Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN TERAPI BERMAIN PUZZLE

UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN ANAK


PADA SAAT HOSPITALISASI DI RUANG ANAK

Untuk Menyelesaikan Tugas Profesi Keperawatan Anak


Program Profesi Ners

Disusun Oleh:
KELOMPOK 10

Devi Cahyana, S.Kep 11194692110095


Nor Atia, S.Kdep 11194692110114
Raihana, S. Kep 11194692110117
Utari Ermawati , S.Kep 11194692110125

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2022

LEMBAR PERSETUJUAN
Judul Terapi Bermain : Terapi Bermain Puzzle Untuk Menurunkan Tingkat
Kecemasan Anak Pada Saat Hospitalisasi Di Ruang
Anak
Tempat Pelaksanaan : Ruang Anak
Nama Anggota Kelompok : 1. Devi Cahyana, S.Kep
2. Nor Atia , S.Kep
3. raihana , S.Kep
4. Utari Ermawati, S.Kep

Banjarmasin, Mei 2022

Menyetujui,

RSUD. Ulin Banjarmasin Program Studi Profesi Ners


Preseptor Klinik (PK) Fakultas Kesehatan
Universitas Sari Mulia
Preseptor Akademik (PA)
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Terapi Bermain : Terapi Bermain Anak Pra Sekolah (3-6 tahun)
menggunakan Tebak Gambar
Tempat Pelaksanaan : Ruang Anak
Nama Anggota Kelompok : 1. Devi Cahyana, S.Kep
2. Nor Atia, S.Kep
3. Raihana, S.Kep
4. Utari Ermawati, S.Kep

Banjarmasin, Mei 2022

Menyetujui,

RSUD. Ulin Banjarmasin Program Studi Profesi Ners


Preseptor Klinik (PK) Fakultas Kesehatan
Universitas Sari Mulia
Preseptor Akademik (PA)
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Satuan Acara Penyuluhan terapi bermain ini yang alhamdulillah tepat pada
waktunya yang berjudul “Terapi Bermain Tebak Gambar“ Satuan Acara
Penyuluhan ini berisikan tentang terapi bermain yang akan diberikan oleh
kelompok kepada anak usia sekolah di rumah sakit.
Diharapkan Satuan Acara Penyuluhan ini dapat memberikan informasi
kepada kita semua tentang bagaimana cara melakukan terapi bermain, salah
satunya terapi bermain tebak gambar. Kami menyadari bahwa Satuan Acara
Penyuluhan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan Satuan Acara Penyuluhan ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Banjarmasin, Mei 2022

Kelompok 10
SATUAN ACARA PENYULUHAN
TERAPI BERMAIN

A. Latar Belakang
Berdasarkan data yang didapat dari Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak (2016), jumlah penduduk Indonesia
mencapai 258 juta jiwa, sepertiga diantaranya (32,24 %) adalah anak-anak.
Hal ini menunjukkan bahwa perubahan kesehatan pada anak akan sangat
mempengaruhi angka kesehatan nasional. Angka kesakitan anak di
Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Nasional (Susenas) tahun 2014
yang dikutip dalam Profil Anak Indonesia (2015), yaitu sebesar 15,26 %.
Angka kesakitan anak di daerah perdesaan sebesar 15,75 %, sementara
angka kesakitan di daerah perkotaan sebesar 14,74 %. Melihat fenomena di
atas angka kesakitan pada anak sangat tinggi, sehingga berdampak pada
peningkatan jumlah anak yang dirawat di rumah sakit. Anak yang dirawat di
rumah sakit akan mengalami masalah terhadap perubahan lingkungan,
ketidaknyamanan selama berada di rumah sakit (hospitalisasi) yang dapat
memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.
Hospitalisasi merupakan suatu keadaan krisis yang membuat anak
untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai
pemulangan ke rumah.Anak sekolah yang sakit dan harus dirawat di rumah
sakit dapat mengalami pengalaman yang tidak menyenangkanpada anak
sekolah memunculkan berbagai respon terhadap pengalaman hospitalisasi.
Respon yang paling umum pada anak sekolah yang menjalani hospitalisasi
adalah kecemasan (Supartini, 2011).
Anak yang dirawat mengalami dampak hospitalisasi, salah satunya
anak usia sekolah dimana anak tersebut mengalami rasa cemas, takut
terhadap perawat, sering menangis, rewel, tidak mau makan, tidak mau
menggerakkan tangan yang terpasang infus, menolak untuk mobilisasi,
bahkan menolak untuk dilakukan tindakan keperawatan. Anak yang
mengalami kecemasan jika tidak dilakukan penanganan untuk mengatasi
rasa cemasnya, akan mengakibatkan perilaku tidak kooperatif. Salah
satunya anak akan melakukan penolakan terhadap tindakan perawatan dan
pengobatan yang diberikan. Perilaku penolakan tersebut dapat berpengaruh
terhadap lamanya hari rawat, memperberat kondisi anak, menghambat
tumbuh kembang anak, serta dapat menyebabkan kematian pada anak.
Melihat fenomena tersebut, maka pemberian terapi aktivitas bermain sangat
diperlukan untuk memfasilitasi perkembangan anak sekolah selama
mengalami hospitalisasi. Perawat merupakan salah satu pemberi pelayanan
yang terdekat dengan pasien, sehingga peran perawat sangat penting dalam
mengurangi masalah hospitalisasi (Saputro & Fazrin, 2017).
Peran perawat dalam meminimalkan kecemasan pada anak sekolah
yang menjalani hospitalisasi sangat diperlukan agar anak berperilaku lebih
kooperatif, mudah beradaptasi dan tidak terjadi penurunan sistem imun lain.
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan untuk mengurangi atau
menghilangkan kecemasan pada anak prasekolah berupa terapi
bermain.Terapi bermain merupakan terapi yang paling efektif untuk
menurunkan kecemasan pada anak prasekolah (Wong, 2012).
Bermain di rumah sakit banyak manfaatnya, antara lain dapat
memberikan pengalihan dan menyebabkan relaksasi sehingga
menghilangkan ketakutan dan ketegangan, membantu anak merasa lebih
aman dilingkungan asing atau baru baginya, membantu mengurangi stres
akibat perpisahan dan perasaan rindu rumah, mengurangi stres akibat
tindakan keperawatan yang dilakukan dan sebagai alat ekspresi ide-ide dan
minat (Wong, 2019). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
meminimalkan pengaruh hospitalisasi pada anak yaitu dengan melakukan
kegiatan bermain (Syarif, 2018).
Terapi bermain merupakan aspek penting pada anak yang dilakukan
untuk mengurangi stressor dan kecemasan pada anak yang sedang
menjalani proses rawat inap. Puzzle merupakan jenis permainan edukatif
untuk melatih pola pikir anak dalam menyusun potongan-potongan menjadi
satu kesatuan yang utuh. Puzzle memiliki keunggulan banyak warna
sehingga menarik perhatian dan minat anak untuk belajar dan bermain
(Saputro, 2017). Berdasarkan peneltiain Fransiska et al (2019), menunjukan
bahwa tingkat kecemasan anak usia prasekolah sebelum dilakukan terapi
bermain puzzle pada saat hospitalisasi di Ruang Anak RS Bhayangkara
Sartika Asih, sebagian besar responden mengalami tingkat kecemasan
ringan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kecemasan anak
prasekolah mengalami penurunan yang signifikan setelah diberikan terapi
bermain puzzle dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terapi bermain
puzzle mempengaruhi tingkat kecemasan pada anak sebelum sekolah
(Islaeli et al., 2020).
Berdasarkan latar belakang diatas, kelompok 10 tertarik melaksanakan
terapi bermain dengan media permainan puzzle pada anak- anak yang
dirawat di Ruang Anak RSUD Ulin Banjarmasin sebagi upaya menurunkan
tingkat kecemasan selama menjalanlkan hospitalisasi pada anak.

B. Tujuan
1) Tujuan Umum
Anak diharapkan dapat kooperatif danmudah diajak kerjasama
ketika menjalani pengobatan selama di rawat di rumah sakit melalui
permainan tebak gambar.
2) Tujuan Khusus
Setelah mengikuti permainan selama 15 menit anak akan mampu:
a. Mengembangkan kreativitas, dan konsentrasi
b. Mengekspresikan perasaannya selam menjalani perawatan
c. Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan
d. Mengubah tingkah laku anak yang tidak sesuai menjadi tingkah laku
anak yang diharapkan
e. Mempererat hubungan antara perawat dan anak

C. Kriteria Peserta Penyuluhan


Kriteria peserta penyuluhan ini adalah
1. Peserta pasien rawat inap di ruang anak RSUD Ulin Banjarmasin.
2. Peserta bersedia mengikuti terapi bermain.

D. Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan berupa terapi bermain tebak gambar pada anak
usia pra sekolah (3-6 tahun) di ruang anak RSUD Ulin Banjarmasin.

E. Sasaran
Anak-anak usia pra sekolah (3-6 tahun) yang di rawat di ruang anak
dengan target 8 orang anak yang tidak ada penyakit komplikasi dan penyakit
menular.
F. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Kamis, 12 Mei 2022
Pukul : 13.00 WITA – 13.30 WITA
Tempat : Ruang rawat inap anak (Tulip)

No Waktu Terapy Anak Ket


1 5 Pembukaan :
menit 1. Co-Leader membuka 1. Menjawab salam
dan mengucapkan
salam 2. Mendengarkan
2. Memperkenalkan diri 3. Mendengarkan
terap
3. Memperkenalkan 4. Mendengarkan dan
pembimbing saling berkenalan
4. Memperkenalkan anak
satu persatu dan anak
saling berkenalan 5. Mendengarkan
dengan temannya 6. Mendengarkan
5. Kontrak waktu dengan
anak
6. Mempersilahkan
Leader
2 20 Kegiatan bermain :
menit 1. Leader menjelaskan 1. Mendengarkan
cara permainan
2. Menanyakan pada 2. Menjawabpertanyaan
anak, anak mau
bermain atau tidak 3. Menerima permainan
3. Menbagikan 4. Bermain
permainan
4. Leader ,co-leader, dan 5. Bermain
Fasilitator memotivasi
anak 6. Mengungkapkan
5. Fasilitator perasaan
mengobservasi anak
6. Menanyakan perasaan
anak

3 5 Penutup :
menit 1.Leader Menghentikan 1. Selesai bermain
permainan
2.Menanyakan perasaan 2. Mengungkapkan
anak perasaan
3.Menyampaikan hasil 3. Mendengarkan
permainan 4. Senang
4.Memberikan hadiah
pada anak yang cepat
menyelesaikan
gambarnya dan bagus 5. Senang
5.Membagikan
souvenir/kenang-
kenangan pada semua
anak yang bermain 6. Mengungkapkan
6.Menanyakan perasaan perasaan
anak 7. Mendengarkan
7.Co-leader menutup 8. Menjawab salam
acara
8.Mengucapkan salam

G. Media dan Alat


1. Puzzle

H. Metode
Metode yang dilakukan adalah demonstrasi secara langsung yang
dilakukan oleh anak sesuai dengan instruksi yang diberikan.

I. Pengorganisasian
Pembimbing Akademik : Paul Joae Brett Nito, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Pembimbing Klinik : Gustina Damayanti, S.Kep., Ns.
Leader : Raihana, S.Kep
Co Leader : Utari Ermawati, S.Kep
Fasilitator : Devi Cahyana, S.Kep
Observer : Nor Atia, S.Kep

J. Job Describtion
1. Leader
Bertangguang jawab terhadap terlaksananya terapi bermain, yaitu
membuka dan menutup kegiatan ini.
2. Co Leader
Menjelaskan pelaksanaan dan mendemonstrasikan aturan dan cara
bermain dalam terapi bermain
3. Fasilitator
a. Memfasilitasi anak untuk bermain
b. Membimbing anak bermain
c. Memperhatikan respon anak saat bermain
d. Mengajak anak untuk bersosialisasi dengan temannya
4. Observer
a. Mengawasi jalannya permainan
b. Mencatat proses permainan disesuaikan dengan rencana
c. Mencatat situasi penghambat dan pendukung proses bermain
d. Menyusun laporan dan menilai hasil permainan dibantu Leader dan
fasilitator
K. Langkah Kegiatan Permainan
1. Persiapan
Klien membentuk persegi
2. Fase Orientasi
a) Leader membuka acara
b) Melakuakn perkenalan (terapis dank klien)
c) Leader menyampaikan tujuan terapi Bermain
d) Leader membuat validasi kontrak
e) Leader dibantu Co-Leader menjelaskan cara bermain congklak
3. Fase Kerja
Pelaksanaan terapi bermain ular tangga
a) Leader memimpin peserta dan terapis untuk bermain puzzle
b) Leader memandu terapi bermain puzzle bersama pasien
c) Mengobservasi terapi bermain pasien dan pasien lain
d) Leader menutup kegiatan terapi bermain
4. Fase Terminasi
a) Leader menanyakan perasaan peserta setelah mengikuti terapi
bermain
b) Leader menanmemberikan pujian kepada klien
c) Leader membuat kontrak untuk yang akan datang
d) Leader menutup acara

L. Setting Tempat
Terapi bermain ini dilakukan di Ruang Anak lantai 2 dengan setting
tempat sebagai berikut :

M. Kriteria Evaluasi
1) Evaluasi Struktur
a Kesiapan media dan tempat
b Penyelenggaraan terapi bermain dilakukan di ruang anak.
Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum
terapi bermain dilaksanakan.
2) Proses Evaluasi
a Leader dapat memimpin jalannya permainan, dilakukan dengan tertib
danteratur
b Co.Leader dapat membantu tugas leader dengan baik
c Fasilitator dapat memfasilitasi dan memotivasi anak dalam permainan
100% anak dapat mengikuti permainan secara aktif dari awal sampai
akhir
3) Evaluasi Hasil
a Peserta memahami permainan yang telah dimainkan
b Anak telah belajar mengembangkan hubungan sosial, komunikasi
dan belajar untuk sabar dan saling menghargai.
c Anak merasa terlepas dari ketegangan dan stress selama
hospitalisasi, anak dapat mengalihkan rasa sakitnya pada
permainannya (distraksi dan relaksasi), anak dapat berinteraksi
dengan anak lain dan perawat
d Target peserta 8 orang

Anda mungkin juga menyukai