Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PERENCANAAN

TERPI PERMAIN PADA PASIE ANAK DIRUANG SHOFA RSI


MUHAMADIYAH TEGAL

Disusun oleh :
1. Amalya Zukhruf
2. Indah Tri Wulandari
3. Laelatul Khasanah
4. Priti Prihatin
5. Selina Mutiara
6. Selma Pratiwi
7. Wilda Nur Enggi
Pembibing : Khadijah, M. Kep

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN PROFESI DAN NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
(STIKES BHAMADA SLAWI)
Jln. Cut Nyak Dhien No.16, Desa Kalisapu, Kec. Slawi - Kab. Tegal 52416
Telp.(0283) 6197570, 6197571 Fax. (0283) 6198450 Home page.
http:/stikesbhamada.ac.id email stikes_bhamada@yahoo.com
2018
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hospitalisasi selama kanak-kanak adalah pengalaman yang memiliki efek yang
lama, kira-kira satu dari tiga anak pernah mengalami hospitalisasi (Foster and
Humsberger, 1998). Hospitalisasi menjadi stresor terbesar bagi anak dan keluarganya
yang menimbulkan ketidaknyamanan, jika koping yang biasa digunakan tidak mampu
mengatasi atau mengedalikan akan berkembang menjadi krisis. Tetapi besarnya efek
tergantung pada masing-masing anak dalam mempersepsikannya.
Hospitalisasi dapat merupakan satu penyebab stres bagi anak dan keluarganya.
Tetapi tingkat stresor terhadap panyakit dan hospitalisasi tersebut berbeda menurut anak
secara individu. Mungkin seorang anak menganggap hal itu sebagai hal yang biasa tetapi
mungkin yang lainnya menganggap hal tersebut sebagai suatu stresor. Upaya yang
dilakukan adalah meminimalkan stress sebagai pengaruh negatif dari hospitalisasi yaitu
melakukan kegiatan “Terapi Bermain”. Bermain dipercaya mampu menurunkan stress
pada anak akibat lingkungan yang baru dan tindakan invasif selama proses perawatan di
rumah sakit.
Bermain dan anak merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Aktivitas bermain selalu dilakukan anak dan aktivitas anak selalu menunjuk kepada
kegiatan bermain. Bermain dan anak sangat erat kaitannya hubungannya. Menurut Catron
dan Allen dalam bukunya Early Childhood Curriculum A Creative-Play Model (1999)
mengatakan bahwa bermain merupakan wahana yang memungkinkan anak-anak
berkembang optimal. Bermain secara langsung mempengaruhi seluruh wilayah dan aspek
perkembangan anak. Kegiatan bermain memungkinkan anak belajar tentang diri mereka
sendiri, orang lain, dan lingkungannya. Dalam kegiatan bermain, anak bebas untuk
berimajinasi, bereksplorasi, dan menciptakan sesuatu.
Mewarnai gambar merupakan terapi permainan yang kreatif untuk mengurangi
stress dan kecemasan serta meningkatkan komunikasi pada anak. Menggambar atau
mewarnai bila sebagai suatu permainan yang “nondirective” memberikan kesempatan
anak untuk bebas berekspresi dan sangat “theurapeutic”(sebagai permainan penyembuh/
“theurapeutic play”) (Whaley, 1991). Mengekpresikan perasaan dengan menggambar/
mewarnai gambar, berarti memberikan pada anak suatu cara untuk berkomunikasi, tanpa
menggunakan kata (Veltman, 2000).
Salah satu manfaat bermain bagi anak adalah untuk meningkatkan daya kreativitas
dan membebaskan anak dari stres. Kreativitas anak akan berkembang melalui permainan.
Ide-ide yang orisinil akan keluar dari pikiran mereka. Bermain juga dapat membantu anak
untuk lepas dari stres kehidupan sehari-hari. Stres pada anak dapat disebabkan oleh
rutinitas harian selama hospitalisasi yang membosankan.
B. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan terapi bermain selama kurang lebih 30 menit diharapkan anak dapat
terstimulasi kemampuan motorik dan kreativitasnya.
2. Tujuan Instruksional Khusus
a. Anak dapat melakukan interaksi dan bersosialisasi dengan dengan teman
sesamanya
b. Menurunkan perasaan hospitalisasi.
c. Dapat beradaptasi dengan efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat
d. Meningkatkan latihan konsentrasi
e. Mengurangi rasa takut dengan tenaga kesehatan.
f. Melanjutkan perkembangan ketrampilan motorik halus
C. SASARAN
Yang menjadi sasaran dalam terapi bermain adalah anak yang sedang menjalani
perawatan di ruang Shofa RSI Muhamadiyah Tegal usia prasekolah (3-6 tahun).
BAB 11
DESKRIPSI KASUS

A. KARAKTERISTIK SASARAN
Sasaran dalam proses hospitalisasi, terjadi apabila dalam masa pertumbuhan dan
perkembangan anak mengalami suatu gangguan fisik maupun mentalnya yang
memungkinkan anak untuk mendapatkan perawatan di rumah sakit. Dalam hal ini
karakteristik sasaran dari terapi bermain yaitu anak dengan tubuh yang lehan, dengan
keadaan yang stress dan gelisah, dengan keinginan untuk bermain tetapi dibatasi oleh
keadaan tubuh yang tidak memungkinkan.

B. ANALISA KASUS
Kecemasan hospitalisasi pada anak dapat membuat anak menjadi susah makan,
tidak tenang, takut, gelisah, cemas, tidak mau bekerja sama dalam tindakan medikasi
sehingga menggangu proses penyembuhan anak (Stuart, 2007). Masa hospitalisasi pada
anak prasekolah juga dapat menyebabkan post traumatic stres disorder (PSTD) yang
dapat menyebabkan trauma hospitalisasi berkepanjangan bahkan setelah anak beranjak
dewasa (Perkin dkk, 2013). Banyak anak menolak diajak ke Rumah Sakit, apalagi
menjalani rawat inap dalam jangka waktu yang lama. Peralatan medis yang terlihat bersih
dirasakan
cukup menyeramkan bagi anak-anak. Begitu juga dengan bau obat yang
menyengat dan penampilan pra staf Rumah Sakit dengan baju putihnya yang terkesan
angker. Salah satu cara independent untuk menurunkan stres akibat hospitalisasi pada
anak usia prasekolah adalah terapi bermain. Dan pada analisa kasus pada ruangan shofa
ini terapi yang paling sesuai dengan keadaan anak – anak yang dirawat diruang shofa
tersebut yaitu mewarnai karena tidak mengeluarkan banyak tenaga tetapi hanya
membutuhkan kekreatifian dan focus dan dengan melihat banyak gambar dan juga warna
akan memberikan kesan hidup dan menyenangkan bagi anak.
C. PRINSIP BERMAIN MENURUT TEORI
Terapi bermain adalah suatu aktivitas bermain yang dijadikan sarana untuk
menstimulasi perkembangan anak, mendukung proses penyembuhan dan membantu anak
lebih kooperatif dalam program pengobatan serta perawatan. Bermain dapat dilakukan
oleh anak sehat maupun sakit. Walaupun anak sedang dalam keadaan sakit tetapi
kebutuhan akan bermainnya tetap ada. Melalui kegiatan bermain, anak dapat mengalihkan
rasa sakitnya pada permainannya dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan
permainan (Evism, 2012).
D. KARAKTERISTIK PERMAINAN MENURUT TEORI
Menurut Wong (2009) bentuk permainan yang sesuai dengan anak usia 3-6 tahun
antara lain : bermain menyusun puzzle, bermain game sederhana, bermain musik,
bermain peran, mendengarkan cerita, melihat buku-buku bergambar, menggambar dan
mewarnai gambar. Dengan menggambar anak anak dapat mengekspresikan perasaannya,
ini berarti menggambar bagi anak merupakan suatu cara untuk berkomunikasi tanpa
menggunakan kata-kata, menggambar juga dapat membantu menyalurkan bentuk-bentuk
emosi yang dirasakan anak melalui gambar (Muhammad, 2009).
Melalui menggambar dan mewarnai gambar, seorang dapat menuangkan
simbolisasi tekanan atau kondisi traumatis yang dialaminya kedalam coretan dan
pemilihan warna. Dinamika secara psikologis menggambarkan bahwa individu dapat
menyalurkan perasaan-perasaan yang tersimpan dalam bawah sadarnya dan tidak dapat
dimunculkan kedalam realita melalui gambar. Melalui aktifitas menggambar dan
mewarnai gambar, emosi dan perasaan yang ada didalam diri bisa dikeluarkan, sehingga
dapat menciptakan koping yang positif. Koping positif ini ditandai dengan perilaku dan
emosi yang positif. Keadaan tersebut akan membantu dalam mengurangi stres yang
dialami anak (Hidayah, 2011).
BAB 111
METODOLOGI BERMAIN

A. JUDUL PERMAINAN
Mewarnai
B. DESKRIPSI PERMAINAN
Perawat membagi menjadi beberapa bagian, ada bberapa yang membantu anak – anak
menggambar, dan ada perawat yang mengatur jalannya permainan. Anak – anak akan
menggambar kurang lebih 10 menit setelah leader atau pemimpin permainan
memerintahkan.
C. TUJUAN PERMAINAN
Untuk meningkatkan kemampuan motorik,ketepatan dan konsentrasi anak.
D. KETERAMPILAN YANG DIBUTUHKAN
Kefokusan anak agar dapat meningkatkan motorik halus anak. Keterampilan
kognitif berupa keterampilan psikomotor, kekreatifan berupa warna gambar yang sesuai
dengan sketsa gambar yang telah diberikan, keterampilan afektif berupa sikap patuh saat
diberi arahan dan mau berinteraksi dengan baik dengan perawat dan juga dengan pasien
yang lain.
E. JENIS PERMAINAN
Motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang
melibatkan otot kecil dan koordinasi mata – tangan.
F. ALAT YANG DIPERLUKAN
Buku gambar / sketsa gambar, pewarna, tikar
G. WAKTU PELAKSANAAN
Waktu :-
Hari / tanggal : Jumat, 21 Desember 2018
Tempat : Ruang Shofa RSI Muhamadiyah Tegal

H. PROSES BERMAIN
Pada permainan ini para pemain dicampur menjadi satu. Leader akan menjelaskan
cara bermain yaitu anak anak akan mewarnai sesuai dengan sketsa yang telah dibagi
sesuai yang diperolehnya. Setelah itu anak – anak akan diberi waktu sekitar 10 sampai 15
menit untuk menyelesaikan proses mewarnai tersebut. Setelah selesai anak –anak akan
diberikan penghargaan berupa snack dari perawat.
I. HAL – HAL YANG PERLU DI WASPADAI
1) Penyampaian pesan yang tidak sesuai dengan anak
2) Hindari sesuatu yang dapat mengalihkan tingkat konsentrasi dan minat anak
3) Sesuaikan permainan dengan kemampuan siswa.
J. ANTISIPASI MEMINIMALKAN HAMBATAN
1) Menggunakan sketsa gambar yang mudah dimengerti, jangan terlalu cepat ketika
menyampaikan materi
2) Jauhkan siswa dari alat permainan yang lain, perawat juga harus fokus dalam
pengawasan anak.
3) Sesuaikan permainan dengan kemampuan siswa, jauhkan sesuatu yang membuat
kesulitan untuk anak
K. PENGORGANISASIAN DAN DENAH BERMAIN

LD

Ps Ps
Pr Pr
Ps Ps
Ps Ps

F Pr O

Keerangan :
LD : Leader
Pr : Perawat
F : Fasilitator
O : Observer
Ps : Pasien

L. CRITERIA EVALUASI
1. Struktur
a) Kondisi lingkungan tenang, dilakukan ditempat tertutup dan memungkinkan anak
untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan
b) Posisi tempat di lantai ruang shofa
c) Anak – anak sepakat untuk mengikuti kegiatan
d) Leader, fasilitator, observasi berperan sebagaimana mestinya
2. Proses
a) Leader menjelaskan maksud dan tujuan permainan,
b) Fasilitator membagi diri untuk memberikan motivasi kepada anak – anak dalam
kegiatan
c) Leader menjelaskan kembali cara bermain dengan baik
d) Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggungjawab dalam
antisipasi masalah
e) Observer mengawasi jalannya permainan dan mengevaluasi apakah permainan itu
efektif diterapkan untuk anak – anak dengan hospitalisasi
3. Hasil
a) Anak – anak mampu mempraktikan apa yang sudah diajarkan
b) Anak - anak mampu mengekspresikan rasa senangnya.
c) Anak – anak tidak merasa sedih lagi.
d) Anak –anak merasa gembira.
BAB IV

A. TAHAP PERSIAPAN
1. Mahasiswa menyiapkan kegiatan yang sesuai dengan rencana (SAP)
2. Mahasiswa meminta izin kepada perawat yang bertugas dan juga para orang tua anak
untuk melakukan kegiatan terapi bermain
3. Mahasiswa menyiapkan alat alat permainan yang dibutuhkan untuk terapi bemain
4. Mahasiswa menyiapkan reward (hadiah) kepada anaksebagai tanda keberhasilan
B. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Mahasiswa mengenalkan diri kepada anak dan begitupun anak - anak mengenalkan
diri pada mahasiswa
2. Mahasiswa menyiapkan diri dan mengatur posisi anak sebelum permainan dimulai
3. Mahasiswa mengatur posisi alat permainan yang akan digunakan untuk permainan.
4. Mahasiswa mengajak anak untuk melakukan kegiatan terapi bermain (mewarnai)
5. Mahasiswa lalu memberikan reward sebagai tanda keberhasilan dan terimakasih telah
berpatisipasi dalam mengikuti kegiatan yang diberikan oleh mahasiswa
C. EVALUASI (struktur, proses dan hasil)
1. Struktur
a) Kondisi lingkungan cukup ramai, dilakukan ditempat tertutup dan dan terbuka
memungkinkan anak untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan susah
b) Posisi tempat di lantai satu
c) Anak - anak sepakat untuk mengikuti kegiatan
d) Leader, fasilitator, observasi berperan sebagaimana mestinya
2. Proses
a) Leader menjelaskan maksud dan tujuan permainan,
b) Fasilitator mengumpulkan anak –anak menjadi satu dan memberikan motivasi
kepada anak – anak dalam kegiatan
c) Leader menjelaskan kembali cara bermain dengan baik
d) Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung jawab dalam
antisipasi masalah
e) Observer mengawasi jalannya permainan dan mengevaluasi permainan itu efektif
diterapkan untuk anak anak yang sedang dirawat di Rumah Sakit
3. Hasil
a) Anak – anak mampumempraktikan apa yang sudah diajarkan
b) Anak – anak mampu mengekspresikan rasa senangnya
c) Anak – anak tidak merasa sedih lagi.
d) Anak –anak merasa gembira.
D. FAKTOR PENDUKUNG
1. Orang tua sebagai pendamping
2. Anak – anak yang sedang dirawat di Ruang Shofa
3. Fasilitator dari mahasiswa stikes Bhamada Slawi
E. HAMBATAN
1. Ruangan yang kurang memadai
2. Anak – anak yang kurag kooperatif
3. Ketidaktahuan fasilitator saat mengajarkan permainan
4. Cara berinteraksi yang berbeda
F. KEBERHASILAN
1. Anak dapat mengikuti arahan yang mahasiswa berikan
2. Anak sudah mampu beradaptasi dengan orang-orang baru
3. Permainan ini dapat meningkatkan konsentrasi anak (menghitung) dan merasakan
kegembiraan dan rasa bahagianya
4. Anak - anak dapat mengungkapkan perasaannya (bosan, senang) dilakukannya acara
terapi bermain tersebut
BAB V
PENUTUP

Berdasarkan pembahasan di atas dapatlah disimpulkan bahwa terapi bermain bagi


anak tunarungu adalah pemberian kegiatan yang menyenang kan bagi anak – anak dengan
hospitalisasi secara intensif untuk meminimalisir bahkan menghilangkan rasa gelisah, bosan,
dan stress Bermain sangat tepat sekali untuk digunakan sebagai media terapi bagi anak
karena dapat mengoptimalkan perkembangan intelektual, emosi, sosial, dan fisiknya. Selain
itu karena melalui kegiatan bermain anak anak yang sedang dirawat akan mendapatkan
kesenangan-kesenangan dan tanpa disadari mereka sebenarnya sedang diterapi agar perasaan
stress dan gelisahnya tidak ada.

Anda mungkin juga menyukai