Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asuhan keperawatan adalah serangkaian proses kegiatan meliputi


pengkajian, diagnosa, perencanaan, intervensi, implementasi dan evaluasi.
Tahap awal dari proses keperawatan yaitu pengkajian merupakan suatu proses
yang sistematis dan pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Oleh karena itu
pengkajian yang akurat, lengkap, sesuai dengan kenyataan, kebenaran data
sangat penting dalam merumuskan suatu diagnosa keperawatan dan memberikan
pelayanan keperawatan sesuai dengan respon individu (Nursalam, 2019).
Pengkajian keperawatan pada anak menurut Susilaningrum, Nursalam,
& Utami, 2013 meliputi verbal dan nonverbal. Kemudian untuk diagnosa
keperawatan anak yang sering muncul yaitu ansietas. Ansietas adalah kondisi
emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap obyek yang tidak jelas dan
spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan
tindakan untuk menghadapi ancaman (SDKI, 2017). Rencana keperawatan yang
efektif pada anak yang dirawat haruslahberdasarkan identifikasi kebutuhan anak-
keluarga. Anggota keluarga dan anak harus berperan aktif dalam
mengembangkan suatu rencana keperawatan. Implementasi merupakan
pelaksanan dari rencana tindakan keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan yang sesuai dengan memprioritaskan masalah, merumuskan tujuan
dan kriteria hasil sesuai SMART dan merumuskan intervensi. Dalam penggunaan
pelaksanaan harus menggunakan kata kerja me-, ber-, dan yang lainnya misalnya
dari terapi musik penggunaanya menjadi menerapkan terapi mendengarkan musik
(Susilaningrum, Nursalam, & Utami, 2013).
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan. Merupakan tahap akhir dalam proses dalam keperawatan,dimana
perawat mampu menilai apakah tujuan dapat tercapai atau tidak mencakup SOAP.
SOAP adalah yang bersifat sederhana, jelas, logis, dan tertulis. Metode 4 langkah
yang dinamakan SOAP ini dipakai untuk mendokumentasikan asuhan
keperawatan pasien dalam cacatan kemajuan (Perry & Potter 2015).
Ansietas merupakan kekhawatiran yang tidak jelas atau menyebar, yang
berhubungan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya serta tidak
memiliki objek yang spesifik. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang
spesifik. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi
tingkat kecemasan yang parah tidak sejalan dengan kehidupan, ansietas dapat
terlihat dalam hubungan interpersonaldan memiliki dampak terhadap kehidupan
manusia, baik dampak positif maupun dampak negatif. ansietas akan meningkat
pada klien anak yang dirawat, dengan berbagai kondisi dan situasi di rumah
sakit (Asmadi,2018).
Anak usia prasekolah merupakan anak dalam rentang usia 3 sampai 6
tahun. Anak usia prasekolah memiliki karakteristik perkembangan fisik, motorik,
intelektual, dan sosial yang berbeda dengan usia lainnya (Hidayat, 2015).
Tahapan perkembangan fisik dan motorik anak prasekolah misalnya melompat,
menari dan belajar berpakaian. Tahapan intelektual dan sosial anak berkembang
pesat saat mereka bermain dengan teman sebaya. Pada saat melalui proses
pencapaian tumbuh kembang, anak tidak selamanya sehat. Anak juga dapat
berada dalam kondisi sakit karena sistem pertahanan tubuhnya masih rentan
terhadap penyakit. Sakit yang biasa terjadi pada anak misalnya diare, demam
berdarah dengue, dan pneumonia.
Berdasarkan data Word Health Organitation (2018) menyatakan bahwa
anak yang dirawat di Amerika Serikat baik usia toddler, prasekolah atau pun
anak usia sekolah mencapai 3-10 %, sedangkan di Jerman sekitar 7 % dari
anak toddler dan 10 % anak prasekolah menjalani rawat inap atau
hospitaliasi. Di Indonesia terdapat sebanyak 15,26 % anak dirawat pada tahun
2020 (Susenas, 2020). Anak usia prasekolah dan usia sekolah sangat rentan
terkena penyakit, sehingga banyakanak usia tersebut mengalami rawat inap di
rumah sakit dan menyebabkan peningkatan populasi anak yang di rawatinap
mengalami peningkatan yang sangat dramatis (Wong, Kasprisin, & Hess, 2019).
Angka kesakitan anak mencapai lebih dari 45% dari jumlah
keseluruhan populasi anak diseluruh Indonesia (Kemenkes RI, 2018). Angka
kesakitan anak di Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Nasional (Susenas)
tahun 2020 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0- 4 tahun sebesar
25,8%, usia 5-12 tahun sebanyak 14,91%, usia 13-15 tahun sekitar 9,1%, usia
16-21 tahun sebesar 8,13%. Angka kesakitan anak usia 0-21 tahun apabila
dihitung dari keseluruhan jumlah penduduk adalah 14,44%. Anak yang dirawat
di rumah sakit akan berpengaruh pada kondisi fisik dan psikologinya, hal ini
disebut dengan hospitalisasi (Apriany, 2013).
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang
berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit
menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali ke rumah. Selama
proses tersebut, anak dan orang tua dapat mengalami berbagai kejadian yang
menurut beberapa penelitian ditunjukkan dengan pengalaman yang sangat
traumatik dan penuh stres (Supartini, 2014).
Berdasarkan pengertian diatas ansietas hospitalisasi adalah kecemasan
yang dialami oleh anak yang menjalani hospitalisasi karena anak harus
menghadapi stressor-stressor yang berada dirumah sakit seperti tindakan medis
yang diberikan kepada anak seperti tindakan injeksi, dan pengukuran tanda-
tanda vital (TTV). Beberapa hal yang dapat dilakukan perawat untuk
menurunkan ansietas adalah dengan memberikan terapi komplementer. Terapi
komplementer adalah terapi pendamping medis atau pengobatan non
konvensional. Beberapa terapi komplementer : akupuntur, akupresur, ayurveda,
pengobatan tradisional china, terapi seni, terapi pijat, sentuhan ringan, meditasi,
psikoterapi, doa, dan terapi musik (Menkes, 2017).
Terapi musik sangat baik dalam mempengaruhi perasaan atau emosional
seseorang sehingga menciptakan suasana yang lebih nyaman dan memberikan
rasa bahagia (Nurjatmika, 2012). Musik dapat mengubah fungsi-fungsi fisik
dalam tubuh, seperti perubahan denyut nadi, kekuatan otot, dan sirkulasi darah.
Selain berpengaruh terhadap kinerja jantung, ritme atau irama juga
mempengaruhi gerakan otot dan setiap sel, molekul dan atom dalam tubuh,
sehingga musik yang didengar bisa merangsang atau menenangkan,
menyeimbangkan.(Wangsa, 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Setyaningsih, Aminingsih, dan Hastari
(2014) di RS Dr. Oen Surakarta mengenai pengaruh terapi musik terhadap
tingkat kecemasan anak didapatkan hasil sebelum dilakukan pemberian terapi
musik sebagian besar anak yang dirawat mengalami tingkat kecemasan sedang
sebanyak 26 responden dengan persentase 86,7% dan anak dengan kecemasan
berat sebanyak 4 reponden dengan persentase 13,3%. Setelah diberikan terapi
musik ada penurunan tingkat kecemasan anak dari kategori tingkat kecemasan
berat menjadi tingkat kecemasan sedang sebanyak 4 responden dengan
persentase 13.3 %, dari tingkat kecemasan sedang menjadi tingkat kecemasan
ringan dengan rentang sebanyak 20 responden dengan persentase 66.7 %, dan
dari tingkat kecemasan sedang menjadi tidak ada kecemasan dengan rentang nilai
(<14) sebanyak 6 responden dengan persentase 20 %. Penelitian menunjukkan
bahwa ada pengaruh terapi musik terhadap penurunan tingkat kecemasan anak.
Namun dalam penelitian ini tidak dijelaskan jenis musik yang digunakan oleh
peneliti.
Kondisi secara umum anak yang di rawat di rumah sakit yaitu anak
cemas dan takut saat perawat datang, anak juga tidak mau lepas dari orang tua,
anak terlihat akan menangis saat perawat akan melakukan tindakan seperti
mengecek tanda-tanda vital.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan tindakan terapi untuk
menurunkan ansietas pada anak salah satunya adalah terapi musik. Peneliti
tertarik untuk melakukan terapi musik karena di ruang perawatan anak jarang ada
intervensi khusus untuk menurunkan ansietas anak dengan menggunakan terapi
musik.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian tersebut maka penulis dapat membuat rumusan masalah sebagai
berikut : “Bagaimanakah Analisis Penerapan Terapi Musik Dalam Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Ansietas?”
C. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum : Menganalisis Penerapan Terapi Musik Dalam Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Ansietas.
2. Tujuan Khusus
a. Memaparkan pengkajian pada klien anak pra sekolahdengan masalah
keperawatan ansietas di ruang perawatan anak.
b. Memaparkan diagnosa keperawatan ansietas pada klien anak pra
sekolah di ruang perawatan anak.
c. Memaparkan intervensi keperawatan pada klien anak pra sekolah
dengan masalah keperawatan ansietas di ruang perawatan anak
d. Memaparkan implementasi keperawatan ansietas pada klien anak pra
sekolah di ruang perawatan anak.
e. Memaparkan evaluasi keperawatan ansietas pada klien anak pra
sekolah di ruang perawatan anak.
f. Memaparkan analisis penerapan terapi musik sebagai intervensi dengan
masalah ansietas pada klien anak pra sekolah di ruang perawatan anak.
D. Manfaat penulisan
1. Manfaat secara teoritis
Mengembangkan konsep ilmu pengetahuan tentang penerapan terapi
musik dalam asuhan keperawatan pada klien dengaan masalah ansietas.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Ibu yang mempunyai anak usia pra sekolah
Dapat dijadikan tambahan ilmu pengetahuan bagi Ibu yang
mempunyai anak usia pra sekolah mengenai penerapan terapi musik
sebagai intervensi dengan masalah ansietas.
b. Bagi Ruang Perawatan Anak
Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam
pelaksanaan praktek pelayanan keperawatan khususnya dalam
pengelolaan asuhan keperawatan pada anak dengan ansietas.
c. Bagi mahasiswa STIKes Surya Global Yogyakarta
Dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk penelitian
selanjutnya terkait analisis penerapan terapi musik dalam asuhan
keperawatan pada klien dengan masalah ansietas.
d. Bagi penelitian selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat lebih dikembangkan, misalnya dengan
cakupan subjek yang berbeda, dengan pendekatan teori yang
berbeda atau menggunakan variebel-variabel lain terkait analisis
penerapan terapi musik dalam asuhan keperawatan pada klien
dengan masalah ansietas.

E. Penelitian Terkait

1. Novita M. Kana Wadu dan Henny Suzana Mediani (2021)


“Pengaruh Terapi Musik untuk Mengurangi Kecemasan Anak:
Systematic Review”. Tujuan dari tinjauan ini adalah untuk
mengetahui pengaruh terapi musik terhadap kecemasan anak.
Penelitian ini merupakan tinjauan sistematis dari penelitian
terkontrol secara acak. Sebuah strategi pencarian yang
komprehensif dilakukan dengan menggunakan database kunci
seperti PubMed, DOAJ, dan Science Direct untuk mendapatkan
studi yang relevan. Hasil yang ditemukan adalah 6 artikel yang
memenuhi kriteria kelayakan. Artikel ini menunjukkan bahwa efek
terapi musik secara statistik terbukti efektif dan secara signifikan
mengurangi kecemasan anak. Mendengarkan musik dapat dijadikan
sebagai intervensi keperawatan yang potensial untuk meredakan
kecemasan dan dapat menjadi pendekatan praktis untuk mengatasi
kecemasan dan ketakutan pada anak dengan memperhatikan jenis
musik yang akan diberikan kepada anak. Terapi musik dapat
dianggap sebagai intervensi nonfarmakologis tambahan dalam
menghadapi situasi klinis yang menyebabkan kecemasan pada anak.

2. Anggriasha Nastiti P, Listyana Natalia R, dan Endang Lestiawati


(2016) “Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh terapi musik audio visual terhadap stress hospitalisasi
pada anak usia 6-8 tahun di RSPAU Hardjolukito Yogyakarta.
Metode dari penelitian adalah jenis penelitian quasi experimental
dengan rancangan one group pre and post test. Teknik pengambilan
sampel menggunakan total sampling dengan jumlah sampel
sebanyak 18 orang. Teknik analisa data menggunakan uji beda
paired sample t-test. Hasil dari penelitian ini yaitu rata-rata stress
hospitalisasi pada anak sebelum diberikan terapi musik audio visual
adalah 62.00 dan setelah diberikan terapi adalah 44.61, dengan nilai
p-value 0.000. Kesimpulan dari penilitian ini yaitu adanya pengaruh
terapi musik audio visual terhadap stress hospitalisasi pada anak
usia 6-8 tahun di RSPAU Hardjolukito”

3. Nur Asnah Sitohang (2016) “Pengaruh Terapi Musik Terhadap Stres


Hospitalisasi pada Anak di RSUD.dr. Pirngadi Medan” . Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi musik pada
stres rawat inap pada anak usia sekolah di rumah sakit dr.Pirngadi
Medan. Desain penelitian menggunakan quasi-eksperiment dengan pre-
post test design. Teknik pengambilan sampel adalah total sampling
dan jumlah sampel 31orang. Data dianalisis menggunakan uji
Wilcoxon. Hasil penelitian sebelum diberikan terapi musik Rata-
rata dari skor stres11.61 anak dan standar deviasi 2,155. Setelah
diberikan terapi musik rata-rata skor stres 1.16 dan standar deviasi
dari 3,606. Hasil uji statistik diperoleh nilai P sebesar 0,000
disimpulkan bahwa ada pengaruh terapi musik pada stres rawat inap
pada anak usia sekolah. Penelitian ini membuktikan bahwa terapi
musik dapat mengurangi stres pada anak. Untuk itu disarankan untuk
menerapkan terapi ini sebagai salah satu intervensi dalam
memberikan asuhan keperawatan pada anak.

Anda mungkin juga menyukai