Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH PENERAPAN ATRAUMATIC CARE TERHADAP TINGKAT

KECEMASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH YANG MENJALANI


HOSPITALISASI DI RUANG SAKURA RSUD KABUPATEN BULELENG
(The Effect of adoption of Atraumatic Care to Anxiety Levels Preschooler When process of
Hospitalization in Sakura Room RSUD Buleleng Regency)
I Komang Agus Siwadarma
Pembimbing I: Ni Made Dwi Yunica A, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Pembimbing II: Putu Indah Sintya Dewi, S.Kep.,Ns.,M.Si
Program Studi S1 Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Buleleng
Email: agussiwadarma14@gmail.com
ABSTRAK

Pendahuluan: Hospitalisasi pada anak dapat menimbulkan rasa cemas kepada anak. Penerapan
atraumatic care bertujuan untuk meminimalkan kecemasan kepada anak yang menjalani proses
hospitalisasi. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penerapan atraumatic care
terhadap tingkat kecemasan anak usia prasekolah yang menjalani proses hospitalisasi di ruang sakura
RSUD Kabupaten Buleleng. Desain: Penelitian ini adalah pra-eksperimental, dengan rancangan one
group pre-post test design. Teknik pengambilan sampel menggunakan Non Probability Sampling
dengan teknik consecutive sampling. Sampel yang diteliti adalah anak usia prasekolah yang menjalani
proses hospitalisasi di ruang Sakura RSUD Kabupaten Buleleng sebanyak 38 anak. Pengumpulan data
menggunakan lembar observasi Spence Childrens Anxiety Scale (SCAS) Preschool. Hasil: Sebelum
diberikan penerapan atraumatic care yaitu (Mean) 31.29, Standar Deviation 6.633, Standar Error
Mean 1.076 dari 38 sampel yang digunakan dan setelah dilakukan penerapan atraumatic care selama
proses hospitalisasi (Mean) 24.58, Standar Deviation 7.811, dan Standar Error Mean 1.267 dari 38
sampel yang digunakan. Kesimpulan: Hasil analisa data menggunakan uji t-test dengan hasil nilai
p< (0.000<0.05) dengan demikian hipotesis nol (H0) ditolak, yang artinya ada pengaruh penerapan
atraumatic care terhadap tingkat kecemasan anak usia prasekolah yang menjalani proses hospitalisasi
di ruang Sakura RSUD Kabupaten Buleleng.
Kata Kunci: Atraumatic Care, Kecemasan Anak Prasekolah, Hospitalisasi
ABSTRACT

Introduction: Hospitalization of children can be raised anxiety to the children. Application of


atraumatic care aims to minimize the anxiety of the children who have process of hospitalization. The
purpose of this study is to determine the effect of the application of atraumatic care to the level of
anxiety of preschool children who the process of hospitalization in hospitals sakura space Buleleng.
Design: The design used in this study is a pre-experimental design with one group pre-post test
design. The sampling technique using Non Probability Sampling with consecutive sampling technique.
The samples studied are preschool children who have process of hospitalization Sakura room Hospital
Buleleng regency are 38 children. Collecting data using observation sheet Spence Children's Anxiety
Scale (SCAS) Preschool. Results: The results before given application atraumatic care is (Mean)
31.29, Standard Deviation 6633, Standard Error Mean 1,076 of 38 samples is used and after the
application of atraumatic care during hospitalization (Mean) 24.58, Standard Deviation 7811, and
Standard Error Mean 1267 of 38 the samples used. Conclutions:Data analyzed using t-test with a
result of the value of p < (0.000 <0.05), so the null hypothesis (H0) is rejected, which means that
there is the effect of applying atraumatic care to the level of anxiety of preschool children who the
process of hospitalization in the room Sakura Hospital Buleleng.
Keyword: Atraumatic Care, Anxiety Preschoolers, Hospitalization

PENDAHULUAN
Hospitalisasi pada anak adalah proses
karena suatu alasan yang berencana atau darurat
mengharuskan anak untuk tinggal di rumah
sakit menjalani terapi dan perawatan sampai
pemulangan kembali ke rumah (Setiawan, dkk,
2014). Menurut Word Health Organization
(WHO)
2008,
hospitalisasi
merupakan
pengalaman yang mengancam ketika anak
menjalani hospitalisasi karena stressor yang
dihadapi dapat menimbulkan perasaan tidak
nyaman.
Menurut
Nursalam
(2013),
hospitalisasi pada anak dapat menyebabkan
kecemasan dan stress.
Dampak hospitalisasi pada anak berbedabeda tergantung oleh perkembangan usia,
pengalaman sakit dan dirawat di rumah sakit,
support system, serta keterampilan koping
dalam menangani stress. Kecemasan dan
ketakutan sangat mempengaruhi proses
pengobatan.
Apabila
anak
mengalami
kecemasan tinggi saat dirawat di rumah sakit
maka besar sekali kemungkinan anak akan
mengalami disfungsi perkembangan. Anak akan
mengalami gangguan seperti gangguan somatik,
emosional dan psikomotor.
Kecemasan merupakan keadaan perasaan
afektif yang tidak menyenangkan yang disertai
dengan sensasi fisik yang memperingatkan
orang terhadap bahaya yang akan datang (Titik
Lestari, 2015). Pengertian lain tentang
kecemasan adalah kecemasan (anxiety) kondisi
emosional yang tidak menyenangkan, yang
ditandai oleh perasan-perasaan subjektif seperti
ketegangan, ketakutan, kekhawatiran, dan juga
ditandai dengan aktifnya system saraf pusat
(Lilis Indrawati, 2015).
Penyebab dari kecemasan dipengaruhi
oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas
(perawat, dokter, dan tenaga kesehatan yang
lainnya), lingkungan baru, maupun keluarga
yang menunggu selama perawatan. Meskipun
dampak tersebut tidak secara langsung kepada
anak, secara psikologis anak akan merasakan
perubahan perilaku dari orang tua yang
menungguinya selama perawatan (Nursalam,
2013). Anak menjadi semakin stress sehingga
berpengaruh terhadap proses penyembuhannya,
yaitu penurunan respon imun. Pasien yang
mengalami kegoncangan jiwa akan mudah
terserang penyakit, karena pada kondisi stress
dan cemas akan terjadi penekanan sistem imun.
Mengatasi hal tersebut, perlu dilakukan
perbaikan kinerja perawat, terutama mengenai
pendekatan psikologis yang mengalami
kecemasan hospitalisasi. Salah satu model yang
digunakan dalam penerapan teknologi ini

adalah model pendekatan asuhan keperawatan


pada pasien anak dengan pengembangan
konsep adaptasi dari S.C. Roy. Model ini
menekankan pemenuhan perawat pada aspek
fisik (atraumatic care).
Atraumatic care adalah suatu bentuk
perawatan teraupetik yang diberikan oleh
tenaga kesehatan dalam pelayanan tatanan
kesehatan anak, melalui penggunaan tindakan
yang dapat mengurangi distress fisik maupun
distress psikologis yang dialami anak maupun
orang tuanya (Aziz, 2008). Atraumatic care
yang dimaksud disini adalah perawatan yang
tidak menimbulkan adanya trauma pada anak.
Perawatan tersebut difokuskan dalam
pencegahan terhadap trauma yang merupakan
bagian dalam keperawatan anak.
Asuhan keperawatan yang berpusat pada
keluarga dan Atraumatic care menjadi falsafah
utama dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
Untuk itu, berkaitan dengan upaya mengatasi
masalah yang timbul baik pada anak maupun
orang tua selama anaknya dalam perawatan di
rumah sakit, fokus intervensi keperawatan
adalah meminimalkan stressor, memaksimalkan
manfaat hospitalisasi, memberikan dukungan
psikologis pada anggota keluarga, dan
mempersiapkan anak sebelum dirawat di rumah
sakit.
Data Word Health Organization (WHO)
2010, terdapat 23 dari 100 anak usia prasekolah
pernah mengikuti perawatan di unit kesehatan.
Di Negara besar seperti Amerika Serikat juga
masih banyak ditemukan anak usia prasekolah
yang menjalani hospitalisasi yaitu mencapai
rata-rata 1769 anak per bulannya. Di Indonesia
tidak ada data pasti jumlah anak yang
mengalami hospitalisasi. Sedangkan di Bali
sendiri laporan Depkes (2010) terdapat rata-rata
1897 anak di rawat di rumah sakit daerah di
Bali. Data laporan ruang Sakura RSUD
Kabupaten Buleleng pada tahun 2015 dari data
tiga bulan terakhir yaitu pada bulan OktoberDesember terdapat 558 anak usia prasekolah
yang pernah dirawat dan data terbaru di bulan
Januari 2016 terdapat 58 anak usia prasekolah
yang pernah di rawat.
Hasil observasi peneliti dengan metode
wawancara yang dilakukan di Ruang Sakura
RSUD Kabupaten Buleleng tanggal 12 Pebruari
2016 dari 10 anak usia prasekolah yang
menjalani hospitalisasi 7 orang anak
mengatakan takut di rumah sakit karena banyak
disuntik, 3 orang anak lainnya mengatakan
takut disuntik dan takut pada perawat,
sedangkan hasil wawancara dengan orang tua
anak usia prasekolah yang menjalani

hospitalisasi mengatakan anak menjadi sering


gelisah, rewel dan selalu ingin ditemani saat
proses perawatan. Anak juga sering menangis
dan mengatakan ingin pulang.
METODE PENELITIAN
Desain yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pra-eksperimntal, dengan rancangan one
group pre-post test design rancangan ini
berupaya mengungkapkan hubungan sebab
akibat dengan cara melibatkan satu kelompok
subjek. Penelitian ini dilaksanakan di ruang
Sakura RSUD Kabupaten Buleleng tanggal 29
April sampai 29 Mei 2016.
Penelitian ini menggunakan teknik
sampling non probability sampling, yaitu
dengan consecutive sampling. Penelitian ini
dilaksanakan di ruang Sakura RSUD Kabupaten
Buleleng dari tanggal 29 April sampai 29 Mei
2016. Populasi penelitian ini terdiri dari anak
usia prasekolah yang menjalani hospitalisasi di
Ruang Sakura RSUD Kabupaten Buleleng.
Pengumpulan data menggunakan lembar
observasi SCAS preschool dan jumlah sampel
sebanyak 38 orang.

Data
Umur

Umur
Umur
Maximum Minimum Mean
3
6
4.13

N
38

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden


Berdasarkan Umur di Ruang Sakura RSUD
Kabupaten Buleleng.
Dapat dilihat bahwa dari 38 responden
yang menjadi subjek penelitian rata-rata (mean)
umur responden berdasarkan usia yaitu 4.13
tahun.
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Pengalaman Hospitalisasi di
Ruang Sakura RSUD Kabupaten Buleleng.

Pengalaman
Persentase
Frekuensi
Hospitalisasi
(%)
Pertama
33
86.8
Berulang
5
13.2
Total
38
100
Dapat dilihat bahwa dari 38 responden
yang menjadi subjek penelitian sebagian besar
pengalaman hospitalisasi pertama kali sebanyak
33 responden (86.8%) dan sebagian kecil
pengalaman berulang sebanyak 5 responden
(13.2%).
Tabel 5.4 Kriteria Kecemasan pada Anak Usia
HASIL PENELITIAN
Prasekolah Sebelum diberikan Penerapan
Penelitian ini menggunakan 38 sampel
Atraumatic Care di Ruang Sakura RSUD
anak usia prasekolah yang dirawat diruang
Std.
Std.
Sakura RSUD Kabupaten Buleleng dengan
Data
Mean
N
Deviatio
Error
karakteristik responden yang meliputi umur,
n
Mean
jenis kelamin, pengalaman hospitalisasi.
Pre
31.29 38
6.633
1.076
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden
Kabupaten Buleleng
Berdasarkan Jenis Kelamin di Ruang Sakura
Dapat dilihat dari 38 responden yang
RSUD Kabupaten Buleleng.
menjadi subjek penelitian bahwa rata-rata
Jenis
Frekuens Persenta
kecemasan anak usia prasekolah sebelum
Kelamin
i
se (%)
diberikan penerapan atraumatic care di Ruang
Laki-laki
21
53.8
Sakura RSUD Kabupaten Buleleng yaitu 31.29,
Perempuan
17
43.6
Standar Deviation 6.633, dan Standar Error
Mean 1.076.
Total
38
100
Tabel 5.5 Kriteria Kecemasan pada Anak Usia
Dapat dilihat bahwa dari 38 responden
Prasekolah Sesudah diberikan Penerapan
yang menjadi subjek penelitian berdasarkan
Atraumatic Care di Ruang Sakura RSUD
jenis kelamin anak usia prasekolah yaitu
Kabupaten Buleleng
sebagian
besar
Std.
Std.
Da
Dapat dilihat dari 38
Mean
N
Deviatio
Error
berjenis
kelamin
ta
n
Mean
responden yang menjadi
laki-laki sebanyak
subjek penelitian bahwa rata21 anak (53.8%) dan Pos 24.50 38
7.811
1.267
t
rata kecemasan anak usia
sebagian
kecil
prasekolah sesudah diberikan penerapan
berjenis kelamin perempuan sebanyak 17 anak
atraumatic care di Ruang Sakura RSUD
(43.6%).
Kabupaten Buleleng yaitu 24.50, Standar
Deviation 7.811, dan Standar Error Mean
1.267.

Tabel 5.6 Nilai Pre dan Post Test dengan Uji


Paired Dependent T-Test
Paired Differences

P
air 1
PrePost

Mean

Std.
Deviatio
n

Std.
Error
Mean

95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower
Uppe
r

6.789

3,655

.593

5.588

7.991

df

Sig. (2tailed)

11.4
51

37

.000

Dapat dilihat hasil dari uji yang


dilakukan dengan menggunakan uji paired
dependent t-test menunjukkan bahwa hasil sig
(2-tailed) atau nilai p 0.000 dan nilai t hitung
11.451 > nilai ttabel 2.026. Karena nilai p lebih
kecil dari 0.05 (p<) maka H0 ditolak. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
penerapan atraumatic care terhadap tingkat
kecemasan anak usia prasekolah yang
menjalani hospitalisasi di Ruang Sakura RSUD
Kabupaten Buleleng.
PEMBAHASAN
Dilihat dari karakteristik jenis kelamin
responden yang mengalami hospitalisasi
sebagian besar responden berjenis kelamin lakilaki yaitu sebanyak 21 anak (53.8%). Menurut
pendapat peneliti, anak perempuan lebih mudah
untuk mengalami kecemasan dari pada anak
laki-laki. Hal ini dapat berhubungan dengan
kadar hormonal yang dimiliki, dimana anak
laki-laki memiliki hormonal testosterone yang
mempunyai efek bertolak belakang dengan
hormon estrogen perempuan.
Menurut
Rini
(2013),
hormon
testosterone menghambat kerja RORA (retinoic
acid related orphan receptor alpha), sedangkan
estrogen lebih berdampak pada peningkatan
kerja RORA yang dimana RORA- berfungsi
sebagai perkembangan otak dan kelenjar getah
bening, metabolism lipid, respon imun, serta
pemeliharaan tulang. ROR- perannya masih
tidak diketahui pasti, tetapi sangat ada dalam
otak dan retina. ROR-y berfungsi pada respon
imun dan kelangsungan hidup sel T-helper.
RORA dan y turut mempengaruhi respon
imun dan perkembangan nodus limfoid. Sistem
imun juga diregulasi oleh estrogen steroid
gonad, antrogen, dan progesteron.
Dilihat dari usia responden yang
mengalami proses hospitalisasi rata-rata
berumur 4 tahun. Menurut pendapat peneliti,
usia anak prasekolah lebih rentang terhadap
timbulnya rasa cemas, apalagi dalam proses
hospitalisasi anak cenderung takut dengan
lingkungan rumah sakit, tenaga medis, dan
tindakan keperawatan seperti salah satunya
yaitu injeksi. Menurut Debby (2013), semakin
muda usia anak, maka akan semakin sulit bagi

anak untuk menyesuaikan diri dengan


lingkungan. Hal ini juga berhubungan dengan
sistem imun anak akan terus berkembang
seiring dengan bertambahnya usia anak. Maka
dapat disimpulkan semakin muda usia anak,
akan lebih berisiko untuk mengalami
hospitalisasi disebabkan oleh pertahanan sistem
imun anak yang masih berkembang sehingga
sangat rentan terhadap paparan penyakit. Anak
usia prasekolah menginterpretasikan
hospitalisasi sebagai hukuman dan perpisahan
dengan orang tua sebagai kehilangan kasih
sayang. Cara berfikir magis menyebabkan anak
prasekolah memandang penyakit sebagai suatu
hukuman. Selain itu, anak usia prasekolah
mengalami konflik psikoseksual dan takut
terhadap mutilasi, menyebabkan anak trauma
takut terhadap pengukuran suhu rektal dan
kateterisasi urine.
Dilihat dari pengalaman rawat inap
terbanyak yaitu dengan pengalaman rawat inap
pertama kali sebanyak 33 responden (86.8%).
Menurut pendapat peneliti, anak yang memiliki
pengalaman menjalani proses hospitalisasi
memiliki kecemasan lebih rendah dibandingkan
anak yang belum memiliki pengalaman
hospitalisasi. Menurut Supartini (2006),
berbagai kejadian dapat menimbulkan dampak
atraumatic terutama pada anak yang baru
pertama kali dirawat. Anak yang baru
mengalami hospitalisasi akan berisiko
menimbulkan perasaan cemas yang dirasakan
anak maupun orang tua.
Sebelum diberikan penerapan atraumatic
care terhadap anak usia prasekolah yang
menjalani hospitalisasi di Ruang Sakura RSUD
Kabupaten Buleleng, peneliti terlebih dahulu
melakukan komunikasi untuk menumbuhkan
hubungan saling percaya antara orang tua anak
dan anak yang menjadi responden dengan
peneliti. Serta langsung melakukan penilaian
terhadap tingkat kecemasan anak usia
prasekolah yang menjalani hospitalisasi di
Ruang Sakura RSUD Kabupaten Buleleng
dengan lembar observasi Spance Childrens
Anxiety Scale (SCAS) yang diobservasi dan
diisi langsung oleh peneliti. Dari skor yang
diperoleh didapatkan rata-rata kecemasan anak
usia prasekolah sebelum diberikan penerapan
atraumatic care yaitu (Mean) 31.29, Standar
Deviation 6.633, Standar Error Mean 1.076
dari 38 sampel yang digunakan. Kecemasan
yang dialami seperti takut, menangis, tegang,
gelisah, tidak dapat diam, marah-marah, dan
tidak tenang.
Menurut pendapat peneliti, kecemasan
yang terjadi pada anak dalam proses

hospitalisasi pasti terjadi, diakibatkan karena


anak cenderung takut dengan lingkungan rumah
sakit, tenaga medis, dan tindakan keperawatan
seperti salah satunya yaitu injeksi. Menurut
Nursalam (2013) kecemasan yang dialami anak
usia prasekolah saat menjalani proses
hospitalisasi bisa terjadi didalam proses
perawatan anak selama di rumah sakit.
Kecemasan anak saat menjalani hospitalisasi
dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari
petugas (perawat, dokter, dan tenaga kesehatan
lainnya), lingkungan baru, maupun keluarga
yang menunggu selama perawatan.
Setelah dilakukan penerapan atraumatic
care pada anak usia prasekolah selama anak
menjalani proses hospitalisasi di Ruang Sakura
RSUD Kabupaten Buleleng pada hari terakhir
proses perawatan 1 hari sebelum pasien pulang
selanjutnya dilakukan penilaian terhadap
kecemasan responden dengan menggunakan
lembar observasi Spance Childrens Anxiety
Scale (SCAS)
didapatkan hasil rata-rata
kecemasan responden setelah dilakukan
penerapan atraumatic care selama proses
hospitalisasi (Mean) 24.58, Standar Deviation
7.811, dan Standar Error Mean 1.267 dari 38
sampel yang digunakan.
Hasil dari penelitian yang dilakukan
menunjukkan adanya penurunan kecemasan
yang didapatkan dari penurunan skor Spance
Childrens Anxiety Scale (SCAS), penurunan
yang terjadi tidak secara signifikan, namun
secara perlahan. Anak usia prasekolah yang
menjalani hospitalisasi memungkinkan akan
mengalami stress. Tidak hanya anak yang akan
mengalami stress, anak dan orang tua akan
mengalami pengalaman yang penuh dengan
rasa stress. Menurut pendapat peneliti,
penurunan tingkat kecemasan pada anak usia
prasekolah yang menjalani proses hospitalisasi
bisa terjadi karena anak selama perawatan
diberikan kesempatan untuk ditemani orang tua
dalam tindakan keperawatan serta sistem
perawatan yang berbasis atraumatic care yang
dilakukan oleh perawat. Sumber stressor utama
pada anak dan yang sering terjadi pada anak
yang sedang manjalani hopitalisasi adalah
perpisahan, kehilangan kontrol, trauma fisik
dan nyeri, serta kondisi lingkungan rumah sakit
(Nursalam, 2013).
Hasil uji analisa data dengan
menggunakan uji paired dependent t-test
menunjukkan bahwa nilai thitung > ttabel
(11.451>2.026) dan nilai p< (0.000<0.05)
dengan demikian hipotesis nol (H0) ditolak,
yang artinya ada pengaruh penerapan
atraumatic care terhadap anak usia prasekolah

yang menjalani proses hospitalisasi di ruang


Sakura RSUD Kabupaten Buleleng.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
yang pernah dilakukan sebelumnya oleh
Ramadini (2015) yaitu Pengaruh Penerapan
Atraumatic Care terhadap Respon Kecemasan
Anak Prasekolah yang Mengalami Hospitalisasi
di RSU Pancaran Kasih GMIM Manado. Pada
penelitian ini didapatkan hasil sebelum
diterapkan atraumatic care tingkat kecemasan
pada kelompok intervensi yaitu 39,82 dan ratarata sesudah lebih rendah yaitu 29,59 dengan
standar deviasi 3,639. Sementara itu skor
kecemasan terendah pada kelompok intervensi
20 dan skor tertinggi adalah 38. Hasil interval
dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini ratarata tingkat kecemasan pada kelompok
intervensi diantara 7,324-13,147. Dibandingkan
dengan kelompok kontrol rata-rata berada
antara 3,937-1,004.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Karakteristik responden berdasarkan umur
menunjukan bahwa dari 38 responden
didapatkan rata-rata umur responden (mean)
adalah 4.13 tahun. Dan dari karakteristik
responden
berdasarkan
jenis
kelamin
menunjukan bahwa dari 38 responden sebagian
besar berjenis kelamin laki-laki sebanyak 21
anak (53.8%) dan sebagian kecil berjenis
kelamin perempuan sebanyak 17 anak (43.6%).
Sedangkan
karakteristik
berdasarkan
pengalaman hospitalisasi menunjukan dari 38
responden
sebagian
besar
pengalaman
hospitalisasi pertama kali sebanyak 33
responden (86.8%) dan sebagian kecil
pengalaman berulang sebanyak 5 responden
(13.2%).
Didapatkan hasil rata-rata kecemasan anak usia
prasekolah yang menjalani hospitalisasi di
ruang Sakura RSUD Kabupaten Buleleng
sebelum diberikan penerapan atraumatic care
(mean) 31.29, Standar Deviation 6.633, dan
Standar Error Mean 1.076 dari 38 sampel yang
digunakan. Hasil yang didapatkan yaitu ratarata kecemasan responden setelah diberikan
penerapan atraumatic care (Mean) 24.58,
Standar Deviation 7.811, dan Standar Error
Mean 1.267 dari 38 sampel yang digunakan.
Berdasarkan uji analisa data dengan
menggunakan uji paired t-test didapatkan hasil
nilai thitung > ttabel (11.451>2.026) dan nilai p<
(0.000<0.05) dengan demikian hipotesis nol

(H0) ditolak, yang artinya ada pengaruh


penerapan atraumatic care terhadap tingkat
kecemasan anak usia prasekolah yang
menjalani proses hospitalisasi di ruang Sakura
RSUD Kabupaten Buleleng.
Saran
Adapun saran yang dapat peneliti
sampaikan yaitu: Kepada Institusi Pendidikan
penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan kepeda peserta didik tentang
pengaruh penerapan atraumatic care terhadap
tingkat kecemasan anak usia prasekolah yang
menjalani hospitalisasi. Bagi tempat penelitian
Hasil penelitian dan prosedur pelaksanaan
penerapan atraumatic care dapat digunakan
sebagai masukan bagi perawat, bidan dan
tenaga kesehatan lainnya dalam menangani
kecemasan pada anak usia prasekolah didalam
proses hospitalisasi. Serta peneliti selanjutnya
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
menambah wawasan serta pengetahuan
mengenai penerapan atraumatic care terhadap
tingkat kecemasan anak usia prasekolah yang
menjalani hospitalisasi, serta sebagai dasar
ilmiah dalam melakukan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Aspuah, Siti 2013. Kumpulan Kuisioner
Instrumen Penelitian Kesehatan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Aziz. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak
1. Jakarta: Salemba Medika
Debby. 2013.Hubungan Penerapan Atraumatic
Care Dengan Kecemasan Anak
Prasekolah Saat Proses Hospitalisasi di
RSU dr.H.Koesnadi. (Online).
(http://repository.unej.ac.id/pdf, diakses:
20 Februari 2016).
Erni Murniasih.2007. Hubungan Dukungan
Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan
Akibat Hospitalisasi. (online),
(http://eprints.ums.ac.id/pdf, diakses 19
Februari 2016).
Hidayat, A.A. 2009. Metode Penelitian
Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika.

Indrawati, Lilis, 2015. Buku Ajar Ilmu


Keperawatan Dasar. Jakarta: Salemba
Medika.
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi
Dan Anak. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. 2014. Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan: Pendekatan Praktis
Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.
Ramadini. 2015.Pengaruh Penerapan
Atraumatic Care Terhadap Respon
Kecemasan Anak Yang Mengalami
Hospitalisasi Di RSU Pancaran Kasih
GMIM Manado. eJournal Keperawatan
Volume 3 No 2 Mei 2015.
Resti Utami. 2012. Hubungan Penerapan
Atraumatic Care Dalam Pemasangan
Infus Terhadap Respon Kecemasan
Pada Anak Usia Prasekolah Yang
Mengalami Hospitalisasi. (Online).
(http://repository.unej.ac.id/pdf diakses:
17 Februari 2016).
Setiawan,dkk.2014. Keperawatan Anak Dan
Tumbuh Kembang.Yogyakarta: Nuha
Medika.
Soetjaningsih. 2009. Tumbuh Kembang Anak
Dan Remaja. Jakarta: Sagung Seto.
Sugiyono.
Utami, Yuli. 2014. Dampak Hospitalisasi
Terhadap Perkembangan Anak. Skripsi
(tidak diterbitkan). Jakarta: Fakultas
Ilmu Keperawatan Indonesia.
Titik Lestari. 2015. Kumpulan Teori Untuk
Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
WHO. 2008. Word Health Hospitalisasi
Definition and education Hospitalisasi .
(online), (http://ums.pustaka.acid,
diakses : 15 Februari 2016).

Anda mungkin juga menyukai