Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)
“Perilaku Kekerasan”

Disusun oleh :
1. Dwi Wahyu S.T.Y (P17420613052)
2. Enjela Popy Agita (P17420613053)
3. Ernia Haris Himawati (P17420613054)
4. Fara Dila Santi (P17420613055)
5. Felicia Kristiani M (P17420613056)
6. Feri Fitriana (P17420613057)
7. Shinta Nuraini (P17420613073)
8. Zuliyatul Fajriyah. (P17420613077)
2A3

DIV Keperawatan Semarang


Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Semarang
2014/2015
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

Pokok Bahasan : Gangguan Perilaku Kekerasan


Sasaran : Keluarga Klien dengan Perilaku Kekerasan
Tempat : Jl.Tirto Husodo Barat no.9 Semarang
Waktu : Selasa, 24 Maret 2015

I. Tujuan
A. Tujuan Umum

Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit keluarga mampu


mengenal perilaku kekerasan dan menangani perilaku kekerasan pada
salah satu anggota keluarganya.

B. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit keluarga mampu :


1. Memahami pengetian perilaku kekerasan
2. Menyebutkan tanda dan gejala perilaku kekerasan
3. Mengetahui penyebab perilaku kekerasan
4. Mengetahui akibat perilaku kekerasan
5. Mengetahui penanganan perilaku kekerasan dirumah

II. Latar Belakang

Kesehatan Jiwa masyarakat (community mental health) telah


menjadi bagian masalah kesehatan masyarakat (public health) yang dihadapi
semua negara. Salah satu pemicu terjadinya berbagai masalah dalam kesehatan
jiwa adalah dampak modernisasi dimana tidak semua orang siap untuk
menghadapi cepatnya perubahandan kemajuan teknologi baru. Gangguan jiwa
tidak menyebabkan kematian secara langsung namun akan menyebabkan
penderitanya menjadi tidak produktif dan menimbulkan beban bagi keluarga
penderita dan lingkungan masyarakat sekitarnya, Dalam UU No.23 tahun 1992
tentang kesehatan, pasal (4) disebutkan setiap orang mempunyai hak yang sama
dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Definisi sehat menurut
kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik,
mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakitatau kecacatan. Maka
kesehatan jiwa pun bukan hanya sekedar bebas dari gangguan tetapi lebih
kepada perasan sehat, sejahtera dan bahagia (well being), ada keserasian antara
pikiran, perasaan, perilaku, dapat merasakan kebahagiaan dalam sebagian besar
kehidupannya serta mampu mengatasi tantangan hidup sehari-hari.
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang
lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan
kesal atau marah yang tidak konstruktif. Pengungkapkan kemarahan secara tidak
langsung dan konstrukstif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan
membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya. Kemarahan
yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit diri sendiri dan
mengganggu hubungan interpersonal. Sedangkan menurut Carpenito 2000,
Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana individu-individu beresiko
menimbulkan bahaya langsung pada dirinya sendiri ataupun orang lain.
Individu melakukan kekerasan akibat adanya frustasi yang dirasakan
sebagai pemicu dan individu tidak mampu berpikir serta mengungkapkan secara
verbal sehingga mendemostrasikan pemecahan masalah dengan cara yang tidak
adekuat (Rawlins and Heacoco, 1998). Sedangkan menurut Keliat (1999),
perilaku kekerasan adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai
dengan hilangnya kontrol diri atau kendali diri.

III. Seleksi Pasien dan Keluarga


Proses seleksi keluarga yang akan mendapatkan pendidikan kesehatan
melalui pengkajian secara sistematis dan mendalam sehingga memperoleh
gambaran pengetahuan tentang kemampuan keluarga merawat pasien dengan
gangguan perilaku kekerasan.
IV. Jadwal Kegiatan
a. Tempat pelaksanaan pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan ini akan dilakukan di Jl.Tirto Husodo Barat no.9
Semarang
b. Lama pelaksanaan pendidikan kesehatan
Kegiatan pendidikan kesehatan akan dilaksanakan selama 30 menit
c. Waktu pelaksanaan pendidikan kesehatan
Kegiatan pendidikan kesehatan akan dilaksanakan pada tanggal 24 Maret
2015, pukul 10.00 WIB

V. Media : Lembar balik

VI. Metode

1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab

VII. PENGORGANISASIAN
1. Penyaji : Zuliyatul Fajriah dan Dwi Wahyu S.T.Y
2. Fasilitator : Shinta Nuraini
3. Observer : Fara Dila Santi
VIII. SETTING TEMPAT

keterangan :

: Penyaji

: Fasilitator

: Observer

: Keluarga Pasien
IX. LANGKAH KEGIATAN PENDIDIKAN KESEHATAN

NO TAHAP KEGIATAN WAKTU


1 Persiapan 1. Menyiapkan Audience 10 menit
2. Menyiapkan Alat dan Media
2 Orientasi 1. Perkenalan 5 menit
2. Menjelaskan tujuan
3. Kontrak waktu
4. Apersepsi dengan cara menggali
pengetahuan tentang perilaku kekerasan

3. Kerja Menjelaskan materi sesuai topik 10 menit

4. Terminasi 1. Melakukan evaluasi secara subjektif 5 menit


(perasaan keluarga setelah mengikuti
pendidikan kesehatan)
2. Penyaji melakukan evaluasi secara
objektif (perasaan keluarga setelah
mengikuti pendidikan kesehatan)
3. Penyaji bersama keluarga membuat
rencana tindak lanjut terkait topic
pendidikan kesehatan untuk
mengaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari
X. EVALUASI PROSES
1. Standart Persiapan
a. Menyiapkan materi penyuluhan
b. Menyiapkan satuan acara penyuluhan
c. Menyiapkan tempat
d. Menyiapkan lembar balik
2. Standar Proses
Keluarga pasien dapat bekerja sama saat dilakukan penyuluhan
3. Evaluasi Hasil
a. Keluarga pasien dapat menyebutkan tentang pengertian perilaku
kekerasan
b. Keluarga pasien dapat menyebutkan tentang tanda dan gejala perilaku
kekerasan
c. Keluarga pasien dapat menyebutkan tentang penyebab perilaku
kekerasan
d. Keluarga pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan
e. Keluarga pasien dapat menyebutkan tentang cara penanganan perilaku
kekerasan dirumah
LAMPIRAN

1. Masalah Utama
Perilaku Kekerasan

2. Proses Terjadinya Masalah


A. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik
terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut
dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak
konstruktif. Pengungkapkan kemarahan secara tidak langsung dan
konstrukstif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan
membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya.
Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit
diri sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal. Sedangkan
menurut Carpenito 2000, Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana
individu-individu beresiko menimbulkan bahaya langsung pada dirinya
sendiri ataupun orang lain.
Individu melakukan kekerasan akibat adanya frustasi yang
dirasakan sebagai pemicu dan individu tidak mampu berpikir serta
mengungkapkan secara verbal sehingga mendemostrasikan pemecahan
masalah dengan cara yang tidak adekuat (Rawlins and Heacoco, 1998).
Sedangkan menurut Keliat (1999), perilaku kekerasan adalah perasaan
marah dan bermusuhan yang kuat disertai dengan hilangnya kontrol
diri atau kendali diri.
Tanda dan gejala :
- Muka merah dan tegang
- Pandangan tajam
- Mengatupkan rahang dengan kuat
- Mengepalkan tangan
- Jalan mondar-mandir
- Bicara kasar
- Suara tinggi, menjerit atau berteriak
- Mengancam secara verbal atau fisik
- Melempar atau memukul benda atua orang lain
- Merusak barang atau benda
- Tidak memiliki kemampuan mencegah atau mengendalikan
oerilaku kekerasan

B. Penyebab
Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri:
harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang
pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai
dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan
sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri,
merasa gagal mencapai keinginan.
Tanda dan gejala :
- Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan
diri sendiri)
- Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
- Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
- Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai
harapan yang suram, mungkin klien akan mengakiri
kehidupannya.

C. Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-
tindakan berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya,
seperti menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah
dll. Sehingga klien dengan perilaku kekerasan beresiko untuk
mencederai diri orang lain dan lingkungan.
Tanda dan gejala :
Gejala klinis yang ditemukan pada klien dengan perilaku kekerasan
didapatkan melalui pengkajian meliputi :
- Wawancara : diarahkan penyebab marah, perasaan marah,
tanda-tanda marah yang diserasakan oleh klien.
- Observasi : muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada
suara tinggi, berdebat dan sering pula tampak klien
memaksakan kehendak: merampas makanan, memukul jika
tidak senang.

3. Pohon Masalah
Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Perilaku kekerasan

Gangguan Konsep diri Harga Diri Rendah


4. Penangan Perilaku Kekerasan
 Pasien
A. SP 1
Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perasaan
marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang
dilakukan, akibatnya serta cara mengontrol secara fisik I
B. SP 2
Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke-2
a. Evaluasi latihan nafas dalam
b. Latih cara fisik ke-2: pukul kasur dan bantal
c. Susun jadwal kegiatan harian cara kedua
C. SP 3
Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal:
a. Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik
b. Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak
dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan
perasaan dengan baik.
c. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal

D. SP 4
Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual  
a. Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan
secara fisik dan sosial/verbal
b. Latihan sholat/berdoa
c. Buat jadual latihan sholat/berdoa

E. SP 5
Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah
marah yang sudah dilatih.
b. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima
benar (benar nama pasien, benar nama obat, benar cara
minum obat, benar waktu minum obat, dan benar dosis obat)
disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum
obat.
c. Susun jadual minum obat secara teratur

 Keluarga
A. SP 1
Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang cara merawat
klien perilaku kekerasan di rumah
a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat
pasien
b. Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan
(penyebab, tanda dan gejala, perilaku yang muncul dan
akibat dari perilaku tersebut)
c. Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang
perlu segera dilaporkan kepada perawat, seperti melempar
atau memukul benda/orang lain
B. SP 2
Melatih keluarga melakukan cara-cara mengontrol kemarahan
a. Evaluasi pengetahuan keluarga tentang marah
b. Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan
tindakan yang telah diajarkan oleh perawat
c. Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien
bila pasien dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat
d. Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan
bila pasien menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan

C. SP 3
Menjelaskan perawatan lanjutan bersama keluarga
a. Buat perencanaan pulang bersama keluarga

Anda mungkin juga menyukai