Asuhan keperawatan adalah serangkaian proses kegiatan meliputi
pengkajian, diagnosa, perencanaan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Tahap awal dari proses keperawatan yaitu pengkajian merupakan suatu proses yang sistematis dan pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Oleh karena itu pengkajian yang akurat, lengkap, sesuai dengan kenyataan, kebenaran data sangat penting dalam merumuskan suatu diagnosa keperawatan dan memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan respon individu (Nursalam, 2019). Pengkajian keperawatan pada anak menurut Susilaningrum, Nursalam, & Utami, 2013 meliputi verbal dan nonverbal. Kemudian untuk diagnosa keperawatan anak yang sering muncul yaitu ansietas. Ansietas adalah kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap obyek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman (SDKI, 2017). Rencana keperawatan yang efektif pada anak yang dirawat haruslahberdasarkan identifikasi kebutuhan anak- keluarga. Anggota keluarga dan anak harus berperan aktif dalam mengembangkan suatu rencana keperawatan. Implementasi merupakan pelaksanan dari rencana tindakan keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan yang sesuai dengan memprioritaskan masalah, merumuskan tujuan dan kriteria hasil sesuai SMART dan merumuskan intervensi. Dalam penggunaan pelaksanaan harus menggunakan kata kerja me-, ber-, dan yang lainnya misalnya dari terapi musik penggunaanya menjadi menerapkan terapi mendengarkan musik (Susilaningrum, Nursalam, & Utami, 2013). Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Merupakan tahap akhir dalam proses dalam keperawatan,dimana perawat mampu menilai apakah tujuan dapat tercapai atau tidak mencakup SOAP. SOAP adalah yang bersifat sederhana, jelas, logis, dan tertulis. Metode 4 langkah yang dinamakan SOAP ini dipakai untuk mendokumentasikan asuhan keperawatan pasien dalam cacatan kemajuan (Perry & Potter 2015). Ansietas merupakan kekhawatiran yang tidak jelas atau menyebar, yang berhubungan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya serta tidak memiliki objek yang spesifik. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat kecemasan yang parah tidak sejalan dengan kehidupan, ansietas dapat terlihat dalam hubungan interpersonaldan memiliki dampak terhadap kehidupan manusia, baik dampak positif maupun dampak negatif. ansietas akan meningkat pada klien anak yang dirawat, dengan berbagai kondisi dan situasi di rumah sakit (Asmadi,2018). Anak usia prasekolah merupakan anak dalam rentang usia 3 sampai 6 tahun. Anak usia prasekolah memiliki karakteristik perkembangan fisik, motorik, intelektual, dan sosial yang berbeda dengan usia lainnya (Hidayat, 2015). Tahapan perkembangan fisik dan motorik anak prasekolah misalnya melompat, menari dan belajar berpakaian. Tahapan intelektual dan sosial anak berkembang pesat saat mereka bermain dengan teman sebaya. Pada saat melalui proses pencapaian tumbuh kembang, anak tidak selamanya sehat. Anak juga dapat berada dalam kondisi sakit karena sistem pertahanan tubuhnya masih rentan terhadap penyakit. Sakit yang biasa terjadi pada anak misalnya diare, demam berdarah dengue, dan pneumonia. Berdasarkan data Word Health Organitation (2018) menyatakan bahwa anak yang dirawat di Amerika Serikat baik usia toddler, prasekolah atau pun anak usia sekolah mencapai 3-10 %, sedangkan di Jerman sekitar 7 % dari anak toddler dan 10 % anak prasekolah menjalani rawat inap atau hospitaliasi. Di Indonesia terdapat sebanyak 15,26 % anak dirawat pada tahun 2020 (Susenas, 2020). Anak usia prasekolah dan usia sekolah sangat rentan terkena penyakit, sehingga banyakanak usia tersebut mengalami rawat inap di rumah sakit dan menyebabkan peningkatan populasi anak yang di rawatinap mengalami peningkatan yang sangat dramatis (Wong, Kasprisin, & Hess, 2019). Angka kesakitan anak mencapai lebih dari 45% dari jumlah keseluruhan populasi anak diseluruh Indonesia (Kemenkes RI, 2018). Angka kesakitan anak di Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Nasional (Susenas) tahun 2020 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0- 4 tahun sebesar 25,8%, usia 5-12 tahun sebanyak 14,91%, usia 13-15 tahun sekitar 9,1%, usia 16-21 tahun sebesar 8,13%. Angka kesakitan anak usia 0-21 tahun apabila dihitung dari keseluruhan jumlah penduduk adalah 14,44%. Anak yang dirawat di rumah sakit akan berpengaruh pada kondisi fisik dan psikologinya, hal ini disebut dengan hospitalisasi (Apriany, 2013). Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali ke rumah. Selama proses tersebut, anak dan orang tua dapat mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa penelitian ditunjukkan dengan pengalaman yang sangat traumatik dan penuh stres (Supartini, 2014). Berdasarkan pengertian diatas ansietas hospitalisasi adalah kecemasan yang dialami oleh anak yang menjalani hospitalisasi karena anak harus menghadapi stressor-stressor yang berada dirumah sakit seperti tindakan medis yang diberikan kepada anak seperti tindakan injeksi, dan pengukuran tanda- tanda vital (TTV). Beberapa hal yang dapat dilakukan perawat untuk menurunkan ansietas adalah dengan memberikan terapi komplementer. Terapi komplementer adalah terapi pendamping medis atau pengobatan non konvensional. Beberapa terapi komplementer : akupuntur, akupresur, ayurveda, pengobatan tradisional china, terapi seni, terapi pijat, sentuhan ringan, meditasi, psikoterapi, doa, dan terapi musik (Menkes, 2017). Terapi musik sangat baik dalam mempengaruhi perasaan atau emosional seseorang sehingga menciptakan suasana yang lebih nyaman dan memberikan rasa bahagia (Nurjatmika, 2012). Musik dapat mengubah fungsi-fungsi fisik dalam tubuh, seperti perubahan denyut nadi, kekuatan otot, dan sirkulasi darah. Selain berpengaruh terhadap kinerja jantung, ritme atau irama juga mempengaruhi gerakan otot dan setiap sel, molekul dan atom dalam tubuh, sehingga musik yang didengar bisa merangsang atau menenangkan, menyeimbangkan.(Wangsa, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Setyaningsih, Aminingsih, dan Hastari (2014) di RS Dr. Oen Surakarta mengenai pengaruh terapi musik terhadap tingkat kecemasan anak didapatkan hasil sebelum dilakukan pemberian terapi musik sebagian besar anak yang dirawat mengalami tingkat kecemasan sedang sebanyak 26 responden dengan persentase 86,7% dan anak dengan kecemasan berat sebanyak 4 reponden dengan persentase 13,3%. Setelah diberikan terapi musik ada penurunan tingkat kecemasan anak dari kategori tingkat kecemasan berat menjadi tingkat kecemasan sedang sebanyak 4 responden dengan persentase 13.3 %, dari tingkat kecemasan sedang menjadi tingkat kecemasan ringan dengan rentang sebanyak 20 responden dengan persentase 66.7 %, dan dari tingkat kecemasan sedang menjadi tidak ada kecemasan dengan rentang nilai (<14) sebanyak 6 responden dengan persentase 20 %. Penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi musik terhadap penurunan tingkat kecemasan anak. Namun dalam penelitian ini tidak dijelaskan jenis musik yang digunakan oleh peneliti. Kondisi secara umum anak yang di rawat di rumah sakit yaitu anak cemas dan takut saat perawat datang, anak juga tidak mau lepas dari orang tua, anak terlihat akan menangis saat perawat akan melakukan tindakan seperti mengecek tanda-tanda vital. Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan tindakan terapi untuk menurunkan ansietas pada anak salah satunya adalah terapi musik. Peneliti tertarik untuk melakukan terapi musik karena di ruang perawatan anak jarang ada intervensi khusus untuk menurunkan ansietas anak dengan menggunakan terapi musik. B. Rumusan Masalah Dari uraian tersebut maka penulis dapat membuat rumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimanakah Analisis Penerapan Terapi Musik Dalam Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Ansietas?” C. Tujuan penulisan 1. Tujuan Umum Tujuan umum : Menganalisis Penerapan Terapi Musik Dalam Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Ansietas. 2. Tujuan Khusus a. Memaparkan pengkajian pada klien anak pra sekolahdengan masalah keperawatan ansietas di ruang perawatan anak. b. Memaparkan diagnosa keperawatan ansietas pada klien anak pra sekolah di ruang perawatan anak. c. Memaparkan intervensi keperawatan pada klien anak pra sekolah dengan masalah keperawatan ansietas di ruang perawatan anak d. Memaparkan implementasi keperawatan ansietas pada klien anak pra sekolah di ruang perawatan anak. e. Memaparkan evaluasi keperawatan ansietas pada klien anak pra sekolah di ruang perawatan anak. f. Memaparkan analisis penerapan terapi musik sebagai intervensi dengan masalah ansietas pada klien anak pra sekolah di ruang perawatan anak. D. Manfaat penulisan 1. Manfaat secara teoritis Mengembangkan konsep ilmu pengetahuan tentang penerapan terapi musik dalam asuhan keperawatan pada klien dengaan masalah ansietas. 2. Manfaat praktis a. Bagi Ibu yang mempunyai anak usia pra sekolah Dapat dijadikan tambahan ilmu pengetahuan bagi Ibu yang mempunyai anak usia pra sekolah mengenai penerapan terapi musik sebagai intervensi dengan masalah ansietas. b. Bagi Ruang Perawatan Anak Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam pelaksanaan praktek pelayanan keperawatan khususnya dalam pengelolaan asuhan keperawatan pada anak dengan ansietas. c. Bagi mahasiswa STIKes Surya Global Yogyakarta Dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya terkait analisis penerapan terapi musik dalam asuhan keperawatan pada klien dengan masalah ansietas. d. Bagi penelitian selanjutnya Hasil penelitian ini dapat lebih dikembangkan, misalnya dengan cakupan subjek yang berbeda, dengan pendekatan teori yang berbeda atau menggunakan variebel-variabel lain terkait analisis penerapan terapi musik dalam asuhan keperawatan pada klien dengan masalah ansietas.
E. Penelitian Terkait
1. Novita M. Kana Wadu dan Henny Suzana Mediani (2021)
“Pengaruh Terapi Musik untuk Mengurangi Kecemasan Anak: Systematic Review”. Tujuan dari tinjauan ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi musik terhadap kecemasan anak. Penelitian ini merupakan tinjauan sistematis dari penelitian terkontrol secara acak. Sebuah strategi pencarian yang komprehensif dilakukan dengan menggunakan database kunci seperti PubMed, DOAJ, dan Science Direct untuk mendapatkan studi yang relevan. Hasil yang ditemukan adalah 6 artikel yang memenuhi kriteria kelayakan. Artikel ini menunjukkan bahwa efek terapi musik secara statistik terbukti efektif dan secara signifikan mengurangi kecemasan anak. Mendengarkan musik dapat dijadikan sebagai intervensi keperawatan yang potensial untuk meredakan kecemasan dan dapat menjadi pendekatan praktis untuk mengatasi kecemasan dan ketakutan pada anak dengan memperhatikan jenis musik yang akan diberikan kepada anak. Terapi musik dapat dianggap sebagai intervensi nonfarmakologis tambahan dalam menghadapi situasi klinis yang menyebabkan kecemasan pada anak.
2. Anggriasha Nastiti P, Listyana Natalia R, dan Endang Lestiawati
(2016) “Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi musik audio visual terhadap stress hospitalisasi pada anak usia 6-8 tahun di RSPAU Hardjolukito Yogyakarta. Metode dari penelitian adalah jenis penelitian quasi experimental dengan rancangan one group pre and post test. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 18 orang. Teknik analisa data menggunakan uji beda paired sample t-test. Hasil dari penelitian ini yaitu rata-rata stress hospitalisasi pada anak sebelum diberikan terapi musik audio visual adalah 62.00 dan setelah diberikan terapi adalah 44.61, dengan nilai p-value 0.000. Kesimpulan dari penilitian ini yaitu adanya pengaruh terapi musik audio visual terhadap stress hospitalisasi pada anak usia 6-8 tahun di RSPAU Hardjolukito”
3. Nur Asnah Sitohang (2016) “Pengaruh Terapi Musik Terhadap Stres
Hospitalisasi pada Anak di RSUD.dr. Pirngadi Medan” . Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi musik pada stres rawat inap pada anak usia sekolah di rumah sakit dr.Pirngadi Medan. Desain penelitian menggunakan quasi-eksperiment dengan pre- post test design. Teknik pengambilan sampel adalah total sampling dan jumlah sampel 31orang. Data dianalisis menggunakan uji Wilcoxon. Hasil penelitian sebelum diberikan terapi musik Rata- rata dari skor stres11.61 anak dan standar deviasi 2,155. Setelah diberikan terapi musik rata-rata skor stres 1.16 dan standar deviasi dari 3,606. Hasil uji statistik diperoleh nilai P sebesar 0,000 disimpulkan bahwa ada pengaruh terapi musik pada stres rawat inap pada anak usia sekolah. Penelitian ini membuktikan bahwa terapi musik dapat mengurangi stres pada anak. Untuk itu disarankan untuk menerapkan terapi ini sebagai salah satu intervensi dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak.
Windalestari M-912312906105100-Pengaruh Terapi Bermain Hospital Story Terhadap Kecemasan Anak Usia 6-8 Tahun Yang Dirawat Di Ruang Perawatan Anak Rsud Bahteramas Tahun 2016