Pendahuluan: Hospitalisasi pada anak dapat menimbulkan rasa cemas kepada anak. Penerapan
atraumatic care bertujuan untuk meminimalkan kecemasan kepada anak yang menjalani proses
hospitalisasi. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penerapan atraumatic care
terhadap tingkat kecemasan anak usia prasekolah yang menjalani proses hospitalisasi di ruang sakura
RSUD Kabupaten Buleleng. Desain: Penelitian ini adalah pra-eksperimental, dengan rancangan one
group pre-post test design. Teknik pengambilan sampel menggunakan Non Probability Sampling
dengan teknik consecutive sampling. Sampel yang diteliti adalah anak usia prasekolah yang menjalani
proses hospitalisasi di ruang Sakura RSUD Kabupaten Buleleng sebanyak 38 anak. Pengumpulan data
menggunakan lembar observasi Spence Childrens Anxiety Scale (SCAS) Preschool. Hasil: Sebelum
diberikan penerapan atraumatic care yaitu (Mean) 31.29, Standar Deviation 6.633, Standar Error
Mean 1.076 dari 38 sampel yang digunakan dan setelah dilakukan penerapan atraumatic care selama
proses hospitalisasi (Mean) 24.58, Standar Deviation 7.811, dan Standar Error Mean 1.267 dari 38
sampel yang digunakan. Kesimpulan: Hasil analisa data menggunakan uji t-test dengan hasil nilai
p< (0.000<0.05) dengan demikian hipotesis nol (H0) ditolak, yang artinya ada pengaruh penerapan
atraumatic care terhadap tingkat kecemasan anak usia prasekolah yang menjalani proses hospitalisasi
di ruang Sakura RSUD Kabupaten Buleleng.
Kata Kunci: Atraumatic Care, Kecemasan Anak Prasekolah, Hospitalisasi
ABSTRACT
PENDAHULUAN
Hospitalisasi pada anak adalah proses
karena suatu alasan yang berencana atau darurat
mengharuskan anak untuk tinggal di rumah
sakit menjalani terapi dan perawatan sampai
pemulangan kembali ke rumah (Setiawan, dkk,
2014). Menurut Word Health Organization
(WHO)
2008,
hospitalisasi
merupakan
pengalaman yang mengancam ketika anak
menjalani hospitalisasi karena stressor yang
dihadapi dapat menimbulkan perasaan tidak
nyaman.
Menurut
Nursalam
(2013),
hospitalisasi pada anak dapat menyebabkan
kecemasan dan stress.
Dampak hospitalisasi pada anak berbedabeda tergantung oleh perkembangan usia,
pengalaman sakit dan dirawat di rumah sakit,
support system, serta keterampilan koping
dalam menangani stress. Kecemasan dan
ketakutan sangat mempengaruhi proses
pengobatan.
Apabila
anak
mengalami
kecemasan tinggi saat dirawat di rumah sakit
maka besar sekali kemungkinan anak akan
mengalami disfungsi perkembangan. Anak akan
mengalami gangguan seperti gangguan somatik,
emosional dan psikomotor.
Kecemasan merupakan keadaan perasaan
afektif yang tidak menyenangkan yang disertai
dengan sensasi fisik yang memperingatkan
orang terhadap bahaya yang akan datang (Titik
Lestari, 2015). Pengertian lain tentang
kecemasan adalah kecemasan (anxiety) kondisi
emosional yang tidak menyenangkan, yang
ditandai oleh perasan-perasaan subjektif seperti
ketegangan, ketakutan, kekhawatiran, dan juga
ditandai dengan aktifnya system saraf pusat
(Lilis Indrawati, 2015).
Penyebab dari kecemasan dipengaruhi
oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas
(perawat, dokter, dan tenaga kesehatan yang
lainnya), lingkungan baru, maupun keluarga
yang menunggu selama perawatan. Meskipun
dampak tersebut tidak secara langsung kepada
anak, secara psikologis anak akan merasakan
perubahan perilaku dari orang tua yang
menungguinya selama perawatan (Nursalam,
2013). Anak menjadi semakin stress sehingga
berpengaruh terhadap proses penyembuhannya,
yaitu penurunan respon imun. Pasien yang
mengalami kegoncangan jiwa akan mudah
terserang penyakit, karena pada kondisi stress
dan cemas akan terjadi penekanan sistem imun.
Mengatasi hal tersebut, perlu dilakukan
perbaikan kinerja perawat, terutama mengenai
pendekatan psikologis yang mengalami
kecemasan hospitalisasi. Salah satu model yang
digunakan dalam penerapan teknologi ini
Data
Umur
Umur
Umur
Maximum Minimum Mean
3
6
4.13
N
38
Pengalaman
Persentase
Frekuensi
Hospitalisasi
(%)
Pertama
33
86.8
Berulang
5
13.2
Total
38
100
Dapat dilihat bahwa dari 38 responden
yang menjadi subjek penelitian sebagian besar
pengalaman hospitalisasi pertama kali sebanyak
33 responden (86.8%) dan sebagian kecil
pengalaman berulang sebanyak 5 responden
(13.2%).
Tabel 5.4 Kriteria Kecemasan pada Anak Usia
HASIL PENELITIAN
Prasekolah Sebelum diberikan Penerapan
Penelitian ini menggunakan 38 sampel
Atraumatic Care di Ruang Sakura RSUD
anak usia prasekolah yang dirawat diruang
Std.
Std.
Sakura RSUD Kabupaten Buleleng dengan
Data
Mean
N
Deviatio
Error
karakteristik responden yang meliputi umur,
n
Mean
jenis kelamin, pengalaman hospitalisasi.
Pre
31.29 38
6.633
1.076
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden
Kabupaten Buleleng
Berdasarkan Jenis Kelamin di Ruang Sakura
Dapat dilihat dari 38 responden yang
RSUD Kabupaten Buleleng.
menjadi subjek penelitian bahwa rata-rata
Jenis
Frekuens Persenta
kecemasan anak usia prasekolah sebelum
Kelamin
i
se (%)
diberikan penerapan atraumatic care di Ruang
Laki-laki
21
53.8
Sakura RSUD Kabupaten Buleleng yaitu 31.29,
Perempuan
17
43.6
Standar Deviation 6.633, dan Standar Error
Mean 1.076.
Total
38
100
Tabel 5.5 Kriteria Kecemasan pada Anak Usia
Dapat dilihat bahwa dari 38 responden
Prasekolah Sesudah diberikan Penerapan
yang menjadi subjek penelitian berdasarkan
Atraumatic Care di Ruang Sakura RSUD
jenis kelamin anak usia prasekolah yaitu
Kabupaten Buleleng
sebagian
besar
Std.
Std.
Da
Dapat dilihat dari 38
Mean
N
Deviatio
Error
berjenis
kelamin
ta
n
Mean
responden yang menjadi
laki-laki sebanyak
subjek penelitian bahwa rata21 anak (53.8%) dan Pos 24.50 38
7.811
1.267
t
rata kecemasan anak usia
sebagian
kecil
prasekolah sesudah diberikan penerapan
berjenis kelamin perempuan sebanyak 17 anak
atraumatic care di Ruang Sakura RSUD
(43.6%).
Kabupaten Buleleng yaitu 24.50, Standar
Deviation 7.811, dan Standar Error Mean
1.267.
P
air 1
PrePost
Mean
Std.
Deviatio
n
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower
Uppe
r
6.789
3,655
.593
5.588
7.991
df
Sig. (2tailed)
11.4
51
37
.000