARNAI) Muhamad Idris, Mathilda Reza


permainan tersebut. Sementara itu, jika melakukan permainan (Evism, 2012).
anak kurang menyukai terhadap jenis Salah satu permainan yang cocok
permaianan tertentu mereka tidak akan dilakukan untuk anak usia pra sekolah
menikmati permainan yang mereka yaitu mewarnai gambar, dimana anak
lakukan. Selama penelitian, peneliti mulai menyukai dan mengenal warna serta
menemukan tidak semua anak mengalami mengenal bentuk-bentuk benda di
penurunan skor kecemasan karena sekelilingnya (Suryanti, 2011). Mewarnai
mungkin mereka tidak menikmati merupakan salah satu permainan yang
permainan yang dikerjakan. Responden memberikan kesempatan pada anak untuk
tidak mengalami penurunan skor bebas berekspresi dan sangat terapeutik
kecemasan dapat juga disebabkan oleh (Paat, 2010).
kondisi fisik anak akibat penyakit yang Hasil penelitian menunjukkan bahwa
diderita, pola asuh dan dukungan keluarga tingkat kecemasan yang dialami anak usia
yang kurang. Anak yang terbiasa pra sekolah mengalami penurunan sesudah
dimanjakan dan jarang diajak bermain terapi bermain. Hal ini berarti bahwa terapi
dengan teman sebayanya akan sulit bermain mewarnai gambar merupakan
bersosialisasi dan menerima keberadaan salah satu teknik yang dapat mengalihkan
orang lain di sekitarnya. Sementara itu, perhatian anak akan suatu objek yang
anak yang di rumah kurang diperhatikan mencemaskannya. Dari hasil pembahasan
akan banyak mencari perhatian dengan di atas dapat disimpulkan bahwa terapi
rewel dan cenderung bertindak agresif bermain mewarnai gambar dapat
(Kholisatun, 2013). memberikan pengaruh terhadap penurunan
Hasil penelitian ini sama dengan tingkat kecemasan pada anak usia
penelitian yang dilakukan oleh Wowiling, prasekolah yang mengalami kecemasan.
Ismanto, dan Babakal (2013) dengan hasil
analisis menggunakan uji Paired Sample SIMPULAN
T-Test dengan hasil adanya pengaruh 1. 15 responden menunjukkan hasil delapan
terapi bermain mewarnai gambar terhadap anak (53,3%) mengalami tingkat
tingkat kecemasan pada anak usia pra kecemasan sedang dan tujuh anak
sekolah akibat hospitalisasi di Ruangan (46,7%) mengalami tingkat keemasan
Irina E BLU RSUP Prof. Dr. R. D. berat sebelum diberikan terapi bermain
Kandou Manado. Sihombing (2015) juga mewarnai.
membenarkan hal tersebut dengan 2. 15 responden menunjukkan hasil satu
menunjukkan hasil analisa penelitian anak (6.7%) tidak cemas, enam anak
menggunakan uji statistik wilcoxon Signed (40%) cemas ringan, lima anak (33.3%)
Rank Test pada kecemasan sebelum dan cemas sedang, dan tiga anak (20%)
sesudah terapi bermain dengan hasil yang mengalami cemas berat setelah diberikan
secara statistik dapat disimpulkan Ho terapi bermain mewarnai.
ditolak dan Ha di terima yang artinya ada 3. Hasil uji hipotesis menggunakan uji
pengaruh terapi mewarnai gambar Paired T-test dengan nilai p value = 0.009
terhadap kecemasan anak prasekolah 4-5 < α = 0.05 (5%) denga thitung sebesar
tahun yang di rawat di RSU Sari Mutiara 3.006, maka H0 ditolak sehingga secara
medan. statistik dapat disimpulkan terapi bermain
Kegiatan bermain pada anak dapat (mewarnai) efektif terhadap penurunan
mengalihkan rasa rakit pada permainan kecemasan akibat hospitalisasi pada anak
dan relaksasi melalui kesenangan usia pra sekolah (3-6 tahun) di ruang

JURNAL AFIAT VOL.4 NO.2 TAHUN 2018 “KESEHATAN


melati RSUD dr. Chasbullah atau sumber pustaka bagi penelitian yang
Abdulmadjid Kota Bekasi. Terapi sejenis dengan variabel terapi bermain.
bermain (mewarnai) merupakan salah Sebaiknya peneliti selanjutnya meneliti
satu terapi efektif untuk menurunkan dengan menggunakan jenis penelitian
tingkat kecemasan pada anak pra sekolah quasy eksperimen dan melakukan
(usia 3-6 tahun). observasi sendiri dalam pengumpulan
data untuk meminimalkan bias dan
SARAN mendapatkan hasil penelitian yang
1. Bagi Pihak RSUD dr. Chasbullah maksimal. Peneliti selanjutnya juga dapat
Abdulmadjid Kota bekasi menggunakan Revised Cildren’s
Memberi ruang dan fasilitas Manifest Anxiety Scale (RCMAS)
bermain bagi pasien anak di ruang melati sebagai alat ukur untuk menentukan
RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota tingkat kecemasan anak. Penelitian ini
Bekasi dan memberikan program pelatihan juga sebagai dasar penelitian selanjutnya
atau seminar tentang terapi bermain terutama faktor-faktor yang
sehingga perawat dapat lebih mempengaruhi keberhasilan terapi
meningkatkan kemampuan mengenai bermain dan jenis terapi bermain yang
terapi bermain sehingga fasilitas ruang lain selain menggambar dan mewarnai.
bermain yang akan disediakan nantinya
dapat digunakan secara optimal. DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Emi. (2010). Pengaruh Terapi
2. Bagi Perawat di ruang melati RSUD Bermain Mewarnai Gambar Terhadap
dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Penurunan Tingkat Kecemasan Anak
Bekasi Prasekolah yang Rawat Inap di Ruang
Perawat lebih banyak Nusa Indah RSUD Pare. Pamenang :
memperhatikan pelaksanan terapi Akademi Keperawatan Pamenang.
bermain sebagai salah satu intervensi Keliat, B. (2012). Manajemen Kasus
penting yang tidak boleh diabaikan Gangguan Jiwa. Jakarta : EGC.
dalam pemberian asuhan keperawatan. Kementerian Kesehatan RI. (2015). Buku
Terapi bermain harus dilakukan secara Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta :
berkesinambungan sebagai bagian dari KEMENKES RI
pengobatan dan perawatan sehingga Kholisatun, Muafifah. (2013). Pengaruh Clay
efektif dalam membantu menurunkan Therapy Terhadap Kecemasan Akibat
kecemasan anak dan meminimalkan efek Hospitalisasi Pada Pasien Anak Usia
hospitalisasi. Perawat juga bisa Prasekolah Di RSUD Banyumas.
melibatkan keluarga atau orang tua anak Purwokerto : Fakultas Ilmu
dalam memberikan terapi bermain di Keperawatan Universitas Soedirman.
ruang perawatan. Kyle & Carman. (2015). Buku Ajar
Keperawatan Pediatri (Essetials of
Pediatric Nursing). Volume 2. Edisi 2.
Jakarta: EGC.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya Manurung. (2016). Terapi Reminisence Solusi
Diharapkan peneliti lain dapat Pendekatan Sebagai Upaya Tidakan
menindak lanjuti penelitian ini agar lebih Keperawatan Dalam Menurunkan
sempurna dan bermanfaat. Diharapkan Kecemasan. Stress dan Depresi. Jakarta
penelitian ini juga memberikan masukan : TIM.

EFEKTIFITAS TERAPI BERMAIN (MEWARNAI) Muhamad Idris, Mathilda Reza


Paat, T. C. (2010). Analisis Pengaruh Terapi World Health Organition. (2015). Buku saku
Bermain Terhadap Prilaku Kooperatif pelayanan kesehatan anak. Department
Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 of Child and Adolescent Health and
Tahun) Selama Menjalani Perawatan Development (CAH).
Di Ruangan Ester Rumah Sakit Umum
Pancaran Kasih GMIM Manado.
Manado : Universitas Sam Ratulangi.
Skripsi.
Sihombing, Widya R. (2015). Pengaruh
Terapi Mewarnai Gambar Terhadap
Kecemasan Anak Prasekolah (4-5
tahun) di RSU Sarimutiara Medan.
Medan : Program Profesi Ners Fakultas
Keperawatn dan Kebidanan Universitas
Sari Mutiara Indonesia.
Stuart, Gail W. (2011). Ilmu Keperawatan
Jiwa. Jakarta : EGC.
Suliswati dkk. (2012). Konsep Dasar
Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Supartini, Y. (2014). Buku Ajar Konsep
Dasar Keperawatan Anak. Jakarta:
EGC.
Suryanti, Sodikin, & Yulistiani L. (2012).
Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai
dan Origami terhadap Tingkat
Kecemasan sebagai Efek Hospitalisasi
pada Anak Usia Prasekolah di RSUD
dr. R Goetheng Taruna Dibrata
Purbalingga. Jurnal Kesehatan
Samodra Ilmu.
Susanto, Ahmad. (2011). Perkembangan
Anak Usia Dini, Pengantar dalam
Berbagai Aspeknya. Jakarta : Kencana.
Sutomo, Ibnu. (2011). Pengaruh Terapi
Bermain Mewarnai Gambar Terhadap
Tingkat Kecemasan Anak Usia
Prasekolah yang Mengalami
Hospitalisasi di RSUD Kraton
Kabupaten Pekalongan. Semarang :
Fakultas Ilmu Keperawatan dan
Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Semarang.
Universitas Islam As-Syafi’iyah. Pedoman
Penulisan Tugas Akhir Mahasiswa
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Islam As-Syafi’iyah. Jakarta, 2017.

JURNAL AFIAT VOL.4 NO.2 TAHUN 2018 “KESEHATAN

Anda mungkin juga menyukai