Anda di halaman 1dari 14

TERAPI BERMAIN ANAK - MEWARNAI GAMBAR

STASE PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN ANAK (PPKA)


DI RUANG AL HAITAM RS ISLAM BANJARMASIN

Disusun Oleh:
Kelompok 23 C.2 AJ
Aditya Hermawan, S.Kep
Andi Norhalipah, S.Kep
Kiki Marliana, S.Kep
Nadra Yana, S.Kep
Nana Mariana, S.Kep
Sairani, S.Kep

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan kasih
-Nyalah sehingga kami dapat menyusun Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Terapi Bermain Anak
Mewarnai Gambar yang telah ditentukan. SAP terapi bemain ini diajukan guna memenuhi tugas
profesi yang diberikan pada stase Keperawatan Anak.

Pada kesempatan ini juga kami berterima kasih atas bimbingan dan masukan dari semua pihak
yang telah memberi kami bantuan wawasan untuk dapat menyelesaikan SAP Terapi Bermain ini
baik itu secara langsung maupun tidak langsung.

Kami menyadari isi SAP Terapi Bernain ini masih jauh dari kategori sempurna, baik dari segi
kalimat, isi maupun dalam penyusunan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari
dosen mata kuliah yang bersangkutan, sangat kami harapkan demi kesempurnaan SAP Terapi
Bermain ini.

Banjarmasin, 11 Januari 2024

Kelompok 23 C.2 AJ
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Aryani dan Zaly (2021), perkembangan anak-anak tidak lepas dari bermain.
Bagi anak, seluruh aktivitasnya adalah bermain yang juga mencakup bekerja,
kesenangannya dan metode bagaimana mereka mengenal dunia. Ketika bermain, anak
tidak hanya sekedar melompat, melempar atau berlari, tetapi mereka bermain dengan
menggunakan seluruh emosi, perasaan, dan pikirannya. Hal ini akan menjadi bermasalah
ketika anak harus menjalani rawat inap di rumah sakit yaitu terganggunya kebutuhan
bermain anak.Bermain dapat digunakan sebagai media psiko terapi atau pengobatan
terhadap anak yang dikenal dengan sebutan terapi bermain. Adapun tujuan dari terapi
bermain bagi anak yang dirawat di rumah sakit adalah mengurangi perasaan takut, cemas,
sedih, tegang dan nyeri. Dalam proses hospitalisasi, ketakutan dan kecemasan yang
dialami anak apabila tidak mendapat penanganan yang memadai dapat mempengaruhi
keberhasilan pengobatan dan perawatan. Selain itu, kecemasan juga dapat mengakibatkan
dampak buruk pada kehidupan selanjutnya secara menetap. Berdasarkan data UNICEF
jumlah anak usia prasekolah di 3 negara terbesar dunia mencapai 148 juta 958 anak
dengan insiden anak yang dirawat di rumah sakit 57 juta anak setiap tahunnya dimana
75% mengalami trauma berupa ketakutan dan kecemasan saat menjalani perawatan. Di
Indonesia jumlah anak usia prasekolah (3-5 tahun) sebesar 30,82% dari total penduduk
Indonesia. Diperkirakan 35 per 100 anak menjalani kecemasan saat menjalani perawatan
di Rumah Sakit.

Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan dirawat di rumah
sakit. Keadaan ini terjadi karena anak berusaha untuk berada untuk beradaptasi dengan
lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit, sehingga kondisi tersebut menjadi stressor
baik terhadap anak maupun orangtua dan keluarga. Lingkungan perawatan rumah sakit
yang dapat menimbulkan rasa takut dan kecemasan pada anak. Terjadinya luka pada anak
akibat tindakan keperawatan merupakan penyebab utama kecemasan pada anak usia
prasekolah yang mengalami hospitalisasi. Hospitalisasi merupakan pengalaman yang
tidak menyenangkan dan akan memunculkan respon kecemasan pada anak. Dampak
kecemasan yang bisa terjadi pada anak prasekolah seperti menarik diri, menangis, tidak
mau berpisahdengan orang tua, tingkah laku protes serta lebih peka lagi dan pasif seperti
menolak makan dan menolak tindakan invasif yang diberikan perawat sehingga akan
memperlambat proses penyembuhan anak. Untuk mengurangi dampak kecemasan akibat
hospitalisasi yang dialami anak diperlukan suatu media yang dapat mengungkapkan rasa
cemas anak, salah satunya yaitu terapi bermain. Terapi bermain merupakan kegiatan
untuk dapat membantu proses penyembuhan anak dan sarana dalam melanjutkan
perkembangan yang optimal. Salah satu terapi bermain yang sesuai dengan usia anak
prasekolah adalah terapi bermain mewarnai gambar.

Selain perkembangan fisik, bermain juga dapat mengembangkan kemampuan berpikir


bagi anak. Dalam Islam, kemampuan intelektual menjadi salah satu faktor ditinggikannya
derajat seseorang oleh Allah setelah faktor keberimanan terpenuhi.
Allah SWT berfirman dalam QS Al Mujadillah ayat 11 :

‫َو ِإ َذ ا ِق ي َل ا ْنُش ُز وا َف ا ْنُش ُز وا َي ْر َف ِع ال َّل ُه ا َّل ِذ يَن آ َم ُن وا ِم ْنُك ْم َو ا َّل ِذ يَن ُأ و ُت وا ا ْل ِع ْل َم َد َر َج ا ٍت ۚ َو ال َّل ُه ِبَم ا َتْع َم ُل وَن‬
‫َخ ِب يٌر‬

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan” (QS al-Mujadilah: 11).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengurangi kejenuhan anak pada saat menjalani perawatan.
2. Untuk meningkatkan adaptasi efektif pada anak terhadap stress hospitalisasi.
3. Untuk meningkatkan kemampuan daya tangkap atau konsentrasi anak.
4. Untuk meningkatkan koping yang efektif untuk mempercepat penyembuhan.
5. Untuk menambah pengetahuan mengenali warna.
6. Untuk mengembangkan imajinasi pada anak
BAB 2
KONSEP TERAPI BERMAIN

2.1 Konsep Bermain


Menurut Nuliana (2022), salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi kecemasan
pada anak yang dihospitalisasi adalah dengan terapi bermain. Terapi bermain merupakan
tindakan keperawatan yang diberikan pada anak yang di hospitalisasi untuk membantu
anak selama mendapatkan pengobatan dan perawatan sehingga penyembuhan dapat
dipercepat. Melalui bermain anak dapat memperbaiki keterampilan motorik kasar dan
halus, melepaskan stress dan ketegangan, menolong anak pada situasi atau lingkungan
yang menakutkan, serta meningkatkan perkembangan bakat dan minat khusus anak. Efek
lainnya dari terapi ini, adalah dapat meningkatkan koping dan kognitif anak. Banyaknya
manfaat yang dapat diberikan melalui terapi bermain, sehingga terapi bermain sangat
dianjurkan untuk dilakukan pada anak yang di hospitalisasi termasuk anak usia prasekolah.
Berbagai jenis permainan diyakini memiliki dampak positif untuk menurunkan
kecemasan. Akan tetapi, sangat sedikit kajian pustaka yang menyelidiki efek
menguntungkan dengan membandingkan berbagai jenis permainan dalam meningkatkan
status psikologis anak prasekolah, khususnya kecemasan selama dihospitalisasi.

2.2 Konsep Bermain Dengan Mewarnai Gambar


2.2.1 Definisi Mewarnai Gambar
Menurut Latip, et al (2022), secara harfiah mewarnai merupakan kegiatan memberi
warna pada sebuah gambar. Mewarnai merupakan keterampilan memberikan warna
pada suatu media, baik saat sedang menggambar atau membubuhkan warna pada
bidang-bidang suatu gambar. Potensi kreativitas anak penting dikembangkan
melalui cara belajar yang tepat, menarik, dan disukai anak, sehingga anak bisa
menuangkan ide-idenya dengan nyaman. Mewarnai adalah proses memberi warna
pada suatu media. Mewarnai gambar diartikan sebagai proses memberi warna pada
media yang sudah bergambar. Mewarnai gambar merupakan terapi permainan yang
kreatif untuk mengurangi stress dan kecemasan serta meningkatkan komunikasi
pada anak.
2.2.2 Manfaat Mewarnai Gambar
a. Memberikan kesempatan pada anak untuk bebas berekspresi dan sangat
terapeutik (sebagai permainan penyembuh/”therapeutic play”).
b. Dengan bereksplorasi menggunakan gambar, anak dapat membentuk,
mengembangkan imajinasi dan bereksplorasi dengan ketrampilan motorik halus.
c. Mewarnai gambar juga aman untuk anak usia toddler, karena menggunakan
media kertas gambar dan crayon.
d. Anak dapat mengeskpresikan perasaannya atau memberikan pada anak suatu
cara untuk berkomunikasi, tanpa menggunakan kata.
e. Sebagai terapi kognitif, pada anak menghadapi kecemasan karena proses
hospitalisasi, karena pada keadaan cemas dan stress, kognitifnya tidak akurat
dan negatif.
f. Bermain mewarnai gambar dapat memberikan peluang untuk meningkatkan
ekspresi emosinal anak, termasuk pelepasan yang aman dari rasa marah dan
benci.
g. Dapat digunakan sebagai terapi permainan kreatif yang merupakan metode
penyuluhan kesehatan untuk merubah perilaku anak selama dirawat dirumah
sakit.
BAB 3
SAP TERAPI BERMAIN ANAK MEWARNAI GAMBAR

Pokok Bahasa : Terapi Bermain Pada Anak di Rumah Sakit


Sub Pokok Bahasan : Terapi Barmain Anak Usia 3-10 tahun
Tujuan : Mengoptimalkan Tingkat Perkembangan Anak
Hari/Tanggal : Kamis, 11 Januari 2024
Jam/Durasi : 10.00 wita/ 30 menit
Tempat Bermain : Ruang Al Haitam RS Islam Banjarmasin
Peserta : Untuk kegiatan ini peserta yang dipilih adalah pasien di Ruang Anak
yang memenuhi kriteria :
- Anak usia 3 - 10 tahun
- Tidak mempunyai keterbatasan fisik
- Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga
- Pasien kooperatif
- Anak usia pra sekolah dan sekolah sebanyak 4 orang didampingi
keluarga
Target : 4 orang

A. Sarana dan Media


Sarana:
- Ruangan tempat bermain
- Tikar untuk duduk
Media:
- Kertas yang sudah bergambar
- Crayon / Pensil Warna
B. Pengorganisasian
Leader : Sairani, S.Kep
Co Leader : Kiki Marliana, S.Kep
Observer : Nana Mariana, S.Kep
Fasilitator : Aditya Hermawan, S.Kep, Andi Norhalipah, S.Kep, Nadra Yana, S.Kep

Pembagian Tugas
Peran Leader :
- Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan jalan menciptakan
situasi dan suasana yang memungkinkan klien termotivasi untuk mengekspresikan
perasaannya
- Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau mendominasi
- Koordinator, yaitu mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian tujuan dengan cara
memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam kegiatan.

Peran Co Leader :
- Mengidentifikasi issue penting dalam proses, mengidentifikasi strategi yang digunakan
leader, mencatat modifikasi strategi untuk kelompok pada sesion atau kelompok yang
akan datang, memprediksi respon anggota kelompok pada sesion berikutnya

Peran Fasilitator :
- Mempertahankan kehadiran peserta, mempertahankan dan meningkatkan motivasi
peserta, mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar maupun
dari dalam kelompok

Peran Observer :
- Mengamati keamanan jalannya kegiatan play therapy, memperhatikan tingkah laku
peserta selama kegiatan, memperhatikan ketepatan waktu jalannya kegiatan play therapy,
menilai performa dari setiap tim terapis dalam memberikan terapi

C. Setting Tempat

: Leader

: Co-Leader

: Peserta

: Observer

: Fasilitator

: Keluarga Peserta
D. Susunan Kegiatan
No Waktu Terapi Anak Keterangan
1 5 menit Pembukaan :
1. Co-Leader membuka dan Menjawab salam
mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri Mendengarkan
3. Memperkenalkan Mendengarkan
pembimbing
4. Memperkenalkan anak satu Mendengarkan dan
persatu dan anak saling saling berkenalan
berkenalan dengan
temannya Mendengarkan
5. Kontrak waktu dengan anak Mendengarkan
6. Mempersilahkan Leader
2 20 menit Kegiatan bermain :
1. Leader menjelaskan cara Mendengarkan
permainan
2. Menanyakan pada anak, Menjawab pertanyaan
anak mau bermain atau
tidak Menerima permainan
3. Membagikan permainan Bermain
4. Leader,co-leader,dan
Fasilitator memotivasi anak Bermain
5. Fasilitator mengobservasi
anak Mengungkapkan
6. Menanyakan perasaan anak perasaan
3 5 menit Penutup :
1. Leader Menghentikan Selesai bermain
permainan
2. Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan
perasaan
3. Menyampaikan hasil Mendengarkan
permainan
4. Memberikan hadiah pada Senang
anak yang cepat
menyelesaikangambarnya
dengan bagus
5. Membagikan Senang
souvenir/kenang-kenangan
pada semua anak yang
bermain
6. Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan
perasaan
7. Co-leader menutup acara Mendengarkan
8. Mengucapkan salam Menjawab salam

E. Lembar Observasi

Keaktifan Mood
No Nama Motorik Halus
Aktif Kurang Baik Kurang
1 An. D Mewarna  
2 An. M Mewarna  
3 An. A Mewarna  
4 An. N Mewarna  

F. Evaluasi
1. Evaluasi struktur yang diharapkan
a) Alat-alat yang digunakan lengkap
b) Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana
2. Evaluasi proses yang diharapkan
a) Terapi dapat berjalan dengan lancar
b) Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
c) Hambatan saat melakukan terapi : tangan kanan terpasang infus, jadi mewarna
gambar dengan tangan kiri, sehingga hasil warna gambar kurang maksimal
d) Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai tugasnya
3. Evaluasi hasil yang diharapkan
a) Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan menghasilkan satu gambar yang
diwarnai
b) Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
c) Anak merasa senang
d) Anak tidak takut lagi dengan perawat
e) Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai
f) Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan aktifitas bermain
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Menggambar merupakan sebuah ekspresi yang dikeluarkan oleh seseorang yang
didalamnya menunjukkan sebuah senindan mengandung arti atau makna tertentu.
Menggambar bisa dijadikan metode terapi pada seorang anak yang sedang sakit untuk
menghibur dan mengeksplorasi dirinya baik dari intelegensi dan emosional.

Selain perkembangan fisik, bermain juga dapat mengembangkan kemampuan berpikir bagi
anak. Dalam Islam, kemampuan intelektual menjadi salah satu faktor ditinggikannya derajat
seseorang oleh Allah setelah faktor keberimanan terpenuhi.

4.2 Saran
1. Orang tua
Sebaiknya orang tua lebih selektif dalam memilih permainan bagi anak agar anak dapat
tumbuh dengan optimal. Pemilihan permainan yang tepat dapat menjadi poin penting dari
stimulus yang akan didapat dari permainan tersebut. Faktor keamanan dari permainan
yang dipilih juga harus tetap diperhatikan.
2. Rumah Sakit
Sebagai tempat pelayanan kesehatan, sebaiknya rumah sakit dapat meminimalkan trauma
yang akan anak dapatkan dari hospitalisasi dengan melaksanakan terapi bermain secara
rutin.
3. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat tetap membantu anak untuk mengurangi dampak
hospitalisasi dengan terapi bermain yang sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak.
Karena dengan terapi bermain yang tepat, maka anak dapat terus melanjutkan tumbuh
kembang anak walaupun dirumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran Al-Karim dan Terjemahannya dengan Transliterasi, Departemen Agama RI, Semarang
: PT. Karya Toha Putra, t.t.

Latip, Achmad, et al. (2022). Literature Review : Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai
Terhadap Tingkat Kooperatif Anak Prasekolah yang Menjalani Hospitalisasi. Jurnal
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. Volume 2 No.3 Juli 2022 (210-216). Termuat
dalam : <comserva.publikasiindonesia.id>. Diakses tanggal 08 Desember 2023.

Aryani & Zaly. (2021). Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Gambar terhadap Kecemasan
Hospitalisasi pada Anak Prasekolah. Jurnal Akademka Baiturrahim Jambi(JABJ) Vol
10, No1, Maret 2021. Termuat dalam : <jab.stikba.ac.id>. Diakses tanggal 08
Desember 2023.

Nuliana. 2022. Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Penurunan Kecemasan pada Anak Usia
Prasekolah : Literature Review. DOI 10.32695/JKIT.V2I1.260. Termuat dalam :
<https://www.jurnalpoltekkesmaluku.com>. Diakses tanggal 08 Desember 2023.

Banjarmasin, 11 Januari 2024

Preseptor Klinik Preseptor Akademik

(Fitriani Rahmadani, S.Kep.,Ns) (Mariani ,Ns., M.Kep)


Dokumentasi Terapi Bermain Anak – Mewarnai Gambar:

Anda mungkin juga menyukai